PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak lansia mempunyai masalah sensoris yang berhubungan dengan perubahan
normal akibat penuaan. Perubahan sensoris dan masalah yang dihasilkan mungkin
merupakan faktor yang turut berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup. Persepsi
sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan dengan orang
lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan yang baru, respon terhadap
bahaya, dan menginterpretasikan masukan sensoris dalam aktifitas kehidupan sehari-hari.
Salah satu gangguan sensoris yang terjadi pada lansia yaitu gangguan pada indra
penglihatan (mata). Mata merupakan salah satu indra pada tubuh kita yang memiliki
fungsi yang sangat penting. Fungsi mata yang ada pada tubuh manusia sebagai indra
penglihatan.
Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia.
Ganguan penglihatan yang dapat terjadi pada lansia antara lain, katarak, glaukoma, rabun
dekat dan lain-lain. Akibat dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat,
para ahli, bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan, para
lanjut usia sering kali kehilangan rasa percaya diri, berkurang keinginan untuk pergi
keluar, untuk lebih aktif bergerak kesana kemari. Mereka akan kehilangan kemampuan
untuk membaca atau melihat televisi. Kesemua itu akan menurunkan
aspek sosialisasi dari para lanjut usia, mengisolasi mereka dari dunia luar yang pada
gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya. Oleh karena gangguan
penglihatan yang dapat menimbulkan beberapa dampak bagi klien, penulis termotivasi
untuk membahas mengenai asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
penglihatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan rumusan masalahnya,
yaitu Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem
penglihatan?
C. Tujuan Pembahasan
1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
2
Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jarak pada otak
ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan
yang terjadi, tentunya banyak perubahan yang terjadi, diantaranya alis berubah kelabu,
dapat menjadi kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis baik pada pria
maupun wanita. Konjungtiva menipis dan berwarna kekuningan, produksi air mata oleh
kelenjar lakrimalis yang berfungsi untuk melembabkan dan melumasi konjungtiva akan
menurun dan cenderung cepat menguap, sehingga mengakibatkan konjungtiva lebih
kering.
Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan
reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi. Lensa menguning dan
berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi
kemampuan untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti
coklat, hitam, dan marun tampak sama. Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi
terhadap kegelapan berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia
pada risiko sedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan
membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan jelas, semua hal itu dapat
memengaruhi kemampuan fungsional para lansia.
Perubahan normal pada system sensoris (penglihatan) akibat penuaan :
Perubahan Normal yang
berhubungan dengan Penuaan
1.
Penurunan kemampuan
Implikasi Klinis
1.
akomodasi.
2.
2.
3.
Peningkatan kekeruhan
3.
menjadi menguning.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
penyakit
bergerak
Pada orang muda, hipermetropi dapat diatasi dengan kontraksi muskulus siliaris.
Dengan bertambahnya usia hipermetropi laten menjadi lebih manifestasi karena
hilangnya cadangan akomodasi. Namun bila terjadi sklerosis nucleus pada lensa,
hipermetropi menjadi berkurang atau terjadi miopisasi karena proses kekeruhan di
lensa dan lensa cenderung lebih cenbung. Perubahan astigmat mulai terlihat pada
umur 10-20 tahun dengan astigmat with the rule 75,5% dan astigmat against the
rule 6,8%. Pada umur 70-80 tahun didapatkan keadaan astigmat with the rule 37,2%
dan against the rule 35%. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan astigmat
antara lain kornea yang mengkerut oleh karena perubahan hidrasi pada kornea, proses
penuaan pada kornea.
Penurunan daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia dimana seseorang akan
kesulitan untuk melihat dekat dipengaruhi oleh berkurangnya elastisitas lensa dan
perubahan pada muskulus siliaris oleh karena proses penuaan.
3. Produksi humor aqueous
Pada mata sehat dengan pemeriksaan Fluorofotometer diperkirkan produksi
H.Aqueous 2.4 + 0,06 micro liter/menit. Beberapa faktor berpengaruh pada produksi
H.Aqueous. dengan pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan bahwa dengan
bertambahnya usia terjadi penurunan produksi H.Aqueous 2% (0,06 mikro
liter/menit) tiap decade. Penurunan ini tidak sebanyak yang diperkirakan, oleh karena
dengan bertambahnya usia sebenarnya produksi H.Aqueous lebih stabil dibanding
perubahan tekanan intra okuler atau volume COA.
4. Perubahan struktur kelopak mata
Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan
kelopak mata. Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional terjadi
pada :
a. M. orbicular
Perubahan pada m.orbicularis bisa menyebabkan perubahan kedudukan palpebra
yaitu terjadi entropion atau ektropion. Entropion/ektropion yang terjadi pada usia
lanjut disebut entropion/ekropion senilis/ involusional. Adapun proses terjadinya
mirip, namun yang membedakan adalah perubahan pada m.orbicularis preseptal
dimana enteropion muskulus tersebut relatif stabil. Pada ektropion, bila margo
palpebra mulai eversi, konjungtiva tarsalis menjadi terpapar (ekspose), ini
menyebabkan inflamasi sekunder dan tartus akan menebal sehingga secara
mekanik akan memperberat ektropionnya.
5
4) Keluhan kosmetik.
Penanganan :
Dilakukan blefaroplasti untuk mengatasi gejala dan memperbaiki penampilan.
Dengan terjadinya perubahan struktur pada kelopak mata tersebut akibat proses
penuaan, maka secara klinis manifestasi yang sering dijumpai adalah :
1. Entropion Senilis
Yaitu suatu keadaan dimana margo palpebra mengalami inverse yang terjadi pada
lanjut usia.
Gejala dan tanda :
a. Mata merah
b. Berair
c. Rasa gatal
Hal ini disebabkan karena iritasi dan abrasi cornea. Bila berlanjut bisa
menyebabkan ulkus cornea.
Penanganan :
Koreksi entropion yaitu dengan cara :
1. Jahitan eversi
2. Prosedur Weis (splitting palpebra transversa + jahitan eversi) dengan /
tanpa pemendekan horizontal
3. Plikasi retractor palpebra inferior
2. Ektropion Senilis
Yaitu suatu keadaan dimana margo palpebra mengalami eversi yang terjadi pada
usia lanjut.
Gejala dan tanda :
a. Epifora
b. Konjungtiva palpebra hipewremi dan hipertrofi
c. Konjungtiva bulbi hiperemi
Penanganan :
Koreksi ektropion dengan cara :
1. Lazy T
2. Eksisi diamond tarsokonjungtiva
3. Pemendekan palpebra horizontal
8
10
Pemeriksaan diagnostik
1. Oftamoskopi tidak langsung menunjukkan area gelapX di refleks merah yang
normalnya homogen
2. Pemeriksaan slit-lamp memastikan diagnostik kekeruhan lensa
3. Pemeriksaan ketajaman penglihatan memastikan derajat kehilangan penglihatan
Penanganan
Ekstraksi lensa dengan pembedahan dan implantasi lensa intraocular untuk
mengoreksi defisit penglihatan adalah penanganan yang lazim dilakukan.
2. Glaukoma
Merupakan sekumpulan gangguan, glaukoma ditandai dengan tekanan intraokuler
yang tinggi yang merusak saraf optikus. Glaukoma dapat terjadi sebagai penyakit
primer atau kongenital atau sebagai akibat sekunder dari penyakit atau kondisi lain.
Ada 2 bentuk glaukoma, yaitu:
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka ( juga dikenal dengan glaukoma kronis, sederhana,
dan sudut lebar). Glaukoma sudut terbuka adalah tipe yang paling umum
terjadi pada lansia dan akibat dari perubahan degeneratif di jalinan
trabekular. Perubahan ini menghambat aliran humor aqueosa dari mata, yang
menyebabkan tekanan intraokuler meningkat. Akibat dari hal tersebut adalah
kerusakan saraf optikus.glaukoma sudut terbuka terhitung sekitar 90% dari
semua kasus glaukoma dan umumnya terjadi di keluarga.
b. Glaukoma sudut tertutup (dikenal dengan glaukoma akut atau sudut sempit).
Glaukoma sudut tertutup akibat dari penurunan aliran balik humor aqueosa
yang disebabkan oleh sudut yang menyempit secara anatomis di antara iris
dan kornea. Hal ini menyebabkan tekanan intraokuler meeningkat dengan
tiba-tiba. Serangan glaukoma sudut tertutup dapat dipicu oleh trauma, dilatasi
pupil, stres atau perubahan mendorong iris ke arah depan (misalnya:
hemoragi atau pembengkakan lensa. Glaukoma yang tidak diobati dapat
memburuk menjadi kebutaan total.
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat kondisi-kondisi seperti infeksi,
uveitis, cedera, pembedahan, penggunaan obat-obatan yang berkepanjangan
(seperti kortikosteroid), oklusi vena, dan diabetes. Kadang kala, pembuluh darah
11
13
15
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mencari bantuan medis ketika perubahan
penglihatan terjadi dan akan memperoleh kembali penglihatan normal serta
2.
3.
Intervensi keperawatan
1. Bagi pasien yang menderita glaukoma sudut tertutup, berikan obat-obatan sesuai
resep, dan siapkan ia secara fisik dan psikologis untuk menjalani iridektomi laser
atau pembedahan.
2. Ingat untuk memberikan obat tetes mata sikloplegik hanya pada mata yang sakit.
Pada mata yang tidak sakit, obat tetes mata ini dapat mencetuskan serangan
glaukoma sudut tertutup dan dapat mengganggu penglihatan pasien yang masih
tersisa.
3. Setelah trabekulektomi, berikan obat-obatan sesuai program untuk mendilatasi
pupil. Selain itu, oleskan kortikosteroid topical sesuai program untuk
mengistirahatkan pupil.
4. Setelah pembedahan, lindungi mata dengan memasangpenutup mata dan
pelindung mata, menempatkan pasien pada posisi telungkup atau miring ke bagian
yang tidak sakitdan melakukan tindakan keamanan umum.
5. Pantau kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas. Tanyakan pada pasien
secar teratur mengenai terjadinya perubahan penglihatan.
6. Pantau tekanan intraokuler secara teratur
7. Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi dan perawatan tindak lanjut sepanjang
hidup.
Penyuluhan pasien
1. Tekankan pentingnya kepatuhan yang sangat cermat terhadap terapi obat-obatan
yang diresepkan untuk mempertahankan tekanan intraokuler rendah dan
mencegah perubahan pada diskus optikus yang menyebabkan kahilangan
penglihatan.
16
17
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan sistem penglihatan seringkali terjadi pada usia lanjut dan keluhan yang
sering dijumpai yaitu mengeluarkan air mata. Kegagalan fungsi pompa pada sistem
kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, eversi punctum atau
malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan epifora. Namun sumbatan
sistem kanalis lakrimalis yang sebenarnya sering dijumpai pada usia lanjut, dimana
dikatakan bahwa dacryostenosis tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita
dibanding pria. Jenis gangguan penglihatan yang dapat terjadi pada lansia perubahan
sistem lakrimalis, Perubahan refraksi, Produksi humor aqueou, Perubahan struktur
kelopak mata. Penyakit yang sering menyerang usa lanjut yaitu katarak, glukoma dan
lain-lain. Dari penyakit tersebut muncul diagnosa gangguan persepsi sensori
(penglihatan) yang berhubungan dengan peningkatan tekanan, risiko cidera yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan dan takut yang berhubungan dengan
kemungkinan kebutaan. Sehingga muncul intervensi secara umum yaitu
1. Bagi pasien yang menderita glaukoma sudut tertutup, berikan obat-obatan sesuai
resep, dan siapkan ia secara fisik dan psikologis untuk menjalani iridektomi laser
atau pembedahan.
2. Ingat untuk memberikan obat tetes mata sikloplegik hanya pada mata yang sakit.
Pada mata yang tidak sakit, obat tetes mata ini dapat mencetuskan serangan
glaukoma sudut tertutup dan dapat mengganggu penglihatan pasien yang masih
tersisa.
3. Setelah trabekulektomi, berikan obat-obatan sesuai program untuk mendilatasi
pupil. Selain itu, oleskan kortikosteroid topical sesuai program untuk
mengistirahatkan pupil.
4. Setelah pembedahan, lindungi mata dengan memasang penutup mata dan
pelindung mata, menempatkan pasien pada posisi telungkup atau miring ke
bagian yang tidak sakit dan melakukan tindakan keamanan umum.
5. Pantau kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas. Tanyakan pada pasien
secar teratur mengenai terjadinya perubahan penglihatan.
6. Pantau tekanan intraokuler secara teratur
7. Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi dan perawatan tindak lanjut sepanjang
hidup.
B. Saran
18
Penulis berharap agar pembaca dapat memahami mengenai gangguan sistem penglihatan
yang terjadi pada lansia dan pembaca mampu menguasai penanganan yang harus dilakukan.
Selain itu perlu peningkatan mengenai pelayan kesehatan agar pelayanan kesehatan terhadap
lansia yang memiliki gangguan sistem penglihatan semakin baik serta orang dengan lanjut
usia lebih mampu untuk memahami kondisi yang dialaminya dengan health education yang
diberikan oleh perawat.
19