Anda di halaman 1dari 24

Gangguan Penglihatan Pada

Lansia
By: Fathoel Arief
PRESBIOPIA
Merupakan gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dapat terjadi akibat :
• Kelemahan otot akomodasi
• Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan memberikan
keluhan berupa :
• mata lelah, berair dan sering terasa pedas setelah membaca
• membaca selalu dijauhkan agar lebih jelas
• sukar melihat dekat terutama pada malam hari atau pada ruangan yang kurang terang.
Terapinya adalah :
kacamata lensa spheris positif dengan kekuatan tertentu sesuai dengan usia, biasanya :
• + 1,0 D untuk usia 40 tahun
• + 1,5 D untuk usia 45 tahun
• + 2,0 D untuk usia 50 tahun
• + 2,5 D untuk usia 55 tahun
• + 3,0 D untuk usia 60 tahun
• + 3,0 D untuk usia 60 tahun ke atas
ENTROPION
Entropion merupakan suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo
palpebra ke arah dalam. Hal ini menyebabkan bulu mata tumbuh ke arah dalam sehingga
menggeser jaringan konjungtiva dan kornea. Keadaan ini disebut trikiasis. Pada lanjut usia,
entropion diakibatkan oleh degenerasi jaringan kelopak mata, disebut ENTROPION SENILIS.

Gejala dan tanda :


mata merah, berair, rasa gatal.

Hal ini disebabkan oleh karena iritasi dan abrasi kornea. Bila berlanjut dapat menyebabkan ulcus
kornea.

Penanganannya adalah dengan mengkoreksi entropion yaitu dengan cara :


• jahitan eversi
• prosedur Weis ( splitting palpebra transversa + jahitan eversi ) dengan atau tanpa
pemendekkan horisontal
• plikasi retraktor palpebra inferior
EKTROPION
Ektropion merupakan keadaan dimana tepi kelopak mata membeber atau mengarah
keluar sehingga bagian dalam kelopak atau konjungtiva tarsal berhubungan
langsung dengan dunia luar. Hal ini menyebabkan mata selalu berair karena air
mata tidak dapat disalurkan ke punctum lakrimalis inferior. Pada lanjut usia
ektropion disebabkan oleh relaksasi atau kelumpuhan otot orbicularis okuli,
disebut EKTROPION SENILIS.

Gejala dan tanda :


Epifora, konjungtiva palpebra hiperemi dan hipertrofi, konjungtiva bulbi hiperemi.

Penanganannya adalah dengan koreksi ektropion dengan cara :


• lazy – T
• eksisi>diamond tarsokonjungtiva
• pemendekkan>palpebra horisontal
BLEFAROPTOSIS AKUISITA
Kelainan ini terjadi karena aponeurosis m. levator palpebra
mengalami disinsersi dan terjadi penipisan akibat
bertambahnya usia. Meskipun terjadi perubahan pada
aponeurosis m. levator palpebra namun m. levatornya sendiri
relatif stabil sepanjang usia. Bila blefaroptosis ini mengganggu
penglihatan atau secara kosmetik menjadi keluhan dapat
diatasi dengan tindakan operasi.
DERMATOKALASIS
Pada lanjut usia kulit palpebra mengalami atrofi dan kehilangan elastisitasnya
sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan
ini biasanya diperberat dengan terjadinya peregangan septum orbita dan migrasi
lemak preaponeurotik ke anterior. Keadaan ini bisa terjadi pada palpebra superior
maupun inferior dan disebut sebagai dermatokalasis.
Gejala dan tanda :
• kesulitan mengangkat palpebra superior
• rasa tidak enak di daerah preorbita akibat penggunaan otot ocipitofrontalis dan
otot orbicularis occuli dalam mengatasi kesulitan mengangkat palpebra
• terbatasnya lapangan pandang superior
• keluhan kosmetik.

Penanganan :
dilakukan blefaroplasti untuk mengatasi gejala dan memperbaiki penampilan.
DACRYOSTENOSIS AKUISITA
• Kegagalan fungsi pompa pada sistem lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra,
eversi punctum atau malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan epifora. Namun
sumbatan sistem kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis sering juga dijumpai
pada usia lanjut, dimana dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak
dijumpa pada wanita dibanding pria. Adapun patogenesis yang pasti terjadinya sumbatan
duktus nasolakrimalis masih belum jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses jaringan
mukosa dan berakibat terjadinya sumbatan.
• Setelah usia 40 tahun khususnya wanita pasca menopause sekresi basal kelenjar lakrimal
secara progresif berkurang. Sehingga seringkali pasien dengan sumbatan pada duktus
nasolakrimalis tak menunjukkan gejala epifora oleh karena volume air matanya sedikit. Akan
tetapi bilamana sumbatan sistem lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan mata kering
yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir, mata terasa
lelah dan keringbahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif yang didapatkan diantaranya
konjungtiva bulbi kusam dan menebal, kadang hiperemi, pada kornea terdapat erosi dan
filamen. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah Schirmer, Rose Bengal, ” Tear film break up
time”.
ARCUS SENILIS
• Merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering dijumpai. Keberadaan arcus
senilis ini tidak memberikan keluhan, hanya secara kosmetik sering menjadi masalah.
Kelainan ini berupa infiltrasi bahan lemak yang berwarna keputihan, berbentuk cincin di
bagian tepi kornea. Mula-mula timbulnya di bagian inferior kemudian diikuti bagian superior,
berlangsung meluas dan akhirnya membentuk cincin.
• Etiologi arcus senilis diduga ada hubungannya dengan peningkatan kolesterol dan Low
Density Lipoprotein ( LDL ). Bahan-bahan yang membentuk cincin tersebut terdiri dari ester
kolesterol, kolesterol dan gliserid.
• Arcus senilis mulai dijumpai pada 60% individu usia 40 – 60 tahun dan terjadi pada
hampir semua orang yang berusia diatas 80 tahun dimana laki-laki lebih awal timbulnya
dibanding wanita.
PENURUNAN SENSITIVITAS KORNEA
• Dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan sensitivitas kornea yang
ditimbulkan oleh rangsangan mekanis. Bagian sentral kornea lebih lama turunnya
dibandingkan bagian lainnya. Pengukuran CTT ( Corneal Touch Threshold ) pada
orang sehat yang berbeda usianya yaitu dengan merangsang kornea menggunakan
benang nylon microfilamen dengan berbagai ukuran panjang, menunjukkan bahwa
CTT masih tetap sama antara usia 7 – 10 tahun. Mulai awal dekade kelima CTT
menjadi lebih tinggi, secara bermakna dan semakin bertambah dengan
bertambahnya usia. Pada usia 80 tahun, hampir 2 kalinya CTT usia 10 tahun.
Penyebab dari penurunan sensitivitas kornea kemungkinan disebabkan penebalan
jaringan fibrous kornea, penurunan kandungan air atau atrofi serabut-serabut
saraf.
• Fragilitas kornea diukur dengan menentukan seberapa besar tekanan yang
diperlukan untuk mencapai ambang kerusakan secara mekanis. Sampai usia 40
tahun fragilitas kornea masih tetap sama. Berdasarkan pengalaman klinis hal ini
sejalan dengan peningkatan fragilitas kulit pada usia yang makin lanjut.
KATARAK
• Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi ( penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat keduanya. Merupakan kelainan lensa dimana lensa yang
seharusnya bening dan transparan berubah menjadi keruh sehingga
kehilangan daya akomodasinya.
• Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi
dapat juga akibat kelainan kongenital atau penyakit penyulit mata lokal
menahun.
• Etiologinya dapat berupa proses penuaan, kongenital, penyakit lain
( Diabetes melitus, Glaukoma, Uveitis, Ablatio retina ), keracunan obat,
dan kecelakaan.
Lanjutan...
Tanda dan gejala :
• Penurunan penglihatan secara perlahan-lahan tanpa disertai dengan mata merah
• Lebih nyaman pada daerah yang lebih redup ( sore hari lebih nyaman daripada malam hari )
• Myopia → karena hidrasi, lensa menjadi lebih cembung
• Tidak ada gangguan lapangan pandang
• Gejala Subyektif didapatkan :
• Penglihatan berkurang atau menurun
• Pada permulaan perlu ganti kacamata yang lebih sering karena lensa cepat menjadi tidak
lentur dan kehilangan daya akomodasinya
• Silau
• Karena cahaya yang masuk akan pecah. Pandangan mula-mula berasap, kemudian
berkabut, dan akhirnya terhalang sama sekali
• Perubahan tajam penglihatan atau visus terjadi perlahan
• Tidak ada rasa sakit
• Terjadi miopisasi
Lanjutan...
• Gejala Obyektif didapatkan :
Lensa menjadi keruh. Kekeruhan lensa dapat
bermacam-macam tingkat, bentuk, dan
lokasinya.
Lanjutan...
• Katarak Senille secara klinik dikenal dalam 4 stadium, yaitu :
Katarak Senille Stadium Insipien
• Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks
anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di
dalam korteks.
• Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat
anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara selat lensa
dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada
katarak insipien.
• Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini
kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Lanjutan...
Katarak Senille Stadium Intumesen
• Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa
mangakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong
iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan
cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi
hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi.
• Pada pemeriksaan slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel serat lensa.
Lanjutan...
Katarak Senille Stadium Imatur
Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa, hanya sebagian lensa yang keruh.
Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung
akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Katarak Senille Stadium Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini
dapat terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama
akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Kedalamam bilik mata depan akan normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan
iris negatif.
Lanjutan...
• Katarak Senille Stadium Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair.
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan lipatan kapsul lensa (wrinkled capsul ). Kadang-kadang pengkerutan berjalan
terus sehingga hubungan dengan Zonulla Zinn menjadi kendur. Bila proses katarak
berlanjut terus disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi
dan mencair tidak dapat keluar. Maka korteks akan memperlihatkan bentuk seperti
sekantung susu disertai disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks
lensa karena lebih berat, dan korteks tersebut akan membentuk air fluid level.
Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Pada keadaan ini dapat timbul
berbagai macam komplikasi.
Lanjutan...
KOMPLIKASI
• Glaukoma
Ada beberapa fase dari katarak yang dapat menyebabkan glaukoma, yaitu :
– Phacomorphic Glaucoma
Pada keadaan ini, lensa menjadi bertambah besar ukurannya akibat menyerap
cairan → iris terdorong ke depan → pendangkalan dari bilik mata depan → sudut
bilik mata depan menjadi sempit bahkan menutup → menghambat trabecular
meshwork → aliran aqueous humor terhambat → tekanan intraokuler meningkat
→ glaukoma sudut tertutup sekunder

– Phacolytic Glaucoma
Pada katarak stadium hipermatur, terjadi pengkerutan korteks diikuti keluarnya
masa lensa ke bilik mata depan → iris terdorong ke belakang → trabecular
meshwork tehambat → aliran aqueous humor terhambat → tekanan intraokuler
meningkat → glaukoma sudut terbuka sekunder
Lanjutan...
– Phacotopic Glaucoma
Kapsul lensa keriput → dislokasi lensa → blocking pupil → aliran aqueous
menuju bilik mata depan terganggu → peningkatan tekanan intraokular
→ glaukoma
Perubahan bentuk vitreus → mendorong lensa ke depan → blokade pupil
→ aliran aqueous terganggu → peningkatan tekanan intraokular →
glaukoma
• Uveitis
Komplikasi ini timbul pada keadaan katarak hipermatur, dimana pada katarak
hipermatur terjadi pencairan korteks lensa sehingga masa lensa keluar ke bilik
mata depan. Keadaan ini menyebabkan timbulnya reaksi imun dari tubuh, karena
protein pada masa lensa yang seharusnya terdapat dalam lensa, dianggap sebagai
benda asing oleh tubuh ketika protein tersebut terdapat pada bilik mata depan.
Hal ini menyebakan timbul reaksi inflamasi yang mengenai iris dan badan siliar.
INDIKASI OPERASI
Indikasi operasi atau ekstraksi pada katarak dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu :
• Indikasi optik
Operasi katarak atas indikasi optik dilakukan apabila visus dari pasien menurun sehingga
menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-harinya. Hal ini dikeluhkan oleh pasien sendiri.
• Indikasi medis
operasi katarak atas indikasi medis dilakukan apabila katarak dapat menimbulkan komplikasi
pada pasien, bila tidak dilakukan tindakan operasi akan menimbulkan kebutaan. Hal ini atas
anjuran dari dokter.
• Indikasi kosmetik
Operasi katarak atas indikasi kosmetik dilakukan apabila terjadi perubahan warna pupil,
dimana pupil menjadi berwarna putih akibat dari proses katarak yang sudah terjadi
kehilangan penglihatan yang permanen. Hal ini semata-mata dilakukan hanya untuk
mengembalikan warna pupil menjadi hitam, tetapi tidak memperbaiki penglihatan.
• TERAPI
Pengobatan katarak senille adalah
pembedahan atau ekstraksi, dimana lensa
yang sudah keruh tersebut diangkat.Dapat
dilakukan dengan teknik intrakapsular
ekstraksi dan ekstrakapsular ekstraksi.
GLAUKOMA
Glaukoma adalah penyakit mata yang umumnya terjadi pada usia di atas 40 tahun, ditandai dengan :
• Peningkatan tekanan intraokular
• Penyempitan lapangan pandang
• Atropi papil saraf opticus
Glaukoma Primer
• Glaukoma Sudut Tertutup
Pada glaukoma jenis ini melewati 4 stadium yaitu :
• Stadium Prodormal
Stadium ini mempunyai ciri khas ialah terjadinya serangan ( Attack ) , tekanan intraokuler mendadak meningkat, dengan
keluhan pusing, visus menurun, mata sakit, mual muntah, dan adanya halo disekitar benda yang dilihat. Gambaran obyektif
ditemukan adanya tanda kongestif berupa injeksi siliar, edema kornea dan iris, bilik mata depan yang dangkal, dan pupil
melebar.
• Stadium Akut
Bila stadium prodormal tidak dikelola dengan baik,akan timbul stadium akut, keluhan subyektif dan gambaran kongestif
menetap, kadang-kadang disertai Cephalgia dan mual. Pada funduskopi ditemukan Excavatio Glaucomatosa. Stadium ini
merupakan kedaruratan medis.
• Stadium Kronis
Masih ada gambaran kongestif dengan tambahan kelainan yang disebabkan oleh proses yang menetap dan lama, yaitu
Keratophatia Bullosa dan Staphiloma Scelerae. Tekanan intraokular yang tinggi, sulit diturunkan dengan obat.
• Stadium Absolut
Terjadi kebutaan ( Ophtalmological Blind ) dengan visus nol, tidak dapat melihat atau menerima rangsang cahaya. Visus
tidak dapat direhabilitasi dengan upaya apapun.
• Upaya pencegahan kebutaan dan glaukoma
harus dilakukan sedini mungkin ialah pada
stadium prodormal, dilakukan operasi
Iridectomy. Bila terjadi perubahan ( Atrophy )
pada papil saraf optik visus tidak lagi dapat
normal.
• Glaukoma Sudut Terbuka
Dalam perjalanan proses penyakit ini tidak pernah menimbulkan keluhan
sakit yang mencolok, visus turun perlahan dan lapangan pandang
menyempit. Oleh karena tidak sakit umumnya penderita datang berobat
terlambat, pada pemeriksaan funduskopi sudah tampak terjadi Excavatio
Glaucomatosa dan atofi papil saraf opticus. Pengelolaan penyakit ini lebih
ditekankan pada pemakaian obat-obat anti glaukoma. Operasi baru
dilakukan bila tekanan intraokuler tinggi menetap tidak dapat turun
dengan pemberian obat. Pemakaian obat anti glaukoma dengan jangka
panjang sering menimbulkan keluhan dan efek samping obat. Obat dapat
dihentikan sementara dan digantikan dengan tindakan Laser
Trabeculoplasty. Obat digunakan lagi setelah kira-kira 2 bulan.
Thank

Anda mungkin juga menyukai