Dosen Pembimbing
Dr. dr Hardian
DISUSUN OLEH :
NAMA : BAIK HASNA MAHDIYYATUN NASYWA
NIM : 22010323140016
KELOMPOK :1
1. Kornea
Kornea adalah permukaan refraksi paling anterior dari mata dan juga memiliki
daya paling kuat dalam membiaskan cahaya. Radius anterior dari kornea
sekitar 7,8 mm. Kornea memiliki lapisan air mata yang salah satu fungsinya
membuat permukaan kornea menjadi lebih halus dan rata dalam membiaskan
cahaya. Kekuatan dioptrik kornea sekitar 43,00 D. Adanya perubahan pada
kurvatura kornea akan menyebabkan perubahan yang signifikan pada
kekuatan refraksi mata
2. Sklera
Jaringan ikat dengan serat yang kuat berwarna putih di bawah konjungtiva
serta merupakan bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk
membentuk bola mata. Sklera terbentuk dari serabut kolagen yang saling
berkaitan dengan lebar yang berbeda-beda, terletak diatas substansi dasar dan
dipertahankan oleh fibrolas. Ketebalan sclera bervariasi, 1 mm disekitar papil
saraf optic dan 0,3 mm tepat di posterior insersi otot (James, 2006).
3. Retina
Retina merupakan mekanisme persyarafan untuk penglihatan. Retina memuat
ujung-ujung nervusoptikus bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh
mata) maka berkas-berkas cahaya benda yang dilihat, menembus kornea,
aqueus humor, lensa dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf
dalam retina. Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktus
optikus menuju daerah visuil dalam otak, untuk ditafsirkan. Kedua daerah
visuil menerima berita dari kedua mata, sehingga menimbulkan lukisan dan
bentuk (Syaifuddin, 2012)
4. Lapisan vascular di dalam bola mata yang terdiri dari 3 bagian yaitu iris,
korpus siliar dan koroid. Iris membentuk pupil di bagian tengahnya, suatu
celah yang dapat berubah ukurannya dengan kerja otot sfingter dan dilator
untuk mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke mata. Lapisan yang dapat
bergerak untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata .Iris
memiliki lapisan batas anterior yang tersusun dari fibroblast dan kolagen serta
stroma selular dimana otot sfingter terletak di dalamnya yang dipersarafi oleh
sistem saraf parasimpatis (James et al, 2006).
5. Pupil
Lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata, dimana lebarnya diatur oleh
gerakan iris. Bulatan hitam yang ada di tengah-tengah adalah pupil. Bila
cahaya lemah iris akan berkontraksi dan pupil melebar (midriasis) yang
dipengaruhi oleh saraf simpatis sehingga cahaya yang masuk lebih banyak.
Sedangkan bila cahaya kuat iris akan berelaksasi dan pupilmengecil (miosis)
sehingga cahaya yang masuk tidak berlebihan, dipengaruhi oleh saraf
parasimpatis. Pupil sebagai pengatur kebutuhan cahaya yang diperlukan (Gul,
2007)
6. Lensa
Struktur biologis yang tidak umum. Transparan dan cekung, dengan
kecekungan terbesar berada pada sisi depan. Lensa adalah organ fokus utama,
yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang
dilihat, menjadi bayangan yang jelas pada retina (Syaifuddin, 2012). Lensa
merupakan elemen refraktif terpenting kedua pada mata setelah kornea,
dimana lensa disangga oleh serabut zonula yang berjalan diantara korpus
siliaris dan kapsul lensa. Serabut zonula ini metransmisikan perubahan pada
otot siliaris sehingga membuat lensa mengubah bentuk dan kekuatan
refraksinya. Pertambahan usia akan membuat serabut yang letaknya di dalam
akan kehilangan nucleus dan organel intraselulernya (James, Chew dan Bron,
2006).
2.1.2 Akomodasi Visual
Akomodasi adalah kemampuan mata untuk mengatur daya optisnya agar suatu
benda tetap fokus ketika benda tersebut berpindah pada berbagai jarak dari mata. Saat
benda didekatkan ke mata, maka akan ada suatu titik yang tidak bisa lagi fokus pada
benda tersebut. Jarak ini disebut sebagai titik dekat. Dalam buku teks, Anda akan melihat
bahwa dijelaskan bahwa jarak terdekat Anda dapat mendekatkan suatu objek dan tetap
melihat dalam fokus yang tajam berkaitan dengan elastisitas lensa dan hal ini berubah
seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, kita berharap bahwa seiring bertambahnya
usia, akan ada perubahan dalam waktu dekat. Dalam simulasi ini Anda akan menyelidiki
dampak penuaan terhadap akomodasi dan titik dekatnya.
