Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Asuhan Keperawatan Gerontik dengan dosen pembimbing
Theresia Niluh Wayan S,SKM

Disusun Oleh:

Putri Hana Agavia (30120115005)


Ansita Tessa Salonika Simarmata (30120115006)
Ellen Ellisabeth Andari (30120115007)
Cicilia Santi Febrianti (30120115016)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS PADALARANG
Jl.Parahyangan Kav.8 Blok B No.1 Kota Baru Parahyangan, Padalarang
2017
A. Latar Belakang
Menjadi tua merupakan suatu fase kehidupan yang dialami oleh manusia. Makin
panjang usia seseorang, sejalan dengan pertambahan usia tubuh akan mengalami kemunduran
secara fisik maupun psikologis. Secara fisik orang lanjut usia yang selanjutnya disebut lansia,
mengalami kemunduran fungsi alat tubuh, atau disebut juga dengan proses degeneratif.
Orang lansia akan terlihat dari kulit yang mulai keriput, berkurangnya fungsi telinga dan
mata, tidak dapat bergerak cepat lagi, cepat merasa lelah, rambut menipis dan memutih,
mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh berkurang. Secara psikologis orang lansia
menjadi mudah lupa, serta berkurangnya kegiatan dan interaksi (baik dengan anak-anak,
saudara atau teman), mengalami rasa kesepian, kebosanan dan sebagainya. Apalagi jika ia
kehilangan pekerjaan, menderita post power syndrome,berkurangnya peranan dalam keluarga
atau masyarakat, atau kondisi ekonominya buruk.
Adanya peningkatan jumlah orang lansia, menyebabkan perlunya perhatian pada orang lansia
tersebut, agar orang lansia tidak hanya berumur panjang, tetapi dapat menikmati masa tuanya
dengan bahagia, serta meningkatkan kualitas hidup diri mereka. Meskipun banyak orang
lansia dalam kesehatan yang baik. Namun, golongan ini tetap merupakan kelompok yang
rentan terhadap penyakit karena terjadinya perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat proses
degeneratif. Perubahan sosial di masyarakat, misalnya adanya kecenderungan perubahan
struktur keluarga dari keluarga luas (extended family) ke keluarga inti (nuclear family) ikut
membawa perubahan terhadap orang lansia dimana sebelumnya orang lansia tinggal bersama
dalam satu rumah dengan anggota keluarga lainnya. Namun, perubahan itu menyebabkan
orang lansia tinggal terpisah dengan anak-anak mereka. Kondisi ekonomi orang lansia juga
mengalami perubahan apabila dibandingkan ketika masih muda. Maka orang lansia
hendaknya mampu beradaptasi dengan keadaan yang baru ini. Penduduk lansia secara
individual merupakan penduduk yang potensial menjadi “beban” keluarga dan masyarakat
terutama bagi mereka yang memasuki usia tuanya tidak dipersiapkan sejak dini.

B. PENGERTIAN

Lansia merupakan proses keseluruhan yang ditandai dengan terjadinya perubahan


fisik dan mental secara perlahan-lahan dan bertahap yang disebut sebagai senescencey yaitu
proses menjadi tua dan senility (keuzuran) apabila telah terjadi kemunduran fisik terutama
pada lapisan otak maka akan mempengaruhi kondisi mentalnya (disorganisasi mental)
(Indati, 2013) .
Dalam undang-undang no. 13 tahun 1998 bahwa lanjut usia adalah laki-laki atau
perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih.

C. PANDANGAN PEMERINTAH TERHADAP LANSIA

SERANG- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


(BKKBN), surya Chandra Surapaty mengatakan besarnya jumlah penduduk Lansia di
Indonesia juga tentunya akan membawa konsekuensi akan kebutuhan hidup bagi Lansia.
Misalnya rumah hunian yang ramah Lansia, taman ramah Lansia, alat transportasi umum
yang ramah Lansia dll.
Besarnya jumlah penduduk Lansia di Indonesia pada masa mendatang dapat
membawa dampak positif maupun negatif. Kehadiran Lansia dapat berdampak positif apabila
Lansia berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif.
Di sisi lain, besarnya jumlah penduduk Lansia dapat menjadi beban jika Lansia
memiliki masalah penurunan derajat kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya
pelayanan kesehatan, penurunan pendapat/ penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak adanya
dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah Lansia.
Masalah terbesar yang di hadapi para Lansia saat ini adalah marjinalisasi. Banyak
yang menganggap Lansia sudah tidak produktif.
Indonesia merupakan negara yang termasuk 5 besar dengan jumlah Lansia terbanyak
di dunia. Berdasarkan data proyeksi penduduk Indonesia, jumlah lansia pada tahun 2010
sebanyaak 18 juta jiwa (7,6%) dari total populasi penduduk 238,5 juta orang, dan tahun 2016
di prediksi meningkat menjadi 22,6 juta jiwa daari total populasi penduduk 255,5 juta orang,
serta akan mencapai sekitar 48,2 juta jiwa dari total populasi penduduk 305,7 juta orang pada
tahun 2035 (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035).
“Sudah waktunya negara untuk memperhatikan kaum Lansia. Pun menyiapkan
generasi muda untuk menghadapi masa Lansia dengan peningkatan usia harapan hidup,” ujar
Surya melalui Siaran Pers yang di terima BantenNews.co.id dari Kemkominfo, Selasa
(4/10/2016). (www.bantennews.co.id)

