Anda di halaman 1dari 18

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERSEPSI - KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH III

Disusun oleh KELOMPOK 2 :

AYU PURWANDINI (20160303002)

ALDIS ANNISA TUZZAHRA (20160303012)

NURMA MEUTIA (20160303016)

INKA HERMAWATI (20160303022)

SYANETI LOPULALAN (20160303034)

GITA ANGGRAENI (20160303061)

LISTIA HANDAYANI (20160303072)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan keahadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan Karunia-NYA, saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kesehatan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangn dan jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah ini dapat bermakna dalam proses belajar dan pembelajaran. Adapun
bagi para pengajar di perguruan tinggi, uji kompetensi dapat digunakan untuk mengetahui
tercapainya standarisasi kompetensi suatu materi oleh mahasiswa. Kritik dan saran dari
ibu/bapak pengajar tetap kami harapkan.

Penulis

September 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem sensori merupakan salah satu sistem yang penting bagi manusia, karena
dengan sistem ini kita dapat merasakan hal-hal yang ada di dunia ini. Misalkan saat kita
makan, kita dapat merasakan apakah makanan itu asin atau manis. Hidup tidak akan sepi
karena kita dapat mendengar alunan nada atau music. Atau saat kita mulai tumbuh dan
hormon-hormon pertumbuhan mulai berfungsi, kita dapat merasakan yang namanya
falling in love. Semua rangsangan itu dapat kita rasakan melalui bermacam-macam
reseptor yang ada didalam tubuh kita, lalu dari reseptor akan dikirim ke central nervous
sistem (saraf pusat ) kita sebagai sinyal ataupun informasi. Proses pengiriman sinyal
inilah yang termasuk kedalam sistem sensoris.
Sistem sensoris sendiri adalah gabungan dari sistem nervous (saraf) dan sistem
pengindraan pada manusia. Dimana diawali dengan adanya sensi yang dapat dideteksi
oleh organ-organ lalu berkembang menjadi persepsi yg diproses di saraf pusat
(encephalon dan medulla spinalis).

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa saja anatomi dan fisiologis dari sistem persepsi

C. Identifikasi Masalah
1. Memaparkan pengertian anatomi sistem persepsi visual dan
2. Memaparkan macam-macam anatomi sistem persepsi visual dan
3. Menjelaskan fungsi anatomi sistem persepsi visual dan
4. Mekanisme anatomi sistem persepsi visual dan
5. Gangguan pada sistem persepsi visual dan
D. Tujuan Penulisan
1. Pembaca dapat mengetahui apa itu pengertian dari sistem anatomi persepsi
2. Pembaca dapat mengetahui apa itu macam-macam anatomi sistem persepsi
3. Pembaca dapat memahami fungsi dari anatomi sistem persepsi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Persepsi


Sistem visual, auditori yang membawa informasi mengenai lingkungan pada
persepsi kita. Tiap sistem mendeteksi intensitas dan kualitas stimulus, mengode dan
memproses informasi ini dan mentransmisikannya menuju berbagai area di korteks
serebri. Secara bersama-sama, indra ini memberikan informasi yang didapatkan
mengenai lingkungan kita.
Organ penglihatan dirancang secara khusus untuk mendeteksi cahaya. Cahaya
menjalar melewati kornea, cairan mata (aqueous humor), lensa, dan humor bening
(vitreous humor) sebelum jatuh di retina. Reseptor cahaya, sel batang dan kerucut,
memberikan data mengenai intensitas dan panjang gelombang cahaya. Informasi ini
diproses dan ditransmisikan melalui sel-sel saraf pada retina, nervus optikus, dan
thalamus sebelum sampai di korteks visual. Informasi ini dikonstruksi di daerah korteks
visual asosiasi dan korteks visual primer menjadi suatu persepsi sadar.
Organ pendengaran dirancang secara khusus untuk mendeteksi suara. Gelombang
suara menjalar melalui daun telinga, melewati saluran pendengaran menuju ke gendang
telinga (membrane timpani), tulang-tulang pendengaran pada telinga tengah dan sampai
di reseptor pada koklea. Sel rambut auditori tersusun dalam organ corti (organ akhir
untuk pendengaran) dan dikode untuk mendeteksi intensitas dan frekuensi suara.
Informasi ini dijalarkan saraf auditori melewati lemniskus lateral dan akhirnya ke korteks
auditori. Di dalam korteks auditori primer dan sekunder terjadi diskriminasi suara.
E. Fungsi Sistem Visual
Penglihatan membutuhkan transmisi akurat cahaya ke fotoreseptor retina, mengkode
informasi panjang gelombang dan intensitas oleh fotoreseptor retina, serta interpretasi
kode signal oleh korteks visual.
a. Transmisi cahaya
Cahaya berjalan melalui kornea, cairan mata, lena, dan humor vitreus sebelum
jatuh di retina. Pembuluh darah tampak legap (opaque). Kornea, lensa, dan fovea
tidak tervaskularisasi dengan baik sehingga meningkatkan kemampuan transmisi
cahaya. Kornea dan lensa merefrasikan cahaya dan memusatkan pada fovea retina.
Refraksi lensa diatur oleh kontraksi otot siliaris.
Penglihatan dekat difasilitasi oleh kontraksi otot siliaris yang meningkatkan
kurvatura lensa dan membawa bayangan objek yang dekat jatuh di retina. Penglihatan
jauh difasilitasi oleh relaksasi otot siliaris dan pemipihan lensa. Dengan
bertambahnya umur, elastisitas lensa menurun karena degenerasi protein, sehingga
mengurangi kemampuan untuk berakomodasi pada penglihatan dekat. Abnormalitas
visual dapat dikoreksi dengan menempatkan refraktor yang tepat pada jalur
perjalanan cahaya.
b. Reseptor Visual pada Retina: Sel Batang dan Kerucut
Tiga macam sel kerucut sensitive pada panjang gelombang cahaya dengan puncak
sensitivitas ada pada panjang gelombang warna merah, hijau, dan biru. Kepadatan sel
kerucut paling tinggi terdapat di fovea. Cahaya terang menyebabkan kontraksi pada
iris yang membatasi jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata, dan memfokuskan
cahaya di fovea. Paparan terhadap cahaya memudarkan pigmen cahaya pada retina,
mengurangi responsivitas terhadap paparan berikutnya.
Sel batang sensitive terhadap cahaya pada panjang gelombang hijau dan kuning,
serta berperan pada penglihatan malam (skotopik). Sel batang didistribusikan secara
merata di retina, tetapi hanya sedikit sel batang di fovea. Dalam keadaan gelap, iris
berdilatasi, memungkinkan cahaya masuk dalam jumah besar ke retina. Sebagai
akibatnya, penglihatan dalam dapat ditingkatkan dengan melihat pada sisi objek yang
dituju.
F. Efek Penuaan pada Penglihatan
a. Perubahan Struktural
Beberapa perubahan terkait umur dapat terjadi pada mata dan jaringan sekeliling
nya. Alis dan bulu mata menjadi abu-abu, serta kulit di sekitar kelopak mata menjadi
kendor dan keriput karena kehilangan tonus otot dan elastisitas. Sekresi mata juga
berkurang menghasilkan kondisi mata yang kering.
Perubahan terkait umur pada mata yang paling signifikan adalah terjadi katarak.
Dengan pertambahan umur, ketebalan dan kepadatan lensa meningkat, serta lensa
menjadi semakin menguning dan legap (opaque). Selama perjalanan umur, lensa terus
tumbuh dengan membentuk sel pembentuk sel yang baru. Kehilangan transparasi juga
disebabkan karena deteorisasi protein dari absorbsi radiasi ultraviolet.
Sel pada lapisan dalam kornea (endotel) berkurang jumlahnya seiring penuaan. Oleh
karena lapisan ini tidak melakukan regenerasi sel yang mati, kemampuan lapisan ini
untuk sembuh setelah mengalami cedera ataupun pembedahan dapat menurun.
Refleks kornea juga dapat berkurang atau menghilang. Fenomena lain yang menjadi
karakteristik proses penuaan adalah arkus senilis, yaitu tepi kornea. Cincin ini
diperkirakan merupakan hasil dari akumulasi lipid.
b. Perubahan visual
Perubahan visual utama yang terjadi bersama dengan penuaan antara lain
penurunan dalam, tajam penglihatan, toleransi terhadap silau, kemampuan untuk
adaptasi gelap-terang, dan penglihatan perifer.
Silau merupakan masalah khusus pada lansia. Bersama dengan kesulitan adaptasi
gelap terang, hal ini menjadi alasan utama lansia untuk berhenti menyetir di malam
hari. Cahaya sinar matahari, baik di dalam maupun luar ruangan, dapat menghasilkan
silau yang membutakan. Ruangan sebaiknya diberi pencahayaan yang lembut dan
dapat digunakan tirai penutup untuk membaur kan cahaya terang pada siang hari.
Oleh karena mata telanjang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
beradaptasi terhadap perubahan dari gelap ke terang dan sebaliknya, maka lansia
memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami jatuh dan cidera.
Penglihatan perifer menurun sejalan dengan umur dan dapat memengaruhi
interaksi sosial dan aktivitas fisik. Lansia yang mengalami kehilangan penglihatan
perifer dapat tidak menyadari seseorang yang duduk di sebelahnya. Mereka juga
mendapatkan kesulitan menemukan objek di luar jangkauan penglihatannya.
Iris juga mengalami penurunan pigmen sejalan dengan penuaan sehingga lansia
terlihat memiliki mata yang lebih keabuan atau biru cerah. Pupil menjadi semakin
mengecil sejalan dengan umur. Terdapat pula penurunan ukuran pupil yang
menyebabkan lebih sedikit cahaya yang mencapai retina, sehingga cahaya ini harus
melewati bagian lensa yang paling padat dan paling legap (opaque).
G. ANATOMI FISIOLOGI

1. MATA
Mata merupakan organ untuk penglihatan dan sangat sensitive terhadap
cahaya karena terdapat photoreceptor. Inpuls saraf dari stimulasi photoreceptor
dibawah ke otak pada lobus oksipital di serebrum dimana sensisi penglihatan
diubah menjadi persepsi reseptor penglihatan dapat merespon satu juta stimulus
yang berbeda setiap detik.
Struktur Mata
Bola mata berada di ruangan cekung pada tulang tengkorak yang disebut
orbit. Orbit tersusun oleh tujuh tulang tengkorak yaitu tulang frontalis, lakrimalis,
etmoid, zigomatikum, maksila, sphenoid dan palatin yang berfungsi mendukung,
menyanggah dan melindungi mata. Pada orbit terdapat dua lubang yaitu foramen
optic untuk lintasan saraf optic dan arteri optalmik dan fisura orbital superior yang
berfungsi untuk lintasan saraf optik dan arteri optalmik dan fisura orbital superior
yang berfungsi untuk lintasan saraf dan arteri otot mata. Bagian-bagian mata
terdiri dari :
a. Sklera
Merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat berwarna putih buram dan
tidak tembus cahaya, kecuali dibagian depan yang transparan yang disebut
kornea. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat
melekatnya otot ekstrinsik.
b. Kornea
Merupakan jendela mata, unik karena bentuknya transparan, terletak pada
bagian depan mata berhubungan dengan sklera. Bagian ini merupakan tempat
masuknya cahaya dan memfokuskan berkas cahaya. Kornea tersusun atas
lima lapisan yaitu epithelium, membrane bowman, stroma, membrane
descemet dan endothelium.
c. Lapisan Koroid
Berwarna coklat kehitaman dan merupakan lapisan yang berpigmen,
mengandung banyak pembuluh darah untuk member nutrisi dan oksigen pada
retina. Warna gelap padakoroid berfungsi untuk mencegah refleksi atau
pemantulan sinar. Pada bagian depan koloid membentuk korpus siliaris yang
berlanjut membentuk iris.
d. Iris
Merupakan perpanjangan dari korpus siliaris ke anterior, bersambungan
dengan permukaan anterior. Iris tidak tembus pandang dan berpigmen,
berfungsi mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk kedalam mata
dengan cara merubah ukuran pupil. Ukuran pupil dapat berubah karena
mengandung serat-serat otot serkuler yang mampu menciutkan pupil dan
serat-serat radikal yang menyebabkan pelebaran pupil.
e. Lensa
Mempunyai struktur bikonveks, tidak mempunyai pembuluh darah,
transparan dan tidak berwarna. Kapsul lensa merupakan membrane
semipermiabel, tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. lensa berada di
belakang iris dan ditahan oleh ligamentum yang disebut zonula. Adanya
ikatan lensa dengan ligamentum ini menyebabkan dua rongga bola mata yaitu
bagian depan lensa dan bagian belakang lensa. Ruangan bagian depan lensa
berisi cairan yang disebut aqueous humor, cairan ini diproduksi oleh korpus
siliaris dan ruangan pada bagian belakang lensa berisi cairan vitreous humor.
Kedua cairan tersebut berfungsi menjaga lensa tetap pada tempatnya dan
dalam bentuk yang sesuai serta memberikan makanan pada kornea dan lensa.
Lensan tersusun atas dari 65% air dan sekita 35% protein dan sedikit mineral,
terutama kalium.
Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang masuk kedepan retina
melalui mekanisme akomodasi yaitu proses penyesuaian secara otomatis pada
lensa untuk memfokuskan objek secara jelas pada jarak yang beragam.
f. Retina
Retina merupakan lapisan terdalam pada mata, melapisi dua pertiga bola
mata pada bagian belakang. Padabagian depan berhubungan dengan korpus
siliaris di ora serata. Retina merupakan bagian mata yang sangat oeka
terhadap cahaya. Pada bagian depan retina terdapat lapisan berpigmen dan
berhubungan dengan koroid dan pada bagian belakang terdapat lapisan saraf
