Anda di halaman 1dari 22

Lembar Pernyataan

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Anindya Salsabilla
NIM : 225090100111031
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa isi dari laporan berjudul “Indra Pengelihatan
dan Persepsi” yang telah ditulis ini merupakan murni dari hasil pemikiran saya sendiri dan
tidak ada unsur plagiat.

Malang, 15 September 2023


Yang menyatakan,

Anindya Salsabilla
INDRA PENGLIHATAN DAN PERSEPSI

Anindya Salsabilla

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan


Alam, Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Salah satu indra yang dimanfaatkan manusia untuk mengamati sesuatu adalah indera
penglihatan dan persepsi. Mata adalah organ tubuh yang bertanggung jawab atas penglihatan dan
persepsi. Pada mata terdapat fotoreseptor merupakan reseptor yang menerima rangsangan dari cahaya.
Fotoreseptor terdapat 2 jenis yaitu sel batang (rod) dan sel kerucut (cone), pada sel batang digunakan
untuk cahaya yang redup dan warna monokrom sedangkan pada sel kerucut digunakan dalam keadaan
cahaya cerah dan berwarna. Proses mekanisme yang terjadi pada Indra penglihat diawali dari cahaya
yang masuk melewati struktur kornea lalu ke pupil yang mengatur intensitas cahaya, lalu ke lensa
mata, ke fotoreseptor yang kemudian disalurkan ke otak dengan bentuk gelombang elektrik. Mata juga
memiliki beberapa penyakit seperti mata kering, penyakit buta warna yang disebabkan leh keturunan,
dan katarak. Tujuan dari Praktikum Anatomi Fisiologi Hewan ini antara lain memeriksa kesehatan
mata, mempelajari mekanisme respon pupil terhadap rangsangan cahaya, pengaruh perubahan bentuk
lensa terhadap penglihatan, batas konvergensi penglihatan, warna-warna yang batang dan sel kerucut
sensitif sebagai fotoreseptor, dan belajar tentang kebutaan. Mengetahui sensitivitas mata terhadap
perubahan warna, memahami respons mata terhadap berbagai kondisi, dan memahami kapasitas
akomodasi mata adalah hal yang penting.

Kata kunci: Mata, penglihatan, warna, fotoreseptor, cahaya.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan salah satu dari panca indra yakni penglihatan, mata merupakan organ yang
sangat penting untuk kehidupan sehari-hari. Akan ada banyak sekali kekurangan atau
ketidaknyamanan dalam menjalankan hidup sehari-hari apabila kesehatan mata terganggu. Organ
penglihatan utama pada manusia adalah mata. Mata adalah “organ penglihatan” yang paling penting
baik untuk bagian luar maupun bagian dalam tubuh manusia. Sejumlah struktur (masing-masing
memiliki tujuan tertentu) terlibat dalam mekanisme penglihatan dan persepsi visual. Orbita, kerangka
pelindung yang terbuat dari tulang dan jaringan ikat, menampung mata. Kelenjar yang terdapat di
kelopak mata menghasilkan lapisan film air mata yang menutupi permukaan anterior (depan) mata dan
melindunginya. Otot ekstraokular adalah otot yang terhubung dengan bola mata dan mengatur
pergerakan mata. Selain itu, penglihatan binokular memerlukan koordinasi otot yang baik antara kedua
mata. Mata menerima nutrisi melalui jaringan kompleks pembuluh darah dan neuron, serta persarafan
sensorik dan motorik (Gahart, C &Vasudevan, L. 2016).
Mata terletak pada kepala, terdapat cekungan atau blngan pada tengkorak dimana tempat mata
terletak. Orbit pada permukaan depan tengkorak merupakan tempat letak struktur mata bulat. Manusia
dewasa memiliki ukuran mata yang relatif konsisten, sedikit berfluktuasi sekitar satu milimeter.
Diameter transversal kira-kira 24,5–24,5 mm, sedangkan diameter sagital (vertikal) kira-kira 24 mm.
Rata-rata mata manusia dewasa memiliki berat sekitar 7,5 g. Bola mata memiliki bentuk yang bulat
menurut Bertelli, E (2019) bola mata mirip dengan cangkang bulat yang didalamnya terdapat inti zat
bening. Mata merupakan organ yang memiliki cairan yang meliputinya sehingga selalu basah. Mata
dapat digerakkan dengan adanya syaraf mata yang menyambung pada otak. Charles Darwin
menggambarkan mata sebagai sesuatu yang sempurna dan kompleks. Meskipun terdapat banyak
perbedaan morfologi dan fungsi antar spesies, akan keliru jika menyimpulkan bahwa yang satu lebih
baik daripada yang lain. Kesempurnaan yang dilihat mata adalah sebagai berikut; setiap mata telah
berevolusi untuk secara khusus memenuhi kebutuhan pemiliknya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada laporan ini. Rumusan masalah pada topik Indera
Penglihatan dan Persepsi sebagai berikut
1. bagaimana cara memeriksa kesehatan mata?
2. bagaimana mengetahui mekanisme kerja dan peran pupil menanggapi rangsangan cahaya?
3. bagaimana mengetahui dampak perubahan bentuk lensa terhadap penglihatan?
4. bagaimana mengetahui batas konvergensi penglihatan?
5. bagaimana mengetahui warna yang sensitif terhadap sel batang dan sel kerucut.
6. bagaimana mengetahui buta warna dan fenomena purkinje pada setiap probandus?
7. bagaimana mengetahui kemampuan mata untuk beradaptasi pada situasi tententu?
8. bagaimana mengetahui respon mata ketika melihat warna yang bergerak?
9. bagaimana mengetahui daya akomodasi mata?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum dengan topik “Indera Penglihatan dan Persepsi”
yaitu sebagai berikut:
1. memeriksa kesehatan mata
2. mengetahui mekanisme kerja dan peran pupil dalam menanggapi rangsangan cahaya
3. mengetahui dampak perubahan bentuk lensa terhadap penglihatan
4. mengetahui batas konvergensi penglihatan
5. mengetahui warna yang sensitif terhadap sel batang dan sel kerucut.
6. mengetahui buta warna dan fenomena purkinje pada setiap probandus
7. mengetahui kemampuan mata untuk beradaptasi pada situasi tententu
8. mengetahui respon mata ketika melihat warna yang bergerak
9. mengetahui daya akomodasi mata.

1.4 Manfaat Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan memahami komponen anatomi indera
penglihatan dan mekanisme fungsionalnya. Pengetahuan ini akan berguna dalam bidang medis dalam
menangani kondisi seperti buta warna, rabun jauh, katarak, dan masalah lain yang berhubungan
dengan penglihatan. Agar dapat mengobati pasien yang memiliki masalah pada indera penglihatannya
secara efektif, informasi ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam pembuatan penelitian
tentang kapasitas reseptor dan area indra penglihatan lainnya. Manfaat menyelesaikan praktikum Indra
Penglihatan dan Persepsi antara lain kemampuan memeriksa kesehatan mata, mempelajari fungsi pupil
dan perannya dalam merespon rangsangan cahaya, serta menilai dampak perubahan lensa terhadap
penglihatan. Selain itu, dokter dapat menentukan apakah pasien menderita Purkinje atau buta warna
serta batas konvergensi penglihatan, sensitivitas warna sel batang dan kerucut, serta buta warna. Selain
itu, para profesional juga dapat menilai kapasitas akomodasi mata, kepekaan terhadap perubahan
warna, dan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Mata