D. PANDANGAN ETNIK TERHADAP LANSIA DAN KEDUDUKAN LANSIA


DALAM MASYARAKAT

Menurut Swasono (1989) berbagai kehidupan kebudayaan menetapkan usia tua dan
peranan serta fungsi sosialnya menuntut nilai-nilai, anggapan dan ukuran yang berbeda-beda.
Namun demikian secara universal terdapat pandanngan bahwa seorang lansia dianggap
sebagai sumber terkumpulnya kebijaksanaan dan kearifan. Dengan demikian penduduk lansia
dianggap memiliki kelebihan, keahlian tertentu dan dengan pengalaman yang demikian luas
sehingga mereka harus dihormati.
 Masyarakat Mongolia

Pada masyarakat Mongolia menurut Foster & Anderson 1986 “Kehormatan dan
kekayaan diberikan kepada orang-orang biasa. Namun, usia tua yang matang adalah anugerah
surga”.

 Masyarakat Jepang

Jepang adalah negara yang menghormati lansia sebagai orang yang harus dihargai dan
dijunjung tingg. Penghormatan ini bias dilihat sebagaimana Jepang berusaha memberikan
fasilitas-fasilitas dan pelayanan kesehatan yang sangat baik bagi para lansia. Negara Jepang
memnag menyediakan fasilitas khusus bagi para lansia dan orang berkebutuhan khusus
supaya memudahkan mereka untuk menggunakan fasilitas tersebut, contohnya pada sarana
transportasi umum seperti bus dan kereta, pusat perbelanjaan, tempat wisata, bahkan
perpustakaan umum.
 Masyarakat Nias

Pada suku bangsa Nias, masa tua dalam keluarga dianggap saatnya menjadi penasehat,
dihormati oleh segenap anggota keluarga dan komunitas dan menjadi seorang yang dalam
legenda suku bangsa NIas disebut Todo Hia. Nasehtanya selalu dipatuhi karena dianggap
sebagai orang yang patut dipercayai dan bijaksana. Seseorang yang telah berumur tua
memiliki banyak pengalaman dan menjadi sumber erita, legenda dan mitos. (Laiya 1983:54).
 Masyarakat Jawa

Pada suku bangsa Jawa oang-orang tua dipandang berhak atas penghormatan yang tinggi
dan banyak yang hidup menghabisakan umurnya semata-mata dengan menerima
penghrmatan, karena kelebihan pengetahuan mereka akan masalah kebatinan dan masalah
praktis (Geertz 1985:149).
Hubungan penghormatan dapat dilihat dalam penggunaan bahasa yang tinggi ketika
berbicara kepada orangtua, dan dalam keluarga priyayi tradisional orang malahan
menyembah dahulu sebelum berbicara (Koetnjaraningrat 1994:273).

E. PANDANGAN YANG TIDAK MENGHORMATI LANSIA

Seiring berkembangnya zaman pandangan terhadap lansia dan kedudukan lansia


dalam masyarakatpun mengalami perubahan yang cukup signifikan. Disebagian besar Negara
khususnya Negara maju, lansia tidak lagi dianggap sebagai orang yang harus dihormati dan
dihargai. Lansia cenderung dianggap menjadi beban hidup bagi mereka yang
menanggungnya. Lansia menjadi beban hidup karena kemampuan mereka yang sudah
menurun dan tidak produktif lagi. Ditambah karena penurunan fisik yang menyebabkan
mereka sakit-sakitan menyebabkan lansia dianggap sebagai pemboros uang dan menambah
beban ekonomi keluarga yang menanggungnya.

F. MASALAH YANG TERJADI PADA LANSIA

1. Permasalahan dari aspek fisiologis


Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh factor
kejiwaan social, ekonomi dan medis. Perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan
dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan keriput,rambut berubah dan
rontok,penglihatan menurun, daya penciuman berkurang, tinggi badan berkurang
karena proses osteoporosis yang berakibat badan menjadi bungkuk, massa dan
kekuatan tulang berkurang dan mudah patah, elastisitas paru berkurang, nafas menjadi
pendek,terjadi penurunan fungsi organ, kerja jantung tidak efisien, dan lain
sebagainya.
2. Permasalahan dari aspek psikologis
Menurut Hadi Martono, 1997 dalam Darmojo 1999, beberapa masalah psikologis
antara lain :
 Kesepian (Loneliness)yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya
pasangan hidup terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status
kesehatan seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau
gangguan sensori ,harus dibedakan antara kesepian dnegan hidup sendiri.
Banyak lansia yang hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas
sosialnya tinggi, lansia yang hidup dilingkungan beranggota keluarga yang
cukup banyak tetapi mengalami kesepian.
 Dukacita (Bereavement) pada penderita dukacita ini merupakan periode yang
sangat rawan bagi lansia. Meninggalnya pasangan hidup,teman dekat. Atau
bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah
rapuh dari seorang lansia yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan
keinginan menangis dan kemudian suatu periode depresi.
 Depresi

Persoalan hidup yang mendera lansia seperti kemiskinan,usia,stres yang berkepanjangan,


penyakit fisik yang tak kunjung sembuh, perceraian atau kematian pasangan, keturunan yang
tidak bisa merawatnya dan sebagainya yang dapat menyebabkan terjadinya depresi..pada usia
lanjut rentan untuk terjadi : episode depresi berat dengan ciri harga diri rendah,menyalahkan
diri sendiri,ide bunuh diri,penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara factor-
faktor psikologik,sosisal,dan biologic. Seorang usia lanjut yang mengalami depresi bias saja
mengeluhkan mood yang menurun namun kebanyakan menyangkal adanya depresi.(Stanley
& Beare, 2002).

G. MITOS TERHADAP LANSIA

Dalam masyarakat kita sering dijumpai pengertian dan mitos yang salah kaprah mengenai
lansia, sehingga banyak merugikan para lansia. Salah kaprah tersebut adalah anggapan dan
panddangan yang keliru. Dalam hal ini yang dirugikan adalah para lanjut usia karena dapat
merupakan stigma (cap buruk) dari masyarakat dan dapat mempengaruhi orang-orang yang
sesungguhnya memiliki kepedulian untuk membantu para lansia. Salah kaprah yang sering
kita jumpai dalam masyarakat mencakup beberapa hal sebagai berikut :
 Lansia berbeda dengan orang lain
 Lansia tidak dapat belajar keterampilan baru serFta tidak perlu pendididkan dan
latihan
 Lansia sukar memahami informasi baru
 Lansia menjadi tidak produktif dan menjadi beban masyarakat
 Lasia tidak berdaya
 Lansia tidak dapat mengambil keputusan
 Lansia tidak butuh cinta dan tidak perlu relasi seksual
 Lansia tidak menikmati kehidupan sehingga tidak dapat bergembira
 Lansia itu lemah, jompo, ringkih, sakit-sakitan atau cacat
 Lansia menghabiskan uang untuk berobat
 Lansia sama dengan pikun

Dalam masyarakat kita selaku orang timur dengan budaya kekeluargaan yang sangat
kental, anak cucu dan sanak saudara dari para lansia pada umumnya sangat tidak keberatan
untujk menerima kehadiran dan keberadaaan para lansia di dalam keluarganya. Namun
demikian adanya pandangan yang keliru seperti tersebut diatas tak urung bisa mempengaruhi
anggota keluarga dalam memperlakukan para lansia. Hal ini perlu diperjelas supaya salah
kaprah tersebut tidak terjadi berkepanjangan dan perlu dicari cara untuk mensosialisasikan
pengertian dan pemahman yang benar sehingga lansia memiliki hak dan kewajiban yang
sama sesuai dengan kondisi, usia, jenis kelamin, dan status sosial mereka dalam masyarakat.
Cara mengurangi salah kaprah dan tindakan yanag keliru sehingga dapat memahami lansia
secara benar adalah dengan melihat realita yang ada.
1. Lansia berbeda dengan orang lain