dalam. Pada lapisan saraf dalam mengandung reseptor, sel bipolar, sel
ganglion, sel horizontal dan sel amakrin.
Ada dua sel reseptor atau fotoreseptor pada retina yaitu sel konus atau sel
kerucut dan sel rod atau sel batang. Sel kerucut berisi pigmen lembayung dan
sel batang berisi pigmen ungu. Kedua pigmen akan terurai jika terkena sinar,
terutama pada pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu
pigmen pada sel batang berfungsi untuk situasi yang kurang terang atau
malam hari. Sedangkan pigmen pada sel kerucut berfungsi lebih pada suasana
terang atau pada tingkat intensitas cahaya yang tinggi dan berperan dalam
penglihatan di siang hari.
Pigmen ungu yang ada pada sel batang disebut rodopsin yang merupakan
senyawa protein dan vitamin A. apabila terpapar sinar, rodopsin akan terurai
menjadi protein dan vitamin A. pembentukan kembali pigmen tersebut terjadi
dalam keadaan gelap dan memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap.
Sedangkan pigmen lembayung dari sel kerucut merupakan senyawa iodopsin
yang merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Pada sel kerucut terdapat
tiga macam yaitu sel yang peka tehadap warna merah, hijau dan biru sehingga
sel kerucut dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan pada salah satu sel
kerucut akan menyebabkan buta warna.
g. Fovea sentralis
Merupaka bagian dari retina yang banyak sel kerucut tetapi tidak ada sel
batang. Pada fovea ini sel bipolar bersinap dengan sel ganglion membentuk
jalur langsung ke otak. Berkas sinar yang masuk jatuh tepat pada fovea
h. Lutea macula
Merupakan daerah kekuningan yang berada sedikit lateral dari pusat.
Mata juga dilengkapi oleh organ asesoris seperti kelopak mata, alis, apparatus
lakrimalis yang melindungi mata dan seperangkat otot ektrinsik yang dapat
menggerakkan mata.
Mekanisme Penglihatan
Fungsi utama mata adalah mengubah energi cahaya menjadi inpuls saraf sehingga
dapat di terjemahkan oleh otak menjadi gambar visual. Untuk menghasilkan gambar visul
yang tepat dan di inginkan terjadi proses yang sangat kompleks di mulai adanya
gelombang sinar atau cahaya yang masuk kemata.
Berkas cahaya masuk kemata melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa
dan vitreous humor, dimana pada masing-masing bagian tersebut berkas cahaya
dibiaskan (refraksi) sebelum akhirnya jatuh tepat di retina. Jumlah cahaya yang masuk di
mata akan diatur oleh iris dengan jalan membesarkan atau mengecilkan pupil. Pada iris
terdapat dua otot polos yang tersusun sirkuler dan radial yang mampu bergerak membesar
atau mengecil membentuk pupil.
Agar sinar dari objek menghasilkan gambar yang jelas pada retina maka berkas
sinar tersebut harus di biaskan (dirrefraksikan). Pembiasan cahaya untuk menghasilkan
penglihatan yang jelas disebut pemfokusan. jarak terdekat dari objek yang dapat dilihat
dengan jelas disebut titik dekat (punctum proximum). Sedangkan jarak terjauh saat
benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum remotum). Pemfokusan
berkas cahaya merupakan peran utama dari lensa. Lensa akan membiaskan cahaya yang
masuk dan memfokuskannya ke retina. Kemampuan lensa untuk menyesuaikan cahaya
dekat atau jauh ke titik retina disebut akomodasi. Bentuk lensa sendiri dapat berubah-
ubah dan diatur oleh otot siliaris yang merupakan otot polos melingkar dan melekat pada
lensa melalui ligamentum suspensorium. Bentuk lensa yang bikonveks (cembung) akan
membiaskan cahaya kesuatu titik atau mengumpulkan di belakang lensa. Sedangkan
lensa bikonkaf (cekung) akan membiaskan cahaya menyebar dibelakang lensa. Semakin
besar lengkungan suatu lensa semakin kuat pula daya biasnya. Daya bias suatu lensa di
ukur dalam dioptri.

Berkas cahaya dari lensa kemudian di fokuskan ke retina. Retina merupakan


bagian mata vertebrata yang peka terhadap cahaya dan mampu mengubahnya menjadi
impuls saraf untuk di hantarkan ke otak melalui nervus optikus (Nervus Cranial). Pada
retina terdapat lapisan saraf atau neuron yaitu neuron fotoreseptor, neuron bipolar dan
neuron ganglion. Neuron fotoseptor merupakan reseptor yang peka terhadap cahaya
Karena mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones). Sel batang mengandung
pigmen rodopsin yang khusus untuk penglihatan hitam putih dalam cahaya redup.
Rodopsin merupakan senyawa protein dan vitamin A. apabila terkena sinar, maka
rodopsin menjadi protein dan vitamin A. pembentukan kembali pigmen tersebut terjadi
dalam keadaan gelap. Sedangkan sel kerucut berisikan pigmen lembayung yang
merupakan senyawa iodopsin yaitu gabungan senyawa retinin dan opsin. Sel kerucut
peka terhadap warna merah, hijau dan biru sehingga dapat menangkap spectrum warna
dan dapat menghasilkan bayangan yang tajam dalam cahaya terang.
Cahaya yang diterima oleh neuron fotoreseptor akan diubah dalam bentuk
bayangan pertama, kemudian akan diubah kembali menjadi bayangan kedua di sel bipolar
dan selanjutnya menjadi bayangan ketiga di sel ganglion yang kemudian dibawa ke
korteks penglihatan primer untuk dihasilkan visual penglihatan.

Gangguan Penglihatan
Emmetropi merupakan istilah untuk mata normal yaitu suatu keadaan mata
dimana sinar-sinar sejajar garis pandang yang masuk melewati pupil, tanpa akomodasi
dibiaskan tepat pada retina. Pada keadaan tertentu sinar di refraksikan tidak tepat pada
retina baik berada di depan maupun dibelakang retina.
1. Miopia atau rabun jauh
Merupakan kelainan refraksi mata dimana sinar-sinar sejajar garis
pandang, dibiaskan oleh mata tanpa akomodasi didepan retina. Keadaan ini
disebebkan karena pembiasan mata terlalu kuat, sumbu mata terlalu panjang atau
lensa terlalu cembung.
Pasien dengan miopia tidak dapat melihat atau terasa kabur apabila
melihat objek-objek yang letaknya jauh, tapi mata mampu melihat objek yang
dekat. Koreksi keadaan ini dengan menggunakan lensa minus atau cekung atau
bikonkav dimana lensa ini dapat menyebarkan cahaya yang jauh dan
memfokuskannya tepat pada retina.
2. Hipermetropia atau rabun dekat
Merupakan kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar garis pandang,
dibiaskan oleh mata tanpa akomodasi di belakang retina. Penyebabnya adalah
daya bias yang terlalu lemah atau sumbu mata yang lebih pendek untuk
merefraksikan kekuatan lensa, sehingga cahaya yang masuk difokuskan
dibelakang retina. Pada keadaan ini individu tidak dapat atau buram untuk melihat
objek yang dekat. Koreksi pasien ini dengan menggunakan lensan potitif atau
cembung atau bikonveks, dimana lensa ini dapat mengumpulkan cahaya sebelum
masuk ke bola mata sehingga bayangan jatuh tepat pada retina.
3. Asigmatismen atau silindris
Merupakan kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar garis
pandang di biaskan oleh mata tanpa akomodasi tidak pada satu titik, tetapi lebih
dari satu titik sehingga pasien tidak dapat melihat jelas gambar di satu bidang
datar. Pasien biasanya melihat objek berbayang. Penyebab asigmatisme adalah
tidak sama kelengkungan kornea dan permukaan kornea yang tidak rata. Keadaan
ini dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa silindris yang berfungsi
memfokuskan semua meridian kea rah yang sama.
4. Diplopia atau penglihatan ganda
Merupakan suatu gangguan pelihatan dimana objek terlihat ganda.
Diplopia dapat terjadi pada dua mata atau binokulara atau hanya satu mata atau
monokuler. Keadaan ini dapat terjadi Karena gangguan pergerakan otot bola
mata, gangguan lengkung kornea, katarak atau karena penyakit lain.
5. Presbiopia
Merupakan gangguan penglihatan yang terjadi karena kekakuan lensa. Hal
ini terjadi karena proses penuaan, sehingga kemampuan akomodasi menurun.
Sinar yang masuk kemata tidak dibiaskan tepat pada retina. Oleh karena itu
membutuhkan lensa kaca mata yang sesuai dengan usia. Menurut penelitian
lensan manusia mulai terjadi kekakuan pada usia 40 tahun.
6. Buta warna
Buta warna terjadi apabila mata tidak mempunyai sekelompok sel kerucut yang
dapat menerima warna, sehingga orang tersebut tidak akan membedakan beberapa warna
dari warna lainnya. Untuk dapat menentukan ada tidaknya buta warna dilakukan dengan
pengujian seperti kartu ishihara. Ishihara merupakan kartu bergambar bentuk-bentuk
misalnya angka yang terdiri dari bercak-bercak warna di atas dasar yang terdiri dari
bercak-bercak yang bentuknya mirip.
2. TELINGA

Struktur telinga

Struktur telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
bagian dalam.

Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikula) dan saluran telinga luar
(meatus auditorius eksternus). Daun telinga terletak di dua sisi kepala setinggi mata.
Tersusun oleh tulang rawan atau kartilago dan otot kecil yang dilapisi oleh kulit sehingga
menjadi tinggi keras dan lentur. Daun telinga dipersyarafi oleh saraf fasialis. Fungsi
daridaun telinga adalah mengumpulkan gelombang suara untuk diteruskan ke saluran
telinga luar yang selanjutnya ke gendang telinga.
Saluran telinga luar merupakan lintasan yang sempit, panjangnya sekitar 2,5 cm dari daun
telinga ke membran timpani. Saluran ini tidak beraturan dan dilapisi oleh kulit yang
mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa yang menghasilkan serumen.
Serumen berfungsi untuk melindungi kulitdari bakteri, menangkap benda asing yang
masuk ke telinga. Serumen jugadapat mengganggu pendengaran jika terlalu banyak.
Batas telinga luar dan telinga tengah adalah membran timpani atau gendang telinga.
Membran timpani berbentuk kerucut dengan diameter sekitar 1 cm. Tersusun atas tiga
lapisan yaitu bagian luaradalah lapisan epitel, bagian tengah lapisan fibrosa dan lapisan
dalam adalah mukosa. Fungsi dari membrane timpani adalah melindungi organ telinga
tengah dan mengantarkan fibrasi suara dari telinga ke luar tulangtung pendangaran
(osikel). Kekuatan getaran suara mempengaruhi tegangan, ukuran dan ketebalan
membran timpani.
Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan rongga yang berisi udara dalam bagian petrosus tulang
temporal. Rongga tersebut dilalui oleh tiga tulang kecil yaitu meleus, inkus dan stapes
yang membentang dari membran timpani ke foramen ovale. Sesuai dengan namanya
tulang meleus berbentuk seperti palu dan menempel pada membran timpani. Tulang
inkus menghubungkan meleus dengan stapes dan tulang stapes melekat pada jendela oval
dipintu masuk telinga dalam. Tulang stapes disokong otot stapedius yang berperan
menstabilkan hubungan antara hubungan stapes dengan jendela oval dan mengatur
hantaran suara. Jika telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius akan
berkontraksi sehingga rangkaian tulang akan kaku sehingga hanya sedikit suara yang
dihantarkan. Fungsi tulang-tulang pendengaran adalah mengarahkan getaran dari
membran timpani ke fenestravestibuli yang merupakan pemisah antara telinga tengah dan
telinga dalam.
Rongga telinga tengah berhubungan dengan tuba eustachius yang menghubungkan
telinga tengah dengan faring. Fungsi tuba eustachius adalah untuk keseimbangan tekanan
antar sisi timpani dengan cara membuka atau menutup. Pada keadaan biasa tuba
menutup, tetapi dapat membukapadasaat menuap,menelan, atau mengunyah.
Telinga Dalam atau Labirin
Telinga dalam atau labirin mengandung organ-organ yang sensitif yaitu untuk
pendengaran,keseimbangan dan syaraf kranial ke delapan. Telinga dalam berisi cairan
dan berada pada petrosa tulang temporal. Telinga dalam tersusun atas dua bagian yaitu
labirin tulang dan labirin membranosa.
a. Labirin tulang
Labirin tulang merupakan ruang berisikan cairan menyerupai cairan serebrospinalis yang
disebut cairan perilmf. Labirin tulang tersusun atas vestibula, kanalis semisirkularis dan
koklea. Vestibula menghubungkan koklea dengan kanalis semisirkularis. Saluran
semisirkularis merupakan tiga saluran yang berisi cairan yang berfungsi menjaga
keseimbangan pada saat kepala digerakkan. Cairan tersebut bergerak di salah satu saluran
sesuai arah gerakan kepala. Saluran ini mengandung sel-sel rambut yang memberikan
respon terhadap gerakan cairan untuk disampaikan pesan ke otak sehingga terjadi proses
keseimbangan. Koklea berbentuk seperti rumah siput didalamnya terdapat duktus
koklearis yang berisi cairan endolimf dan banyak reseptor pendengaran. Koklea bagian
labirin dibagi atas tiga ruangan (skala) yaitu bagian atas disebut skala vestibuli, bagian
tengah disebut skala media dan pada bagian dasar disebut skala timpani. Antara skala
vestibuli dengan skala media dipisahkan oleh membran reisierdan antara skala media
dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basiler.
b. Labirin membranosa
Labirin membranosa terendam dalam cairan perilimf dan mengandung cairan endolimf.
Kedua cairan tersebut terdapat keseimbangan yang tepat dalam telinga dalam sehingga
peraturan keseimbangan tetap terjaga. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus,
sakulus dan kanalis semisirkularis,duktus koklearis dan organ korti. Utrikulus terhubung
dengan duktus semisirkularis, sedangkan sakulus terhubung dengan duktus koklearis
dalam koklea. Organ korti terletak pada membrane basiler, tersusun atas sel-sel rambut
yang merupakan reseptor pendengaran. Ada dua tipe sel rambut yaitu sel rambut baris
tunggal interna dan tiga baris sel rambut eksterna. Pada bagian samping dan dasar sel
rambut bersinap dengan jaringan ujung saraf koklearis.

Mekanisme Pendengaran
Gelombang suara dari luar dikumpulkan oleh daun telinga (pinna) masuk ke
saluran eksterna pendengaran (meatus dan kanalis auditorius eksterna) yang selanjutnya
masuk ke membran timpani. Adanya gelombang suarayang masuk ke membran timpani
menyebabkan membran timpani bergetar dan bergerak maju mundur. Gerakan ini juga
mengakibatkan tulang-tulang pendengaran seperti meleus, inkus dan stapes ikut
bergerak dan selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale serta menggerakkan
cairan perilimf pada skala vestibule. Getaran selanjutnya melalui membrane reisner yang
mendorong endolimf dan membrane basiler ke arah bawah dan selanjutnya
menggerakkan perilimf padaskala timpani. Pergerakan cairan pada skala timpani
menimbulkan potensial aksi padasel rambut yang selanjutnya diubah menjadi impuls
listrik. Impuls listrik selanjutnya dihantarkan ke nukleus koklearis, thalamus kemudian
korteks pendengaran untuk diasosiasikan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Anatomi sistem pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri


dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan gelombang
bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara paling mudah
untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa
dari permulaan sampai akhir dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.

Mata merupakan organ untuk penglihatan dan sangat sensitive terhadap cahaya karena
terdapat photoreceptor. Inpuls saraf dari stimulasi photoreceptor dibawah ke otak pada lobus
oksipital di serebrum dimana sensisi penglihatan diubah menjadi persepsi reseptor penglihatan
dapat merespon satu juta stimulus yang berbeda setiap detik.
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto dkk. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:CV. Trans
Info Media

Wibowo,Daniel S. 2013. Anatomi Fungsional Elementer & Penyakit yang Menyertainya.


Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Anda mungkin juga menyukai