Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN GANGGUAN SISTEM PANCA INDERA

Nama Anggota Kelompok:

Aulia Lika Nadila


Ayu Oktaviani
Desy Sahuleka
Elyka Frisila Nababan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Lanjut usia, menurut undang-undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Menjadi tua adalah suatu
proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada
hampir semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami
kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran
yang universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan dan
mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda.
Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan
Hipocrates yang berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum.
Sekarang dengan seiring jaman banyak orang yang melakukan penelitian dan penemuan
dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin jelas, komplek dan variatif. Ahli teori telah
mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks. Tidak ada teori yang
menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih dalam berbagai tahap
perkembangan dan mempunyai keterbatasan.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat
alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan
sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan
menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun yang dipicu oleh perubahan fisiologis
pada tubuh lansia serta dipengaruhi oleh pola hidup sewaktu muda.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sensori Normal


Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh.
Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus
yang sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan
berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan informasi dari
organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang sesuai, dan
mengintegrasikan informasi menjadi respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang segera atau
informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa depan. Sistem saraf
harus utuh agar stimulus sensori mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu
menerima sensi.Setelah menginterpretasi makna sensasi, maka orang dapat bereaksi
terhadap stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1.      Stimulus (rangsangan)
2.      Reseptor
3.      Konduksi
4.      Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau mengorganisasikan input
sensorik yang diterima. Biasanya proses ini terjadi secara otomatis, misalnya ketika
mendengar suara kicauan burung, otak langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau
suara binatang
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu
menyadari akan adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana
individu memperhatikan input yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan
input tersebut (interpretation). Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap dimana
otak memutuskan untuk memperhatikan atau mengabaikan input ini. Tahap terakhir
adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap input sensorik.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan
lingkungan yang berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan masuk ke
otak tidak hanya melalui mata, telinga, dan hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh
anggota tubuh lainnya seperti :
1.      Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.Fungsinya menyampaikan
semua informasi visual tentang benda dan menusia.
2.      Telinga (Auditory)
Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam. Fungsinya
meneruskan informasi suara. Dan terdapat hubungan antara sistem auditor ydengan
perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory mengalami gangguan, maka
perkembangan bahasanya juga akan terganggu.
3.      Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya
meneruskan informasi mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).
4.      Lidah (Gustatory)
Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan informasi
tentang rasa (manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-
lain).
5.      Kulit (Tactile)
Taktil adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir.
Bayi yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya melalui indera peraba
ini.

B.     Proses Menua


Tahap dimana tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal setelah itu tubuh
mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel yang ada dalam tubuh menurun. Sebagai
akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah
yang dikatakan proses penuaan.
 Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.

C.    Perubahan fisiologis penuaan pada Penginderaan


Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan, pendengaran,
pengecap, penciuman, dan peraba.
1.      Indra pengelihatan
Sistem pengelihatan erat kaitannya dengan presbiopi (old sight). Lensa kehilangan
elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman
pengelihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang. Penggunaan kaca
mata dan sistem penerangan yang baik dapat digunakan untuk mengompensasi hal
tersebut.
Defisit sensoris (misalnya, perubahan penglihatan) dapat merupakan bagian dari
penyesuaian berkesinambungan yang datang dalam kehidupan usia lanjut. Perubahan
penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk
penurunan kemampuan untuk melakukan akomodasi, konstriksi pupil akibat penuaan,
dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata (katarak).
Perubahan penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya awitan presbiopi,
kehilangan kemampuan akomodatif. Ukuran pupil menurun (miosis pupil) dengan
penuaan karena afinkter pupil mengalami sclerosis. Miosis pupil ini dapat
memepersempit lapang pandang seseorang dan memengaruhi penglihatan perifer pada
tingkat tertentu.
Perubahan warna (misalnya: menguning) dan meningkatnya kekeruhan lensa
Kristal yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menimbulkan katarak. Katarak
menimbulkan berbagai tanda dan gejala penuaan yang mengganggu penglihatan dan
aktivitas setiap hari. Katarak menimbulkan berbagai tanda dan gejala penuaan yang
mengganggu penglihatan dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti
terdapat suatu selaput di atas mata adalah suatu gejala umum, yang mengakibatkan
kesukaran dalam memfokuskan penglihatan dan membaca. Kesukaran ini dapat dikoreksi
untuk sementara dengan penggunaan lensa. Selain itu lansia harus didorong untuk
menggunakan lampu yang terang dan tidak menyilaukan. Sensitivitas cahaya dapat
mengakibatkan kecenderungan lansia untuk tetap tinggal di dalam ruangan atau
menggunakan kacamata hitam. Sinar yang menyilaukan atau lingkaran cahaya (halo)
yang disebabkan oleh penyebaran cahaya, memengaruhi dalam mengemudi, terutama
pada malam ini ketika menghadapi sinar yang sangat terang dari lampu besar mobil.
Keadaan ini dapat berbahaya dan mungkin menyebabkan suatu kemunduran dalam
aktivitas social pada sore hari jika lansia tersebut terlalu segan untuk meminta bantuan
dalam mengemudi. Berkurangnya penglihatan pada malam hari dapat mengakibatkan
kesukaran dalam mengemudi dan mabulasi. Lansia memerlukan penggunaan cahaya pada
malam hari di dalam rumah dan waktu tambahan untuk melakukan penyesuaian
penglihatan terhadap perubahan kekuatan penerangan ketika meninggalkan suatu
lingkungan yang memiliki pencahayaan baik ke suatu lingkungan dengan penerangan
yang redup.
Perubahan normal yang berhubungan dengan Implikasi klinis
penuaan
PENGLIHATAN
 Penurunan kemampuan akomodasi.  Kesukaran dalam membaca huruf-
 Konstriksi pupil senilis. huruf yang kecil.
 Peningkatan kekeruhan lensa dengan  Penyempitan lapang pandang.
perubahan warna menjadi menguning  Penglihatan yang kabur.
 Sensitivitas terhadap cahaya.
 Penurunan penglihatan pada malam
hari.
 Kesukaran dengan persepsi
kedalaman.

PENDENGARAN  Kehilangan pendengaran secara


 Penurunan fungsi sensorineural secara bertahap.
lambat.

apabial sesorang mengalami penurunan daya akomodasi makaorang tersebut disebut


presbiopi. 5 masalah yang muncul ada lansia :
a.      Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah progesifitas dan
pupil kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitous humor, perubahan ini dapat
mengakibatkan berbagai masalah pada usia lanjut seperti : mata kabur, hubungan aktifitas
sosial, dan penampialan ADL, pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata
akan semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami atau jarang mengalami penurunan
penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.

b.      ARMD ( Age-related macular degeneration )


ARMD terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami peningkatan
makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri berfungsi untuk ketajaman
penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan makula akan menyebabkan sesorang
mengalami gangguan pemusatan penglihatan.
Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samara-samar dan kadang-kadang
menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai dengan kenyataan,
saat melihat benda ukuran kecil maka akan terlihat lebih kecil dan garis lurus akan
terlihat bengkok atau bahkan tidak teratur. Pada dasarnya orang yang ARMD akan
mengalami gangguan pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas terhadap cahaya
yang menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok. Dalam kondisi yang
parah dia akan kehilangan penglihatan secara total.
c.       Glaukoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60
tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun dengan
medikasi dan pembedahan mampu mengurangi kerusakan pada mata akibat glaukoma.
Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra okuler ( IOP ) pada kebanyakan
orang disebabkan oleh oleh peningkatan tekanan sebagai akibat adanya hambatan
sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2, gula dan nutrisi),
selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital jaringan nervous optikus, adanya
kelemahan srtuktur dari syaraf.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang berbeda
pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng orang kulit putih,
glaukoma merupakan penyebab pertama kebutuhan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
1)      Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
2)      Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
3)      Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)

d.      Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensa mata sehingga pencahayaan di fokusing
terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia >
55 tahun. Tanda dan gejalanya berupa : Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada saat
membaca / beraktifitas memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat
dimalam hari, penglihatan ganda. Penanganannya yang tepat adalah pembedahan untuk
memperbaiki lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila katarak sudah
mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu tidak perlu dilakukan pembedahan.

e.       Entropi dan eutropi


Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tida menyebabkan gangguan
penglihatan namun menyebabkan gangguan kenyamanan. Entropi adalah kelopak mata
yang terbuka lebar ini menyebabkan mata memerah entropi terjadi karena adanya
kelemahan pada otot konjungtifa.ektropi adalah penyempitan konjungtiva.

PENATALAKSANAAN PERUBAHAN PENGLIHATAN


Semua orang mengalami perubahan penglihatan seiring penuaan, dan perubahan
ini mungkin merupakan keluhan yang besar bagi lansia, sebab respons-respons perseptual
terhadap lingkungan berhubungan dengan perasaan aman. Sebagian besar orang dapat
beradaptasi dengan sangat baik terhadap perubahan yang terjadi dalam proses penuaan.
Penggunaan warna terang dalam berpakaian, menggunakan lensa kontak atau kacamata
yang sesuai merupakan respons terhadap penurunan kemampuan akomodasi,
menggunakan alat-alat keselamatan seperti pegangan tangga dan warna-warna yang
kontras untuk mengompensasi penurunan persepsi kedalaman, dan melakukan operasi
pengangkatan lensa yang keruh ketika kekeruhan lensa telah cukup besar merupakan
beberapa cara bagi lansia untuk beradaptasi terhadap perubahan penglihatan normal
mereka.

2.      Indra pendengaran


Pada lansia umumnya disebabkan koagulasi cairan yang terjadi selama otitis media
atau tumor seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat diatasi dengan operasi. Hilangnya
sel – sel rambut koklear, reseptor sensorik primer sistem pendengaran atau sel saraf
koklear ganglion, brain stem trucks dikenal dengan sensoric neurel hearing loss.
Kerusakan sistem ini sangat kompleks dan umumnya tidak dapat disembuhkan. penyebab
gangguan pendengaran lainnya seperti sindrom meniere dengan gejala seperti vertigo,
mual, muntah, telinga terasa penuh tinnitus, dan hilangnya daya pendengaran dan
aquostik neuroma. Hal yang sering terjadi pada lansia adalah hilangnya high pitch
terutama konsonan. Apabila berbicara dengan lansia sebaiknya jelas, pelan, selalu
memelihara kontak mata, dan berhadapan sehingga lansia dapat melihat gerak bibir
sewaktu kita berbicara.
Palumbo menyatakan bahwa penurunan pendengaran adalah suatu kecacatan yang
tetap dan sering diabaikan yang dapat secara dramatis mempengaruhi kualitas hidup
seseorang.
Penurunan pendengaran adalah masalah kesehatan kedua yang paling umum yang
mempengaruhi lansia. Beberapa orang menyatakan bahwa hal tersebut memiliki efek
yang bergerak seperti gelombang yang dapat memengaruhi area dasar tertentu dari
penampilan manusia, menurunkan kenikmatan hidup dan menurunkan ibteraksi dengan
orang lain dan rekreasi di luar rumah.
Pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun, antara 28 dan 55% mengalami
gangguan pendengaran dalam derajat yang berbeda. Diantara mereka yang berusia lebih
dari 80 tahun, 66% mengalami gangguan pendengaran. Diperkirakan 90% orang yang
berada dalam institusi mengalami maslaah pendengaran.
Klasifikasi Gangguan Pendengaran
 Gangguan Pendengaran Tipe Konduktif
Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius,
membrana timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan
pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen
obturans, yang justru sering dilupakan pada pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan
lobang telinga dari serumen ini pendengaran bisa menjadi lebih baik.

 Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural


Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising,
prebiakusis, obat yang oto-toksik, hereditas, reaksi pasca radang dan komplikasi
aterosklerosis.

      Tinitus
Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus
menerus atau intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam atau ditempat
yang sunyi. Apabila bising itu begitu keras hingga bisa didengar oleh dokter saat
auskkkultasi disebut sebagai tinnitus obyektif.

 Persepsi Pendengaran Abnormal


Sering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita presbiakusis, yang berupa
suatu peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras. Tingkat suara bicara
yang pada orang normal terdengar biasa, pada penderita tersebut menjadi sangat
mengganggu.

 Gangguan Terhadap Lokalisasi Suara


Pada lansia seringkali sudah terdapat gangguan dalam membedakan arah suara,
terutama dalam lingkungan yang agak bising.

Pengkajian, Batasan Karakteristik, dan Intervensi


Suatu sumber informasi berharga untuk diagnosis gangguan pendengaran adalah riwayat
kasus tersebut. Melalui pengkajian riwayat kasus, perawat dapat mempelajari kapan klien mulai
memiliki suatu masalah pendengaran juga gejala lain yang berhubungan dengan itu (misalnya
akumulasi serumen, nyeri pada telinga, perubahan pada persepsi kata, respons yang tidak sesuai
dengan percakapan, tinitu, atau vertigo). informasi dapat diperoleh dari pengkajian fungsional
pada lingkungan tempat tinggal juga dari pengkajian dengan menggunakan sebuah garputala,
detak arloji, dan suara bisikan. Perawat harus waspada terhadap petunjuk lain yang menandai
adanya penurunan pendengaran, seperti lansia yang meminta orang lain utnuk mengulangi
pernyataannya, menggerakkan kepala ke sebelah kanan atau kiri sebagai usaha untuk memahani
lebih baik apa yang telah dikatakan, menarik diri dari aktivitas sosial, memberi respon-respon
yang tidak sesuai, dan mengeraskan suara televisi atau radio agar dapat mendengarnya.
Pengkajian termasuk informasi tentang infeksi telinga sebelumnya (otitis media), sekret
dari salah satu telinga, terpajan pada lingkungan yang sangat gaduh saat ini atau masa lalu,
infeksi pernapasan bagian atas yang sering, tindakan pembedahan telinga sebelumnya, perbedaan
dalam mendengarkan suara yang tinggi atau yang rendah, sakit yang berkaitan dengan penurunan
pendengaran, dan semua pemeriksaan pendengaran sebelumnya. Hal lain yang juga penting
adalah menentukan apakah anggota keluarga atau klien yang pertama kali mengetahui adanya
suatu perubahan dalam pendengaran klien. Hal-hal berikut ini dapat digunakan untuk membantu
dalam menentukan suatu pendengaran lansia:
 Berdiri dibelakang klien, tepukkan tangan dengan nyaring dan amati apakah klien
bereaksi terhadap suara gaduh yang tiba-tiba.
 Berbicara beberapa kata yang mempunyai suara konsonan frekuensi tinggi dan minta
klien untuk mengulangi (misalnya: fanta, susu, ski).
 Observasi untuk menentukan apakah klien sedang membaca gerak bibir.
 Perhatikan adanya kesalahan dalam menginterpretasi kata-kata.
 Dengarkan adanya kegagalan untuk berespon terhadap pertanyaan yang diajukan.
 Observasi prilaku menarik diri.
 Tunjukan apakah klien dapat mendengar detik arloji (pada kedua telinga). pegang arloji
beberapa senti di atas kepala, dibagian belakang, dan beberapa sendi dari
masing- masing telinga. Catat jarak tempat klien menyatakan bahwa
suara detik arloji dapat terdengar.
Pengkajian penurunan pendengaran pada lansia dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Respon-respon tidak sesuai mungkin salah diinterpretasikan sebagai
kebingungan, atau klien mungkin tida mampu memahami kalimat dan mengikuti
instruksi.
Batasan karakteristik yang berhubungan dengan suatu perubahan dalam pendengaran
sangat bervariasi dianatara individu, antara lain:
a) Perubahan dalam persepsi pendengaran,
b) Adanya suara berdenging di telinga (tinitus),
c) Nyeri pada satu atau kedua telinga
d) Perubahan kemampuan untuk mendengar suara frekuensi tinggi
e) Menarik diri
f) Ansietas
g) Respons tidak sesuai percakapan
h) Bukti-bukti klinis tentang gangguan pendengaran.
Tanpa memperhatikan penyebab dari kehilangan pendengaran, lansia mempunyai
reaksi yang hampir sama terhadap gangguan ini seperti: marah, frustasi, dan menarik diri.
Ketidakmampuan untuk berpartisipasisecara efektif karenga gangguan pendengaran
memengaruhi harga diri seseorang. Perasaan kehilangan mungkin sangat jelas terlihat
ketika gangguan tersebut memengaruhi beberapa AKS. Implikasi dari suatu gangguan
pendengaran ini penting dipahami oleh perawat dan anggota keluaraga. Contoh-contoh
pengaruh pada AKS termasuk rasa segan untuk berpartisipasi dalam aktivitas kelompok,
kurangnya respons ketika diajak bicara, penurunan aktivitas religius, peningkatan volume
televisi atau radio, lambatnya respon untuk menghindari bahaya seperti mobil yang
mendekat, atau tidak mematuhi program pengobatan. Identifikasi dan rehabilitasi dini
dapat meningkatan persepsi diri klien dan kesediaan berpartisipasi dalam keluarga dan
aktivitas yang lain.