Orang yang mencapai tahan perjalanan hidup sampai mencapai tahap lanjut usia dapat
dikatakan sebagai orang yang beruntung karena mereka dapat mengenyam kehidupan dalam
masa yang panjang. Di indonesia dan lembaga-lembaga memberi patokan bahwa mereka
yang disebut lansia adalah mereka yang telah mencapai usia 60 tahun yang dinyatakan
dengan pemberian KTP seumur hidup. Namun dinegara maju yang lebih spesifik : 65-75
tahun disebut old, 76-90 tahun disebut old-old, dan 90 tahun keatas disebut very old
(W.M.Roan,1990).
Meskipun lansia seringkali mendapat perioritas dan fasilitas misalnya naik pesawat dapat
potongan khusus, tempat wisata gratis bagi pengunjung lansia , di bandara/ stasiun dsiberi
jalan khusus lansia, hal ini bukan dimaksud untuk membedakan lansia dengan orang lain,
tetapi lebih bertujuan untuk membantu kelancaran pelayanan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan mereka.
Bahwa para lansia tersebut harus dihormati tentu kita semua setuju. Orang yang lebih tua
memang mendapat kehormtan yang lebih dibanding dengan orang yang lebih muda.
2. Lansia tidak dapat mempelajari ketrampilan baru dan tidak perlu memerlukan
pendidikan dan latihan

Kenyataan di masyarakat terutama di perguruan Tingi banyak lansia yang dapat


menyelesaikan studinya sampai S-2 atau S-3, berkompetensi dengan orang-orang muda
secara jujur dan objektif. Bahkan justru para lansia sering menjadi teladan dan memberikan
motivasi yang tinggi bagi kawan kawannya yang lebih muda. Hal ini menunjukan bahwea
lansia dapat mempelajari keterampilan baru sama baiknya dengan orang lain, hanya mungkin
karena lama tidak berlatih dan kadang kadang kurang memiliki keyakinan akan
kemampuannya sehingga butuh dorongan dari orang lain. Semakin banayak pnegetahuan dan
keterampilan yang dimiliki lansia makin banyak pula hal-hal yang dapat disumbangkan
kepada masyarakat dan berharga sehingga perlu di plihara. Cara memeliharanya adalah
dengan mengajak mereka untuk berdiskusi, berkonsultasi, bertanya serta menempatkan lansia
sebagai narasumber dalam berbagai bidang yang disenangi dan dimiliki. Pandangan yang
keliru pula yang mengatakan bahwa lansia itu jompo, rapuh, tidak perlu belajar dan berlatih,
tidak perlu bekerja sehingga dianjurkan untuk istirahat, enak enak, ongkang-ongkang kaki
saja dirumah. Jika pandangan terseb8ut dipraktekan maka justru mungkin hal semacam itulah
yang akan menimbulkan stress dan distress serta dispair (putus harapan) pada lansia.
3. Lansia sukar menerima informasi baru

Pada lansia kesempatan untuk menperoleh onformasi justru terbuka lebar, karena waku
semnggangnya relatif banyak dan pada umumnya tidak dituntut untuk berkerja keras seperti
masa-msa sebelumnya. Dalam kehiduan lansia umumnya hausa akan berita dan informasi-
informasi baru karena mereka tidak mau ketinggalan informasi dibandingkan orang-orang
yang lebih muda. Dalam kenyataan ini kita menjumpai bahwa merka banyak menonton
televisi, mendengarkan radio, kembaca koran, majalah ataupun bertanya kepada sesama
lansia atau orang yang lebih muda tentang hal-hal baru yang berkembang dalam masyarakat.
Bagi lansia adanya informasi baru berarti menstimulasi fungsi kognitifnya, fungsi afektifnya
dan fungsi psikomotoriknya yang membuat syaraf –syaraf otaknya tetap berfungsi secara
normal.
4. Lansia tidak produktif dan menjadi beban masyarakat

Umumnya lansia dinegara berkembang dan negara yang belum memiliki tunjangan sosial
untuk hari tua, akan tetapi bekerja untuk memenuhi tuntutan hidup maupun mencukupi
kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya. Biasanya para lansia memainkan perannya
sebagai orang-orang yang bekerja tanpa mendapat bayaran namun memiliki arrti yang sangat
penting dalam masyarakat karena sumbangan ide-ide dan nasehatnya. Dalam proses penuaan
sendiri mereka sering menemukan cara-cara yang tepat dan bujakdsana dalam mengatasi
tantangan yang dihadapi. Salah satu hal yang perlu diingat adalah bahwa lansia amat
memerlukan dukungan atau support dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Lansia bukan
merupakan beban bagi yang muda, sebaliknya mereka sering menjadi teladan bagi orang
muda misalnyadalam sopan santun, disiplin, keteguhan iman, kejujuran, semangat juang,
maupun kewibawaan.
5. Lasia tidak berdaya

Dalam kenyataan lansia tetap eksis dan terus berjuang mencari kehidupan yang lebih baik.
Kalau seseorang lansia memerlukan bantuan biasanya ia tau persis apa yang diperlukan
secara wajar. Mereka memiliki banyak pengalaman dalam kehidupannya, sehingga dalam
kehidupan kita sering menjumpai bahwa lansia tidak mau tinggal diam, ada saja yang ingin
dikerjakannya. Terkadang memang ada yang menjadi loyo atau pasrah, mereka ini umumnya
lansia yang pada masa mudanya sudah terkuasai oleh tuga-tugas berat dan tingkat
pendidikannya yang relatif rendah rendah , sehingga dalam masa lansia tidak berdaya. Adalah
keliru jika anggota keluarga selalu mndampingi lansia, melarang mereka untuk
berkomunikasi dengan sesama lansia, dan menganjurkan lansia untuk istirhat saja dirumah ,
cara demikian justru akan memperburuk kondisi lansia yang berakibat bahwa mereka
akhirnya merasa tak berdaya.
6. Lansia tidak dapat mengambil keputusan untuk dirinya

Hal yang perlu diperhatikan agar lansia mampu mengambil keputusan untuk kepentingan
kehidupan dirinya adalah dengan cara sering mengajaknya diskusi tetnag hal hal baru dan
sering meminta petunjuk untuk petuahnya sehingga ia merasa tetap eksis dan memiliki rasa
percaya diri.
7. Lansia tidak butuh cinta dan relasi seksual

Agar gairah hidup tetap berkobar lansia perlu berinteraksi dengan orang-orang muda untuk
berdiskusi, berkomunikasi atau bersuka ria.
8. Lansia tidak menikmati kehidupan sehingga tidak dapat bergembira

Lansia sekarang mendambakan kenikmatan hidup di hari tua. Agar lansia dapat menikmati
hidup dihari tua sehingga dapat bergembira aau merasa bahagia, diperlukan dukungan dari
orang-orang yang dekat dengan mereka. Dukungan tersebut bertujuan agar lansia dapat
menjalankan kegiatan sehari-hari secara teratur dan tidak berlebihan.
9. Lansia lemah, jompo, ringkih, sakit-sakitan dan cacat

Tidaklah sepenuhnya benar pendapat yang mengatakan lansia lemah, jompo ringkih, sakit-
sakitan dancacat karena dalam kenyataannya banyak lansia yang masiah gagah masih mampu
bekerja keras bahkan mampu bekera keras. Kondisi kesehatan seseorang dalam masyarakat
menurut paradigma kesehatan saat ini bergradasi dari : lebih sehat, sehat, sehat sakit, sakit
dan cacat . kondisi kesehatan itu berlaku baik untuk anak, remaja, dewasa maupun lansia jadi
sebenarnya bukan lansia saja yang sakit-sakitan atau cacat yang lainpun bisa demikian.
10. Lansia menghabiskan uang utuk berobat

Lansia memang perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik namun bukan
berarti mereka orang yang sakit-sakitan. Lansia umumnyatahu diri dan faham dalam menjaga
kesehatan dirinya yang ditunjukan bentuk rajin olahraga ringan, rajin beribadah dan peduli
terhadap kesehatan.
11. Lansia sama dengan pikun

Tidak semua lansia pikun , atau menurunnya daya ingat jangka pendek . demi menjaga agar
daya ingat lansisa tidak cepat berubah secara frontal \, karena kondisi fisik dan usisa maka
perlu dihindari atau dikurangi dari hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan, kekhawatiran,
kecemasan, rangsangan emosi, depresi dan sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Laiya, Bambowo. 1983. Solidaritas Kekeluargaan dalam Salah Satu Masyarakat


Desa di Nias Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Geertz, Hilded. 1985. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.
Foster, George M dan Barbara Gallatin Andreson. 1986. Antropologi Kesehatan.
Terjemahan, Priyanti Pakan Suryadarma dan Meutia F. Hatta Swasono. Jakarta. Universitas
Indonesia Press.
Swasono, Meutia Farida Hatta. Proses Menua di Barat dan Timur: Suatu Tinjauan
Antropologis. Jakarta: 14 januari 1989.
Koentjaraningrat.1994.Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
www.bantennews.co.id di kutip 10 maret 2018 pukul 00.26 WIB.

Anda mungkin juga menyukai