Bola mata manusia memiliki bentuk bulat seperti bola. Memiliki struktur yang kompleks,
terdapat lapisan luar dan dalam. Secara anatomi, retina, tunik vaskular, dan tunik fibrosa membentuk
tiga lapisan yang membentuk dinding bola mata. Kornea anterior dan sklera posterior membentuk
tunika fibrosa, yang merupakan lapisan atas. Warna iris tersembunyi oleh kornea yang tembus cahaya.
Epitel skuamosa berlapis yang tidak berkeratin membentuk lapisan luar kornea. Permukaan bagian
dalam kornea adalah epitel skuamosa, sedangkan lapisan tengahnya terdiri dari serat kolagen dan
fibroblas. Secara ringkas mata memiliki tiga lapisan yaitu kornea bening yang berada pada lapisan
paling luar, sklera buram serta zona interdigitasi yang disebut limbus. Lensa kontak dapat menyerap
oksigen karena bagian tengah kornea menerima oksigen dari udara sekitar. Kecuali kornea, seluruh
bola mata ditutupi oleh sklera, yaitu bagian putih mata. Sklera tersebut memberikan bentuk bola mata,
melindungi struktur internalnya, dan membuatnya lebih kuat (Rehman dkk., 2023). Berikut merupakan
gambar anatomy mata.

(Barry dkk., 2015)


Gambar 1. Anatomi mata.
Lapisan tengah bola mata disebut sebagai tunika vaskular atau uvea. Koroid, badan siliaris, dan
iris adalah tiga elemen penyusunnya. Permukaan dalam sklera dilapisi oleh koroid, yang merupakan
bagian belakang tunika pembuluh darah. Banyak arteri darahnya yang memasok makanan ke retina.
Melanosit, yang menghasilkan pigmen melanin, juga terdapat di koroid. Cahaya yang berlebihan
diserap oleh melanin di koroid, yang mencegah pemantulan dan hamburan cahaya di dalam mata.
Karena albino sama sekali tidak memiliki melanin, cahaya yang intens sering kali terlihat sebagai silau
yang tajam, sehingga memerlukan penggunaan kacamata hitam. Koroid berubah menjadi badan
siliaris, yang terdiri dari prosesus siliaris dan otot siliaris, di daerah anterior tunika vaskular. Aqueous
humor disekresikan oleh kapiler darah yang terdapat pada prosesus siliaris. Selain itu, proses siliaris
adalah tempat asal serat zonular yang menempel pada lensa. Untuk menyesuaikan lensa untuk
penglihatan dekat atau jauh, otot siliaris berkontraksi dan berelaksasi untuk memvariasikan tingkat
kekencangan serat zonula. Ini mengubah kelengkungan lensa (Rehman dkk., 2023). Bagian mata yang
berwarna disebut iris. Ini terhubung ke proses siliaris dan terletak di antara kornea dan lensa. Warna
mata ditentukan oleh jumlah melanin pada iris. Pupil, lubang di tengah iris, merupakan lubang utama
tempat masuknya cahaya ke mata (Rehman dkk., 2023).
Retina adalah retina, lapisan ketiga dan terdalam dari bola mata. Itu terdiri dari lapisan saraf dan
lapisan berpigmen. Retina terdiri atas 10 lapisan, dari luar ke dalam: epitel pigmen, lapisan batang dan
kerucut, membran limitans eksterna, lapisan inti luar, lepisan pleksiform luar, lapisan inti dalam,
lappisan pleksiform dalam, lapisan sel ganglion, lapisan serat saraf, dan membran limitans interna. Di
antara koroid dan bagian saraf retina, terdapat lapisan sel epitel yang disebut lapisan berpigmen yang
mengandung melanin. Lapisan saraf, atau sensorik, adalah perkembangan otak yang menganalisis
informasi visual secara menyeluruh sebelum mengirimkan impuls listrik ke akson saraf optik. Lapisan
sel ganglion, lapisan sel bipolar, dan lapisan fotoreseptor adalah tiga lapisan neuron retina yang
berbeda. Sebelum cahaya mencapai lapisan fotoreseptor, cahaya melewati lapisan sel ganglion dan
bipolar (Rehman dkk., 2023).
Lensa terletak pada rongga mata, di belakang iris dan pupil. Melalui serat zonula, ia digantung
dari otot badan siliaris. Otot-otot di puncak iliaka tubuh mengakomodasi penglihatan dalam jarak
dekat. Rongga anterior dan rongga vitreous dipisahkan satu sama lain oleh lensa. Bilik anterior dan
bilik posterior membentuk rongga anterior, yaitu area di depan lensa. Di antara kornea dan iris terdapat
bilik mata depan. Lensa dan serabut zonular berada di depan bilik posterior, yang terletak di belakang
iris. Rongga vitreous, yang terletak di bola mata antara lensa dan retina, merupakan rongga yang lebih
besar. Badan vitreus, zat bening seperti jeli yang menopang retina melawan koroid, terletak di dalam
ruang vitreus. Berbeda dengan aqueous humor, badan vitreous tidak memperbaharui dirinya dengan
cepat. Untuk menjaga penglihatan tetap jernih, ia memiliki sel fagositik yang membersihkan limbah
(Rehman dkk., 2023). Selanjutnya membahas mengenai ruang mata dimana ruang mata, mata memiliki
tiga bagian yaitu ruang anterior, posterior dan rongga vitreous. Pada bagian posterior kornea, iris, dan
lensa kristal bergabung membentuk bagian anterior bilik mata depan. Sudut drainase bilik mata depan
membentuk bagian posterior bilik mata depan. Permukaan posterior iris, di sisi anterior, dan
permukaan posterior iris, di sisi anterior (Barry dkk., 2015).

2.2 Jenis Fotoreseptor dan Jenis Pigmen pada Mata


Lapisan sel yang disebut epitel pigmen retina dihubungkan secara lateral melalui sambungan sel.
Sel retina ini mempunyai struktur kolumnar di tengah dan struktur kuboid di pinggiran. Batas basal
(skleral) sel epitel pigmen tidak melengkung tetapi cukup halus. Epitel pigmen retina sering
menampilkan fagosom dengan struktur menyerupai lisosom. Butiran pigmen yang dikenal sebagai
melanosom didistribusikan secara luas ke seluruh sel epitel. Kemungkinan, cahaya yang melewati
lapisan fotoreseptor diserap oleh melanosom tersebut (Molday & Orson., 2015; Salem., 2016).
Sel khusus yang disebut fotoreseptor mengubah berkas cahaya menjadi impuls saraf, Sel ini
berada pada retina mata. Sel batang (rods) dan kerucut adalah dua jenis sel fotoreseptor yang berbeda.
Sekitar 6 juta kerucut dan lebih dari 100 juta batang membentuk setiap retina. Batang memungkinkan
kita melihat dalam cahaya redup, sedangkan kerucut menghasilkan penglihatan warna. Berbagai
kombinasi kerucut biru, hijau, dan merah dirangsang untuk memberikan penglihatan warna. Piringan
optik, yang sering disebut daerah buta karena tidak memiliki sel batang atau kerucut, menerima
informasi visual. Tepat di tengah daerah posterior retina adalah tempat makula lutea, suatu bidang
datar, berada. Fovea sentralis, yang hanya terdiri dari kerucut, terletak di pusat makula lutea. Dengan
kepadatan maksimum fotoreseptor kerucut dan pengecualian reseptor batang, ini adalah wilayah
dengan ketajaman atau resolusi penglihatan tertinggi. Area mata ini adalah tempat kita fokus pada apa
yang kita lihat (Rehman dkk., 2023).
Informasi dikirim dari sel fotoreseptor ke sel bipolar melalui lapisan luar sinapsis (lapisan
pleksiform luar), dan dari sana informasi dikirim ke sel ganglion melalui lapisan sinaptik bagian dalam
(lapisan pleksiform dalam). Akson sel ganglion bercabang dari bola mata sebagai saraf optik dan di
posterior ke cakram optik. Karena tidak ada sel kerucut atau batang di wilayah ini, kita tidak dapat
merasakan bayangan di zona buta. Keadaan normal mencegah terjadinya titik buta (Wangko, 2013).

(Wangko, 2013)

Gambar 2. Fotomikrograf retina manusia.


Berdasarkan morfologi segmen luarnya, yaitu ujung distal di sebelah pigmen epitel, dibedakan
sel fotoreseptor. Transduksi cahaya menghasilkan segmen luar mengalami sinyal listrik. Inti sel,
kompleks Golgi, dan banyak mitokondria terletak di segmen dalam.Ujung proksimal sel fotoreseptor
tumbuh untuk menghasilkan terminal sinaptik. Fotopigmen, atau pigmen visual, menyerap cahaya
sebagai tahap awal transduksi visual. Fotopigmen adalah protein berwarna pada segmen luar membran
yang menyebabkan perubahan struktural dengan menyerap cahaya dan memulai proses yang
menghasilkan potensi reseptor. Semua fotopigmen visual terdiri dari dua komponen: retinal (retina),
turunan vitamin A, dan opsin, yang merupakan glikoprotein. Rhodopsin adalah nama opsin yang
terdapat pada sel batang, sedangkan opsin kerucut terdapat pada sel kerucut. Iodopsin adalah nama
yang diberikan untuk gabungan kerucut opsin dan retinald (Wangko, 2013).
Pada mata sendiri terdapat pigmen warna yang menjadikan mata kita memiliki warna yang
berbeda-beda pada setiap individu dan dapat diturunkan. Bukan hanya warna dasar tetapi pigmen
tersebut juga dapat mempengaruhi gelap atau terangnya warna mata kita seperti coklat tua atau coklat
muda, bahkan ada yang berwarna hazel. Lingkaran yang ada di tengah mata biasa disebut dengan
pupil, pupil ini lah yang memiliki berbagai macam warna. Warna tersebut disebabkan oleh sel-sel
pewarna bernama melanosit, sel ini akan berkumpul di depan ataupun belakng iris dan pupil yang
berada tepat di tengah iris. Sel ini terdiri dari dua macam, yakni eumelanin yang menghasilkan warna
coklat serta hitam, pheomelanin menghasilkan warna merah pada mata. Gelap terangnya warna mata
dipengaruhi oleh sel eumelanin apabila semakin banyak maka akan semakin gelap sedangkan
pheomelanin mengakibatkan warna mata akan semakin terang jika jumlahnya banyak (Molday &
Orson., 2015).

2.3 Mekanisme Penglihatan


Bagian penglihatan di otak menafsirkan gambaran dunia luar melalui proses penglihatan.
Retina adalah komponen penting dari sistem visual yang membantu cahaya diubah menjadi sinyal
elektrik. Kemampuan untuk membedakan objek dengan latar belakang yang kontras, juga dikenal
sebagai sensitivitas kontras, persepsi kedalaman, diskriminasi warna, identifikasi gerakan, dan
kemampuan lainnya adalah bagian dari proses penglihatan yang rumit. Respon metabolik terhadap
stimulus fisik berperan dalam proses penglihatan. Cahaya yang masuk ke mata pertama-tama harus
"dibengkokkan" atau dibiaskan oleh sistem optik agar dapat terfokus pada retina, di mana cahaya
tersebut akan diubah menjadi sinyal saraf dan dikirim ke pusat pemrosesan visual di korteks oksipital
untuk persepsi akhir terhadap stimulus (Loskutova dkk., 2013).
Kegiatan melihat tersebut menunjukkan adanya transaksi antara arsitektur sebagai pemberi
pandangan dengan manusia sebagai penerima pandangan sebagai bagian dari pengalaman ruang.
Transaksi tersebut dapat dijelaskan sebagai mediasi antara proses pengalaman yang dilakukan tubuh
dengan respons terhadap lingkungan sekitarnya. Ketika lingkungan bertindak sebagai stimulus dengan
merefleksikan cahaya pada permukaan, dan pengamat merespon dengan mengumpulkan cahaya yang
dipantulkan dari permukaan, maka tindakan melihat dipandang sebagai suatu unit transaksi. (Gibson,
2014; Pallasmaa & Robinson, 2015). Dengan penekanan pada proses dimana mata melihat informasi
visual dan memperoleh makna dari informasi tersebut, melihat dan mengamati berubah menjadi
transaksi stimulus-respons. Lingkungan berfungsi sebagai stimulus untuk melihat dan mempersepsikan
aktivitas dengan menawarkan ciri-ciri fisik lingkungan yang berkualitas tinggi, termasuk rincian
bentuk, warna, ukuran, jarak, dan informasi visual lainnya. Menurut Pallasmaa dan Robinson (2015),
para pengamat merespons dengan mengasosiasikan dan mengkategorikan elemen fisik di lingkungan
tergantung pada bank memori mereka, membuat kategori baru atau sekadar menambah kategori yang
sudah ada.

(Fatiha dkk., 2017)

Gambar 3. Mekanisme Penglihatan


Gambar diatas menjelaskan mengenai proses melihat Mulai dari cahaya yang masuk ke mata
sebagai objek untuk dilihat hingga bayangan benda tersebut diproses oleh otak hingga menjadi objek
asli. Pertanyaan lembar kerja memungkinkan siswa menghubungkan konsep-konsep yang mewakili
konsep komponen informasi menggunakan pola yang disebut jaringan proposisional. Responden harus
mengidentifikasi komponen informasi pada diagram yang hanya berkaitan dengan mekanisme
penglihatan (cahaya sebagai objek, kornea, aqueous humor, pupil, iris). , lensa, vitreous humor, retina,
fovea, fotoreseptor yang terdiri dari sel induk, sel kerucut, sel bipolar, interneuron, sel ganglion,
bayangan benda terbalik, saraf optik, otak, dan gambaran nyata benda) dan jelaskan masing-masing
komponen informasi berfungsi dengan penjelasan yang benar-benar konseptual (Fatiha dkk., 2017).
Konsep “melihat-memahami” sebagai interaksi stimulus-respons menyoroti fungsi kognitif yang
dimainkan otak dalam memproses informasi visual dan memilih metode yang tepat untuk
meresponsnya. Berbeda dengan melihat-persepsi yang lebih menekankan pada tindakan
menyampaikan informasi visual sebelum dapat diserap dalam fungsi penglihatan, melihat-pemahaman
mendorong pemrosesan informasi yang lebih besar di otak untuk menghasilkan berbagai respons.
Pengalaman melihat-melihat adalah hubungan stimulus-respons di mana seseorang merespons dengan
mensintesis unsur-unsur pengalaman visualnya dan merangkai berbagai tindakan untuk menciptakan
narasi tentang pengalaman visualnya. menunjukkan bagaimana seseorang menciptakan cara melihat
yang hidup dengan menggerakkan matanya dari bidang dinding ke pilar lalu ke kolom dan dari dinding
di atas bukaan lalu ke bukaan (Sengke & Triandriani., 2019).

2.4 Gangguan pada Indera Penglihatan


2.4.1 Mata Kering
Menurut definisi penyakit mata kering, ini adalah "penyakit multifaktorial pada air mata dan
permukaan mata yang menyebabkan gejala nyeri, penglihatan kabur, dan ketidakstabilan lapisan air
mata yang berpotensi merusak permukaan mata." Hal ini ditandai dengan peradangan permukaan mata
subakut dan peningkatan osmolaritas lapisan air mata. Kelenjar lakrimal utama, kelenjar meibom
(kelenjar sebaceous tertentu di tepi kelopak mata, yang menghasilkan lapisan lipid luar dari lapisan air
mata), permukaan mata (kornea, konjungtiva, kelenjar lakrimal aksesori), dan persarafan di antara
keduanya bersama-sama membentuk unit fungsional. Pada penyakit mata kering, salah satu atau
seluruh struktur ini mungkin terkena dampaknya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penyakit
autoimun dan penyakit mata kering memiliki banyak kesamaan. Mekanisme pemicu patogenetik
diperkirakan melibatkan stres pada permukaan mata (rangsangan lingkungan, infeksi, stres endogen,
antigen, faktor genetik). Sitokin proinflamasi, kemokin, dan matriks metaloproteinase menyebabkan
sel T helper autoreaktif berkembang biak dan menyerang kelenjar lakrimal dan permukaan mata.
Peradangan dan kerusakan permukaan mata, sehingga menciptakan lingkaran vicious (Messemer, E.
2015).

2.4.2 Buta Warna


Kemampuan hewan untuk membedakan cahaya dengan panjang gelombang berbeda (atau
distribusi daya spektral) disebut sebagai "penglihatan warna". Penglihatan warna sebagian besar
disebabkan oleh pigmen kerucut, yang bertindak sebagai fotoreseptor di retina. 1 Masalah pada
pigmen kerucut dapat menyebabkan defisit penglihatan warna, yang juga dikenal sebagai defisiensi
penglihatan warna (CVD) atau gangguan penglihatan warna. Seseorang dengan CVD memiliki
masalah dalam membedakan nada yang berbeda. Mayoritas pasien dengan defisiensi penglihatan
warna mempunyai masalah dalam membedakan warna tertentu (seringkali merah, hijau, dan biru,
sedangkan kuning lebih jarang). Karena kebanyakan orang sudah terbiasa dengan lingkungan barunya,
seringkali mereka tidak menyadari bahwa dirinya sedang sakit. Gangguan penglihatan warna
kemungkinan besar terjadi pada mereka yang memperoleh gen resesif terkait-X yang menyebabkan
CVD dari ibu mereka. Cedera retina atau saraf optik berpotensi menyebabkan CVD (Male, S dkk.
2022).

2.4.3 Katarak
Katarak adalah kekeruhan atau kekeruhan pada lensa bening atau kapsulnya (selaput bening
yang mengelilingi lensa), yang menghalangi cahaya melewati lensa ke retina mata. Penyakit ini
berkembang secara perlahan dan menyebabkan sebagian besar kebutaan global. Kegiatan ini
membahas peran tim interprofesional dalam menangani pasien katarak serta menggambarkan evaluasi
dan pengobatan katarak. Bayi, orang dewasa, dan orang lanjut usia dapat mengalami kondisi yang
menyebabkan kebutaan ini, meskipun orang lanjut usia adalah kelompok yang paling terkena
dampaknya. Intensitasnya mungkin bervariasi dan bisa bilateral. Pada awal perjalanan penyakit,
aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh, namun seiring berjalannya waktu, terutama sekitar dekade
keempat atau kelima, katarak menjadi matang, menjadi buram terhadap cahaya dan mengganggu
aktivitas sehari-hari. Katarak merupakan penyumbang utama kebutaan di dunia. Jika katarak telah
berkembang hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, pembedahan mungkin disarankan, dan ini
sangat efektif. Pilihan pengobatan termasuk koreksi dengan kacamata bias hanya pada tahap awal
(Nizami, A & Gulani, A. 2022).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Pada topik “Indera Penglihatan dan Persepsi” yakni praktikum Anatomi dan Fisiologi Hewan
dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 8 September 2023. Praktikum ini bertempatan pada
laboratorium biologi dasar. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Brawijaya, Malang.

3.2 Alat dan Bahan


Bahan dan alat yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain dua buah gambar peragaan
piringan, satu buah motor penggerak yang disetel dengan kecepatan biasa, penggaris, sampel cetakan,
kaca mata, filter merah dan biru, gambar sampel berwarna, total 17 buah tirai warna, dan alat peraga
titik buta. gambar cakram spiral.

3.3 Langkah kerja bintik buta


Dengan telapak tangan kiri, ditutup mata kiri. Dengan bulan sabit di sebelah kanan dan
bintang-bintang di sebelah kiri, pegang gambar tampilan "Titik Buta" dengan tangan kanan (dilakukan
sendiri oleh probandus) sejauh mungkin di depan Anda. Dicoba untuk gambar dapat dilihat bintang
dari sejauh mungkin. Setelah pengamatan singkat, gerakkan gambar tampilan secara perlahan ke arah
mata hingga menghilang, lalu berhenti. Jarak antara penyangga dan mata harus diukur.

3.4 Langkah Kerja Perimbangan Entoptic pada pupil


Kacamata sebelah kanan ditutup dengan diafragma dan kacamata sebelah kiri dibiarkan terbuka
Kacamata dipakai dan mata yang tidak tertutup oleh diafragma ditutup dengan tangan, lalu kertas yang
diletakkan di muka atau di meja diperhatikan, terdapat gambar melingkar yang sedikit buram dan titik
terang. Mata yang ditutup dengan tangan dibuka, lalu diperhatikan apa yang terjadi dengan titik terang.
Perubahan diskus yang terang diamati kembali apabila salah satu mata kembali ditutup, perubahan
dicatat pada lembar pengamatan sementara. Diamati apakah ada pergerakan pupil yang hilang,
kemudian mata pada kacamata yang terbuka ditutup kembali. Diamati apakah ada pergerakan pupil
yang hilang, kemudian mata pada kacamata yang terbuka ditutup kembali. Diamati kembali kertas
putih dengan ujung pensil yang didekatkan dan dijauhkan.

3.5 Langkah kerja Astigmatisma


Pada praktikum ini dilakukan dengan bantuan oleh orang lain untuk dipegangkan sampel
cetakan dan dibantu untuk dibacakan pertanyaan mengenai hal yang akan diujikan. Sampel dipegang
didepan probandus pertama-tama dilakukan percobaan pada gambar diskus sehingga gambar silang
ditutup dengan tangan agar probandus dapat fokus. Kemudian ditanyai pertanyaan sebagai berikut,
Apakah probandus benar-benar hanya dilihatnya lingkaran hitam ketika dilihat gambar benda
berbentuk cakram melingkar?, Apakah seluruh garis tampak hitam seragam dan lebar?, Apakah dapat
dilihat ketika satu mata ditutup?, Apa kedua mata kedua mata tampak hal yang sama?. Kemudian
dilakukan percobaan pada gambar satunya yakni gambar garis yang membentuk silang, maka gambar
diskus ditutup dengan tangan. Lalu sampel digerakkan perlahan dan probandus ditanyai pertanyaan
sebagai berikut, Jika sampel digerakkan perlahan, apa yang dapat dilihat di dalamnya?, lalu setelah
dengan kedua mata maka selanjutnya cukup dengan satu mata, digeser perlahan gambar bentuk silang
dari posisi X ke posisi +, probandus kembali ditanyai Apakah garis gelap terakhir sama dengan garis
hitam, apakah garis gelap yang tersisa di setiap batang berbeda, atau warnanya berubah?. Hasil dicatat
pada LPS.

3.6 Langkah kerja batas konvergensi


Dengan tangan kanan probandus, diambil sampel dan dipegang di depan wajah probandus.
diperhatikan baik-baik. Digerakkan sampel secara perlahan ke arah mata. Apa yang dilihat probandus
dicatat saat gambar yang dicetak ujung hidung subjek telah disentuh oleh gambar peraga.

3.7 Langkah kerja dalam persepsi terang


Filter merah dipasang di sebelah kiri kacamata dan filter biru di sebelah kanan. Dengan
digunakan kacamata ini, periksa sampel dalam kondisi pencahayaan yang baik. Dengan digunakan
kacamata ini, periksa sampel dalam kondisi pencahayaan yang baik. Sampel ditempatkan persegi
panjang berada di sisi kiri atas, sedangkan lingkaran berada di sisi kanan bawah. Setiap gambar
diperiksa secara bolak-balik untuk dilihatnya beberapa perubahan yang terjadi. Saat kacamata
digunakan untuk dilihatnya gambar, kepala dimiringkan ke satu arah dan catat apa yang diamati.

3.8 Langkah kerja buta warna dan fenomena purkinje


Filter abu-abu dipasang pada kacamata (dipasang sebanyak 7 lapis filter). Kacamata
dikenakan , ditunggu lima menit, dan diambil satu filter jika masih tidak ada yang dilihat.
Ditambahkan satu filter lagi jika masih bisa dibedakan warna tersebut. Setelah tahap tersebut
dilakukan maka probandus ditanyai pertanyaan sebagai berikut, Sampel warna diperiksa dengan
cermat, sisi mana yang tampak terang? Setelah kacamata dilepas, sisi sampel warna mana yang dapat
dilihat dengan jelas tanpa kacamata?

3.9 Langkah kerja efek setelah melihat warna


Salah satu gambar diletakkan di meja. Diluangkan waktu sekitar 30 detik untuk fokus pada titik
hitam yang terletak di tengah rona. Perhatian difokuskan pada titik hitam di kain putih yang dekat dan
kontak mata dipertahankan. Diperhatikan, dicatat apa yang terjadi seiring berjalannya waktu, dan
diamati berbagai variasi warna.

3.10 Langkah Kerja Pola Akibat Getaran Warna


Tampilan grafis disusun pada motor penggerak (1) sesuai petunjuk. Secara dihati-hati dan di
kecepatan rendah hingga sedang, dihidupkan motor penggerak. Lingakaran diperhatikan dari jarak 1-2
meter (berapa banyak), lalu kecepatan rotasi lingkaran diubah sampai potensi variasi tampilan
lingkaran bisa dilihat. Apakah lingkaran tersebut digambarkan jumlah sinar cahaya yang berbeda-
beda? versi warna? kenapa lingkaran dilihat tidak rata?

3.11 Langkah kerja Gerakan Akibat Hasil Kerja


Dari jarak 1-2 meter, kepala diputar secara perlahan untuk dapat dilihat gambar dilayar.
Diluangkan setidaknya 30 detik untuk fokus pada pusat pergerakan disk. Setelah itu, hidung temanmu
ditatap dan catatan dibuat tentang apa yang diperhatikan atau terjadi. Dilakukan percobaan ini sekali
lagi, namun kali ini diputar ke arah lain. Dihentikan perputaran secara tiba-tiba setelah dihabiskan
setidaknya 30 detik pusat pergerakan cakram diamati dari jarak 1 hingga 2 meter. dihati-hati dan
dicatat apa yang terjadi. Dilakukan percobaan ini lagi dengan diletakkan telapak tangan di atas salah
satu mata. diperhatikan dan dicatat apa yang terjadi.
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur
4.1.1 Percobaan Bintik Buta
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum uji coba bintik buta adalah gambar peraga
bintik buta terdapat gambar bulan sabit dan bitang yang digunakan untuk mengecek bintik buta pada
berbagai tipe probandus. Gambar tersebut akan dipegang oleh probandus menjauhi mata sehingga
bulan sabit maupun bintang terlihat oleh mata, gambar bintang diletakkan pada bagian kiri dan mata
sebelah kiri ditutup untuk memfokuskan penlihatan mta kanan yang kemudian gambar didekatkan
hingga bintang tidak lagi terlihat. Alat selanjutnya ialah penggaris yang digunakan untuk diukurnya
jarak antara kertas peraga dan mata probandus sehingga didapatkan hasil pengukuran bintik buta pada
probandus.

4.1.2 Percobaan Entoptic Pupil


Percobaan entoptic pupil dibutuhkan beberapa alat dan bahan yakni, kacamata non transparant
yang digunakan oleh probandus dimana salah satunya ditutup oleh diafragma dengan tengah berlubang
sebesar 2 mm hal tersebut dimaksudkan untuk mengecek apakah nantinya titik atau lubang tersebut
akan terlihat membesar atau mengecil oleh probandus. Pada lubang kacamata satunya ditutup leh
tangan agar penglihatan fokus pada lubang kecil diafragma. Selain itu dibutuhkan juga kertas hvs putih
kosong yang digunakan sebagai objek lihat yang kemudian didapatkan hasil dan dicatat pada LPS.

4.1.3 Astigmatisma
Astigmatisma pada percobaannya dibutuhkan alat yakni, sampel cetakan dimana sampel
tersebut terdapat dua gambar yaitu diskus atau bulatan serta garis-garis yang membentuk tanda plus.
Nantinya dalam percobaan sampel cetakan tersebut ditutupi salah satu gambarnya agar probansud
dapat fokus pada salah satu gambar terlebih dahulu. Pada saat uji coba dengan gambar garis-garis yang
membentuk tanda silang atau plus, gambar tersebut diputar sampai membentuk tanda plus jika awalnya
sebelum diputar gambar tersebut adalah gambar silang. Perlu diperhatikan pada saat memutar sampel
cetakan dilakukan secara perlahan, hal tersebut dilakukan untuk didapatkan hasil apakah probandus
melihat garis tersebut sama besar dan warnanya sama gelap satu sama lain.

4.1.4 Batas Konvergensi


Pada batas konvergensi sendiri dibutuhkan sampel cetakan dalam uji cobanya. Pada sampel
tersebut terdapat gambar seorangwanita dan seorang pria yang berjauhan. Gambar tersebut yang
kemudian dipegang berjauhan dengan mata kedua gambar tersebut akan diperhatikan oleh probandus
sengan seksama. Kemudian sampel cetakan tersebut didekatkan ke mata sampai hidung disentuh oleh
cetakan tersebut yang kemudian akan dicatat hasil dari penglihatan probandus mengenai perbedaan
gambar sebelum dan setelah didekatkan ke mata.

4.1.5 Kedalam Persepsi Terang


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kacamata, filter merah dan biru,
serta gambar sampel warna. Kacamata digunakan untuk menaruh filter warna merah pada mata kanan
dn biru pada mata kiri yang digunakan untuk dilihatnya respon dari sel batang dan sel kerucut. Setelah
kacamata dikenakan prbandus kemudian sampel dengan penerangan yang baik menurut penglihatan
yang diperhatikan leh probandus dicatat, karena hal tersebut adalah hasil dari respon dari warna yang
sensitif pada sel batang dan sel kerucut. Kemudian ditukan posisi lensa dimana lensa biru pada mata
kanan dan sebaliknya, dimaksudkan untuk didapatkan data yang beragam.
4.1.6 Buta Warna dan Fenomena Purkinje
Pada percobaan buta warna dan fenomena purkinje dibutuhkan beberapa alat dan bahan yaitu,
kacamata (filter abu-abu), sampel warna, total colour blindness 17. Kacamata yang dipasang filter abu-
abu imaksudkan agar warna yang dilihat oleh probandus tidak terlihat jelas sehingga didapatkan data
percobaan, kacamata dikenakan selama 5 menit dimaksudkann agar mata dapat dibiasakan dengan
filter tersebut yang kemudian akan ditampilkan warna. Apabila warna yang diujikan pada probandus
masih dapat dilihat dengan jelas maka filter ditambahkan lagi. Samperl warna pada percobaan ini
digunakan agar probandus dapat diketahui warna manakah yang tampak terang. Setelah dilakukan tes
dengan kacamata tersebut maka kacamata akan dilepas dan kembali dilakukan tes tentang sisi
manakah yang terang tanpa kacamata, untuk didapatkan data yang bervariasi.

4.1.7 Efek Setelah Melihat Warna


Uji tentang efek setelah dilihatnya warna digunakan dua gambar peraga yang mana dibutuhkan
beberapa warna-warna yang kemudian akan diletakkan pada titik yang berbeda yakni salah satunya
pada saat perobaan dilakukan, diletakkan diatas meja. Pada gambar tersebut terdapat titik hitam
ditengahnya yang digunakan untuk diperhatikan oleh probandus kurang lebih selama 30 detik.
Kemudian mata akan digerakkan pada titik hitam lain pada yang terletak pada lembar putih
disebelahnya dan kembali diperhatikan oleh probandus. Setelah dilakukan tahap tersebut probandus
dilihatkan warna-warna yang berbeda dimaksudkan agar didapatkan data hasil percobaan yang
bervariasi.

4.1.8 Pola Akibat Getaran Warna


Uji coba tentang pola akibat getaran warna digunakan dua gambar peraga diskus serta mtor
penggerak. Gambar peraga diskus, warna yang dimiliki keduanya berbeda-beda yang kemudian pada
saat diputas akan dihasilkan warna-warna yang berbeda pada saat gambar tersebut tidak diputar. Mtor
penggerak digunakan untuk diputarnya gambar peraga diskus tersebut sehingga akan dihasilkan satu
warna dari beberapa warna yang ada pada satu gambar peraga diskus tersebut, warna yang muncul
dapat berbeda-beda menurut sudut pandang dari masing-masing probandus.

4.1.9 Getaran Akibat Hasil Kerja


Uji getaran akibat hasil kerja digunakan gambar peraga cakram spiral dan motor penggerak
kecepatan teratur. Pada gambar peraga cakram spiral terdapat warna hitam dan putih yang kemudian
akan dipasang pada mtor penggerak sehingga gambar tersebut akan diputar dan dihasilkan arah
putaran yang keluar atau kedalam.

4.2 Analisa Hasil


4.2.1 Percobaan Bintik Buta
Telah dilakukan percobaan untuk mengidentifikasi titik buta mana yang memenuhi syarat mata
biasa, mata minus, dan mata silindris berdasarkan temuan praktikum. (Tabel 1) berisi data eksperimen
yang dikumpulkan pada sampel pria dan wanita. Berdasarkan data, diperoleh juga titik buta yang
terpisah pada masing-masing proband pria dan wanita yang memiliki kriteria mata bervariasi. Proband
laki-laki dengan kriteria rabun jauh, yaitu 18 cm, mampu melihat titik buta pada jarak terjauh,
sedangkan proband perempuan dengan mata normal, yakni 2,5 cm, mampu melihatnya pada jarak
terdekat. Unsur lingkungan di luar jangkauan mata berdampak pada ketidaksesuaian jarak yang
ditimbulkan.
Tabel 1. Data hasil percobaan bintik buta
Jarak Bintik Buta (cm)
Probandus
Pria Wanita
Normal 5,5 2,5
Minus 18 13
Silinder 13 12
Area mata yang dikenal sebagai bercak buta warna terdiri dari sel-sel peka cahaya yang dapat
membiaskan dan mengirimkan impuls saraf ke otak dan mata. Suatu benda tidak terlihat oleh mata
apabila bayangannya tepat mengenai suatu daerah yang terang (Afizal, 2017).

4.2.2 Percobaan Entoptic Pupil


Berdasarkan temuan praktikum, dilakukan eksperimen terhadap subjek laki-laki dan
perempuan yang memenuhi kriteria mata normal, rabun jauh, dan mata silindris dengan perlakuan
mata tertutup dan terbuka untuk memastikan keseimbangan entoptik pada pupil. Tabel 2 berisi data
eksperimen yang dikumpulkan pada sampel pria dan wanita. Informasi tersebut menunjukkan bahwa
setiap proband antara perempuan dan laki-laki adalah unik dengan keadaan yang unik, dan
keseimbangan entoptik pada pupil juga unik. Pada kasus rabun jauh dan mata silindris, proband laki-
laki memiliki pupil yang membesar dengan mata tertutup, sedangkan proband perempuan memiliki
pupil lebih kecil dengan mata tertutup. Namun saat mata terbuka, baik mata normal, minus, silindris,
pupilnya membesar.
Tabel 2. Data hasil percobaan entoptic pupil
Entoptic Pupil
Probandus Pria Wanita
Mata tertutup Mata terbuka Mata tertutup Mata terbuka
Normal Membesar Membesar Membesar Membesar
Minus Membesar Mengecil Mengecil Membesar
Silinder Membesar Membesar Mengecil Membesar
Rangsangan cahaya atau rendahnya tingkat intensitas cahaya akan menyebabkan pupil
membesar. Sebaliknya jika pupil terkena intensitas cahaya yang banyak maka pupil akan berkontraksi.
Pupil mengontrol seberapa banyak cahaya yang masuk ke mata dan seberapa kuat cahaya itu. Bagian
tengah gelap dari iris yang dikenal sebagai pupil mengontrol seberapa banyak cahaya yang masuk ke
mata (Fox, 2014).

4.2.3 Astigmatisma
Setelah praktikum dilakukan, dilakukan percobaan untuk memastikan astigmatisma dengan
menggunakan probe pria dan wanita yang memenuhi syarat mata normal, rabun jauh, dan mata
silindris. Proband pria dan wanita menjadi subjek percobaan, yang hasilnya ditunjukkan pada (Tabel
3). Data menunjukkan bahwa setiap proband, baik perempuan atau laki-laki, adalah unik dengan
kondisi yang unik, dan hasil astigmatisasi juga unik. Pada perlakuan kelima, data yang berbeda untuk
proband pria dan wanita dihasilkan, dan ketiga kriteria memberikan hasil yang berbeda, yang
menunjukkan kesulitan dalam mendeteksi garis. Selain itu, dinyatakan bahwa masalah mata silindris
pada pengobatan keempat tidak ada, artinya mereka juga kesulitan melihat garis-garis pada suatu
benda.
Tabel 3. Data hasil percobaan astigmatisma
Probandus
Pertanyaan
Pria Wanita
ke-
Normal Minus Silinder Normal Minus Silinder
1 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
2 Ya Ya Tidak Ya Ya Ya
3 Ya Ya Ya Ya Ya Ya
4 Ya Ya Tidak Ya ya Ya
Tidak Tidak Tidak Tidak
5 Bergerak Bergerak
bergerak bergerak bergerak bergerak
6 Sama Sama Berbeda Sama sama Sama
Astigmatisma adalah suatu kondisi defraksi pada lensa mata yang disebabkan oleh korea.
Lensa mata berbentuk lonjong, dan salah satu bidang kelengkungannya lebih kecil dari bidang lainnya,
sehingga mencegah pembelokan cahaya saat mengenai daerah perifer lensa pada bidang tersebut. Hal
ini menunjukkan bahwa masalah astigmatisasi lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria
(Saminan, 2017).

4.2.4 Batas Konvergensi


Telah dilakukan percobaan untuk memastikan batas konvergensi menggunakan probe pria dan
wanita yang memenuhi syarat mata normal, mata minus, dan astigmatisme berdasarkan temuan
praktikum. Tabel 4 berisi hasil percobaan pada proband pria dan wanita. Data menunjukkan bahwa
setiap proband antara perempuan dan laki-laki adalah unik dalam berbagai keadaan, dan batas
konvergensi yang ditemukan juga unik. Pria dan wanita melihat dunia pada jarak masing-masing 12,5
cm dan 3 cm dengan mata normal. Mata silinder laki-laki berjarak 5 cm, sedangkan mata perempuan
berjarak 0,4 cm. Bagi penderita rabun jauh jaraknya 0 cm (sangat dekat), sedangkan bagi perempuan
10,5 cm.
Tabel 4. Data hasil percobaan batas konvergensi
Jarak sampai gambar bersentuhan
Probandus (cm)
Pria Wanita
Normal 12,5 3 (sangat dekat)
Minus Sangat dekat 10,5
Silinder 5 0,4
Nilai batas konvergensi dipengaruhi oleh kapasitas masing-masing probe dengan
memperhatikan kriteria okular tersebut. Jarak maksimum dari proband laki-laki yang memenuhi
kriteria mata normal adalah 12,5 cm yang menunjukkan adanya penurunan kinerja lensa dan adanya
penyimpangan mata. Batasan konvergensi normal orang dewasa yaitu (Adil & Julita, 2018).

4.2.5 Kedalam Persepsi Terang


Berdasarkan temuan praktikum, dilakukan eksperimen terhadap subjek laki-laki dan
perempuan yang memenuhi syarat mata normal, rabun jauh, dan mata silindris untuk mempelajari cara
mempersepsi cahaya. Tabel 5 berisi data eksperimen yang dikumpulkan pada sampel pria dan wanita.
Penelitian ini menunjukkan bahwa setiap proband antara perempuan dan laki-laki adalah unik dalam
kondisi yang berbeda-beda, dan hasil dalam hal persepsi cahaya pun juga unik. Hasil menunjukkan
bahwa semua garis warna yang diawali dengan biru, merah, dan bertepatan terlihat saat pengujian
dilakukan pada probe pria dan wanita tanpa menggunakan filter. Temuan tes akhir yang dilakukan
dengan filter merah menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka tidak dapat melihat garis biru,
merah, atau garis yang serasi.

Tabel 5. Data hasil percobaan kedalam persepsi terang


Hasil
Probandus Pengamatan
Garis Warna Tanpa filter Filter Biru Filter Merah
Biru   

Merah   X
Normal
Berimpit   X

Biru  X 

Merah   X
Pria Minus
Berimpit  X X

Biru  X 

Silinder Merah   X

Berimpit  X 

Biru   

Normal Merah   X

Berimpit   

Biru  X 

Minus Merah   X
Wanita
Berimpit  X 

Biru  X 

Silinder Merah   

Berimpit   X

Pada salah satu praktikum, dilakukan tes untuk melihat apakah sel kerucut pada retina mata
dapat mendeteksi cahaya dan warna. Sel kerucut sendiri memiliki kemampuan untuk melihat cahaya
berwarna dengan benar. Sel kerucut ditemukan di bagian tengah depan retina, tempat penglihatan
paling tajam. Selain itu, ini disebabkan oleh sensitivitas sel fotoreseptor (Wangko, 2013).

4.2.6 Buta Warna dan Fenomena Purkinje


Berdasarkan temuan praktikum, dilakukan penelitian terhadap subjek laki-laki dan perempuan
yang memenuhi syarat mata normal, rabun jauh, dan mata silindris untuk mengetahui buta warna dan
fenomena Purkinje. Tabel 6 berisi data eksperimen yang dikumpulkan pada sampel pria dan wanita.
Menurut data, setiap proband memiliki buta warna, dan hasil dari fenomena Purkinje bervariasi
tergantung pada probandnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa proband laki-laki bermata minus
memiliki buta warna minimal 80%, dan persentase kesalahan buta warna pada proband perempuan
bermata normal dan minus sebesar 100%. Selain itu, diperoleh temuan berbeda dengan menggunakan
tes Ishihara dan kacamata filter, dengan hasil terkecil 4 dan terbesar 6.

Tabel 6. Data percobaan buta warna dan fenomena purkinje


Buta warna Fenomena
Probandus
(%) purkinje
Pria 95 6
Normal
Wanita 100 5
Pria 80 4
Minus
Wanita 100 5
Pria 95 5
Silinder
Wanita 90 6
Faktor genetik, termasuk kemampuan mata untuk tidak melihat warna pada sel saraf
fotoreseptor, menjadi penyebab buta warna. Buta warna total dan parsial merupakan dua bentuk yang
berbeda. Dengan menggunakan tes Ishihara, yang menunjukkan gambar berwarna suatu objek, buta
warna dapat diuji. Berdasarkan hasil uji Purkinje, mata dilindungi oleh kacamata filter yang
kekuatannya berkisar antara 4 hingga 6, yang berarti sensitivitas sel fotoreseptor mata untuk
mendeteksi cahaya yang cukup cukup rendah (Kuriniadi dkk., 2016).

4.2.7 Efek Setelah Melihat Warna


Berdasarkan temuan praktikum, dilakukan eksperimen terhadap subjek laki-laki dan
perempuan yang memenuhi syarat mata normal, rabun jauh, dan mata silindris untuk mengetahui
pengaruh melihat warna. Tabel 7 berisi data eksperimen untuk proband pria dan wanita. Penelitian
menunjukkan bahwa setiap proband antara perempuan dan laki-laki adalah unik dengan keadaan yang
unik, dan hasil setelah melihat warnanya juga unik. Kadar asam amino dalam sel batang dan kerucut,
yang menghasilkan warna berbeda, menentukan perbedaan antara awal penglihatan dan akhir
penglihatan setelah perawatan warna.
Tabel 7. Data hasil percobaan efek setelah melihat warna
Efek setelah melihat warna
Jenis probandus Pria Wanita
Awal Akhir Awal Akhir
Hijau Kuning Kuning Ungu
Normal Hijau tosca
Biru Merah Merah
terang
Hijau Merah Kuning Ungu
Minus Hijau tosca
Biru Kuning Merah
gelap
Biru muda
Hijau Merah Kuning
terang
Silinder
Biru muda
Biru Kuning Merah
terang
Mata memiliki kemampuan untuk melihat suatu benda berwarna dan kemudian menangkalnya
dengan mendeteksi warna putih. Fungsi mata ini penting untuk menjaga warna yang telah diamati
dengan cermat. Hal ini dikarenakan perbedaan hasil warna yang terlihat ketika mata berkonsentrasi
pada suatu benda akibat perbedaan kuantitas intensitas cahaya (Wangko, 2013).

4.2.8 Pola Akibat Getaran Warna


Berdasarkan temuan praktikum, dilakukan percobaan dengan probe pria dan wanita yang
memenuhi syarat mata normal, mata minus, dan mata silinder untuk memastikan pola yang
ditimbulkan oleh getaran warna. Tabel 8 berisi data eksperimen yang dikumpulkan pada sampel pria
dan wanita. Data menunjukkan bahwa setiap proband antara perempuan dan laki-laki adalah unik
dalam berbagai keadaan, dan pola yang dihasilkan akibat getaran warna juga unik.
Tabel 8. Hasil percobaan pola akibat getaran warna
Persepsi terang
Jenis probandus
Warna Pria Wanita
Dominan kuning Krem Kuning keabuan

Dominan biru Abu-abu Abu-abu


Normal
Dominan merah Pink Merah keabuan

Sama Coklat Coklat bata

Dominan kuning Coklat Coklat susu

Dominan biru Abu-abu Abu-abu


Minus
Dominan merah Merah Merah

Sama Coklat tua Abu-abu


Cklat susu, dominan
Dominan kuning Krem
susu
Dominan biru Abu-abu Abu-abu
Silinder
Dominan merah Merah tua Abu-abu kemerahan

Sama Coklat Abu-abu kegelapan


Sel fotoreseptor kerucut mengontrol bagaimana warna dirasakan oleh mata. Kapasitas mata
untuk menangkap cahaya secara bergerak mempengaruhi beberapa hasil tes. Selain itu, setiap probe
merasakan bahwa warna yang ditampilkan berbeda dari standar kesehatan mata, lendir, dan silinder
(Kurniadi dkk., 2016).

4.2.9 Getaran Akibat Hasil Kerja


Pergerakan yang diakibatkan oleh bekerja dengan benda laki-laki dan perempuan yang
memenuhi syarat mata normal, mata minus, dan mata silinder telah diteliti dalam percobaan
berdasarkan temuan praktikum. Data eksperimental pada sampel pria dan wanita tercantum dalam
(Tabel 9) setelah dikumpulkan. Data menunjukkan bahwa setiap perselisihan antara laki-laki dan
perempuan adalah unik, dengan kondisi yang unik, dan hasil dari perpindahan yang disebabkan oleh
lapangan kerja juga unik.
Tabel 9. Data hasil percobaan getaran akibat hasil kerja
Gerakan akibat hasil kerja
Jenis probandus
Arah Pria Wanita
Berlawanan Keluar Keluar
Normal
Searah Kedalam Kedalam
Berlawanan Keluar Keluar
Minus
Searah Keluar Kedalam
Berlawanan Keluar Keluar
Silinder
Searah Keluar Kedalam
Tes ini menghasilkan temuan yang dapat diamati, berlawanan, searah, dalam, dan luar.
Bahannya berwarna hitam putih. Untuk menilai tingkat perhatian terhadap pergerakan suatu benda, sel
fotoreseptor batang berguna untuk melihat benda hitam putih. Selain itu, ia memiliki kemampuan
untuk membedakan bayangan terang dan gelap, serta cahaya redup, bentuk, dan gerak.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan praktikum, dapat dikatakan praktisi mampu menilai kesehatan mata
dengan menggunakan blind spot test, memahami mekanisme kerja dan fungsi pupil yang dipengaruhi
oleh besarnya intensitas cahaya yang masuk, memahami dampak perubahan bentuk lensa berupa sudut
memanjang akibat kelainan astigmatisasi, dan menyadari batas konvergensi penglihatan yaitu 3–4 cm.
Selain itu, praktisi dapat mengetahui kepekaan warna sel batang dan sel kerucut pada pengujian
persepsi cahaya, mengetahui adanya buta warna dan fenomena Purkinje, khususnya dengan uji
Ishihara yang tergolong buta warna total jika kesalahan penyajiannya. lebih besar. Memahami
bagaimana mata dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang berbeda, seperti bagaimana mata dapat
melihat objek berwarna sebelum menetralisirnya dengan melihat warna putih. Daya akomodasi mata
ditentukan oleh arah yang ditunjukkan setelah tes, dan penglihatan pria lebih sensitif dibandingkan
penglihatan wanita. Respons mata terhadap pergerakan orang diatur oleh fungsi sel kerucut
fotoreseptor.

5.2 Saran
Pada praktikum kali ini didapatkan saran, praktikan diharapkan lebih teliti ketika mengambil
data percobaan sehingga tidak terjadi kesalahan. Diharapkan praktikan sudah memahami apa yang
akan dipraktikan sehingga tidak kebingungan ketika melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Adil & Julita. 2018. Convergence Insufficiency. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(3): 135-140.

Afrizal, A. S. 2017. Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Mata Berbasis Mobile. Jurnal TIPS: Jurnal
Teknologi Informasi dan Komputer Politeknik Sekayu. 7(2): 11-23. Campbell biology. 12th
Ed. Pearson. Hoboken.

Barry D. Kels MD,JD.,Andrzej Grzybowski MD, PhD, Jane M., Grant-Kels MD. 2015. Clinics in
Dermatology. Science Direct. vol. 33(2): 140-146.

Bertelli, E. 2019. Anatomy of the eye and human visual system. Piccin, Padua. Italy.Fox, S. 2014.
Human Physiology. MC Graw Hill. New York.

Fatiha, M., Rahmat, A., Solihat, R. 2017. Profile of High School Students' Propositional Network
Representation when Interpreting Convention Diagrams. J. of physics. Vol 895(1):012131.

Kurniadi, D., Fauzi, M. M., & Mulyani, A. 2016. Aplikasi Simulasi Tes Buta Warna Berbasis Android
Menggunakan Metode Ishihara. Jurnal Algoritma. 13(2): 451-456.

Loskutova, E., John Nolan., Alan Howard., Stephen Beatty. 2013. Macular Pigment and Its
Contribution to Vision. Nutrients. 5(6): 1962-1969.

Messmer, E & Prof. Dr. Med. 2015. The Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment of Dry Eye
Disease. Dtsch Arztebl Int. 112(5) 71-82

Moawad, O. 2023. Functional Anatomy of Facial Muscles. An Injector Eye. Minia international
dermatolofy. 22-26.

Molday, R & Moritz, O. 2015. a glimpse of photoreceptors. J. of cell science. Vol 128(22): 4039-4045.

Patton, K. & Thibodeau, G. 2014. Anthony's Textbook of Anatomy & Physiology. Elsevier Health
Sciences. London.

Saminan. 2017. Penyimpangan Reflaksi Cahaya Dalam Mata Pada Anak Usia Sekolah. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala. 17 (3): 184-189.

Salem, M. 2016. Structure and function of the retinal pigment epithelium, photoreceptors and cornea in
the eye of Sardinella aurita (Clupeidae, Teleosteil). The Journal of Basic & Applied Zoology.
vol 75 : 1-12.

Sengke, M & Triandriani, M. 2019. The Visual Mechanisms of Seeing in Experiencing the Interior.
inteority. vol 2(2):213-229

Rehman, I., Bita, H., Patel, B. 2023. Anatomy, Head and Neck, Eye. Statpearls Publishing. USA.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. 2017. Manuel D'anatomie Et De Physiologie Humaines. De Boeck
Supérieur. Canada.

Wangko, S. 2013. Histofisiologi Retina. Jural Blomedik (JBM), Volume 5(3):1-6.syuudah cumcum

Anda mungkin juga menyukai