Disusun Oleh:
B. PENGERTIAN
Menurut Swasono (1989) berbagai kehidupan kebudayaan menetapkan usia tua dan
peranan serta fungsi sosialnya menuntut nilai-nilai, anggapan dan ukuran yang berbeda-beda.
Namun demikian secara universal terdapat pandanngan bahwa seorang lansia dianggap
sebagai sumber terkumpulnya kebijaksanaan dan kearifan. Dengan demikian penduduk lansia
dianggap memiliki kelebihan, keahlian tertentu dan dengan pengalaman yang demikian luas
sehingga mereka harus dihormati.
Masyarakat Mongolia
Pada masyarakat Mongolia menurut Foster & Anderson 1986 “Kehormatan dan
kekayaan diberikan kepada orang-orang biasa. Namun, usia tua yang matang adalah anugerah
surga”.
Masyarakat Jepang
Jepang adalah negara yang menghormati lansia sebagai orang yang harus dihargai dan
dijunjung tingg. Penghormatan ini bias dilihat sebagaimana Jepang berusaha memberikan
fasilitas-fasilitas dan pelayanan kesehatan yang sangat baik bagi para lansia. Negara Jepang
memnag menyediakan fasilitas khusus bagi para lansia dan orang berkebutuhan khusus
supaya memudahkan mereka untuk menggunakan fasilitas tersebut, contohnya pada sarana
transportasi umum seperti bus dan kereta, pusat perbelanjaan, tempat wisata, bahkan
perpustakaan umum.
Masyarakat Nias
Pada suku bangsa Nias, masa tua dalam keluarga dianggap saatnya menjadi penasehat,
dihormati oleh segenap anggota keluarga dan komunitas dan menjadi seorang yang dalam
legenda suku bangsa NIas disebut Todo Hia. Nasehtanya selalu dipatuhi karena dianggap
sebagai orang yang patut dipercayai dan bijaksana. Seseorang yang telah berumur tua
memiliki banyak pengalaman dan menjadi sumber erita, legenda dan mitos. (Laiya 1983:54).
Masyarakat Jawa
Pada suku bangsa Jawa oang-orang tua dipandang berhak atas penghormatan yang tinggi
dan banyak yang hidup menghabisakan umurnya semata-mata dengan menerima
penghrmatan, karena kelebihan pengetahuan mereka akan masalah kebatinan dan masalah
praktis (Geertz 1985:149).
Hubungan penghormatan dapat dilihat dalam penggunaan bahasa yang tinggi ketika
berbicara kepada orangtua, dan dalam keluarga priyayi tradisional orang malahan
menyembah dahulu sebelum berbicara (Koetnjaraningrat 1994:273).
Dalam masyarakat kita sering dijumpai pengertian dan mitos yang salah kaprah mengenai
lansia, sehingga banyak merugikan para lansia. Salah kaprah tersebut adalah anggapan dan
panddangan yang keliru. Dalam hal ini yang dirugikan adalah para lanjut usia karena dapat
merupakan stigma (cap buruk) dari masyarakat dan dapat mempengaruhi orang-orang yang
sesungguhnya memiliki kepedulian untuk membantu para lansia. Salah kaprah yang sering
kita jumpai dalam masyarakat mencakup beberapa hal sebagai berikut :
Lansia berbeda dengan orang lain
Lansia tidak dapat belajar keterampilan baru serFta tidak perlu pendididkan dan
latihan
Lansia sukar memahami informasi baru
Lansia menjadi tidak produktif dan menjadi beban masyarakat
Lasia tidak berdaya
Lansia tidak dapat mengambil keputusan
Lansia tidak butuh cinta dan tidak perlu relasi seksual
Lansia tidak menikmati kehidupan sehingga tidak dapat bergembira
Lansia itu lemah, jompo, ringkih, sakit-sakitan atau cacat
Lansia menghabiskan uang untuk berobat
Lansia sama dengan pikun
Dalam masyarakat kita selaku orang timur dengan budaya kekeluargaan yang sangat
kental, anak cucu dan sanak saudara dari para lansia pada umumnya sangat tidak keberatan
untujk menerima kehadiran dan keberadaaan para lansia di dalam keluarganya. Namun
demikian adanya pandangan yang keliru seperti tersebut diatas tak urung bisa mempengaruhi
anggota keluarga dalam memperlakukan para lansia. Hal ini perlu diperjelas supaya salah
kaprah tersebut tidak terjadi berkepanjangan dan perlu dicari cara untuk mensosialisasikan
pengertian dan pemahman yang benar sehingga lansia memiliki hak dan kewajiban yang
sama sesuai dengan kondisi, usia, jenis kelamin, dan status sosial mereka dalam masyarakat.
Cara mengurangi salah kaprah dan tindakan yanag keliru sehingga dapat memahami lansia
secara benar adalah dengan melihat realita yang ada.
1. Lansia berbeda dengan orang lain
Orang yang mencapai tahan perjalanan hidup sampai mencapai tahap lanjut usia dapat
dikatakan sebagai orang yang beruntung karena mereka dapat mengenyam kehidupan dalam
masa yang panjang. Di indonesia dan lembaga-lembaga memberi patokan bahwa mereka
yang disebut lansia adalah mereka yang telah mencapai usia 60 tahun yang dinyatakan
dengan pemberian KTP seumur hidup. Namun dinegara maju yang lebih spesifik : 65-75
tahun disebut old, 76-90 tahun disebut old-old, dan 90 tahun keatas disebut very old
(W.M.Roan,1990).
Meskipun lansia seringkali mendapat perioritas dan fasilitas misalnya naik pesawat dapat
potongan khusus, tempat wisata gratis bagi pengunjung lansia , di bandara/ stasiun dsiberi
jalan khusus lansia, hal ini bukan dimaksud untuk membedakan lansia dengan orang lain,
tetapi lebih bertujuan untuk membantu kelancaran pelayanan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan mereka.
Bahwa para lansia tersebut harus dihormati tentu kita semua setuju. Orang yang lebih tua
memang mendapat kehormtan yang lebih dibanding dengan orang yang lebih muda.
2. Lansia tidak dapat mempelajari ketrampilan baru dan tidak perlu memerlukan
pendidikan dan latihan
Pada lansia kesempatan untuk menperoleh onformasi justru terbuka lebar, karena waku
semnggangnya relatif banyak dan pada umumnya tidak dituntut untuk berkerja keras seperti
masa-msa sebelumnya. Dalam kehiduan lansia umumnya hausa akan berita dan informasi-
informasi baru karena mereka tidak mau ketinggalan informasi dibandingkan orang-orang
yang lebih muda. Dalam kenyataan ini kita menjumpai bahwa merka banyak menonton
televisi, mendengarkan radio, kembaca koran, majalah ataupun bertanya kepada sesama
lansia atau orang yang lebih muda tentang hal-hal baru yang berkembang dalam masyarakat.
Bagi lansia adanya informasi baru berarti menstimulasi fungsi kognitifnya, fungsi afektifnya
dan fungsi psikomotoriknya yang membuat syaraf –syaraf otaknya tetap berfungsi secara
normal.
4. Lansia tidak produktif dan menjadi beban masyarakat
Umumnya lansia dinegara berkembang dan negara yang belum memiliki tunjangan sosial
untuk hari tua, akan tetapi bekerja untuk memenuhi tuntutan hidup maupun mencukupi
kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya. Biasanya para lansia memainkan perannya
sebagai orang-orang yang bekerja tanpa mendapat bayaran namun memiliki arrti yang sangat
penting dalam masyarakat karena sumbangan ide-ide dan nasehatnya. Dalam proses penuaan
sendiri mereka sering menemukan cara-cara yang tepat dan bujakdsana dalam mengatasi
tantangan yang dihadapi. Salah satu hal yang perlu diingat adalah bahwa lansia amat
memerlukan dukungan atau support dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Lansia bukan
merupakan beban bagi yang muda, sebaliknya mereka sering menjadi teladan bagi orang
muda misalnyadalam sopan santun, disiplin, keteguhan iman, kejujuran, semangat juang,
maupun kewibawaan.
5. Lasia tidak berdaya
Dalam kenyataan lansia tetap eksis dan terus berjuang mencari kehidupan yang lebih baik.
Kalau seseorang lansia memerlukan bantuan biasanya ia tau persis apa yang diperlukan
secara wajar. Mereka memiliki banyak pengalaman dalam kehidupannya, sehingga dalam
kehidupan kita sering menjumpai bahwa lansia tidak mau tinggal diam, ada saja yang ingin
dikerjakannya. Terkadang memang ada yang menjadi loyo atau pasrah, mereka ini umumnya
lansia yang pada masa mudanya sudah terkuasai oleh tuga-tugas berat dan tingkat
pendidikannya yang relatif rendah rendah , sehingga dalam masa lansia tidak berdaya. Adalah
keliru jika anggota keluarga selalu mndampingi lansia, melarang mereka untuk
berkomunikasi dengan sesama lansia, dan menganjurkan lansia untuk istirhat saja dirumah ,
cara demikian justru akan memperburuk kondisi lansia yang berakibat bahwa mereka
akhirnya merasa tak berdaya.
6. Lansia tidak dapat mengambil keputusan untuk dirinya
Hal yang perlu diperhatikan agar lansia mampu mengambil keputusan untuk kepentingan
kehidupan dirinya adalah dengan cara sering mengajaknya diskusi tetnag hal hal baru dan
sering meminta petunjuk untuk petuahnya sehingga ia merasa tetap eksis dan memiliki rasa
percaya diri.
7. Lansia tidak butuh cinta dan relasi seksual
Agar gairah hidup tetap berkobar lansia perlu berinteraksi dengan orang-orang muda untuk
berdiskusi, berkomunikasi atau bersuka ria.
8. Lansia tidak menikmati kehidupan sehingga tidak dapat bergembira
Lansia sekarang mendambakan kenikmatan hidup di hari tua. Agar lansia dapat menikmati
hidup dihari tua sehingga dapat bergembira aau merasa bahagia, diperlukan dukungan dari
orang-orang yang dekat dengan mereka. Dukungan tersebut bertujuan agar lansia dapat
menjalankan kegiatan sehari-hari secara teratur dan tidak berlebihan.
9. Lansia lemah, jompo, ringkih, sakit-sakitan dan cacat
Tidaklah sepenuhnya benar pendapat yang mengatakan lansia lemah, jompo ringkih, sakit-
sakitan dancacat karena dalam kenyataannya banyak lansia yang masiah gagah masih mampu
bekerja keras bahkan mampu bekera keras. Kondisi kesehatan seseorang dalam masyarakat
menurut paradigma kesehatan saat ini bergradasi dari : lebih sehat, sehat, sehat sakit, sakit
dan cacat . kondisi kesehatan itu berlaku baik untuk anak, remaja, dewasa maupun lansia jadi
sebenarnya bukan lansia saja yang sakit-sakitan atau cacat yang lainpun bisa demikian.
10. Lansia menghabiskan uang utuk berobat
Lansia memang perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik namun bukan
berarti mereka orang yang sakit-sakitan. Lansia umumnyatahu diri dan faham dalam menjaga
kesehatan dirinya yang ditunjukan bentuk rajin olahraga ringan, rajin beribadah dan peduli
terhadap kesehatan.
11. Lansia sama dengan pikun
Tidak semua lansia pikun , atau menurunnya daya ingat jangka pendek . demi menjaga agar
daya ingat lansisa tidak cepat berubah secara frontal \, karena kondisi fisik dan usisa maka
perlu dihindari atau dikurangi dari hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan, kekhawatiran,
kecemasan, rangsangan emosi, depresi dan sakit.
DAFTAR PUSTAKA