Anda di halaman 1dari 21

SENSORI DAN SISTEM MOTOR: PENGLIHATAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biopsikologi


Dosen Pengampu: Prinska Damara Sastri., S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4

Anggun Trianinda A 122122120040


Azzahra Putri 122122120002
Diaz Marshal Pratama 122122120073
Eriyanti Samillah 122122120039
Jepi Prasetia 122122120033
Sania Puspa Hamdini 122122120077

PROGRAM STUDI SARJANA PSIKOLOGI


UNIVERSITAS INDONESIA MEMBANGUN
Daftar Isi

Daftar Isi ..................................................................................................... i


BAB I .........................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................1
BAB II ........................................................................................................2
PEMBAHASAN ..........................................................................................2
1. PENGLIHATAN................................................................................2
2. CAHAYA MEMASUKI MATA DAN MENCAPAI RETINA..................6
2.1. Pupil Dan Lensa ........................................................................7
2.2. Posisi Mata dan Disparitas Binokuler.........................................8
3. RETINA DAN TRANSLASI CAHAYA MENJADI SINYAL – SINYAL 8
3.1. Struktur Retina ..........................................................................8
3.2. Cone dan Rod .........................................................................10
4. SENSITIVITAS SPEKTRAL ...........................................................10
4.1. Gerakan Mata ..........................................................................11
4.2. Transduksi Visual ....................................................................12
5. PENGLIHATAN PADA MANUSIA ..................................................12
5.1. Kecenderungan Manusia Dalam Mempersepsikan Objek Visual
Berupa Ruang ...................................................................................14
5.2. Persepsi Manusia Terhadap Cahaya Dalam Ruang ................15
6. PERMASALAHAN DALAM SISTEM PENGLIHATAN ....................16
BAB III .....................................................................................................18
PENUTUP ...............................................................................................18
REFERENSI ............................................................................................19

i
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Aristoteles pernah berkata bahwa penglihatan merupakan sebuah


salah satu kebutuhan dasar manusia untuk hidup dan keberadaannya ber
pengaruh pada seluruh indera manusia. Bagi manusia normal (bukan tuna
netra), penglihatan merupakan hal yang sangat vital. Saat mengamati apa
yang ada di sekelilingnya, manusia akan mempersepsikan apa yang ia
amati sesuai dengan pengalamannya. Dan atas dasar persepsi tersebut,
manusia kemudian akan merespons, melalui otak dan panca inderanya,
dalam bentuk tingkah laku. Akan tetapi keadaan penglihatan sangat
bergantung pada keberadaan cahaya. Keberadaan cahaya/pencahayaan
akan memberikan sebuah keadaan visual tertentu. Sebuah keadaan visual
yang baik akan memberikanefisiensi, efektivitas, dan kenyamanan bagi
manusia tersebut secara keseluruhan.

Setiap reseptor telah terspesialisasi untuk menyerap satu jenis


energi dan mentransduksikannya(mengubah) menjadi pola elektrokimia
dalam otak. Proses sensori adalah proses masuknya rangsang melalui alat
indera ke otak (serebral) kemudian kembali melalui saraf motoris dan
berakhir dengan perbuatan. Salah satu proses sensori dan sistem motor
adalah penglihatan.

1
BAB II

PEMBAHASAN
1. PENGLIHATAN

Indera penglihatan adalah mata. Mata adalah organ indera yang


kompleks. Di mata terdapat reseptor khusus cahaya yang disebut
fotoreseptor. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan
menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk
melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya tidak
terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya,
misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya
penglihatannya menurun dapat menggunakan alat bantu atau menjalani
operasi lasik untuk memperbaiki penglihatannya.

Sistem penglihatan adalah bagian dari sistem indra yang membuat


organisme mampu melihat. Sistem penglihatan menafsirkan informasi dari
cahaya untuk mendirikan representasi dunia di sekeliling tubuh. Mata
adalah alat utama sistem ini. Sistem penglihatan melibatkan mata, struktur
penunjang, dan nervus optik, traktus dan jaras.

• Mata

Mata terdiri dari suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior
(kornea) dan opak di posterior (sklera). Sambungan antara keduanya
disebut limbus. Otot-otot ekstraokular melekat pada sklera, sementara saraf
optik meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng kribiformis. Antara
kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata anterior
(depan). Di antara iris, lensa, korpus siliar terdapat bilik mata posterior. Di
antara lensa dan retina terletak korpus vitreous. Lensa terletak di belakang
iris dan disokong oleh serabut-serabut halus (zonula) yang terbentang
diantara lensa dan korpus siliaris. Sudut iridokornea terletak diantara iris,
kornea, dan korpus siliaris, merupakan tempat drainase akueous dari mata

2
melalui jalinan trabekula. Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid)
melapisi segmen posterior mata dan memberi nutrisi pada permukaan
dalam retina. Koroid dibentuk oleh arteriol, venula, dan anyaman kapiler
berfenetrasi yang padat, melekat longgar ke sklera.

• Kornea

Kornea berfungsi melindungi struktur intra okular yang tersusun oleh


jaringan kolagen yang sangat teratur. Kontribusi kornea selain memiliki
kemampuan untuk melindungi kerusakan jaringan mata bagian dalam, yang
paling utama adalah membantu proses optik, serta memfokuskan gambar
pada retina. Kornea merupakan salah satu media refraksi yang paling
penting, selain humor akuos, lensa, dan vitreous. Kornea dipersarafi oleh
nervus trigeminal (N. V) cabang oftalmika.

• Bilik mata anterior dan posterior

Bilik mata depan adalah ruang berisi humor akuos dan terletak di
belakang kornea dan di depan iris. Humor akuos diproduksi oleh sel epitel
non pigmen badan siliar dan mengalir melalui belakang pupil ke bilik mata
depan serta mensuplai kebutuhan metabolik dan nutrisi untuk lensa dan
kornea. Di antara iris, lensa, korpus siliar terdapat bilik mata posterior (yang
berbeda dari korpus vitreous), yang juga terisi oleh humor akuos.

• Sklera

Sklera merupakan lapisan terkuat yang tersusun atas serabut


kolagen. Sklera membentuk 5/6 bagian posterior dari bola mata dan bagian
anterior sklera dilapisi oleh konjungtiva. Zona transisi antara sklera dan
kornea perifer disebut limbus.

• Iris dan badan siliar

Iris merupakan diafragma tipis berpigmen dan memiliki celah di


bagian tengah yang bernama pupil. Pupil berperan dalam pengaturan
jumlah cahaya yang masuk ke mata. Iris memiliki dua otot yang berfungsi

3
mengatur diameter pupil, yaitu m. sfingter pupil dan m. dilator pupil. Refleks
cahaya pupil merupakan konstriksi pupil sebagai respons terhadap stimulus
cahaya.

Iris merupakan diafragma tipis berpigmen dan memiliki celah di


bagian tengah yang bernama pupil. Pupil berperan dalam pengaturan
jumlah cahaya yang masuk ke mata. Iris memiliki dua otot yang berfungsi
mengatur diameter pupil, yaitu m. sfingter pupil dan m. dilator pupil. Refleks
cahaya pupil merupakan konstriksi pupil sebagai respons terhadap stimulus
cahaya.

• Lensa

Lensa adalah struktur yang bersifat transparan yang terletak di


belakang iris dan disokong oleh zonula (ligamentum suspensorium). Lensa
memengaruhi kekuatan refraksi mata dan mempunyai kemampuan yang
dapat berubah bentuk (daya akomodasi), agar dapat menyesuaikan jarak
objek yang dilihat. Lensa merupakan elemen refraktif terpenting kedua pada
mata, setelah kornea dengan film air mata. Indeks refraksi lensa yang tinggi
berasal dari kandungan protein yang tinggi di serabut lensa.

• Badan vitreus

Badan vitreus atau korpus vitreous merupakan jeli transparan yang


mengisi segmen posterior mata. Tersusun dari 98% air, dan sisanya terdiri
dari asam hialuronat dan anyaman kolagen halus. Fungsinya adalah
menyalurkan cahaya dan menyokong permukaan posterior lensa serta
membentuk bola mata. Vitreus menempel dengan diskus optikus,
pembuluh darah retina, dan retina perifer (ora serrata).

• Retina

Retina merupakan membrane tipis yang tersusun atas lapisan luar


berpigmen dan lapisan dalam neurosensoris. Lapisan retina menempel
pada diskus optikus pada sisi posterior dan ora serrata pada sisi anterior.

4
Pada bagian tengah posterior retina terdapat macula yang berperan pada
sistem penglihatan. Di sentral makula terdapat cekungan (fovea sentralis)
yang berperan dalam penglihatan detil.[1] Retina terbagi menjadi 10 lapisan
terpisah, terdiri dari fotoreseptor (sel batang dan kerucut) dan neuron,
beberapa di antaranya (sel ganglion) bersatu membentuk serabut saraf
optik. Retina bertanggung jawab mengubah cahaya menjadi sinyal listrik.[2]
Epitel pigmen retina memiliki fungsi meliputi penyerapan cahaya terpencar
oleh granula melanin, pergantian sel-sel kerucut, metabolisme vitamin A,
dan pemeliharaan sawar retina darah retina (blood retina barrier).

• Nervus Optik/ Saraf Optik

Nervus optik atau saraf optik (N.II) berada di 3 mm nasal dari makula.
Diskus optikus disebut sebagai titik buta karena tidak mengandung reseptor
batang dan kerucut. Nervus optik memiliki panjang 4 cm dan muncul keluar
dari bola mata di posterior orbita melalui kanalis optikus. Saraf optik
dibentuk oleh akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina
yang membentuk lapisan serabut saraf. Saraf berjalan keluar dari mata
melalui lempeng kribiformis sklera, suatu struktur yang menyerupai
penyaring. Di orbita, saraf optik dikelilingi oleh selubung yang dibentuk oleh
dura, araknoid, dan piameter yang berlanjut dengan lapisan yang
mengelilingi otak. Saraf optik terendam dalam cairan serebrospinalis.
Serabut saraf ekstraokular memiliki mielin, sedangkan yang berada dalam
mata tidak bermielin. Arteri dan vena retina sentral memasuki mata di pusat
saraf optik.

Nervus optikus berjalan ke arah posteromedial dan meniggalkan


bola mata melalui kanalis optikus dan masuk ke dalam fosa kranium media
untuk bergabung dengan nervus optikus sisi lainnya dan membentuk
kiasma optikum. Pada kiasma optikum serabut-serabut dari sisi nasal atau
medial setiap retina menyilang garis tengah dan masuk ke traktus optikus

5
sisi kontralateral. Serabut-serabut sisi temporal atau lateral retina tidak
menyilang, dan masuk ke traktus optikus pada sisi yang sama

• Traktus dan Jaras Optikus

Traktus optikus merupakan lanjutan dari kiasma optikum dan


berjalan ke arah posterolateral dan berakhir di korpus genikulatim lateral
di thalamus. Sebagian kecil akan pergi ke kolikulus superior di
mesensefalon untuk memberi impuls pada nukleus motorik N.III dan
nukleus Edinger Westphal. Akson dari neuron pada korpus genikulatum
lateral merupakan neuron orde akan berjalan ke posterior membentuk
radiation optika (jaras genikulokalkarina) yang berakhir pada korteks
visual hemisfer serebri (area 17 Brodman) di sekitar fisura kalkarina.

2. CAHAYA MEMASUKI MATA DAN MENCAPAI RETINA

• Cahaya yang di reflesikan (dipantulkan) ke dalam mata dari benda –


benda di sekitar
• Panjang gelombang dan intensitas adalah dua property cahaya yang
sangat menarik
• Panjang gelombang berperan penting dalam presepsi warna, dan
intensitas berperan penting dalam persepsi tentang kontras gelap –
terang (brightness).
• Cahaya masuk ke dalam mata melalui sebuah bukaan di tengah –
tengah iris yang di sebut pupil
• Cahaya tersebut difokuskan menggunakan lensa (dapat diatur) dan
kornea (tidak dapat diatur)
• Cahaya tersebut di proyeksi kan ke retina
• Cahaya dari sisi kiri akan diproyeksikan pada retina belahan kanan
begitu pula sebaliknya.
• Cahaya dari sisi atas akan diproyeksikan ke retina belahan bawah,
cahaya dari sisi bawah akan diproyeksikan ke retina belahan atas.

6
Cahaya kadang – kadang didefinisikan sebagai gelombang energi
elektromagnetik yang panjangnya antara 380 – 760 nanometer (miliar
meter). Tidak ada yang istimewa dengan Panjang gelombang ini kecuali
bahawa system visual manusia meresponsnya.

2.1. Pupil Dan Lensa

Menjelaskan bagaimana pupil dan lensa dapat memengaruhi


gambar yang jatuh di atas retina. Banyaknya cahaya yang mencapai
retina diatur oleh sekumpulan jaringan kontraktil berbentuk donat yang
disebut iris, yang membuat mata kita memiliki warna yang khas. Cahaya
memasuki mata melalui pupil, lubang di iris. Penyesuaian ukuran pupil
sebagai respons terhadap berbagai perubahan ilmuniasi/pencahayaan
merepresentasikan sebuah kompromi antara sensitivity
(sensitivitas/kepekaan, kemampuan untuk mendekati keberadaan
benda – benda yang mendapat iluminasi sangat redup) dan acuity
(akuitas/ketajaman, kemampuan untuk melihat detail -detail objek). Bila
tingkat pencahayaan tinggi dan sensitivitas menjadi tidak penting,
system visual memanfaatkan situasi dengan mengonstriksi
(mengerutkan/menciutkan pupil). Ketika pupil terkonstriksi, gambar
yang jatuh di masing – masing retina lebih tajam dan kedalaman
fokusnya pun lebih besar; artinya, rentang kedalaman yang lebih besar
terfokus secara stimultan di retina. Akan tetapi, Ketika pencahayaan
terlalu rendah untuk dapat mengaktifkan reseptor – reseptor visual
secara adekuat, pupil akan berdilatasi (melebar) untuk memungkinkan
lebih banyak cahaya masuk, sehingga mengorbankan akuitas dan
kedalaman fokus. Di belakang masing – masing pupil terdapat sebuah
lensa, yang memfokuskan cahaya yang dating di retina. Ketika kita
mengarahkan penglihatan kita pada sesuatu yang berjarak dekat
dengan kita, ketegangan pada ligament – ligament yang mepertahankan
masing – masing lensa agar tetap di tempatnya disesuaikan oleh ciliary
muscles (otot – otot solaria), dan lensa berbentuk silindris sesuai

7
bentuk alamiahnya. Hal ini meningkatkan kemampuan lensa untuk
merefraksi (membengkokkann) cahaya untuk mendekatkan objek –
objek ke fokus yang tajam.

2.2. Posisi Mata dan Disparitas Binokuler

Menjelaskan mengapa vertebrata mempunyai satu mata pada


setiap sisi kepalanya sementara vertebrata – vertebrata lain mempunyai
mata yang menepel saling-bersebelahan di bagian depan kepalanya.

Tidak ada deskripsi tentang mata vertebrata yang kompleks


tanpa pembahasan tentang fiturnya yang paling kasat mata: fakta
bahwa mereka berpasangan. Salah satu alasan mengapa vertebrata
memiliki dua mata adalah karena mereka memiliki dua sisi: kiri dan
kanan. Gerakan mata anda dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga
setiap titik di dunia visual anda di proyeksikan ke titik – titik yang
berkoresponsdensi di kedua retina. Untuk itu mata anda harus
berkonvergensi (sedikit memutar kea rah dalam); konvergensi paling
besar adalah Ketika anda mengamati benda – benda yang dekat. Akan
tetapi, di kedua retina anda tidak pernah berkoresponsdensi secara
benar – benar persis karena keddua mata anda tidak melihat dunia dari
posisi yang persis sama.

3. RETINA DAN TRANSLASI CAHAYA MENJADI SINYAL – SINYAL


NEURAL

Setelah cahaya melalui pupil dan lensa. Cahaya itu akan


mencapai retina. Retina mengubah cahaya menjadi sinyal-sinyal neural,
mengonduksi mereka ke arah sistem saraf pusat (CNS), dan
berpartisipasi dalam pemrosesan sinya-sinyal (Hoon et al., 2014;Seung
& Sumbul, 2014).

3.1. Struktur Retina

8
Mendeskripsikan struktur retina dan menyebutkan tipe – tipe sel
yang menyusun retina.

Retina terdiri atas lima lapisan dari tipe – tipe neuron berbeda, yakni:

1. Receptors (Reseptor)
2. Horizontal cells (sel horizontal)
3. Bipolar cells (sel bipolar)
4. Amacrine cells (sel amakrin)
5. Retinal ganglion cells (sel ganglion retina)

Sel – sel amakrin dan sel – sel horizontal terspesialisasi untuk


komunikasi lateral (komunikasi di seluruh saluran – saluran utama input
sensorik). Neuron – neuron retina berkomunikasi secara kimiawi melaui
sinapsis dan secara elektrik melalui gap junctions. Cahaya mencapai
lapisan reseptor hanya setelah melalui keempat lapisan lainnya. Selain
itu, begitu reseptor – reseptor itu telah diaktifkan, pesan neural itu
ditranslasikan-balik melalui lapisan – lapisan retina ke sel – sel ganglion
retinal, yang akson – aksonnya berpproyeksi di sekujur bagian dalam
retina sebelum berkumpul dalam bentuk bundel dan keluar dari bola
mata. Susunan terbalik ini menciptakan dua masalah visual. Yang
pertama adalah cahaya yang datang terdistorsi oleh jaringan retinal
yang harus dilaluinya sebelum mencapai reseptor. Masalah yang lain
adalah agar bundel akson-akson sel ganglion di lapisan reseptor; celah
itu disebut blind spot (titik buta). Fovea adalah sebuah indensasi, yang
diameternya sekitar 0,33 centimeter, di tengah retina; Fovea adalah
daerah retina yang terspesialisasi untuk penglihatan akuitas-tinggi
(untuk melihat detail – detail halus). Tipisnya lapisan sel ganglion retinal
di fovea mengurangi distorsi cahaya yang masuk.

Sistem visual lebih dari sekadar menciptakan sebuah Salinan


yang tepat dari dunia eksternal. Ketika anda memandang sebuah objek,
system visual anda tidak mengondusikan gambar objek itu dari retina

9
anda ke korteks anda. Sebaliknya, sistem visual anda mengekstrasi
informasi kunci itu-terutama informasi tentang bagian – bagian pinggir
dan lokasinya- dan mengonduksikan informasi itu ke korteks, di mana
persepsi tentang seluruh objek diciptakan dari informasi parsial tersebut.

3.2. Cone dan Rod

Mendeskripsikan teori dupleksitas penglihatan, dan menjelaskan


perbedaan antara sistem fotopik dan skotopik. Ada dua tipe reseptor
yang berbeda pada retina manusia: reseptor berbentuk kerucut yang
disebut cones, dan reseptor yang berbentuk batang yang disebut rods.
Keberadaan kedua tipe reseptor ini memusingkan para peneliti, Ketika
tahun 1866 untuk pertama kalinya diketahui bahwa spesies yang hanya
aktif di siang hari cenderung hanya memiliki retina-kerucut saja dan
spesies yang hanya aktif di malam hari cenderunng memiliki retina –
batang saja.

Perbedaan antara penglihatan fotopik dan skotopik Sebagian


berasal dari perbedaan dalam bagaimana kedua sistem itu “terhubung”.
Ada konvergensi yang besar di antara kedua sistem tersebut. Pada
sistem skotopik, output beberapa ratus rod dapat berkovergensi pada
sebuah sel ganglion retina untuk menerima input hanya dari beberapa
cone. Akibatnya, efek cahaya redup yang secara simultan menstimulasi
banyak rod yang terstimulasi berkonvergensi, semestara itu, efek
cahaya redup yang sama diterapkan pada selembar cone tidak dapat
bertambah dengan yang sama tinggi, dan sel – sel ganglion retina
mungkin tidak dapat merespon cahaya itu.

4. SENSITIVITAS SPEKTRAL

Spectral Sensitivy Curve (Kurva sensitivitas spectral) adalah


grafik brightness relative dari cahaya – cahaya dengan intensitas yang
sama, yang dipresentasikan dengan Panjang gelombang yang berbeda.

10
Kurva sensitivitas spectral untuk manusia dan binatang lain memiliki
Cone maupun Rod, dan memiliki dua macam kurva, yaitu:

1. Kurva Sensitivitas spectral fotopik


Kurva sensitivitas spectral fotopik pada manusia dapat ditetapkan
dengan meminta subjek menilai brightness relative dari Panjang
gelombang cahaya yang berbeda – beda yang jatuh di fovea.
2. Kurva Sensitivitas spectral skotopik
Kurva ini pada manusia ditetapkan dengan meminta subjek menilai
brightness relative dari Panjang gelombang cahaya yang berbeda –
beda.
Oleh karena perbedaan sensitivitas spectral fotopik dan
skotopik ini, efek visual menarik dapat diamati selama transisi dari
penglihatan fotopik ke skotopik.

4.1. Gerakan Mata

Mendeskripsikan tiga tipe Gerakan mata fiksasional tak sengaja,


dan menjelaskan apa yang terjadi Ketika semua Gerakan mata diblokir.
Gerakan mata fiksasional, ada tiga macam, yaitu:

1. Tremor
2. Drifts
3. Saccades (Gerakan kecil tersentak – sentak atau flicks(jentikan))

Meskipun kita biasanya tidak menyadari Gerakan mata fiksasional,


mereka memiliki fungsi visual kritis. Ketika Gerakan mata atau efek
utama mereka dihalngi, objek penglihatan mulai memudar lalu
menghilang. Hal ini terjadi karena neuron – neuron visual kita
merespons perubahan; bila gambar – gambar retinal di stabilkan secara
artifisal (dijaga agar tidak bergerak di retina) gambar mulai hilang lalu
muncul Kembali. Jadi, Gerakan fiksasi, dengan menjaga agar gambar
bergerak di retina.

11
4.2. Transduksi Visual

Transduction (transduksi) adalah konversi bentuk energi menjadi


bentuk energi lain. Visual transduction (transduksi visual) adalah
konversi cahaya menjadi sinyal – sinyal neural oleh reseptor – reseptor
visual.

5. PENGLIHATAN PADA MANUSIA

Dalam pembahasan hubungan persepsi, pencahayaan, dan


desain interior, kita tidak dapat mengesampingkan faktor sistem peng
lihatan pada manusia itu sendiri. Faktor sistem penglihatan ini
merupakan gerbang masuknya informasi visual yang kemudian akan
dipersepsikan manusia. Secara garis besar sistem penglihatan manusia
adalah sebagai berikut :

• Mata manusia berfungsi sebagai photo receptor dalam menerima


rangsangan berupa objek visual / cahaya melalui retina mata.
• Oleh retina rangsangan dirubah menjadi sinyal-sinyal elektrik yang
diteruskan pada bagian otak (Lateral Geniculate Nucleus).
• Pada Lateral Geniculate Nucleus sinyal elektrik tersebut
digabungkan dengan referensi (pengalaman dan latar belakang)
yang sudah ada pada ingatan sebelumnya.
• Kemudian sinyal elektrik tadi diteruskan pada bagian otak lain yaitu
visual cortex, di dalam visual cortex sinyal elektrik tadi diubah
menjadi sebuah persepsi dari manusia.

Dan karena persepsi tersebut maka rangsangan akan diteruskan


pada organ tubuh lain yang akhirnya menghasilkan sebuah output
berupa perilaku, gerak refleks, detak jantung, dan lain-lain.

Pada saat mata menangkap rangsangan berupa objek visual, maka


pada saat itu diperlukan sebuah pencahayaan. Apabila aktor
pencahayaan tidak terdapat di sekitar objek visual tersebut, maka

12
proses penglihatan tersebut mustahil akan terjadi. Secara umum,
keadaan penglihatan yang dipengaruhi oleh faktor pencahayaan dapat
digolongkan dalam tiga golongan besar, yaitu :

• Penglihatan photopic. Pada keadaan ini, kuat cahaya pada objek


visual berada diatas 3cd/m2 sehingga objek terlihat dengan sangat
jelas. Penglihatan dan persepsi yang dihasilkan dapat dikatakan
nyata atau 100% mengacu pada objek visual tersebut.
• Penglihatan mesopic. Pada keadaan ini, kuat cahaya pada objek
visual berada antara 0,001cd/m2 sampai dengan 3cd/m2. Dalam hal
ini karena keterbatasan cahaya yang tersedia maka objek terlihat
mulai samar. Penglihatan dan persepsi yang dihasilkan 20% - 90%
nyata pada objek visual tersebut dan sisanya 10% - 80% merupakan
imaginasi dari pengamat, sehingga sebagian persepsi yang terjadi
merupakan interpretasi dari manusia itu sendiri.
• Penglihatan scotopic. Pada keadaan ini, kuat cahaya pada objek
visual berada dibawah 0,001cd/m2. Dalam hal ini karena cahaya
yang sangat minim maka objek visual hampir tidak terlihat atau tidak
terlihat sama sekali. Persepsi manusia 0% - 20% nyata pada objek
visual tersebut dan sisanya 80%-100% merupakan imaginasi dari
pengamat, sehingga hampir semua persepsi yang terjadi merupakan
interpretasi dari manusia itu sendiri.

Saat mengamati sebuah objek visual, sebenar nya manusia


memiliki kemampuan yang ber beda-beda satu sama lainnya. Secara
umum ambang kemampuan penglihatan tersebut akan bergantung
pada:

• Kuat cahaya langsung yang ditangkap oleh mata.


Setiap manusia memiliki sensitivitas mata yang berbeda antara satu
dengan lainnya. Sebagai contoh, pada satu orang / kelompok orang
yang berada dalam kondisi ruang dengan kuat cahaya 3cd/m2 sudah

13
merasa cukup terang, akan tetapi bagi orang lain / kelompok orang
lain mungkin dirasakan kurang terang.
• Panjang gelombang cahaya yang ditangkap mata.
Secara umum gelombang cahaya yang dapat ditangkap oleh mata
manusia adalah antara 380 nm - 780 nm, Akan tetapi bilangan
tersebut bukanlah suatu yang pasti, karena sebagian orang masih
dapat menangkap gelombang cahaya diatas 780 nm, dan pada
sebagian orang lainnya masih dapat menangkap gelombang cahaya
dibawah 380 nm.
• Lama cahaya langsung yang ditangkap mata.
Saat menangkap cahaya, mata manusia akan berakomodasi. Oleh
karena kegiatan akomodasi tersebut, lama kelamaan mata akan
mengalami kelelahan. Akan tetapi tingkat kelelahan mata manusia
dalam menangkap cahaya berbeda-beda pada setiap manusia.
• Objek visual dan background dari objek visual itu sendiri. Hal-
hal seperti besaran visual background objek visual, penerangan
langsung pada objek visual, penerangan langsung pada background
objek visual, warna objek visual, warna background objek visual,
lokasi objek visual terhadap garis horison mata, dan pergerakan
objek visual.
• Sistem penglihatan pada manusia itu sendiri.
Beberapa masalah pada sistem penglihatan manusia juga
memberikan kemampuan yang berbeda-beda dalam melihat.

5.1. Kecenderungan Manusia Dalam Mempersepsikan Objek


Visual Berupa Ruang

Ruang / gubahan ruang / desain interior merupakan objek visual


yang akan dipersepsikan oleh manusia sebagai penggunanya /
pengamat nya. Dalam mengamati dan memper sepsi kan sebuah objek
ruang / gubahan ruang / desain interior, manusia cenderung akan me
milah-milah pengamatannya dengan urutan sebagai berikut :

14
• Lightness atau keadaan pencahayaan (terang atau gelap) dalam
sebuah ruang merupakan hal pertama yang akan dipersepsikan oleh
manusia ketika ia memasuki sebuah objek ruang / gubahan ruang /
desain interior. Tetapi apabila dalam ruang tersebut faktor
pencahayaan sangat minim atau tidak ada sama sekali (Scotopic
Vision), yang akan dipersepsikan manusia secara visual hanya akan
berhenti sampai tahapan ini saja.
• Color. Setelah mempersepsikan keadaan pencahayaan dalam
sebuah objek ruang / gubahan ruang / desain interior, manusia
kemudian akan mempersepsikan warna-warna yang membentuk
objek ruang / gubahan ruang / desain interior tersebut. Dalam
tahapan ini apapun warna yang membentuk ruang tersebut (selama
faktor pencahayaan memadai) akan tetap diper sepsikan olehnya.
• Size. Ukuran dari objek ruang / gubahan ruang / desain interior
beserta elemen-elemen pembentuknya baru akan dipersepsikan
manusia, setelah ia mempersepsikan warna yang terdapat pada
ruang tersebut.
• Shape. Pada tahapan yang terakhir manusia baru akan
mempersepsikan ruang keseluruhan secara tiga dimensional.

5.2. Persepsi Manusia Terhadap Cahaya Dalam Ruang

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan pencahayaan dalam


sebuah ruang berkaitan erat dengan atmosfer ruang yang terbentuk dan
persepsi manusia sebagai pengguna/pengamat ruang tersebut.
Beberapa persepsi manusia/pengamat yang paling terjadi dalam
sebuah ruang antara lain adalah :

• Cahaya dipersepsikan sebagai orientasi. Kecenderungan manusia


ketika manusia tersesat / tidak tahu arah dalam sebuah fasilitas

15
ruang, ia akan mengikuti sesuatu yang lebih / paling terang untuk
diikuti.
• Cahaya dipersepsikan sebagai sebuah hierarki. Biasanya tempat
yang lebih terang akan digunakan untuk sebuah keperluan yang
lebih tinggi dari keperluan lainnya.
• Cahaya dalam batas tertentu akan di per sepsikan sebagai sebuah
kenyamanan. Manusia dalam keadaan “normal” akan cenderung
mencari tempat yang paling terang / lebih terang.
• Cahaya diyakini dapat meningkatkan produktifitas seseorang. Dalam
se buah area kerja pencahayaan dalam batas tertentu diyakini dapat
meningkatkan kinerja seseorang dari pada sebuah area kerja yang
memiki kuat cahaya yang kurang
• Cahaya diyakini memiliki second meaning / arti lain dari yang
ditampilkan oleh objek visual itu sendiri, pada objek visual yang
disinari oleh cahaya itu.

6. PERMASALAHAN DALAM SISTEM PENGLIHATAN

Beberapa masalah pada sistem penglihatan manusia juga


memberikan kemampuan yang berbeda-beda dalam melihat.
Permasalahan tersebut antara lain adalah:

• Permasalahan fokus mata


Masalah ini merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat
memfokuskan penglihatan pada sebuah objek visual tertentu secara
jelas. Contoh seperti : Myopia, Hyperopia, Astigmatism, Presbyopia.
• Penglihatan warna abnormal
Yang termasuk dalam katagori ini adalah buta warna parsial dan buta
warna total. Sebuah penelitian mengatakan bahwa +/- 8,1% manusia
mengalami problem ini.
• Penambahan usia

16
Penambahan usia pada manusia juga akan berpengaruh pada
ketajaman dan kecepatan penglihatan. Selain itu secara psikologis
persepsi terhadap warna pada tingkatan perbedaan usia juga
mengalami perbedaan.
• Keterbatasan penglihatan
Keterbatasan penglihatan dapat disebabkan oleh pe-nyakit-penyakit
tertentu seperti : katarak, glukoma, dan lain-lain.
• Faktor genetis
Yang termasuk didalam nya adalah penyakit turunan yang
menyebabkan kelainan pada sistem penglihatan, salah satu contoh
dari kelainan ini adalah buta warna. Sebagian dari penderita buta
warna merupakan penyakit bawaan yang diturunkan oleh orang
tuanya. Selain itu, faktor genetik juga akan mempengaruhi warna
kulit seseorang. Warna kulit pada manusia dipengaruhi oleh pigmen
yang memberikan warna tertentu pada warna kulitnya, pigmen-
pigmen tersebut juga tersebar pada retina mata manusia tersebut.
Oleh karena perbedaan pigmen tersebut, kemampuan melihat pada
se seorang secara tidak langsung akan terpengaruh oleh warna
kulitnya.

17
BAB III

PENUTUP

Mata merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk menerima


informasi dalam bentuk visual. Prinsip kerja mata manusia sebetulnya
hampir sama dengan kamera, yaitu dengan menangkap pantulan
cahaya dari objek dan mengirimkan sinyal ke otak sehingga Anda bisa
melihat bentuk, warna, dan gerak.

Adapun Cahaya masuk melalui mata bagian pupil. Lensa mata


memfokuskan cahaya sehingga bayangan bisa jatuh tepat pada bintik
kuning. Bayangan yang terjadi pada retina adalah nyata,terbalik,dan
diperkecil. Bayangan disampaikan ke otak melalui saraf mata,sehingga kita
bisa melihat.

Demikian penjelasan lengkap mengenai cara kerja mata serta


mekanisme penglihatan pada mata manusia. Memahami bagaimana
cara kerja mata sangatlah penting untuk meningkatkan kesadaran
betapa pentingnya indra penglihatan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Hubungan antara cahaya dan penglihatan amat erat karena cahaya dapat
memperjelas penglihatan. Dalam hal ini, benda dapat terlihat ketika cahaya
yang mengenai benda kemudian dipantulkan ke mata. Benda yang
berwarna terang atau mengkilat akan memantulkan cahaya lebih banyak.

18
REFERENSI
• Pinel, John P.J, 2019. Biopsikologi edisi kesepuluh

• “Sistem Penglihatan”. Wikipedia. Ensiklopedia Bebas. Wikipedia.


Ensiklopedia Bebas. 8 Juli 2021. Web. 8 Juli 2021.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_penglihatan
• Adrianto Wibisono; 2009. Hubungan Antara Penglihatan,
Pencahayaan, Dan Persepsi Manusia Dalam Desain Interior ;
Desain Interior, Institut Teknologi Bandung

19

Anda mungkin juga menyukai