 Penggunaan Alat Bantu


Penggunaan alat bantu dengar dapat memudahkan komunikasi, mengurangi
perasaan kesepian dan isolasi sosial, dan mengembalikan perasaan memiliki kontrol pada
klien. Beberapa lansia munkin dibantu dengan suatu alat bantu dengar, dan sebagian yang
lain tidak menggunakan. Orang yang menunjukan suatu pwningkatan dalam
membedakan suara dengan peningkatan ampifikasi/pembesaran suara pada umumnya
merupakan calon yang baik untuk menggunakan alat bantu dengar.
Sebagian besar lansia menerima informasi merka tentang penggunaan dan
keuntungan-keuntungan alat bantu dengar dari iklan-iklan di televisi, surat kabar, atau
radio; teman-teman; atau anggota keluarga yang lain. Namun, klien perlu berbicara
dengan seorang ahli audiologi untuk mempelajari lebih banyak tentang alat bantu dengar
dari seseorang yang dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat. Berbagai tipe
alat bantu dengar yang berbeda telah tersedia pada saat ini, dan tipe yang dipilih
tergantung pada kemampuan klien untuk mengoperasikan alat tersebut. Pertimbangan
harus diberikan kepada keterampilan klien (untuk mengendalikan volume) dan
penglihatan (untuk melihat alat pengendali).
Tipe-tipe alat bantu dengar yang ada saat ini terdiri dari:jenis:
1. in-the ear ( di dalam telinga) :
Alat bantu di dalam telinga (in-the-ear) mempunyai sebuah pengatur volume
berukuran kecil, dapat ditinggikan;
2. body-type (tipe tubuh)
mempunyai pengaturan volume yang lebih besar sehingga lebih mudah untuk
dirasakan dan disesuaikan.
3. alat bantu postaurikular.
mempunyai pengaturan volume yang lebih besar sehingga lebih mudah untuk
dirasakan dan disesuaikan.
Hal yang penting dilakukan adalah menjelaskan berbagai pilihan dengan jelas
dan berpedoman kepada kebutuhan klien yang spesifik sehingga klien dapat membuat
suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah diberitahukan. Klien dan keluarga juga
harus mempertimbangkan biaya alat bantu dengar; suatu waktu yang singkat pada
umumnya diberikan kepada klien untuk melakukan penyesuaian pada instrumen yang
dipilih dan mempelajari bagaimana cara menggunakan sebelum pembelian. Beberapa
masalah mungkin terjadi berkaitan dengan penggunaan alat bantu dengar. Instrumen
tersebut memiliki pengeras suara (amplifier), sehingga dapat memperkuat penghantaran
suara juga memperkuat kata-kata dalam suatu percakapan; suara gaduh di sekitarnya
mungkin cukup keras untuk menimbulkan kesalahan dalam mengintepretasikan kata-kata
atau menyebabkan nyeri. Oleh karena itu, lansia mungkin membeli suatu alat bantu
dengar, tetapi ia hanya sedikit menggunakannya.
Menyesuaikan diri terhadap suatu defisit pendengaran setelah seumur hidup
memiliki pendengaran yang nirmal merupakan hal yang sulit dilakukan. Keutuhan
biopsikososial seseorang terancam oleh perubahan yang hebat ini. Intervensi perawat perlu
memfokskan pada rindakan untuk memfasiltasi klien untuk bergerak ke arah kemampuan
berfungsi secara optimal di dalam masyarakat yang dinamis.
 Teknik Komunikasi
Teknik komunikasi yang baik untuk membantu lansia dengan gangguan
pendengaran. Pengucapan kata-kata harus jelas dan lambat serta menghindari adanya
kegaduhan lingkungan. Teknik lainnya adalah memakai komunikasi nonverbal dan
komunikasi tertulis.

Tabel Rencana Asuhan Keperawatan Gangguan Pendengaran


Diagnosa Keperawatan: perubahan fungsi sensori/persepsi;pendengaran.
Hasil Yang Diharapkan Tindakan Keperawatan
Pasien mampu mendengar percakapan  Berbicara dengan nada yang tidak termasuk
berteriak (berteriak meningkatkan intonasi
nada suara)
 Menghadap kearah pasien ketika berbicara
 Bicara secara perlahan-lahan dan jelas.
 Gunakan sentuhan untuk mendapatkan
perhatian pasien jika berada di belakangnya
 Gunakan kalimat sederhana
 Turunkan intonasi nada suara
 Waspadai komunikasi non-verbal
(misalnya;ekspresi wajah).

3.      Indra peraba


Sentuhan (perabaan) digambarkan oleh Weiss sebagai “semua peristiwa dari kontak antar
tubuh, dimulai dengan inisiasi oleh seseorang dan diakhiri dengan penghentian kontak
oleh kedua belah pihak’. Beberapa perawat mempertimbangkan sentuhan merupakan hal
yang multidimensional, yang melibatkan lebih dari sekedar kontak kulit dengan kulit.
Sebagian lain menggambarkan kesenangan, penenteraman hari, dan rasa nyaman.
Aktivitas harian perawat dalam merespons kebutuhan lansia memberikan dasar
untuk sentuhan. Masyarakat telah memberikan izin kepada perawat untuk menyimpang
dari norma-norma masyarakat dan untuk menyentuh orang yang lain secara intim pada
saat sedang melakukan tugas rutin dalam asuhan keperawatan. Perawat harus mengenali
sentuhan yang melibatkan kepekaan klien terhadap sentuhan dan merupakan suatu alat
komunikasi yang efektif. Jenis sentuhan yang berbeda dihubungkan dengan berbagai arti.
Pada lansia, kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, dan berkerut. Kulit
akan kekurangan cairan sehinggga menjadi tipis dab berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atrovi glandula sebasea dan glandula sudorivera. Menipisnya kulit ini tidak
terjadi pada epidermisnya, tetapi pada dermisnya karena terdapat perubahan dalam
jaringan kolagen serta jaringan elastisnya. Bagian kecil pada kulit menjadi muda retak
dan menyebabkan cechymosen. Timbulnya pigmen berwarna coklat pada kulit, dikenal
dengan liver spot. Perubahan kulit banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain
angin dan sinar matahari, terutama sinar ultraviolet.
Tabel : perubahan kulit pada penuaan
Perubahan fisiologis Perubahan fungsional
Peningkatan pigmentasi Kulit menggelupas, tipis, kering,
keriput dan mudah pecah
Atrofi epidermis, glandula sebasea, Cenderung terjadi bercak senilis
subdorifera, dan folikel rrambut berwarna merah ungu
Degenerasi kolagen dan elastin Atrofi kuku, perubahan warna
rambut abu – abu/ putih
Peningkatan viskositas aliran darah
Mutasi somatis
Pengurangan jaringan subkutan
Pengurangan lemak
Bila perubahan sistem dalam tubuh lansia tidak diperhatikan dengan serius akan
mengakibatkan ketergantungan lansia pada keluarga dan lingkungan. Disamping itu harus
dicegah faktor resiko terjadinya cedera ketika melakukan aktivitas.

