Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGLIHATAN
• Mata
Mata terdiri dari suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior
(kornea) dan opak di posterior (sklera). Sambungan antara keduanya
disebut limbus. Otot-otot ekstraokular melekat pada sklera, sementara saraf
optik meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng kribiformis. Antara
kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata anterior
(depan). Di antara iris, lensa, korpus siliar terdapat bilik mata posterior. Di
antara lensa dan retina terletak korpus vitreous. Lensa terletak di belakang
iris dan disokong oleh serabut-serabut halus (zonula) yang terbentang
diantara lensa dan korpus siliaris. Sudut iridokornea terletak diantara iris,
kornea, dan korpus siliaris, merupakan tempat drainase akueous dari mata
2
melalui jalinan trabekula. Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid)
melapisi segmen posterior mata dan memberi nutrisi pada permukaan
dalam retina. Koroid dibentuk oleh arteriol, venula, dan anyaman kapiler
berfenetrasi yang padat, melekat longgar ke sklera.
• Kornea
Bilik mata depan adalah ruang berisi humor akuos dan terletak di
belakang kornea dan di depan iris. Humor akuos diproduksi oleh sel epitel
non pigmen badan siliar dan mengalir melalui belakang pupil ke bilik mata
depan serta mensuplai kebutuhan metabolik dan nutrisi untuk lensa dan
kornea. Di antara iris, lensa, korpus siliar terdapat bilik mata posterior (yang
berbeda dari korpus vitreous), yang juga terisi oleh humor akuos.
• Sklera
3
mengatur diameter pupil, yaitu m. sfingter pupil dan m. dilator pupil. Refleks
cahaya pupil merupakan konstriksi pupil sebagai respons terhadap stimulus
cahaya.
• Lensa
• Badan vitreus
• Retina
4
Pada bagian tengah posterior retina terdapat macula yang berperan pada
sistem penglihatan. Di sentral makula terdapat cekungan (fovea sentralis)
yang berperan dalam penglihatan detil.[1] Retina terbagi menjadi 10 lapisan
terpisah, terdiri dari fotoreseptor (sel batang dan kerucut) dan neuron,
beberapa di antaranya (sel ganglion) bersatu membentuk serabut saraf
optik. Retina bertanggung jawab mengubah cahaya menjadi sinyal listrik.[2]
Epitel pigmen retina memiliki fungsi meliputi penyerapan cahaya terpencar
oleh granula melanin, pergantian sel-sel kerucut, metabolisme vitamin A,
dan pemeliharaan sawar retina darah retina (blood retina barrier).
Nervus optik atau saraf optik (N.II) berada di 3 mm nasal dari makula.
Diskus optikus disebut sebagai titik buta karena tidak mengandung reseptor
batang dan kerucut. Nervus optik memiliki panjang 4 cm dan muncul keluar
dari bola mata di posterior orbita melalui kanalis optikus. Saraf optik
dibentuk oleh akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina
yang membentuk lapisan serabut saraf. Saraf berjalan keluar dari mata
melalui lempeng kribiformis sklera, suatu struktur yang menyerupai
penyaring. Di orbita, saraf optik dikelilingi oleh selubung yang dibentuk oleh
dura, araknoid, dan piameter yang berlanjut dengan lapisan yang
mengelilingi otak. Saraf optik terendam dalam cairan serebrospinalis.
Serabut saraf ekstraokular memiliki mielin, sedangkan yang berada dalam
mata tidak bermielin. Arteri dan vena retina sentral memasuki mata di pusat
saraf optik.
5
sisi kontralateral. Serabut-serabut sisi temporal atau lateral retina tidak
menyilang, dan masuk ke traktus optikus pada sisi yang sama
6
Cahaya kadang – kadang didefinisikan sebagai gelombang energi
elektromagnetik yang panjangnya antara 380 – 760 nanometer (miliar
meter). Tidak ada yang istimewa dengan Panjang gelombang ini kecuali
bahawa system visual manusia meresponsnya.
7
bentuk alamiahnya. Hal ini meningkatkan kemampuan lensa untuk
merefraksi (membengkokkann) cahaya untuk mendekatkan objek –
objek ke fokus yang tajam.
8
Mendeskripsikan struktur retina dan menyebutkan tipe – tipe sel
yang menyusun retina.
Retina terdiri atas lima lapisan dari tipe – tipe neuron berbeda, yakni:
1. Receptors (Reseptor)
2. Horizontal cells (sel horizontal)
3. Bipolar cells (sel bipolar)
4. Amacrine cells (sel amakrin)
5. Retinal ganglion cells (sel ganglion retina)
9
anda ke korteks anda. Sebaliknya, sistem visual anda mengekstrasi
informasi kunci itu-terutama informasi tentang bagian – bagian pinggir
dan lokasinya- dan mengonduksikan informasi itu ke korteks, di mana
persepsi tentang seluruh objek diciptakan dari informasi parsial tersebut.
4. SENSITIVITAS SPEKTRAL
10
Kurva sensitivitas spectral untuk manusia dan binatang lain memiliki
Cone maupun Rod, dan memiliki dua macam kurva, yaitu:
1. Tremor
2. Drifts
3. Saccades (Gerakan kecil tersentak – sentak atau flicks(jentikan))
11
4.2. Transduksi Visual
12
proses penglihatan tersebut mustahil akan terjadi. Secara umum,
keadaan penglihatan yang dipengaruhi oleh faktor pencahayaan dapat
digolongkan dalam tiga golongan besar, yaitu :
13
merasa cukup terang, akan tetapi bagi orang lain / kelompok orang
lain mungkin dirasakan kurang terang.
• Panjang gelombang cahaya yang ditangkap mata.
Secara umum gelombang cahaya yang dapat ditangkap oleh mata
manusia adalah antara 380 nm - 780 nm, Akan tetapi bilangan
tersebut bukanlah suatu yang pasti, karena sebagian orang masih
dapat menangkap gelombang cahaya diatas 780 nm, dan pada
sebagian orang lainnya masih dapat menangkap gelombang cahaya
dibawah 380 nm.
• Lama cahaya langsung yang ditangkap mata.
Saat menangkap cahaya, mata manusia akan berakomodasi. Oleh
karena kegiatan akomodasi tersebut, lama kelamaan mata akan
mengalami kelelahan. Akan tetapi tingkat kelelahan mata manusia
dalam menangkap cahaya berbeda-beda pada setiap manusia.
• Objek visual dan background dari objek visual itu sendiri. Hal-
hal seperti besaran visual background objek visual, penerangan
langsung pada objek visual, penerangan langsung pada background
objek visual, warna objek visual, warna background objek visual,
lokasi objek visual terhadap garis horison mata, dan pergerakan
objek visual.
• Sistem penglihatan pada manusia itu sendiri.
Beberapa masalah pada sistem penglihatan manusia juga
memberikan kemampuan yang berbeda-beda dalam melihat.
14
• Lightness atau keadaan pencahayaan (terang atau gelap) dalam
sebuah ruang merupakan hal pertama yang akan dipersepsikan oleh
manusia ketika ia memasuki sebuah objek ruang / gubahan ruang /
desain interior. Tetapi apabila dalam ruang tersebut faktor
pencahayaan sangat minim atau tidak ada sama sekali (Scotopic
Vision), yang akan dipersepsikan manusia secara visual hanya akan
berhenti sampai tahapan ini saja.
• Color. Setelah mempersepsikan keadaan pencahayaan dalam
sebuah objek ruang / gubahan ruang / desain interior, manusia
kemudian akan mempersepsikan warna-warna yang membentuk
objek ruang / gubahan ruang / desain interior tersebut. Dalam
tahapan ini apapun warna yang membentuk ruang tersebut (selama
faktor pencahayaan memadai) akan tetap diper sepsikan olehnya.
• Size. Ukuran dari objek ruang / gubahan ruang / desain interior
beserta elemen-elemen pembentuknya baru akan dipersepsikan
manusia, setelah ia mempersepsikan warna yang terdapat pada
ruang tersebut.
• Shape. Pada tahapan yang terakhir manusia baru akan
mempersepsikan ruang keseluruhan secara tiga dimensional.
15
ruang, ia akan mengikuti sesuatu yang lebih / paling terang untuk
diikuti.
• Cahaya dipersepsikan sebagai sebuah hierarki. Biasanya tempat
yang lebih terang akan digunakan untuk sebuah keperluan yang
lebih tinggi dari keperluan lainnya.
• Cahaya dalam batas tertentu akan di per sepsikan sebagai sebuah
kenyamanan. Manusia dalam keadaan “normal” akan cenderung
mencari tempat yang paling terang / lebih terang.
• Cahaya diyakini dapat meningkatkan produktifitas seseorang. Dalam
se buah area kerja pencahayaan dalam batas tertentu diyakini dapat
meningkatkan kinerja seseorang dari pada sebuah area kerja yang
memiki kuat cahaya yang kurang
• Cahaya diyakini memiliki second meaning / arti lain dari yang
ditampilkan oleh objek visual itu sendiri, pada objek visual yang
disinari oleh cahaya itu.
16
Penambahan usia pada manusia juga akan berpengaruh pada
ketajaman dan kecepatan penglihatan. Selain itu secara psikologis
persepsi terhadap warna pada tingkatan perbedaan usia juga
mengalami perbedaan.
• Keterbatasan penglihatan
Keterbatasan penglihatan dapat disebabkan oleh pe-nyakit-penyakit
tertentu seperti : katarak, glukoma, dan lain-lain.
• Faktor genetis
Yang termasuk didalam nya adalah penyakit turunan yang
menyebabkan kelainan pada sistem penglihatan, salah satu contoh
dari kelainan ini adalah buta warna. Sebagian dari penderita buta
warna merupakan penyakit bawaan yang diturunkan oleh orang
tuanya. Selain itu, faktor genetik juga akan mempengaruhi warna
kulit seseorang. Warna kulit pada manusia dipengaruhi oleh pigmen
yang memberikan warna tertentu pada warna kulitnya, pigmen-
pigmen tersebut juga tersebar pada retina mata manusia tersebut.
Oleh karena perbedaan pigmen tersebut, kemampuan melihat pada
se seorang secara tidak langsung akan terpengaruh oleh warna
kulitnya.
17
BAB III
PENUTUP
18
REFERENSI
• Pinel, John P.J, 2019. Biopsikologi edisi kesepuluh
19