Akomodasi adalah suatu mekanisme dimana mata merubah kekuatan refraksinya
dengan merubah ketajaman lensa kristalin. Ada banyak teori yang telah dikemukan
tentang bagaimana proses akomodasi dapat terjadi pada mata. Teori yang paling tua
dikenal yaitu teori vitreus oleh Cramers, lalu dikembangkan juga teori akomodasi
relaksasi oleh Helmholtz, teori kontraksi zonula oleh Tscherning, dan masih banyak
teori akomodasi lainnya. Sementara itu untuk memfokuskan benda yang berjarak dekat
otot siliaris melakukan kontraksi sehingga membuat lensa mata menjadi tebal. Daya
akomodasi mata dibatasi oleh dua titik yaitu titik dekat ( punctum proximum ), yaitu
titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata. Titik jauh ( punctum
remotum ), yaitu titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata.
Kebanyakan dari masalah penglihatan berhubungan dengan kemampuan akomodasi.
Dalam simulasi ini praktikan dapat mengatur usia seseorang (kotak di bawah
mata) dan jarak memegang foto dari matanya (kotak di bawah slider).Praktikan dapat
menggunakan nilai titik dekat untuk menghitung amplitudo akomodasi menggunakan
persamaan:
Prosedur:
1. Mulailah dengan Usia yang diatur ke 10 tahun, dan Jarak Foto diatur ke 105cm.
2. Tarik penggeser secara perlahan untuk menggerakkan gambar ke arah bola mata.
3. Temukan jarak terpendek di mana foto tetap fokus - ini adalah titik terdekat. Catat
data Anda pada selembar kertas.
4. Tingkatkan usia secara sistematis dalam langkah 5 tahun (hingga 60 tahun), atur
ulang penggeser jarak menjadi 105cm, lalu ulangi langkah 2 dan 3 untuk menemukan
titik dekat untuk setiap usia.
Dari simulasi percobaan diatas, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi usia,
maka semakin dekat jarak titik dekatnya.
2.2.3 Titik Buta
Lapisan bola mata yang paling dalam yaitu retina, melapisi 3/4 posterior bola
mata dan merupakan awal jalur penglihatan. Dengan oftalmoskop, melalui pupil dapat
terlihat bayangan retina yang diperbesar serta pembuluh darah yang berjalan pada
permukaan anteriornya. Retina merupakan satu-satunya tempat di dalam tubuh dimana
pembuluh darah dapat diamati secara langsung dan dievaluasi kelainan patologiknya,
antara lain pada hipertensi dan diabetes mellitus.
Fungsi utama mata adalah memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel
batang dan sel kerucut, yang merupakan sel fotoreseptor retina. Fotoreseptor kemudian
mengubah energi cahaya menjadi sinyal listrik untuk ditransmisikan ke SSP (sistem saraf
pusat). Bagian retina yang mengandung fotoreseptor sebenarnya adalah lanjutan dari SSP
dan bukan suatu organ perifer terpisah. Selama perkembangan mudigah, sel-sel retina
“mundur” dari sistem saraf, sehingga lapisan-lapisan sel retina, yang mengejutkan
menghadap ke belakang. Bagian saraf dari retina terdiri dari tiga lapisan sel peka
rangsang: (1) lapisan paling luar (paling dekat dengan koroid) yang mengandung sel
batang dan sel kerucut, yang ujungujung peka cahayanya menghadap ke koroid
(menjauhi sinar datang); (2) lapisan tengah sel bipolar; (3) lapisan dalam sel ganglion.
Akson-akson sel ganglion menyatu membentuk saraf optik, yang keluar dari retina tidak
tepat dari bagian Universitas Tarumanagara 8 tengah. Titik di retina tempat saraf optik
keluar dan pembuluh darah berjalan disebut diskus optikus. Bagian ini sering disebut
bintik buta.
Dari hasil percobaan, menunjukkan gambar diatas adalah ukuran titik buta yang
dilakukan oleh praktikan dengan mengidentifikasi tepi kanan dan kiri. Pada percobaan
selanjutnya, yaitu memperkirakan ukuran titik buta dengan mencari elips terbesar yang
tidak terlihat oleh mata kanan. Hasil yang didapatkan sebagai berikut:
2.2.4 Penglihatan Warna
Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut, yaitu sel fotosensitif pada mata
yang dapat mempersepsikan warna. Sel ini terletak di bagian sentral atau makula lutea
yang mempunyai pigmen terutama cis aldehid A2. Penglihatan warna merupakan
kemampuan membedakan gelombang sinar yang berbeda berdasarkan intensitasnya.
Warna ini terlihat akibat gelombang elektromagnitnya mempunyai panjang gelombang
yang terletak antara 440-700 nm. Warna primer utama pada pigmen sel kerucut adalah
merah, hijau, dan biru. Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan
rangsangannya pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Terjadi penggabungan
warna bila panjang gelombang berada di antara kedua pigmen. Young memajukan teori
trikromat yang menyatakan bahwa terdapat 3 bentuk reseptor pada manusia yang
diperlukan untuk membedakan warna, dari gabungan ketiga corak dasar gelombang dapat
bermacammacam warna yang dikenal.
Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor oleh cahaya. Pigmen-pigmen
di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang sinar tertentu dari sumber
cahaya. Panjang gelombang yang tidak diserap dipantulkan dari permukaan benda
sehingga bisa dilihat dengan mata. Suatu benda yang terlihat biru menyerap panjang
gelombang merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan panjang gelombang
biru yang lebih pendek. Panjang gelombang yang terlihat sebagai biru tidak merangsang
sel kerucut merah atau hijau tetapi merangsang sel kerucut biru secara maksimal.
Pada percobaan ini praktikan melakukan uji buta warna dengan jenis mendeteksi
buta warna merah/hijau.
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa praktikan mampu membedakan antara warna
merah dan hijau.
2.2.5 Ketajaman Penglihatan
Ketajaman adalah ukuran kemampuan Anda untuk mengetahui detail halus dan
ketajaman visual adalah ukuran kemampuan Anda untuk mengetahui detail visual yang
halus, yaitu kemampuan membedakan detail dan bentuk objek. Ini paling baik bila
gambar jatuh pada fovea mata dan oleh karena itu merupakan ukuran penglihatan sentral
Anda (penglihatan di dan sekitar fovea).
Tes ketajaman penglihatan sentral biasa dilakukan pada pemeriksaan medis rutin
dan oftalmologi. Asalkan sistem optik mata membentuk gambaran berbeda dari objek
yang dilihat (yang tidak terjadi pada banyak kesalahan refraksi yang tidak dikoreksi),
ketajaman penglihatan bergantung pada daya pisah retina. Dengan penglihatan foveal,
dua titik dapat dibedakan menjadi dua jika keduanya berada pada titik nodal mata dengan
sudut pandang satu menit.
Jenis Tes Snellen adalah tes yang paling umum digunakan untuk ketajaman
penglihatan jauh dan Anda mungkin pernah menemukannya saat meminta izin belajar
mengemudi atau saat Anda pergi ke dokter. Huruf-huruf pada bagan ini memiliki
berbagai ukuran; jika dilihat dari jarak yang tertera untuk setiap baris, subtend sudut
pandang lima menit, rincian huruf yang bersangkutan kemudian subtending sudut
pandang satu menit. Huruf terbesar mempunyai ukuran yang sesuai untuk jarak 60 m.
Terdapat deretan huruf untuk jarak 36, 24, 18, 12, 9, 6, 5 dan 4 m.
2.2 Indera Pendengaran (Telinga)
2.2.1 Tinjauan Anatomi
Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran yang
berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga dalam dan
saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur yang berada di
dalam batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis, nukleus olivatorius superior,
lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus temporalis area Wernicke.
Berikut adalah struktur anatomi dari Indera pendengaran, yakni telinga:
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Ophthalmology. 2014-2015. Basic and clinical science course section 3:
clinical optics. San Francisco: American Academy of Ophthalmology; 2014. Hal
73-8
Ayu, N. 2019. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Pendengaran pada Pekerja di PLTU
Bosowa. Ha. 1
Istiqomah, S., Imanto, M. Majority. Hubungan Gangguan Pendengaran dengan Kualitas Hidup
Lansia, 8(2) ha: 235
Latupono, A., Savitri, E., Kadir, A. 2021. Jurnal Ilmiah Kesehtatan. Audiogram dan Audiometri
Tutur pada Lansia dengan Presbikusis, 3(3) ha: 179
Nugroho, P. 2010. Jurnal THT. Anatomi dan fisiologi pendengaran perifer, 2(2): ha. 76-77
Pearce, E. 2016. Anatomi dan Fisiologi Paramedis. Jogjakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Saladin, K. 2014. Anatomy and Physiology. New York: McGraw-Hill Education.
Tamba, Y., Anggraeni, S., Supriatno, B. 2021. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. Analisis dan
Rekonstruksi Lembar Kegiatan Peserta Didik pada Materi Sistem Indera Penglihatan Manusia,
7(2): ha. 207
Vera-Díaz FA, Doble N. The human eye and adaptive optics. Dalam: Topics in Adaptive Optics.
InTech; 2012.
Wangko, S. 2013. Jurnal Biomedik. Histofisiologi Retina, 5(3)
Wati, R. 2018. Jurnal Kesehatan Andalas. Akomodasi dalam refraksi, 7(13): ha. 13