Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA


INDERA PENGLIHATAN DAN INDERA PENDENGARAN

Dosen Pembimbing
Dr. dr Hardian

DISUSUN OLEH :
NAMA : BAIK HASNA MAHDIYYATUN NASYWA
NIM : 22010323140016
KELOMPOK :1

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1,1 Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami struktur anatomi mata sebagai Indera
penglihatan dan telinga sebagai Indera pendengaran beserta fungsinya.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Indera Penglihatan
Ketika kita memikirkan cara kita melihat, kita biasanya hanya memikirkan apa
yang terjadi pada struktur di depan kepala kita (dan di atas hidung!) – yaitu mata.
Faktanya, mata, meskipun jelas penting, hanyalah awal dari sebuah proses kompleks
dimana sebagian besar proses yang memungkinkan kita mengenali dunia terjadi di
kepala.
Mata merupakan indra penglihatan, dimana proses penglihatan ini dibantu oleh
beberapa komponen yang merupakan suatu sistem optik adaptif dimana lensa kristalin
dapat berubah ketebalannya untuk membentuk fokus cahaya pada retina. Terdapat dua
komponen utama dalam sistem optik pada mata yaitu kornea dan lensa, dimana keduanya
berperan sebagai komponen refraksi dengan kekuatan terbesar. Proses penglihatan
dimulai dari masuknya cahaya ke kornea sampai dengan pembentukan bayangan di
retina, dimana energi cahaya akan diproses menjadi sinyal elektrokimia yang akan
dilanjutkan dan diproses di otak.
Para ilmuwan telah ratusan tahun mempelajari proses optik dan pembentukan
bayangan yang terjadi pada mata. Salah satu konsep yang banyak dipakai adalah mata
skematik yang dikembangkan oleh Gullstrand. Konsep dari mata skematik ini dapat
dipakai dalam memperkirakan ukuran bayangan yang terbentuk pada retina, penentuan
kekuatan lensa intra okular, dasar membuat kacamata dan lensa kontak untuk gangguan
refraksi, dan juga untuk perhitungan alat optik dan diagnostik lainnya yang berhubungan
dengan mata.

1.2.2 Indera Pendengaran


Struktur yang paling sering kita kaitkan dengan pendengaran adalah struktur yang
berada di samping dan di dalam kepala kita, yaitu telinga. Struktur ini berfungsi untuk
mengubah gelombang suara menjadi sinyal biologis yang kemudian diteruskan ke otak
yang menafsirkan sinyal-sinyal ini, berdasarkan pengetahuan kita tentang bahasa dan
dunia, untuk memungkinkan kita memahami suara yang menghasilkan sinyal-sinyal
tersebut.
Telinga manusia merupakan organ pendengaran yang menangkap dan merubah
bunyi berupa energi mekanis menjadi energi elektris secara efisien dan diteruskan ke otak
untuk disadari serta dimengerti, sebagai sistem organ pendengaran, telinga dibagi
menjadi sistem organ pendengaran perifer dan sentral.
Gangguan pendengaran mengakibatkan seseorang kesulitan mendengar
pembicaraan sehingga terjadi gangguan komunikasi yang dapat berdampak negatif
terhadap pekerjaan, pendidikan dan hubungan sosial , hal tersebut dapat menimbulkan
depresi. Gangguan pendengaran pada anak yang didapatkan sejak lahir akan menjadi
penderita tuli dan bisu.
BAB II
PEMBAHASAN
Praktikum anatomi fisiologi manusia dengan judul “Indera Penglihatan dan Indera
Pendengaran” dilaksanakan pada hari Senin, 2 September 2023 pukul 13.00-15.00 WIB.
Praktikum dilaksanakan di Lab Komputer ruang B.317 Lantai 3.

2.1 Indera Penglihatan (Mata)


2.1.1 Tinjauan Anatomi
Mata merupakan suatu struktur optikal yang kompleks. Cahaya yang masuk ke
mata setelah melewati udara akan mengalami proses refraksi dimulai dari lapisan kornea
kemudian akan melewati humor akuos kemudian pupil dan dilanjutkan ke lensa kristalin
lalu vitreus dan sampai ke retina. Kornea dan lensa kristalin adalah komponen refraksi
utama dari sistem optik mata dan berfungsi bersama sebagai sistem lensa yang akan
membentuk bayangan terbalik pada retina. Impuls listrik dari retina ini akan
ditransmisikan ke korteks visual melalui nervus optikus, traktus optikus, dan radiasi
optik.
Berikut gambar dari struktur anatomi Indera penglihatan, yakni mata:

1. Kornea
Kornea adalah permukaan refraksi paling anterior dari mata dan juga memiliki
daya paling kuat dalam membiaskan cahaya. Radius anterior dari kornea
sekitar 7,8 mm. Kornea memiliki lapisan air mata yang salah satu fungsinya
membuat permukaan kornea menjadi lebih halus dan rata dalam membiaskan
cahaya. Kekuatan dioptrik kornea sekitar 43,00 D. Adanya perubahan pada
kurvatura kornea akan menyebabkan perubahan yang signifikan pada
kekuatan refraksi mata

2. Sklera
Jaringan ikat dengan serat yang kuat berwarna putih di bawah konjungtiva
serta merupakan bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk
membentuk bola mata. Sklera terbentuk dari serabut kolagen yang saling
berkaitan dengan lebar yang berbeda-beda, terletak diatas substansi dasar dan
dipertahankan oleh fibrolas. Ketebalan sclera bervariasi, 1 mm disekitar papil
saraf optic dan 0,3 mm tepat di posterior insersi otot (James, 2006).
3. Retina
Retina merupakan mekanisme persyarafan untuk penglihatan. Retina memuat
ujung-ujung nervusoptikus bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh
mata) maka berkas-berkas cahaya benda yang dilihat, menembus kornea,
aqueus humor, lensa dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf
dalam retina. Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktus
optikus menuju daerah visuil dalam otak, untuk ditafsirkan. Kedua daerah
visuil menerima berita dari kedua mata, sehingga menimbulkan lukisan dan
bentuk (Syaifuddin, 2012)
4. Lapisan vascular di dalam bola mata yang terdiri dari 3 bagian yaitu iris,
korpus siliar dan koroid. Iris membentuk pupil di bagian tengahnya, suatu
celah yang dapat berubah ukurannya dengan kerja otot sfingter dan dilator
untuk mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke mata. Lapisan yang dapat
bergerak untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata .Iris
memiliki lapisan batas anterior yang tersusun dari fibroblast dan kolagen serta
stroma selular dimana otot sfingter terletak di dalamnya yang dipersarafi oleh
sistem saraf parasimpatis (James et al, 2006).
5. Pupil
Lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata, dimana lebarnya diatur oleh
gerakan iris. Bulatan hitam yang ada di tengah-tengah adalah pupil. Bila
cahaya lemah iris akan berkontraksi dan pupil melebar (midriasis) yang
dipengaruhi oleh saraf simpatis sehingga cahaya yang masuk lebih banyak.
Sedangkan bila cahaya kuat iris akan berelaksasi dan pupilmengecil (miosis)
sehingga cahaya yang masuk tidak berlebihan, dipengaruhi oleh saraf
parasimpatis. Pupil sebagai pengatur kebutuhan cahaya yang diperlukan (Gul,
2007)
6. Lensa
Struktur biologis yang tidak umum. Transparan dan cekung, dengan
kecekungan terbesar berada pada sisi depan. Lensa adalah organ fokus utama,
yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang
dilihat, menjadi bayangan yang jelas pada retina (Syaifuddin, 2012). Lensa
merupakan elemen refraktif terpenting kedua pada mata setelah kornea,
dimana lensa disangga oleh serabut zonula yang berjalan diantara korpus
siliaris dan kapsul lensa. Serabut zonula ini metransmisikan perubahan pada
otot siliaris sehingga membuat lensa mengubah bentuk dan kekuatan
refraksinya. Pertambahan usia akan membuat serabut yang letaknya di dalam
akan kehilangan nucleus dan organel intraselulernya (James, Chew dan Bron,
2006).
2.1.2 Akomodasi Visual
Akomodasi adalah kemampuan mata untuk mengatur daya optisnya agar suatu
benda tetap fokus ketika benda tersebut berpindah pada berbagai jarak dari mata. Saat
benda didekatkan ke mata, maka akan ada suatu titik yang tidak bisa lagi fokus pada
benda tersebut. Jarak ini disebut sebagai titik dekat. Dalam buku teks, Anda akan melihat
bahwa dijelaskan bahwa jarak terdekat Anda dapat mendekatkan suatu objek dan tetap
melihat dalam fokus yang tajam berkaitan dengan elastisitas lensa dan hal ini berubah
seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, kita berharap bahwa seiring bertambahnya
usia, akan ada perubahan dalam waktu dekat. Dalam simulasi ini Anda akan menyelidiki
dampak penuaan terhadap akomodasi dan titik dekatnya.
Akomodasi adalah suatu mekanisme dimana mata merubah kekuatan refraksinya
dengan merubah ketajaman lensa kristalin. Ada banyak teori yang telah dikemukan
tentang bagaimana proses akomodasi dapat terjadi pada mata. Teori yang paling tua
dikenal yaitu teori vitreus oleh Cramers, lalu dikembangkan juga teori akomodasi
relaksasi oleh Helmholtz, teori kontraksi zonula oleh Tscherning, dan masih banyak
teori akomodasi lainnya. Sementara itu untuk memfokuskan benda yang berjarak dekat
otot siliaris melakukan kontraksi sehingga membuat lensa mata menjadi tebal. Daya
akomodasi mata dibatasi oleh dua titik yaitu titik dekat ( punctum proximum ), yaitu
titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata. Titik jauh ( punctum
remotum ), yaitu titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata.
Kebanyakan dari masalah penglihatan berhubungan dengan kemampuan akomodasi.

Dalam simulasi ini praktikan dapat mengatur usia seseorang (kotak di bawah
mata) dan jarak memegang foto dari matanya (kotak di bawah slider).Praktikan dapat
menggunakan nilai titik dekat untuk menghitung amplitudo akomodasi menggunakan
persamaan:

Amplitudo akomodasi = 1 ÷ (jarak dekat titik dalam m)

Prosedur:

1. Mulailah dengan Usia yang diatur ke 10 tahun, dan Jarak Foto diatur ke 105cm.
2. Tarik penggeser secara perlahan untuk menggerakkan gambar ke arah bola mata.
3. Temukan jarak terpendek di mana foto tetap fokus - ini adalah titik terdekat. Catat
data Anda pada selembar kertas.
4. Tingkatkan usia secara sistematis dalam langkah 5 tahun (hingga 60 tahun), atur
ulang penggeser jarak menjadi 105cm, lalu ulangi langkah 2 dan 3 untuk menemukan
titik dekat untuk setiap usia.

Usia (tahun) Jarak Gambar (cm)


10 13
15 15
20 15
25 20
30 23
35 25
40 28
45 40
50 60
55 80
60 100

Dari simulasi percobaan diatas, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi usia,
maka semakin dekat jarak titik dekatnya.
2.2.3 Titik Buta
Lapisan bola mata yang paling dalam yaitu retina, melapisi 3/4 posterior bola
mata dan merupakan awal jalur penglihatan. Dengan oftalmoskop, melalui pupil dapat
terlihat bayangan retina yang diperbesar serta pembuluh darah yang berjalan pada
permukaan anteriornya. Retina merupakan satu-satunya tempat di dalam tubuh dimana
pembuluh darah dapat diamati secara langsung dan dievaluasi kelainan patologiknya,
antara lain pada hipertensi dan diabetes mellitus.
Fungsi utama mata adalah memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel
batang dan sel kerucut, yang merupakan sel fotoreseptor retina. Fotoreseptor kemudian
mengubah energi cahaya menjadi sinyal listrik untuk ditransmisikan ke SSP (sistem saraf
pusat). Bagian retina yang mengandung fotoreseptor sebenarnya adalah lanjutan dari SSP
dan bukan suatu organ perifer terpisah. Selama perkembangan mudigah, sel-sel retina
“mundur” dari sistem saraf, sehingga lapisan-lapisan sel retina, yang mengejutkan
menghadap ke belakang. Bagian saraf dari retina terdiri dari tiga lapisan sel peka
rangsang: (1) lapisan paling luar (paling dekat dengan koroid) yang mengandung sel
batang dan sel kerucut, yang ujungujung peka cahayanya menghadap ke koroid
(menjauhi sinar datang); (2) lapisan tengah sel bipolar; (3) lapisan dalam sel ganglion.
Akson-akson sel ganglion menyatu membentuk saraf optik, yang keluar dari retina tidak
tepat dari bagian Universitas Tarumanagara 8 tengah. Titik di retina tempat saraf optik
keluar dan pembuluh darah berjalan disebut diskus optikus. Bagian ini sering disebut
bintik buta.

Dari hasil percobaan, menunjukkan gambar diatas adalah ukuran titik buta yang
dilakukan oleh praktikan dengan mengidentifikasi tepi kanan dan kiri. Pada percobaan
selanjutnya, yaitu memperkirakan ukuran titik buta dengan mencari elips terbesar yang
tidak terlihat oleh mata kanan. Hasil yang didapatkan sebagai berikut:
2.2.4 Penglihatan Warna
Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut, yaitu sel fotosensitif pada mata
yang dapat mempersepsikan warna. Sel ini terletak di bagian sentral atau makula lutea
yang mempunyai pigmen terutama cis aldehid A2. Penglihatan warna merupakan
kemampuan membedakan gelombang sinar yang berbeda berdasarkan intensitasnya.
Warna ini terlihat akibat gelombang elektromagnitnya mempunyai panjang gelombang
yang terletak antara 440-700 nm. Warna primer utama pada pigmen sel kerucut adalah
merah, hijau, dan biru. Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan
rangsangannya pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Terjadi penggabungan
warna bila panjang gelombang berada di antara kedua pigmen. Young memajukan teori
trikromat yang menyatakan bahwa terdapat 3 bentuk reseptor pada manusia yang
diperlukan untuk membedakan warna, dari gabungan ketiga corak dasar gelombang dapat
bermacammacam warna yang dikenal.
Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor oleh cahaya. Pigmen-pigmen
di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang sinar tertentu dari sumber
cahaya. Panjang gelombang yang tidak diserap dipantulkan dari permukaan benda
sehingga bisa dilihat dengan mata. Suatu benda yang terlihat biru menyerap panjang
gelombang merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan panjang gelombang
biru yang lebih pendek. Panjang gelombang yang terlihat sebagai biru tidak merangsang
sel kerucut merah atau hijau tetapi merangsang sel kerucut biru secara maksimal.
Pada percobaan ini praktikan melakukan uji buta warna dengan jenis mendeteksi
buta warna merah/hijau.
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa praktikan mampu membedakan antara warna
merah dan hijau.
2.2.5 Ketajaman Penglihatan
Ketajaman adalah ukuran kemampuan Anda untuk mengetahui detail halus dan
ketajaman visual adalah ukuran kemampuan Anda untuk mengetahui detail visual yang
halus, yaitu kemampuan membedakan detail dan bentuk objek. Ini paling baik bila
gambar jatuh pada fovea mata dan oleh karena itu merupakan ukuran penglihatan sentral
Anda (penglihatan di dan sekitar fovea).
Tes ketajaman penglihatan sentral biasa dilakukan pada pemeriksaan medis rutin
dan oftalmologi. Asalkan sistem optik mata membentuk gambaran berbeda dari objek
yang dilihat (yang tidak terjadi pada banyak kesalahan refraksi yang tidak dikoreksi),
ketajaman penglihatan bergantung pada daya pisah retina. Dengan penglihatan foveal,
dua titik dapat dibedakan menjadi dua jika keduanya berada pada titik nodal mata dengan
sudut pandang satu menit.
Jenis Tes Snellen adalah tes yang paling umum digunakan untuk ketajaman
penglihatan jauh dan Anda mungkin pernah menemukannya saat meminta izin belajar
mengemudi atau saat Anda pergi ke dokter. Huruf-huruf pada bagan ini memiliki
berbagai ukuran; jika dilihat dari jarak yang tertera untuk setiap baris, subtend sudut
pandang lima menit, rincian huruf yang bersangkutan kemudian subtending sudut
pandang satu menit. Huruf terbesar mempunyai ukuran yang sesuai untuk jarak 60 m.
Terdapat deretan huruf untuk jarak 36, 24, 18, 12, 9, 6, 5 dan 4 m.
2.2 Indera Pendengaran (Telinga)
2.2.1 Tinjauan Anatomi
Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran yang
berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga dalam dan
saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur yang berada di
dalam batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis, nukleus olivatorius superior,
lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus temporalis area Wernicke.
Berikut adalah struktur anatomi dari Indera pendengaran, yakni telinga:

1. Telinga bagian luar


Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula), liang telinga (meatus acusticus
eksterna) sampai membran timpani bagian lateral. Daun telinga dibentuk oleh
tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Kearah liang telinga lapisan
tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga
lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat
erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan
berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan
panjang sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar
3500 Hz. Sepertiga bagian luar terdiri dari tulang rawan yang banyak
mengandung kelenjar serumen dan rambut, sedangkan dua pertiga bagian
dalam terdiri dari tulang dengan sedikit serumen (Pearce, 2016)
2. Telinga bagian Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membrana timpani, cavum
timpani, tuba eustachius, dan tulang pendengaran. Bagian atas membran
timpani disebut pars flaksida (membran Shrapnell) yang terdiri dari dua
lapisan, yaitu lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga dan
lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Bagian bawah membran timpani
disebut pars tensa (membran propria) yang memiliki satu lapisan di tengah,
yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin (Saladin,
2014).
Tulang pendengaran terdiri atas maleus (martil), inkus (landasan), dan stapes
(sanggurdi) yang tersusun dari luar kedalam seperti rantai yang bersambung
dari membrana timpani menuju rongga telinga dalam. Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus
melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan
persendian. Tuba eustachius menghubungkan daerah nasofaring dengan
telinga tengah (Saladin, 2014).
Prosessus mastoideus merupakan bagian tulang temporalis yang terletak di
belakang telinga. Ruang udara yang berada pada bagian atasnya disebut
antrum mastoideus yang berhubungan dengan rongga telinga tengah. Infeksi
dapat menjalar dari rongga telinga tengah sampai ke antrum mastoideus yang
dapat menyebabkan mastoiditis (Saladin, 2014).
3. Telinga bagian dalam
Telinga dalam terdiri dari dua bagian, yaitu labirin tulang dan labirin
membranosa. Labirin tulang terdiri dari koklea, vestibulum, dan kanalis semi
sirkularis, sedangkan labirin membranosa terdiri dari utrikulus, sakulus,
duktus koklearis, dan duktus semi sirkularis. Rongga labirin tulang dilapisi
oleh lapisan tipis periosteum internal atau endosteum, dan sebagian besar diisi
oleh trabekula (susunannya menyerupai spons) (Pearce, 2016).
Koklea (rumah siput) berbentuk dua setengah lingkaran. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala vestibuli (sebelah
atas) dan skala timpani (sebelah bawah). Diantara skala vestibuli dan skala
timpani terdapat skala media (duktus koklearis). Skala vestibuli dan skala
timpani berisi perilimfa dengan 139 mEq/l, sedangkan skala media berisi
endolimfa dengan 144 mEq/l mEq/l. Hal ini penting untuk pendengaran.
Dasar skala vestibuli disebut membrana vestibularis (Reissner’s Membrane)
sedangkan dasar skala media adalah membrana basilaris. Pada membran ini
terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk
mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ Corti terdiri dari satu baris sel
rambut dalam yang berisi 3.000 sel dan tiga baris sel rambut luar yang berisi
12.000 sel. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel
rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada
suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, dikenal sebagai membran
tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong oleh suatu panggung yang
terletak di medial disebut sebagai limbus (Pearce, 2016).
Nervus auditorius atau saraf pendengaran terdiri dari dua bagian, yaitu: nervus
vestibular (keseimbangan) dan nervus kokhlear (pendengaran). Serabut-
serabut saraf vestibular bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada
pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, kemudian menuju
cerebelum. Sedangkan, serabut saraf nervus kokhlear mula-mula dipancarkan
kepada sebuah nukleus khusus yang berada tepat di belakang thalamus,
kemudian dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak
yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis (Paulsen dan Waschke,
2013)
2.2.2 Sensitivitas Pendengaran
Ketulian – baik total atau sebagian – merupakan masalah kesehatan yang
signifikan saat ini. Sumber utama masalah ini adalah karena suara yang keras atau
kebisingan. Kebisingan merupakan suatu isu hangat yang diperbincangkan baik dalam
skala regional, nasional, bahkan internasional karena pengaruh paparan yang ditimbulkan
serta efek dari kebisingan itu sendiri, paparan kebisingan secara signifikan berdampak
pada kesehatan, baik fisiologi, maupun psikologis. Kebisingan juga berpengaruh negatif
dalam komunikasi, produktivitas dan perilaku sosial, efek psikolagis akibat kebisangan
termasuk hipertensi, takikardia peningkantan pelepasan kartisol, dan stres fisiologis
meningkat. Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering di jumpai di
lingkungan kerja. Di lingkungan kerja, kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja
yang selalu timbul pada industri besar, seperti pabrik.
Fakta membuktikan bahwa telinga bagian dalam (juga dikenal sebagai koklea),
yang mengubah suara dari gelombang tekanan menjadi energi biologis, diatur sedemikian
rupa sehingga setiap bagian dari panjang koklea memberikan respons terbaik terhadap
frekuensi berbeda. suara (anggap ini analog dengan nada – frekuensi rendah adalah
frekuensi yang kita dengar sebagai bass dan frekuensi tinggi adalah frekuensi yang
manusia dengar sebagai treble). Setiap frekuensi suara yang manusia dengar, pada tingkat
suara rendah, paling baik mengaktifkan satu tempat tertentu di koklea, dan pengaturan ini
dipertahankan di semua struktur otak yang menerima masukan dari telinga bagian dalam,
hingga ke korteks pendengaran primer.
Hal ini dapat mendefinisikan gangguan pendengaran dengan mengukur
sensitivitas pendengaran ( ambang batas ) pada masing-masing sejumlah frekuensi yang
berbeda, memilih frekuensi yang mencakup rentang frekuensi yang dapat manusia
dengar. Dapat mendengar, namun kita tidak dapat mendengarnya; atau frekuensi yang
sangat rendah yang dapat didengar oleh gajah atau tikus tanah, namun manusia tidak
dapat mendengarnya.
Plot ambang batas pada setiap frekuensi disebut audiogram . Simulasi berikut ini
merupakan pengukuran audiogram versi online. Secara umum, pemeriksaan audiometri
menguji kemampuan mendengar suara pada berbagai intensitas dan frekuensi. Umumnya,
tes nada murni (juga dikenal sebagai audiogram) dilakukan pada pasien dengan dugaan
gangguan pendengaran terkait usia. Tes nada murni disampaikan melalui penggunaan
headphone ke satu telinga pada satu waktu. Pasien diminta untuk merespon jika mereka
mendengar suara. Hasilnya disajikan dalam bentuk audiogram, grafik dengan tingkat
pendengaran (dalam desibel) pada sumbu y dan frekuensi (dalam hertz) pada sumbu x.
Dalam presbikusis, suara frekuensi tertinggi biasanya terpengaruh terlebih dahulu, diikuti
oleh suara frekuensi rendah dan rendah seiring perkembangan kondisi. Presbikusis
ditandai dengan gangguan pendengaran bilateral di atas 2000 Hertz. Pada audiogram
standar, presbikusis muncul sebagai garis miring keseluruhan yang mewakili gangguan
pendengaran pada suara frekuensi yang lebih tinggi.
Berikut adalah hasil percobaan uji coba ambang pendengaran:

2.2.3 Pengaruh Usia Pada Pendengaran


Seringkali individu dengan gangguan pendengaran tidak menyadari jika sedang
mengalami gangguan pendengaran, sehingga mereka tetap merasa baik-baik saja dan
menjalankan aktivitasnya sebagaimana mestinya. Gangguan dalam berkomunikasi dan
bersosialisasi merupakan masalah atau kecacatan yang dapat timbul akibat gangguan
pendengaran. Skrining adanya gangguan pendengaran perlu dilakukan pada suatu
individu, terutama pada usia lanjut walaupun mereka merasa baik-baik saja. Pemeriksaan
adanya gangguan pendengaran juga dilakukan karena individu dengan usia lanjut sangat
bergantung terhadap sistem panca indera seperti pendengaran untuk mengkompensasi
kacacatan yang dialami akibat proses penuaan.
Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah proses penuaan yang terjadi pada manusia. Perubahan patologik pada organ
pendengaran akibat degenerasi dapat mengakibatkan gangguan pendengaran pada
individu dengan usia lanjut. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak
dapat dicegah dimana semua individu berharap akan menjalani hidupnya dengan tenang,
damai, serta menikmati sisa hidupnya bersama sanak dan saudaranya. Namun pada usia
lanjut, seseorang akan mengalami perubahan dari berbagai aspek dalam hidupnya, baik
dari aspek fisik, kognitif, bahkan kehidupan psikososialnyapun akan berubah. Hal
tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup dari usia lanjut. Ketidakmampuan mendengar
akibat ganggguan pendengaran akan berefek terhadap fungsi-fungsi organ dari suatu
individu.

Perhatikan bahwa pendengaran perempuan memang mengalami penurunan seperti


halnya laki-laki, namun tidak separah laki-laki. Hal ini kemungkinan besar bukan
disebabkan oleh adanya efek perlindungan dari hormon wanita (atau setidaknya hal yang
telah diketahui) terhadap pendengaran, namun kemungkinan besar disebabkan oleh fakta
bahwa pada masa tersebut, lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan yang
cenderung bekerja di pekerjaan yang bising.
2.2.4 Pengaruh Suara Keras pada Pendengaran
Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kesehatan seperti
peningkatan tekanan darah, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, gangguan
keseimbangan dan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran adalah gangguan
paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian dapat bersifat sementara atau
menetap. Menurut pengamatan Komite Nasional Penanggulangan Gangguan
Pendengaran dan Ketulian (PGPKt), kemungkinan adanya resiko gangguan pendengaran
pada usia yang lebih muda. Banyaknya tempat permainan anak-anak seperti time zone
atau fun stations, ternyata setelah dilakukan pengukuran, intensitas kebisingan di tempat
ini. berkisar antara 80-90 dB. Intensitas kebisingan tersebut, bila terpapar dalam waktu
yang lama dapat menyebabkan ketulian.
Dalam simulasi ini Anda akan melihat dua efek ini dalam pengukuran tingkat
pendengaran, pada pria, sebagai fungsi dari lingkungan kerja mereka (yang berfungsi
sebagai indeks tingkat kebisingan) dan kemudian sebagai fungsi dari durasi paparan
terhadap kebisingan keras di tempat kerja.

Dari hasil simulasi percobaan diatas menunjukkan beberapa efek kebisingan


akibat lingkungan pekerjaan mereka. Pengaruh kebisingan terhadap pekerja kantoran
tergolong paling rendah. Untuk pekerja pabrik tergolong paling rendah kedua. Kemudian
pada pekerja tani, pengaruh kebisingan tergolong paling tinggi kedua. Dan terakhir,
pengaruh kebisingan terhadap pekerja tambang tergolong paling tinggi. Selanjutnya
untuk pengaruh suara keras terhadap durasi paparannya, dari hasil diatas menunjukkan
bahwa semakin bertambah tahun, semakin berkurang kualitas pendengaran seseorang
akibat efek suara keras pada durasi paparannya di masing-masing lingkungan kerja.

DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Ophthalmology. 2014-2015. Basic and clinical science course section 3:
clinical optics. San Francisco: American Academy of Ophthalmology; 2014. Hal
73-8
Ayu, N. 2019. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Pendengaran pada Pekerja di PLTU
Bosowa. Ha. 1
Istiqomah, S., Imanto, M. Majority. Hubungan Gangguan Pendengaran dengan Kualitas Hidup
Lansia, 8(2) ha: 235
Latupono, A., Savitri, E., Kadir, A. 2021. Jurnal Ilmiah Kesehtatan. Audiogram dan Audiometri
Tutur pada Lansia dengan Presbikusis, 3(3) ha: 179
Nugroho, P. 2010. Jurnal THT. Anatomi dan fisiologi pendengaran perifer, 2(2): ha. 76-77
Pearce, E. 2016. Anatomi dan Fisiologi Paramedis. Jogjakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Saladin, K. 2014. Anatomy and Physiology. New York: McGraw-Hill Education.
Tamba, Y., Anggraeni, S., Supriatno, B. 2021. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. Analisis dan
Rekonstruksi Lembar Kegiatan Peserta Didik pada Materi Sistem Indera Penglihatan Manusia,
7(2): ha. 207
Vera-Díaz FA, Doble N. The human eye and adaptive optics. Dalam: Topics in Adaptive Optics.
InTech; 2012.
Wangko, S. 2013. Jurnal Biomedik. Histofisiologi Retina, 5(3)
Wati, R. 2018. Jurnal Kesehatan Andalas. Akomodasi dalam refraksi, 7(13): ha. 13

Anda mungkin juga menyukai