Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan Discovery Learnimg

Gangguan Persepsi Sensori Lansia


Untuk Pemenuhan Tugas Blok Komunitas Keperawatan II

Disusun oleh :

Rezza Allghifari Hadi


G2A015038

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


2017-2018

A. Sensori Normal
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun
luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori
( panca indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang untuk
belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.

Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan


informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran
yang sesuai, dan mengintegrasikan informasi menjadi respon yang
bermakna.

Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang


segera atau informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan
dimasa depan. Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori mencapai pusat
otak yang sesuai dan agar individu menerima sensi.Setelah menginterpretasi
makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus tersebut.

Empat komponen penting pada sensori, yaitu:

1. Stimulus (rangsangan)

2. Reseptor

3. Konduksi

4. Persepsi

Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau


mengorganisasikan input sensorik yang diterima. Biasanya proses ini terjadi
secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara kicauan burung, otak
langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang

Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu


individu menyadari akan adanya input. Proses selanjutnya adalah
orientation, yaitu tahap dimana individu memperhatikan input yang masuk.
Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut (interpretation).
Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan
untuk memperhatikan atau mengabaikan input ini. Tahap terakhir adalah
execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap input sensorik.

Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik


dan lingkungan yang berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima
akan masuk ke otak tidak hanya melalui mata, telinga, dan hidung,akan
tetapi masuk melalui seluruh anggota tubuh lainnya seperti :

1. Mata (Visual)

Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.Fungsinya


menyampaikan semua informasi visual tentang benda dan menusia.

2. Telinga (Auditory)

Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam.


Fungsinya meneruskan informasi suara. Dan terdapat hubungan antara
sistem auditor ydengan perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory
mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga akan terganggu.

3. Hidung (Olfactory)

Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya
meneruskan informasi mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).

4. Lidah (Gustatory)

Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan


informasi tentang rasa (manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut
(kasar, halus, dan lain-lain).

5. Kulit (Tactile)

Taktil adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput
lendir. Bayi yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya
melalui indera peraba ini.

B. Proses Menua

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang


maksimal setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel yang
ada dalam tubuh menurun. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses
penuaan.

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya


secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
( constantinides 1994 ). Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit
degeneratif.

C. Perubahan Fisiologis Penuaan pada Penginderaan

Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan,


pendengaran, pengecap, penciuman, dan peraba.

1. Indra pengelihatan

Sistem pengelihatan erat kaitannya dengan presbiopi ( old sight ). Lensa


kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan
tonus. Ketajaman pengelihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau
dekat berkurang. Penggunaan kaca mata dan sistem penerangan yang baik
dapat digunakan untuk mengompensasi hal tersebut.

2. Indra pendengaran

Pada lansia umumnya disebabkan koagulasi cairan yang terjadi selama otitis
media atau tumor seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat diatasi dengan
operasi. Hilangnya sel – sel rambut koklear, reseptor sensorik primer sistem
pendengaran atau sel saraf koklear ganglion, brain stem trucks dikenal
dengan sensoric neurel hearing loss. Kerusakan sistem ini sangat kompleks
dan umumnya tidak dapat disembuhkan. penyebab gangguan pendengaran
lainnya seperti sindrom meniere dengan ggejala seperti vertigo, mual,
muntah, telinga terasa penuh tinnitus, dan hilangnya daya pendengaran dan
aquostik neuroma.. Hal yang sering terjadi pada lansia adalah hilangnya
high pitch terutama konsonan. Apabila berbicara dengan lansia sebaiknya
jelas, pelan, selalu memelihara kontak mata, dan berhadapan sehingga lansia
dapat melihat gerak bibir sewaktu kita berbicara

3. Indra peraba

Pada lansia, kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehinggga menjadi tipis dab
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atrovi glandula sebasea dan
glandula sudorivera. Menipisnya kulit ini tidak terjadi pada epidermisnya,
tetapi pada dermisnya karena terdapat perubahan dalam jaringan kolagen
serta jaringan elastisnya. Bagian kecil pada kulit menjadi muda retak dan
menyebabkan cechymosen. Timbulnya pigmen berwarna coklat pada kulit,
dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, antara lain angin dan sinar matahari, terutama sinar ultraviolet.

4. Indra pengecap

Pada lidah terdapat banyak tonjolan saraf pengecap yang memberi berbagai
sensasi rasa ( manis, asin, gurih, dan pahit ). Akibat penambahan usia maka
jumlah tonjolan saraf tersebut berkurang, sehingga lansia kurang dapat
merasakan rasa kecap, akibatnya mereka butuh lebih banyak jumlah gula
atau garam untuk mendapatkan rasa yang sama dengan kualitasnya.

D. Masalah Sensori Pada Lansia

1. Mata atau penglihatan

Mata dan pendengaran merupakan bagian yang vital dalam kehidupan untuk
pemenuhan hidup sehari-hari, terkadang perubahan yang terjadi pada mata
dan telinga dapat menurunkan kemampuan beraktifitas. Para lansia yang
memilih masalh mata dan telinga menyebabkan orang tersebut mengalami
isolasi sosial dan penurunan perawatan diri sendiri.

1). Mata normal

Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera,


koroid dan retina. Sklera merupakan bagian mata yang terluar yang terlihat
berwarna putih, kornea adalah lanjutan dari sklera yang berbentuk
transparan yang ada didepan bola mata, cahaya akan masuk melewati bola
mata tersebutsedangkan koroid merupakan bagian tengah dari bola mata
yang merupakan pembuluh darah. Dilapisan ketiga merupakan retina,
cahaya yang masuk dalm retina akan diputuskan leh retina dengan bantuan
aqneous humor,lensa dan vitous humor. Aqueous humor merupakan cairan
yang melapisi bagian luar mata, lensa merupakan bagian transparan yang
elastis yang berfungsi untuk akomodasi. Hubungan usia dengan mata
Kornea, lensa, iris, aquous humormvitrous humor akan mengalami
perubahan seiring bertambahnya usia., karena bagian utama yang
mengalami perubahan / penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa
pada mata, produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak
terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa
umum. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata
seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami
penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan tersebut
meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh.
Proses akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-bend dari
jarak dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil koordianasi atas
ciliary body dan otot-otot ins, apabial sesorang mengalami penurunan daya
akomodasi makaorang tersebut disebut presbiopi.

5 masalah yang muncul ada lansia :

 Penurunan kemampuan penglihatan

Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah


progesifitas dan pupil kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitous
humor, perubahan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah pada usia
lanjut seperti : mata kabur, hubungan aktifitas sosial, dan penampialan ADL,
pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh,
beberapa orang tidak mengalami atau jarang mengalami penurunan
penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.

 ARMD ( Age-related macular degeneration )

ARMD terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami
peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri
berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan
makula akan menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatan
penglihatan.

Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samara-samar dan kadang-


kadang menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai
dengan kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan terlihat lebih
kecil dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak teratur. Pada
dasarnya orang yang ARMD akan mengalami gangguan pemusatan
penglihatan, peningkatan sensifitas terhadap cahaya yang menyilaukan,
cahaya redup dan warna yang tidak mencolok. Dalam kondisi yang parah
dia akan kehilangan penglihatan secara total. Pendiagnosaan dilakukan oleh
ahli oftomologi dengan bantuan berupa test intravena fluorerensi
angiography.treatment Beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan
dengan tembok laser (apabila akondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan
dalam keperawatan adalah membantu aktifitas sehari-harinya, membantu
perawatan diri dan memberikan pendidikan tentang ARMD.

 Glaukoma

Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia
60 tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun
dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi kerusakan pada mata
akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra
okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh peningkatan
tekanan sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan
bola mata (cairan jernih berisi O2, gula dan nutrisi), selain itu disebabkan
kurang aliran darah kedaerah vital jaringan nervous optikus, adanya
kelemahan srtuktur dari syaraf.

Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang


berbeda pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng
orang kulit putih, glaukoma merupakan penyebab pertama kebutuhan di
Asia.

Tipe glaukoma ada 3 yaitu :

1. Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)

2.Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)

3.Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)

 Katarak

Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan di fokusing


terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering
terjadi pada usia > 55 tahun. Tanda dan gejalanya berupa : Bertanbahnya
gangguan penglihatan, pada saat membaca / beraktifitas memerlukan
pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan
ganda. Penanganannya yang tepat adalah pembedahan untuk memperbaiki
lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila katarak sudah
mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu tidak perlu dilakukan
pembedahan.

 Entropi dan eutropi


Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tida menyebabkan
gangguan penglihatan namun menyebabkan gangguan kenyamanan. Entropi
adalh kelopak mata yang terbuka lebar ini menyebabkan mata memerah
entropi terjadikarena adanya kelemahan pada otot konjungtifa.ektropi adalah
penyempitan konjungtiva

2. Telinga atau pendengaran

Telinga berfungsi untuk mendengarkan suara dan alat keseimbangan tubuh,


telinga dibagi 3 bagian : telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Bagian luar terdiri dari telinga luar sampai dengan membran tympani,
telinga tengah terdiri dari kavum tympani (Maleus, innkus, stapes) antrum
tympani, tuba auditiva eustachi sedang telinga dalam terdiri dari labirintus
osseous, labiririntus membranous.

Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut


sebagai suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang berkembang
secara progresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan
dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai
faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis.
Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat
berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis.

Klasifikasi Gangguan Pendengaran

1. Gangguan Pendengaran Tipe Konduktif

Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis


auditorius, membrana timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah satu
penyebab gangguan pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada usia
lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru sering dilupakan pada
pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lobang telinga dari serumen ini
pendengaran bisa menjadi lebih baik.

2. Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural

Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising,
prebiakusis, obat yang oto-toksik, hereditas, reaksi pasca radang dan
komplikasi aterosklerosis.

3. Prebiakusis
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang
merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia.
Bersifat simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat. Terdapat
beberapa tipe presbiakusis, yaitu :

1) Presbiakusis Sensorik

Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion


spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah
gangguan pendengaran yang timbul berupa gangguan atas frekwensi
pembicaraan atau pengertian kata-kata.

2) Presbiakusis neural

Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan


jumlah kehilangan sel neuronal menentukan gangguan pendengaran yang
timbul (berupa gangguan frekuensi pembicaraan atau pengertian kata-kata
adanya inkoordinasi, kehilangan memori, dan gangguan pusat
pendengaran).

3) Prebiakusis Strial ( metabolic )

Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah dari
kohlea. Prebiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda
disbanding jenis lain.

4) Prebiakusis Konduktif Kohlear ( mekanik )

Diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada membrane basalis


kohlea sebagai akibat proses dari sensitivitas diseluruh daerah tes.

4. Tinitus

Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah,
bisa terus menerus atau intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu
malam atau ditempat yang sunyi. Apabila bising itu begitu keras hingga bisa
didengar oleh dokter saat auskkkultasi disebut sebagai tinnitus obyektif.
5. Persepsi Pendengaran Abnormal

Sering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita presbiakusis, yang
berupa suatu peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras.
Tingkat suara bicara yang pada orang normal terdengar biasa, pada
penderita tersebut menjadi sangat mengganggu.

6. Gangguan Terhadap Lokalisasi Suara

Pada lansia seringkali sudah terdapat gangguan dalam membedakan arah


suara, terutama dalam lingkungan yang agak bising.

ak atau tidak. Ini juga akan berpengaruh terhadap keinginan pemenuhan


nutrisi.

Daftar Pustaka
1. Mariam, Siti. R DKK. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya.
2008. Jakarta : Salemba Medika.

2. Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2008. Jakarta :


EGC.

3. http: // www. Dokter tetanus. WordPress. Com ( di akses tgl 25 april


2014 )

4. wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.

5. Http: // www.pfizer peduli . com / artcel _ detail . aspex. Id : 21 ( di


akses tgl 29 april 2014 )

Anda mungkin juga menyukai