Pengkajian, batasan karakteristik, dan intervensi


Pengkajuan keperawatan perlu memasukkan suatu pengamatan terhadap
perubahan kulit seperti warna, tekstur, kekeringan, berisik, keratosis, turgor, respons-
respons terhadap dingin dan panas, respons-respons terhadap ketajaman dan ketumpulan,
dan kemampuan untuk memegang objek-objek yang dikenal (misalnya benda atau koin).
Turgor dapat diperiksa dengan cara mencubit kulit pada bagian posterior tangan dan
amati waktu kembalinya ke kondisi semula ketika dilepaskan. Respons taktil dikaji
dengan menggunakan sebuah bola kapas dan sentuhkan pada berbagai titik pada lengan,
tungkai dan tangan. Respons terhadap benda tumpul dan tajam dapat diperiksa dengan
menyentuh kulit pada bagian anterior lengan bawah dengan bagian pangkal jarum dan
kemudian dengan bagian ujung jarum itu. Perawat perlu menentukan apakah klien telah
kehilangan teman-teman dan orang yang dekat dnegan klien karena hal ini mungkin
mengakibatkan suatu penurunan sentuhan yang diterima oleh klien. Sekali lagi, latar
belakang budaya merupakan hal yang penting.
Batasan karakteristik yang berhubungan dengan perubahan dan rangsangan taktil
termasuk penurunan dan rangsangan taktil termasuk penurunan sensitivitas terhadap
sentuhan, dengan menghasilkan suatu perubahan dalam merespons hal tersebut. Klien
mungkin mengubah perilakunya bahkan mungkin mencari sentuhan.
Untuk lansia yang mempunyai gangguan sensoris yang lain (misalnya
pendengaran dan penglihatan), sentuhan terutama sekali penting. Sentuhan merupakan
suatu cara untuk mempertahankan kontak dengan lingkungan. Sebagai contoh,
menyentuh pegangan tangan atau sebuah mebeler mungkin membantu klien agar tetap
mengenali lingkungannya dan dapat mandiri.
Perawat harus menyadari isyarat-isyarat yang diberikan oleh klien sebagai
respons terhadap sentuhan. Sebagai contoh, klien mungkin menjauh dari suatu sentuhan
atau pindah dari suatu situasi yang menimbulkan hubungan yang dekat atau mungkin
mengerutkan dahi sebagai respons terhadap seseorang yang memasuki ruang pribadinya.
Ketegangan pada tubuh klien mungkin juga merupakan suatu tanda bahwa ia tidak ingin
disentuh. Isyarat-isyarat positif merupakan bukti ketika klien mencari sentuhan melalui
cara tersebut seperti memeluk atau berjabat tangan.

4.      Indra pengecap


Pada lidah terdapat banyak tonjolan saraf pengecap yang memberi berbagai sensasi
rasa ( manis, asin, gurih, dan pahit ). Akibat penambahan usia maka jumlah tonjolan saraf
tersebut berkurang, sehingga lansia kurang dapat merasakan rasa kecap, akibatnya
mereka butuh lebih banyak jumlah gula atau garam untuk mendapatkan rasa yang sama
dengan kualitasnya

Tabel Perubahan Morfologis & Perubahan Fisiologis


Perubahan Morfologis Perubahan Fisiologis
Pengelihatan
Penuurunan jaringan lemak disekitar Penurunanan Pengelihatan jarak
mata dekat
Enurunan elastisitas dan tonus Penurunan koordinasi gerak bola
jaringan mata
Penurunan kekuatan otot mata Distorsi bayangan
Penurunan ketajaman kornea  Pandangan biru – merah
Degenerasi pada sklera, pupil, dan Comprimised night vision
iris
Peningkatan frekuensi proses Penurunan ketajaman mengenali
terjadinyya penyakit warna hijau, biru dan ungu
Peningkatan densitas dan rigiditas Kesulitan mengenali benda yang
lensa bergerak
Perlambatan proses informasi dari
sistem saraf pusat
Pendengaran
Penurunan sel rambut koklea Kesulitan mendengar suara
berfrekuensi tinggi
Perubahan telinga dalam Penurunan kemampuan
membedakan pola titik nada
Degenerasi pusat pendengaran Penurunan kemampuan dan
penerimaan bicara
Hilangnyya fungsi neuratransmiter Penurunan fungsi membedakan
ucapan
Pengecap
Penurunan kemampuan pengecapan Peningkatan nilai ambang untuk
identitas benda
Penciuman
Degenerasi sel sensorik mukosa Penurunan sensitivitas nilai ambang
hidung terhadapa bau
Peraba
Penurunan kecepatan hantaran saraf1.      Penurunan respon terhadap
stimulus taktil
2.      Penyimpangan persepsi nyeri
3.      Resiko terhadap bahaya termal
yang berlebihan

Organ pengecap yang paling berperan adalah pada bagian depan, tepi dan belakang,
rasa manis dan asin berada pada bagian ujung lidah, asam dibagian tepi sedang pahit
dipangkal lidah. Fungsi pengecap akan berubah seiring bertambahnya usia. Kerusakan
fungsi pengecap akan menyebabkan makan kurang bergairah terkadang seorang lansia
perlu menambah jumlah garam karena dia merasa bahwa maskannya kurang asin
(padahal sudah asin).
Kurangnya sensasi rasa dikarenakan pengaruh sensori persarafan. Ketidakmampuan
mengidentifiksi rasa secara unilateral atau bilateral. Adanya iritasi yang kronis dari
selaput lendir, atropi indera pengecapan, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap
dilidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap.
Masalah yang sering timbul pada lansia adalah kemapuan mengunyah yang semangkin
menurun.
Salah satu keluhan yang sering pada lanjut usia (lansia) adalah sering merasakan
makanan yang dikonsumsi terasa pahit sehingga lansia tersebut mengalami tidak nafsu
makan. Hal ini merupakan salah satu gangguan pengecapan.
Gangguan pengecapan ini merupakan suatu hal yang cukup penting karena dapat
menyebabkan berkurangnya nafsu makan sedemikian rupa, yang dapat mengakibatkan
turunnya berat badan, dapat merupakan gejala penyakit yang belum terdiagnosis, dan jika
seseorang tidak dapat lagi menikmati makanan hal ini dapat mempengaruhi hubungan
sosial.
Gangguan pengecapan yang terjadi tidak terlepas dari peranan lidah dan air ludah
yang mengalami gangguan pada lansia karena pekarena penyakit atau gangguan tertentu.
 Peranan lidah dan air ludah
Lidah berperanan pada proses pengunyahan dalam pembagian bahan-
bahan makanan di dalam rongga mulut, juga berperan dalam proses menelan,
artikulasi (bicara) dan pengecapan karena mengandung papil pengecap pada
permukaan lidah yang mengandung sel-sel pengecap dan saraf pengecap.
Suatu zat hanya dapat dinikmati rasanya jika larut dalam air ludah. Melalui pori
pengecap suatu zat dapat mencapai sel-sel pengecap dan mempengaruhi ujungujung sel-
sel pengecap dan sesudahnya melalui serabutserabut saraf akan menghasilkan respons
saraf sehingga seseorang dapat merasakan rasa makanan (mengecap).Salah satu faktor
yang penting yang mempengaruhi kemampuan seseorang mengecap makanan adalah
suhu, yaitu rasa manis akan lebih terasa manis jika makanan yang dimakan dalam
keadaan panas, sedangkan rasa masam dan asin tidak dipengaruhi suhu, sehingga pada
lansia sering lebih senang dengan makanan yang panas karena rasanya lebih enak.
Lidah dapat membedakan 4 rasa dasar, yaitu asin, masam, manis dan pahit, bagian
ujung/depan lidah paling peka merasakan yang asin dan manis, bagian samping lidah
paling peka terhadap rasa masam sedangkan bagian belakang lidah serta langit-langit
paling peka terhadap rasa pahit. Bagian tengah lidah relatif tidak peka terhadap
pengenalan rasa.
Kemampuan seseorang untuk menikmati rasa makanan (mengecap) tergantung
pada banyaknya papil pengecap, sel-sel pengecap, gerakan lidah (misalnya gangguan
gerak lidah akibat strok) dan banyaknya air ludah. Pada lansia hal-hal tersebut sering
mengalami gangguan.
Gangguan Pengecapan
Berbagai jenis penyakit dapat menyebabkan gangguan pengecapan antara
laininfeksi pada rongga mulut, gangguan pada produksi air ludah, penyakit pada usus
(penyakit Crohn), penyakit hati (hepatitis, sirosis), penyakit ginjal dan penderita cuci
darah (hemodialisis), tumor, taruma dan penyinaran pada daerah kepala dan leher serta
obat-obatan. Juga, salah satukeluhan wanita menopause adalah selain mengalami rasa
terbakar dan kering pada mulut disertai gangguan pengecapan dan sering mengalami rasa
pahit pada mulut.Selain daripada itu, salah satu peranan mineral yang sering terlupakan
pada gangguan pengecapan adalah kekurangan mineral seng (zinkum/Zn).
 Mineral Zn
Salah satu perubahan yang terjadi pada air ludah penderita dengan
gangguan pengecapan adalah berkurangnya kadar Zn di dalam air ludah. Kadar Zn
pada air ludah orang dewasa berkisar 90-120 ìg/100 ml. Mineral Zn berperanan di
dalam fungsi berbagai indera seperti melihat, mencium bau dan mengecap. Kadar Zn
di dalam air ludah ditentukan oleh diet/ makanan yang dikonsumsi, misalnya
makanan yang berasal dari protein hewani mengandung banyak mineral Zn,
sedangkan sebaliknya makanan yang berasal dari protein tumbuh-tumbuhan
mengandung sedikit Zn.
Pada mereka yang menjadi vegetarian (mengkonsumsi makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan) dan padamereka yang tidak nafsu makan karena gangguan
kejiwaan (anoreksia nervosa) dapat mengakibatkan kurangnya mineral Zn sehingga
hal ini perlu mendapat perhatian jika mengalami gangguan pengecapan.
Perlu Diperhatikan
Penatalaksanaan penderita dengan gangguan pengecapan perlu memperhatikan
penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi pengecapan, misalnya penyakit saluran
cerna dari mulut sampai usus,
penyakit hati, ginjal, paska hemodialisis, tumor, trauma dan penyinaran pada daerah
kepala dan leher, obat-obatan, paska menopause, gangguan kejiwaan.
Peranan dari lidah misalnya berkurangnya papil lidah dan ael-sel pengecap,
penyakit tertentu misalnya strok yang mengakibatkan gangguan gerak lidah, dan
berkurangnya produksi air ludah. Upayakan mengkonsumsi makanan dan minuman
dalam keadaan hangat agar rasanya lebih enak.

5.      Penciuman
Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus menerus terbentuk
didalam hidung sesuai proses penuaan, menyebabkan hidung menonjol lebih tajam.
Atropi progresif pada tonjolan olfaktorius juga terjadi, mengakibatkan kemunduran
terhadap dalam indra penciuman. Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah
gangguan pada penciuman terhadap bau-bauan. Kenikmatan makan akan didukung oleh
indra pembau, makan yang dibau akan merangsang mukosa hidung untuk menghantar
impuls ke otak untuk menyimpulkan bahwa makan itu enak atau tidak. Ini juga akan
berpengaruh terhadap keinginan pemenuhan nutrisi.
Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor oftaclorius oleh zat kimia
yang mudah menguap perubahan yang mudah menguap perubahan yang terjadi pada
penciuman akibat proses menua yaitu penurunan atau kehilangan sensasi penciuman
karena penusan dan usia.penyebab lain yang juga dianggap sebagai sebagai pendukung
terjadi kehilangan sensasi penciuman termasuk pilek,influenza ,merokok,obstruksi
hidung,dan faktor lingkungan ,implikasi dari hal ini adalah penurunan sensitivitas
terhadap bau.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh.
Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus
yang sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan
berkembang dengan normal.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.
Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan, pendengaran,
pengecap, penciuman, dan peraba.
Daftar Pustaka

Stanley Mickey, Patrician Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta:EGC

Kushariadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:Salemba Medika

S.Tamher, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika

Meridean L. Maas, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik;Diagnosa NANDA,


Kriteria Hasil NOC, Intervensi NIC. Jakarta:EGC

Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET

Mariam, Siti. R DKK. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. 2008. Jakarta : Salemba
Medika.

Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2008. Jakarta : EGC.


Wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.

Bandiyah, siti. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. 2009.Yogjakarta : Nuha Medika.

https://kikiprasetyo.wordpress.com/2011/01/12/gangguan-pengecapan-menyebabkan-
kurangnya-nafs
u-makan-lansia/

Anda mungkin juga menyukai