Anda di halaman 1dari 6

Tahap Kedelapan Keluarga Usia Lanjut

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan dosen pembimbing Ns. Ferdinan Sihombing, Mkep

Oleh:
Aditya Nur Cahya 30120115008
Ayu Oktaviani 30120115013
Icha Julia Putri S 30120115030
Maria Marcellina 30120115035
Melindawati 30120115036
Monica Sihotang 30120115037

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2018
Tahap Kedelapan Keluarga Usia Lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan pension,
berlanjut salah satu pasangan meninggall.
Proses usia lanjut dan pesiun merupakan ralitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai proses stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah
berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan social, kehilngan pekerjaan, serta
perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan
yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih
dapat beradaptassi tingal dirumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya.
Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian penting dalam konsep
keluarga usia lanjut. Perawat keluarga perlu memahami setiap tahap perkembannganya yaitu
menerima penurunan kemampuan dan keterbatasan, menyesuaikan dengan masa pensiun,
mengatur pola hidup yang terorganisir, menerima kehilangan dan kematian dengan tentram
(Mubarak, 2006).
a. Tugas perkembangan tahap ini adalah:
1) Mempertahankan suasaa rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan.
3) Pertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan anak dan social masyarakat.
5) Melakukan life review.
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian (harmoko, 2012)

b. Permasalahan yang terjadi pada usia lanjut:


1) Menurunya fungsi dan kekuatan fisik
2) Sumber-sumber finansial yang tidak memadai
3) Isolasi social
4) Kesepian (kelley et al, 1977 dalam friedman)
Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan,
termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan
tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai
dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Mubarak,
2006).
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti 15
dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injuri termasuk
adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh
“mati” sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik
dalam hal pencapaian puncak maupun aat menurunya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh
mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan
berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur.
a. Batasan-batasan lansia
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3) Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium

Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan menjadi


1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.

b. Teori menua Menurut Wahyudi (2008),


Teori proses menua dibagi menjadi dua, yaitu teori biologis dan teori sosiologis. Adapun
teori biologis diantaranya sebagai berikut :
Teori biologis
1) Teori biologis
Teori genetic clock, merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam
tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan.
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya memiliki suatu jam genetik atau jam
biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang
telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenius ini berhenti berputar,
maka ia akan mati.
Teori mutasi somatic, Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi
somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses
transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein atau enzim.
Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi
organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga
terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
2) Teori nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh, merupakan mutasi yang berulang dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri (self recognition). Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Dalam proses
metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan
sejak itu terjadi kelainan autoimun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas, teori radikal bebas dapat terbentuk di alam
bebas dan didalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan
didalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak
stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif
mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau
perubahan dalam tubuh.
Radikal bebas yang terdapat dilingkungan seperti :
a) Asap kendaraan bermotor
b) Asap rokok
c) Zat pengawet makanan
d) Radiasi
e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan
kolagen pada proses menua.
Teori sosiologis
1) Teori interaksi sosial teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial
merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya
bersosialisasi.
2) Teori aktivitas atau kegiatan
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung.
Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan
banyak ikut serta dalam kegiatan sosial.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
3) Teori kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya. Teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seorang usia lanjut sangat dipengaruhi oleh
tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.
4) Teori pembebasan atau penarikan diri
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu dengan individu lainnya. Menurut teori ini seorang lanjut
usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarikdiri
dari 20 kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan
mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
Daftar Pustaka
http://repository.ump.ac.id/1084/3/INDRA%20AMARUDIN%20SETIANA%20BAB%20II.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-sitikiswat-6739-2-bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai