Pengertian
Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jarak pada otak ke lobus
oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi,
tentunya banyak perubahan yang terjadi, diantaranya alis berubah kelabu, dapat menjadi
kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis baik pada pria maupun wanita.
Konjungtiva menipis dan berwarna kekuningan,produksi air mata oleh kelenjar lakrimalis
yang berfungsi untuk melembabkan dan melumasi konjungtiva akan menurun dan cenderung
cepat menguap, sehingga mengakibatkan konjungtiva lebih kering.
Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan reaksi
terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi. Lensa menguning dan berangsur-
angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan
untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam,
dan marun tampak sama. Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan
berkurang ( sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko sedera.
Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk
membedakan objek-objek dengan jelas, semua hal itu dapat memengaruhi kemampuan
fungsional para lansia.
Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos. Kegagalan fungsi pompa pada system
kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, eversi punctum atau
malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan epifora. Namun sumbatan system
kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis sering dijumpai pada usia lanjut,
diman dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita
dibanding pria. Adapun patogenesia yang pasti terjadinya sumbatan ductus nasolakrimalis
masih belum jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses jaringan mukosa dan berakibat
terjadinya sumbatan.
Setelah usia 40 tahun khususnya wanita pasca menopause sekresi basal kelenjar lakrimal
secara progesif berkurang. Sehingga seringkali pasien dengan sumbatan pada duktus
nasolakrimalis tak menunjukkan gejala epifora oleh karena volume air matanya sedikit. Akan
tetapi bilamana sumbatan sistim lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan mata kering yaitu
adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir, mata tersa leleh dan
kering bahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif yang didapatkan diantaranya konjungtiva
bulbi kusam dan menebal kadang hiperaemi, pada kornea didapatkan erosi dan filamen.
Periksa yang perlu dilakukan adalah Schirmer, Rose Bengal, “Tear film break up time”
* Perubahan refraksi
Pada orang muda, hipermetrop dapat diatasi dengan kontraksi muskulus silisris. Dengan
bertambahnya usia hipermetrop laten menjadi lebih manifest karena hilangnya cadangan
akomodasi. Namun bila terjadi sclerosis nucleus pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang
atau terjadi miopisasi karena proses kekeruhan di lensa dan lensa cenderung lebih cenbung.
Perubahan astigmat mulai terlihat pada umur 10-20 tahun dengan astigmat with the
rule 75,5% dan astigmat against the rule 6,8%. Pada umur 70-80 tahun didapatkan keadaan
astigmat with the rule 37,2% dan against the rule 35%. Factor-faktor yang mempengaruhi
perubahan astigmat antara lain kornea yang mengkerut oleh karena perubahan hidrasi pada
kornea, proses penuaan pada kornea.
Penurunan daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia dimana seseorang akan kesulitan
untuk melihat dekat dipengaruhi oleh berkurangnya elastisitas lensa dan perubahan pada
muskulus silisris oleh karena proses penuaan.
Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata.
Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional terjadi pada :
1. M.orbicular
2. Retractor palpebra inferior
3. Tartus
4. Tendo kantus medial/lateral
5. Aponeurosis muskulus levator palpebra
6. Kulit
1. 1. M.orbicular
Perubahan pada m.orbicularis bias menyebabkan perubahan kedudukan palpebra yaitu terjadi
entropion atau ektropion. Entropion/ektropion yang terjadi pada usia lanjut disebut
entropion/ekropion senilis/ involusional. Adapun proses terjadinya mirip, namun yang
membedakan adalah perubahan pada m.orbicularis preseptal dimana enteropion muskulus
tersebut relative stabil.
Pada ektropion, bila margo palpebra mulai eversi, konjungtiva tarsalis menjadi terpapar
(ekspose), ini menyebabkan inflamasi sekunder dan tartus akan menebal sehingga secara
mekanik akan memperberat ektropionnya.
Kekendoran retractor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi/ berputar
kearah luar sehingga memperberat terjadinya entropion.
1. 3. Tartus
Bilaman tartus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas lebih
melengkung ke dalam sehingga entropion lebih nyata.
Perubahan involusional pada usia lanjut juga mengenai tendon kartus medial/ lateral sehingga
secar horizontal kekencangan palpebra berkurang.
Perubahan-perubahan pada jaringan palpebra juga diperberat dengan keadaan dimana bola
mata pada usia lanjut lebih enoftalmus karena proses atropi lemak orbita. Akibatnya
kekencangan palpebra secara horizontal relative lebih nyata. Jadi apakah proses involusional
tersebut menyebabkan margo palpebra menjadi inverse atau eversi tergantung perubahan-
perubahan yang terjadi pada m.orbikularis oculi, retractor palpebra inferior dan tarsus.
Dengan bertambahnya usia maka aponeurosis m.levator palpebra mengalami disinsersi dan
terjadi penipisan, akibatnya terjadi blefaroptosis akuisita. Meskipun terjadi perubahan pada
aponeurosis m.levator palpebra namun m.levatornya sendiri relative stabil sepanjang usia.
Bial blefaroptosis tersebut mengganggu penglihatan atau secara kosmetik menjadi keluhan
bias diatasi dengan tindakan operasi.
1. 6. Kulit
Pada usia lanjut kulit palpebra mengalami atropi dan kehilangan elastisitasnya sehingga
menimbulkan kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini biasanya
diperberat dengan terjadinya peregangan septum orbita dan migrasi lemak preaponeurotik ke
arterior. Keadaan ini bisa terjadi pada palpebra superior maupun inferior dan disebut sebagai
dermatokalis.
Penanganan :
Dengan terjadinya perubahan struktur pada kelopak mata tersebut akibat proses penuaan,
maka secar klinis manifestasi yang sering dijumpai adalah :
1. Entropion involusional
2. Ektropion involusional
3. Blefaroptosis
4. Dermatokalasis
1. Mata merah
2. Berair
3. Rasa gatal
Hal ini disebabkan oleh karena iritasi dan abrasi cornea. Bila berlanjut bias menyebabkan
ulkus cornea.
Penanganan :
1. Jahitan eversi
2. Prosedur Weis (splitting palpebra transversa + jahitan eversi) dengan / tanpa
pemendekan horizontal
3. Plikasi retractor palpebra inferior
Yaitu suatu keadaan diman margo palpebra mengalami eversi yang terjadi pada usia lanjut.
1. Epifora
2. Konjungtiva palpebra hipewremi dan hipertrofi
3. Konjungtiva bulbi hiperemi
Penanganan :
1. Lazy – T
2. Eksisi diamond tarsokonjungtiva
3. Pemendekan palpebra horizontal
1.Glaukoma
Merupakan sekumpulan gangguan, glaukoma ditandai dengan tekanan intraokuler yang tinggi
yang merusak saraf optikus. Glaukoma dapat terjadi sebagai penyakit primer atau kongenital
atau sebagai akibat sekunder dari penyakit atau kondisi lain.
a.Glaukoma sudut terbuka ( juga dikenal dengan glaukoma kronis, sederhana, dan sudut
lebar).
Glaukoma sudut terbuka adalah tipe yang paling umum terjadi pada lansia dan akibat dari
perubahan degeneratif di jalinan trabekular. Perubahan ini menghambat aliran humor aqueosa
dari mata, yang menyebabkan tekanan intraokuler meningkat. Akibat dari hal tersebut adalah
kerusakan saraf optikus.glaukoma sudut terbuka terhitung sekitar 90% dari semua kasus
glaukoma dan umumnya terjadi di keluarga.
b.Glaukoma sudut tertutup( dikenal dengan glaukoma akut atau sudut sempit)
Glaukoma sudut tertutup akibat dari penurunan aliran balik humor aqueosa yang disebabkan
oleh sudut yang menyempit secara anatomis di antara iris dan kornea.hal ini menyebabkan
tekanan intraokuler meeningkat dengan tiba-tiba. Serangan glaukoma sudut tertutup dapat
dipicu oleh trauma, dilatasi pupil,stres atau perubahan mendorong iris ke arah depan(
misalnya, hemoragi atau pembengkakan lensa.glaukoma yang tidak diobati dapat memburuk
menjadi kebutaan total.
2.Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat kondisi-kondisi seperti infeksi, uveitis, cedera,
pembedahan, penggunaan obat-obatan yang berkepanjangan(seperti kortikosteroid), oklusi
vena, dan diabetes. Kadang kala, pembuluh darah baru dapat terbentuk (vaskularisasi baru)
dan menghambat drainase humor aqueosa.
Pemeriksaan diagnostik
b) Pemeriksaan slit lamp memperlihatkan efek glaucoma pada stuktur mata anterior,
meliputi kornea, iris dan lensa.
Penanganan
Untuk glaukoma sudut terbuka, terapi obat-obatan awal bertujuan untuk mengurangi tekanan
karena penurunan produksi humor aqueosa. Obat-obatan tersebut meliputi penyekat beta,
seperti timolol (digunakan secara hati-hati pada pasien yang menderita asma dan menderita
bradikardia) serta betaksolol; epineprin untuk mendilatasi pupil (dikontraindikasikan pada
glaucoma sudut tertutup); dan obat tetes mata miotik, seperti pilokarpin, untuk meningkatkan
aliran balik humor aqueosa.
Pasien yang tidak berespons terhadap terapi obat-obatan dapat memanfaatkan trabekuloplasti
laser argon; yaitu ahli oftalmologi memfokuskan sinar laser argon pada jalinan trabekular
pada sudut terbuka. Prosedur ini menghasilkan pembakaran termal yang mengubah
permukaan meshwork tersebut dan mudah aliran balik humor aqueosa.
Untuk melakukan trabekulektomi, ahli bedah mendiseksi lipatan sclera untuk membuka
jalinan trabekular. Ahli bedah menghilangkan blok jaringan kecil dan melakukan iridektomi
perifer, yang menciptakan lubang untuk aliran balik humor aqueosa dibawah konjungtiva dan
menghasilkan filtering bleb. Pada pascaoperatif, injeksi subkonjungtivafluororasil dapat
diberikan untuk mempertahankan tekanan fistula. Iridektomi mengurangi tekanan dengan
cara mengeksisi sebagian iris untuk mengembalikan aliran balik humor aqueosa. Beberapa
hari kemudian, ahli bedah melakukan iridektomi profilaktik pada mata lainnya (yang normal)
untuk mencegah episode glaukoma akut pada mata tersebut.
2.Glukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut) adalah kedaruratan yang membutuhkan terapi
segera untuk mengurangi tekanan intraokuler yang tinggi. Terapi obat-obatan praoperatif
awal menurunkan tekanan intraokuler dengan asetazolamid, pilokarpin (yang
mengontriksikan pupil, mendorong iris jauh dari trabekula dan memungkinkan cairan
terbebas) dan manitol lewat I.V. atau gliserin aoal (yang mendorong cairan dari mata dengan
menjadikan hipertonik). Jika pengobatan ini gagal untuk menurunkan tekanan, iridotomi laser
atau iridektomiperifer dengan pembedahan harus dilakukan dengan cepat untuk
menyelamatkan penglihatan pasien.
Analgetik narkotik dapat digunakan jika pasien mengalami nyeri berat. Setelah iridektomi
perifer, tetes mata sikloplegik dapat diberikan untuk merilekskan otot-otot siliaris dan
mengurangi inflamasi, sehingga mencegah perlekatan.
Asuhan keperawatan
Pengkajian
Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi hal-hal berikut ini:
Masalah keperawatan
Masalah keperawatan yang biasanya terdapat pada lansia dengan masalah penglihatan adalah
sebagai berikut:
Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada lansia dengan masalah penglihatan adalah sebagai berikut:
Diagnosa 1:
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mencari bantuan medis ketika perubahan penglihatan
terjadi dan akan memperoleh kembali penglihatan normal serta mempertahankan penglihatan
normalnya dengan terapi.
Diagnosa 2:
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan melakukan tindakan kewaspadaan untuk mencegah
cedera karena kerusakan penglihatan.
Diagnosa 3:
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mengidentifikasi sumber-sumber rasa takut, mencari
informasi mengenai glaucoma dari sumber-sumber yang tepat untuk mengurangi rasa takut,
dan mengungkapkan pemahaman bahwa kepatuhan terhadap regimen terapi yang diresepkan
dapat mencegah kehilangan lebih lanjut.
Intervensi keperawatan
1. Bagi pasien yang menderita glaukoma sudut tertutup, berikan obat-obatan sesuai
resep, dan siapkan ia secara fisik dan psikologis untuk menjalani iridektomi laser atau
pembedahan.
2. Ingat untuk memberikan obat tetes mata sikloplegik hanya pada mata yang sakit. Pada
mata yang tidak sakit, obat tetes mata ini dapat mencetuskan serangan glaukoma
sudut tertutup dan dapat mengganggu penglihatan pasien yang masih tersisa.
3. Setelah trabekulektomi, berikan obat-obatan sesuai program untuk mendilatasi pupil.
Selain itu, oleskan kortikosteroid topical sesuai program untuk mengistirahatkan
pupil.
4. Setelah pembedahan, lindungi mata dengan memasangpenutup mata dan pelindung
mata, menempatkan pasien pada posisi telungkup atau miring ke bagian yang tidak
sakitdan melakukan tindakan keamanan umum.
5. Pantau kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas. Tanyakan pada pasien secar
teratur mengenai terjadinya perubahan penglihatan.
6. Pantau tekanan intraokuler secara teratur
7. Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi dan perawatan tindak lanjut sepanjang hidup.
Penyuluhan pasien
1. Tekankan pentingnya kepatuhan yang sangat cermat terhadap terapi obat-obatan yang
diresepkan untuk mempertahankan tekanan intraokuler rendah dan mencegah
perubahan pada diskus optikus yang menyebabkan kahilangan penglihatan.
2. Jelaskan semua prosedur dan terapi, khususnya pembedahan, untuk membantu
mengurangi kecemasan pasien.
3. Informasikan pada pasien bahwa kehilangan penglihatan tidak dapat diperbaiki
namun terapi tersebut biasanya dapat mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut.
4. Ajarkan pada pasien mengenai tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian medis
segera, seperti perubahan penglihatan yang tiba-tiba atau nyeri pada mata.
5. Beri tahu pada anggota keluarga cara memodifikasi lingkungan agar aman bagi
pasien. Sebagai contoh, anjurkan untuk mempertahankan lorong dirumah dengan
pencahayaan yang terang dan orientasikan kembali pasien terhadap susunan ruang
jika perlu.
6. Diskusikan pentingnya skrining glukoma untuk deteksi dan pencegahan dini.
Tekankan pada pasien semua orang di atas 35 tahun harus melakukan pemeriksaan
tonometri setiap hari.
Daftar pustaka
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Mata adalah organ sensorik yang mentrasmisikan rangsang melalui jaras pada otak ke
lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang
terjadi tentunya banyak perubahan yang terjadi.
Sistem penglihatan erat kaitannya dengan presbiopi (old sight). Lensa kehilangan
elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman
penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh/dekat berkurang. Ketajaman penglihatan dan
daya akomodasidari jarak jauh/dekat berkurang. Penggunaan kaca mata dan system
penerangan yang baik dapat digunakan untuk mengkompensasi hal tersebut.
Penglihatan
7. Perlambatan
proses informasi
dari system saraf
pusat
Ketika anda memeriksa mata lansia, ingat juga bahwa tanda-tanda penuaan ocular
dapat mengubah keadaan keseluruhan mata. Anda dapat melihat bahwa mata terletak lebih
didalam orbit tulang, hal ini merupakan temuan normal karena hilangnya jaringgan lemak
akibat usia. Periksa simetrisitas alis dan distribusi rambut. Bandingkan warna kelopak mata
dengan warna kulit wajah ; kelopak mata semestinya tidak mengalami perubahan warna
seperti kemerahan. Periksa apakah terdapat lesi atau edema, dan perhatikan arah bulu mata.
Kaji apakah kelopak mata atas menutupi sebagian atau seluruh mata, yang menandakan
ptosis, hal ini adalah suatu temuan abnormal. Inspeksi apparatus lakrimal, perhatikan apakah
ada keluaran, kemerahan, edema, air mata yang berlebihan atau nyeri tekan. Periksa sclera
dan konjungtiva. Sclera biasanya tampak berwarna putih krem. Inspeksi pupil, perhatikan
ukuran, bentuk, dan reaksi terhadap cahaya. Inspeksi iris, perhatikan setiap aberasi marjin.
Anda dapat melihat pigmentasi iris irregular bilateral, dengan pigmen normal yang berubah
menjadi warna coklat pucat. Uji ketajamam penglihatan dengan atau tanpa lensa korektif,
perhatikan setiap perbedaan. Lakukan pemeriksaan oftalmoskopik untuk memeriksa struktur
internal.
1. M.orbicular
2. Retractor palpebra inferior
3. Tartus
4. Tendo kantus medial/lateral
5. Aponeurosis muskulus levator palpebra
6. Kulit
1. M.orbicular
3. Tartus
Bilaman tartus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas
lebih melengkung ke dalam sehingga entropion lebih nyata.
Perubahan involusional pada usia lanjut juga mengenai tendon kartus medial/ lateral
sehingga secar horizontal kekencangan palpebra berkurang.
Perubahan-perubahan pada jaringan palpebra juga diperberat dengan keadaan dimana
bola mata pada usia lanjut lebih enoftalmus karena proses atropi lemak orbita. Akibatnya
kekencangan palpebra secara horizontal relative lebih nyata. Jadi apakah proses involusional
tersebut menyebabkan margo palpebra menjadi inverse atau eversi tergantung perubahan-
perubahan yang terjadi pada m.orbikularis oculi, retractor palpebra inferior dan tarsus.
6. Kulit
Pada usia lanjut kulit palpebra mengalami atropi dan kehilangan elastisitasnya
sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini
biasanya diperberat dengan terjadinya peregangan septum orbita dan migrasi lemak
preaponeurotik ke arterior. Keadaan ini bisa terjadi pada palpebra superior maupun inferior
dan disebut sebagai dermatokalis.
Penanganan :
Dilakukan blefaroplasti untuk mengatasi gejala dan memperbaiki penampilan.
Dengan terjadinya perubahan struktur pada kelopak mata tersebut akibat proses
penuaan, maka secar klinis manifestasi yang sering dijumpai adalah :
1. Entropion involusional
2. Ektropion involusional
3. Blefaroptosis
4. Dermatokalasis
Yaitu suatu keadaan dimana margo palpebra mengalami inverse yang terjadi pada lanjut usia.
Gejala dan tanda :
1. Mata merah
2. Berair
3. Rasa gatal
Hal ini disebabkan oleh karena iritasi dan abrasi cornea. Bila berlanjut bias menyebabkan
ulkus cornea.
Penanganan :
Koreksi entropion yaitu dengan cara :
1. Jahitan eversi
2. Prosedur Weis (splitting palpebra transversa + jahitan eversi) dengan / tanpa
pemendekan horizontal
3. Plikasi retractor palpebra inferior
Yaitu suatu keadaan diman margo palpebra mengalami eversi yang terjadi pada usia lanjut.
Gejala dan tanda :
1. Epifora
2. Konjungtiva palpebra hipewremi dan hipertrofi
3. Konjungtiva bulbi hiperemi
Penanganan :
Koreksi ektropion dengan cara :
1. Lazy – T
2. Eksisi diamond tarsokonjungtiva
3. Pemendekan palpebra horizontal
1. Lensa Cyrstallina
Bentuk cakram biconvex ; berukuran diameter 9mm dan tebal bagian sentral 4mm.
Susunan anatominya :
1. Kapsul
2. Korteks
3. Nucleus
Pada usia muda lensa tidak bernukleus, pada usia 20tahun nucleus mulai terbentuk.
Semakin bertambah umur nucleus makin membesar dan padat, sedangkan volume lensa tetap,
sehingga bagian korteks makin menipis, elastisitas lensa berkurang, indeks bias berubah
(membias sinar jadi lemah). Lensa yang mula-mula bening transparan, menjadi tampak keruh
(Sklerosis).
2. Iris
3. Pupil
Kontriksi, mula-mula berdiameter 3mm, pada usia tua terjadi 1mm, reflek direk lemah.
5. Retina
1. Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab umum
kehilangan penglihatan yang bertahap. Lensa yang keruh menghalangi cahaya menenbus
kornea, yang pada akhirnya mengamburkan tangkapan bayangan pada retina. Sebagai
hasilnya, otak menginterprestasikan bayangan yang kabur.
Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata, tetapi katarak di masing-masing mata
memburuk sendiri-sendiri. Pengecualian pada katarak traumatic, yang biasanya unilateral,
dan katarak congenital, yang kondisinya dapat tidak berubah. Katarak merupakan penyakit
yang paling banyak terjadi pada orang diatas usia 70 tahun. Pembedahan memperbaiki
penglihatan pada sekitar 95% pasien. Tampa pembedahan, katarak akhirnya menyebabkan
kehilangan penglihatan total.
1. Katarak senile terjadi pada lansia, kemungkinan karena perubahan kimiawi pada
protein lensa.
2. Katarak congenital terjadi pada bayi baru lahir akibat kesalahan metabolisme
sebelum dilahirkan atau akibat infeksi rubella maternal selama trimester pertama
kehamilan. Katarak tipe ini juga dapat terjadi akibat anomaly congenital atau akibat
genetic. Penurunanya biasanya dominant autosom; namun, katarak resesif mungkin
terkait dengan kromosom seks.
3. Katarak traumatic terjadi setelah benda asing mencederai lensa dengan tenaga yang
cukup untuk memungkinkan humor aqueous atau vitreous memasuki kapsul lensa.
4. Katarak dengan komplikasi terjadi sekunder akibat uveitis, glukoma, pigmentosa
retinitis, atau ablasio retina. Katarak tipe ini juga dapat terjadi dengan penyakit
sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroidisme atau dermatitis ektopik, atau akibat
radiasi ion atau sinar infarmerah.
5. Katarak toksik akibat dari obat-obatan atau toksisitas bahan kimiawi ergot atau
fenotiazin.
Tanda dan gejala
1. Stad. Insipiens
Belum ada keluhan penurunan visus, kekeruhannnya pada korteks daerah equator, yang dapat
ditegakkan diagnosis bila pipil dilebarkan.
2. Stad. Immature
Kekeruhan lensa lebih merata, sudah menimbulkan keruhan visus saat itu terjadi inhibisi
cairan ke dalam lensa, sehingga bentuk lensa cembung menyebabkan perubahan refraksi kea
rah myope, disamping itu dapat terjadi komplikasi glaucoma sekunder, oleh karena kamar
dapat lebih dangkal dan sudut Irido-Cornealis lebih sempit.
3. Stad. Matura
Kekeruhan lebih padat dan rata, pemeriksaan refleks fundus tidak tampak. Pada stadium ini
indikasi paling baik untuk melakukan operasi Cataract ekstrasi.
4. Stad. Hipermatura
Korteks lenca mencair, sehingga nucleus tidak lagi pada posisi sentral, menggeser ke bawah
dan dapat bergoyang bila bola mata bergerak. Kapsula lentis mengalami exfoliasi dapat
menimbulkan Lens Induced Uveitis dan Glaukoma sekunder.
Pemeriksaan diagnostik
2. Glaukoma
1. Primer
1. Stadium Prodromal
Stadium ini mempunyai cirri khas ialah terjadi serangan (Attack), tekanan intra okuler
mendadak meningkat, dengan keluhan kemeng, visus turun, nrocos. Gambaran obyektif
adanya tanda kongestif (Ciliary Injection, Edema Cornea dan Iris, Kamar Depan Dangkal,
Pupil Melebar)
2. Stadium Akut
Bila stadium prodromal tidak dikelola dengan baik, akan timbul stadium akut,
keluhan subyektif dan gambaran kongestif menetap, kadang-kadang disertai Cephalgia dan
mual. Funduscopy terdapat Excavatio Glaukomatosa stadium ini termasuk kedaruratan
medis.
3. Stadium Kronis
Masih ada gambaran kongestif dengan tambahan kelainan yang disebabkan oleh
proses yang menetap lama, ialah Keratopathia Bullosa dan Staphiloma Scelerae. Tekanan
intra-okuler sangat tinggi dan sulit diturunkan dengan obat.
4. Stadium Absolut
Terjadi kebutaan (Ophthalmological Blind) dengan visus nol, tidak dapat melihat/
menerima rangsang cahaya. Visus tidak dapat direhabilitasi dengan upaya apapun.
Upaya pencegahan kebutaan dan galukoma harus dilakukan sedini mungkin ialah
pada stadium prodromal, dilakukan operasi Iridectomy. Bila terjadi perubahan (Atrophy)
pada papil syaraf Optik, visus tidak lagi normal.
2. Glaukoma sudut lebar/ terbuka (juga dikenal sebagai glaukoma kronis, sederhana)
Dalam perjalanan proses penyakit ini tidak pernah menimbulkan keluhan sakit yang
mencolok, visus turun pelan-pelan dan lapangan pandang menyempit. Oleh karena tidak sakit
umumnya penderita dating berobat terlambat, pada pemeriksaan fundus copy sudah tampak
terjadi Excavasio Glaukomatosa dan Atrophy Papil Syaraf Opticus. Pengolahan penyakit ini
lebih ditekannkan pada pemakaian oabat anti glaucoma ; operasi baru dilakukan bila tekanan
intra okuler tinngi menetap tidak dapat turun dengan pemberian obat. Pemakaian obat anti
glaucoma dengan jangka panjang sering menimbulkan keluhan dan efek samping obat. Obat
dapat dihentikan sementara dan diganti dengan tindakan Laser Trabeculoplasty, obat
digunakan lagi setelah kira-kira dua bulan.
Pemeriksaan diagnostik
1. Tonometri (dengan schiøtz pneumatic atau tonometer aplanasi) mengukur tekanan
intraokuler dan memberikan nilai dasar untuk perujukan. Rentang tekanan
intraokuler normal berkisar dari 8 sampai 21mmHg. Akan tetapi, pasien yang
IOPnya menurun dari rentang normal dapat mengalami tanda dan gejala glaucoma
dan pasien yang mempunyai tekanan tinggi mungkin tidak menunjukkan efek
klinis.
2. Pemeriksaan slit lamp memperlihatkan efek glaucoma pada stuktur mata anterior,
meliputi kornea, iris dan lensa.
3. Gonioskopi menentukan sudut ruang anterior mata, yang memungkinkan pemeriksa
untuk membedakan glaucoma sudut terbuka dengan glaucoma sudut tertutup. Sudut
mata normal pada glaucoma sudut terbuka sedangkan pada glaucoma sudut tertutup
tampak tidak normal. Akan tetapi, pada pasien lansia penutupan sebagian dapat
terjadi yang memungkinkan dua bentuk glaucoma terjadi bersamaan.
4. Oftalmoskopi mempermudah visualisasi fundus. Pada glaucoma sudut terbuka,
pelengkungan discus optikus dapat terlihat lebih awal dibandingkan pada glaucoma
sudut tertutup
5. Perimetrik atau pemeriksaan lapang pandang menentukan keluasaan kehilangan
penglihatan perifer, yang membantu mengevaluasi pemburukan pada glaucoma
sudut terbuka.
6. Fotografi fundus memantau dan mencatat perubahan pada discus optikus.
Penanganan
Untuk glaukoma sudut terbuka, terapi obat-obatan awal bertujuan untuk mengurangi
tekanan karena penurunan produksi humor aqueosa. Obat-obatan tersebut meliputi penyekat
beta, seperti timolol (digunakan secara hati-hati pada pasien yang menderita asma dan
menderita bradikardia) serta betaksolol; epineprin untuk mendilatasi pupil
(dikontraindikasikan pada glaucoma sudut tertutup); dan obat tetes mata miotik, seperti
pilokarpin, untuk meningkatkan aliran balik humor aqueosa.
Pasien yang tidak berespons terhadap terapi obat-obatan dapat memanfaatkan
trabekuloplasti laser argon; yaitu ahli oftalmologi memfokuskan sinar laser argon pada
jalinan trabekular pada sudut terbuka. Prosedur ini menghasilkan pembakaran termal yang
mengubah permukaan meshwork tersebut dan mudah aliran balik humor aqueosa.
Untuk melakukan trabekulektomi, ahli bedah mendiseksi lipatan sclera untuk
membuka jalinan trabekular. Ahli bedah menghilangkan blok jaringan kecil dan melakukan
iridektomi perifer, yang menciptakan lubang untuk aliran balik humor aqueosa dibawah
konjungtiva dan menghasilkan filtering bleb. Pada pascaoperatif, injeksi
subkonjungtivafluororasil dapat diberikan untuk mempertahankan tekanan fistula. Iridektomi
mengurangi tekanan dengan cara mengeksisi sebagian iris untuk mengembalikan aliran balik
humor aqueosa. Beberapa hari kemudian, ahli bedah melakukan iridektomi profilaktik pada
mata lainnya (yang normal) untuk mencegah episode glaukoma akut pada mata tersebut.
Glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut) adalah kedaruratan yang membutuhkan
terapi segera untuk mengurangi tekanan intraokuler yang tinggi. Terapi obat-obatan
praoperatif awal menurunkan tekanan intraokuler dengan asetazolamid, pilokarpin (yang
mengontriksikan pupil, mendorong iris jauh dari trabekula dan memungkinkan cairan
terbebas) dan manitol lewat I.V. atau gliserin aoal (yang mendorong cairan dari mata dengan
menjadikan hipertonik). Jika pengobatan ini gagal untuk menurunkan tekanan, iridotomi laser
atau iridektomiperifer dengan pembedahan harus dilakukan dengan cepat untuk
menyelamatkan penglihatan pasien.
Analgetik narkotik dapat digunakan jika pasien mengalami nyeri berat. Setelah
iridektomi perifer, tetes mata sikloplegik dapat diberikan untuk merilekskan otot-otot siliaris
dan mengurangi inflamasi, sehingga mencegah perlekatan.
1. Atrophic ARMD
2. Exudative ARMD
1. Atherosclerosis
2. Diet Lipid Tinggi
3. Kadar Cholesterol serum tinggi
4. Merokok dan adanya refraksi anomaly hypermetrope
Sejalan dengan bertambahnya umur maka organ-organ pada manusipun, salah satu
bagian organ mata yang juga mengalami perubahan yaitu RETINA. Perubahan retina karena
usia merupakan hal yang fisiologis, Degenerasi Retina Senilis.
Pada pemeriksaan obyektif didapatkan suatu gambaran fundus Senilis, Fundus Tygroid.
Faktor-faktor yang mendukung dari gambaran fundus normal, adalah :
Perpaduan komponen merah dan coklat, yang mendapat pacuan sinar merah-kuning
mendapatkan hasil merah-jingga yang cemerlang, sebagai gambaran fundus Tygroid :
1. Sebagai akibat dari hilangnya sel reseptor dalam sel saraf, kira-kira 2,5% per
decade, maka visuskurang tajam,kemunduran sensitifitas lapang pandang,
penurunan sensitivitas kontras warna dan kenaikan ambang adaptasi gelap.
2. Perubahan kualitas syaraf optik
Jumlah akson syaraf optic berkurang dan ada penambahan jaringan ikat, warna papil saraf
optic lebih pucat. Atrofi perikapiler, depigmentasi sekeliling papil menimbulkan warna pucat
sekeliling papil.
Pada usia tua, retina dibagian perifer (antara Ora Serrata dan Equator) mengalami
proses degenerasi lebih awal bila dibandingkan dengan bagian sentral.
Beberapa macam yang dapat/sering ditemukan :
Terjadi pada 40% populasi usia diatas 45 tahun, lesi mulai disebelah bawah.
Degenerasi macam ini berhubungan dengan penipisan retina, hilangnya sejumlah sel reseptor,
membrane limitans luar serta sejumlah sel RPE, retina kurang melekat pada membrane Bruch
dan adanya perubahan Chorio-Capillaris. Lesi permulaan berbentuk bulat, diameter kira-kira
1,5 mm, dapat melebar dan bergabung (Confluency) menjadi lebih besar. Tidak ada therapy.
2. Cystoid degeneration
Tampak ada rongga-rongga pada lapisan pleksiformis luar umumnya area temporo-
inferior. Lesi dapat menyebabkan gangguan lapangan pandang dan dapat berkembang
menjadi Retinonoschisis.
3. Retinoschisis sinilis
Pemisahan lapisan retina, biasanya pada lapisan pleksiformis luar sebagai perluasan
dari Degenerasi Cystoid yang progesif. Dinding retinoschisis dapat robek dan terjadi Retinal
Detachment. Retinosis yang meluas kebelakang equator menimbulkan gangguan lapang
pandang. Setiap ada lesi Retinoschisis perlu tindakan untuk mencegah Retinal Detachment,
dengan Laser Foto-Koagulasi.
3. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi hal-hal berikut ini :
1. Diagnosa Keperawatan
1. Masalah keperawatan
Masalah keperawatan yang biasanya terdapat pada lansia dengan masalah penglihatan
adalah sebagai berikut :
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperwatan pada lansia dengan masalah penglihatan adalah sebagai berikut
:
Kriteria hasil tindaka : Pasien akan menyatakan bahwa ia merasa rasa takutnya berkurang dan
tidak menunjukkan tanda dan gejala takut.
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mendapatkan kembali penglihatan yang hilang dengan
terapi
Intervensi keperawatan
Penyuluhan pasien
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mencari bantuan medis ketika perubahan penglihatan
terjadi dan akan memperoleh kembali penglihatan normal serta mempertahankan penglihatan
normalnya dengan terapi.
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan melakukan tindakan kewaspadaan untuk mencegah
cedera karena kerusakan penglihatan.
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mengidentifikasi sumber-sumber rasa takut, mencari
informasi mengenai glaucoma dari sumber-sumber yang tepat untuk mengurangi rasa takut,
dan mengungkapkan pemahaman bahwa kepatuhan terhadap regimen terapi yang diresepkan
dapat mencegah kehilangan lebih lanjut.
Intervensi keperawatan
1. Bagi pasien yang menderita glaukoma sudut tertutup, berikan obat-obatan sesuai
resep, dan siapkan ia secara fisik dan psikologis untuk menjalani iridektomi laser
atau pembedahan.
2. Ingat untuk memberikan obat tetes mata sikloplegik hanya pada mata yang sakit.
Pada mata yang tidak sakit, obat tetes mata ini dapat mencetuskan serangan
glaukoma sudut tertutup dan dapat mengganggu penglihatan pasien yang masih
tersisa.
3. Setelah trabekulektomi, berikan obat-obatan sesuai program untuk mendilatasi
pupil. Selain itu, oleskan kortikosteroid topical sesuai program untuk
mengistirahatkan pupil.
4. Setelah pembedahan, lindungi mata dengan memasangpenutup mata dan pelindung
mata, menempatkan pasien pada posisi telungkup atau miring ke bagian yang tidak
sakitdan melakukan tindakan keamanan umum.
5. Pantau kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas. Tanyakan pada pasien secar
teratur mengenai terjadinya perubahan penglihatan.
6. Pantau tekanan intraokuler secara teratur
7. Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi dan perawatan tindak lanjut sepanjang
hidup.
Penyuluhan pasien
Daftar Pustaka
Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pudjiastuti SS, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC
Maryam RS, ekasari MF, dkk .2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba