Anda di halaman 1dari 20

PAPER NAMA : M.

FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

PAPER

STREAK RETINOSCOPY

Disusun oleh:
M. FAHRI ARIZA

140100001

Pembimbing:
dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph), Sp.M (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan
judul “STREAK RETINOSCOPY “ Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dokter pembimbing penulis, dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph),
Sp.M (K) yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan serta
masukan dalam penyusunan paper ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
paper selanjutnya.
Paper ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.

Medan, 10 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................1
1.3 Manfaat.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Retinoskopi...................................................................................................3
2.2 Retinoskopi Statis.........................................................................................4
2.3 Tipe Retinoskop...........................................................................................4
2.4 Pemeriksaan refraksi secara objektif dengan streak retinoskopi.................7
2.4.1 Streak Retinoskopi Pada Keadaan Kelainan Sferis.............8
2.4.2 Streak Retinoskopi Pada Astigmatisma.............................11
2.4.3 Aberasi Dari Reflek Retinoskop........................................12
BAB III KESIMPULAN......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagian-bagian retinoskop dan trial lens...............................................8
Gambar 2. Pergerakan reflek retina........................................................................9
Gambar 3. Mendapatkan keadaan netral................................................................10
Gambar 4. Break dan skew pada pemeriksaan astigmatisma dengan retinoskop. .11
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab terbesar berkurangnya
kualitas hidup seseorang, sehingga diperlukan penanganan yang tepat terhadap
keadaan tersebut. pemeriksaan refraksi yang akurat sangat diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan bagi para pasien dangan kelainan refraksi.1,4
Pemeriksaan kelainan refraksi secara objektif merupakan pemeriksaan
refraksi yang tidak memerlukan masukan dari pasien. Pada pemeriksaan objektif
pasien tetap perlu bekerja sama untuk menempatkan posisi kepala dan memfokuskan
pandangan sesuai kebutuhan pemeriksa, tetapi informasi subjektif tidak digunakan
untuk penilaian kualitas pandangan saat pemeriksaan. Pemeriksaan objektif
merupakan pemeriksaan yang sangat berguna untuk mengetahui status refraksi
seseorang, khususnya pada orang-orang yang memiliki hambatan apabila dilakukan
pemeriksaan refraksi secara subjektif, seperti bayi, pasien dengan retardasi mental,
pasien low vision, pasien yang tidak kooperatif atau pasien malingering, dan bahkan
dapat dilakukan kepada binatang.1, 5, 7
Salah satu cara pemeriksaan refraksi secara objektif adalah streak retinoskopi,
Sari kepustakaan ini akan membahas salah satu cara dari pemeriksaan refraksi secara
objectif, yaitu streak retinoksopi. hal-hal yang akan dibahas pada sari kepustakaan ini
antara lain dasar pemeriksaan, indikasi dan cara melakukan pemeriksaan streak
retinoskopi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menguraikan teori-teori
tentang Streak Retinoscopy. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk memenuhi
persyaratan pelakasanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.

1
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
tentang Streak Retinoscopy, dan mampu melaksanakan diagnosis serta
penatalaksanaan terhadap gangguan ini sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Retinoskopi
Pemeriksaan refraksi dapat dilakukan secara subjektif maupun secara
objektif. Pemeriksaan secara objektif merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
menentukan keadaan refraksi tanpa memerlukan input dari pasien. Hal ini penting
terutama pada pasien yang respon subjektifnya terbatas, seperti pada anak anak, pada
pasien dengan keterbatasan fisik dan bahasa, maupun pada pasien dimana respon
subjektifnya meragukan. Pemeriksaan refraki secara objektif yang umum dilakukan
adalah retinoskopi dan autorefraksi 1,2
Retinoskopi disebut juga skiaskopi atau shadow test merupakan suatu metode
objektif untuk mengetahui suatu kelainan refraksi dengan metode netralisasi.
Retinoskopi didasarkan pada adanya cahaya yang direfleksikan dari suatu cermin ke
mata, secara langsung cahaya akan melewati pupil dan hasil yang didapat tergantung
pada kondisi refraksi mata. 3,14
Retinoskop merupakan instrumen hand-held yang menggunakan prinsip
cahaya. Alat ini terdiri dari lensa, sumber cahaya, dan cermin. Dengan mengarahkan
cahaya retinoskop ke pupil, kita dapat menilai pantulan cahaya pada retina, dan
kemudian status refraksi dapat diukur dengan menggunakan lensa yang diletakkan di
depan mata pasien hingga cahaya dapat tepat fokus pada retina dengan pantulan
netral.1,5
Teknik retinoskopi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1873 oleh Cuignet
(ahli mata dari Perancis), yang kemudian dibawa ke Paris oleh muridnya Mengin
tahun 1878. Pada waktu yang tidak terlalu lama berselang, Parent (1880)
memperkenalkan istilah ‘retinoscopie’ yang waktu itu ia percaya bahwa refleks
berasal dari retinal pigment layer. Dalam kepustakaan lain disebutkan bahwa
Retinoskop diciptakan oleh seorang ahli mata bernama Jack Copeland. Retinoskop
spot awal ciptaannya kini telah disempurnakan menjadi retinoskop streak modern.12
Metode refraksi ini diperkenalkan di USA oleh Jackson. Nama-nama seperti
umbraskopi, skiaskopi, dan skiametri sering dipakai sebagai nama lain dari
retinoskopi. Istilah skiaskopi dan skiametri dipakai secara luas di USA, dan istilah
retinoskopi dipakai diInggris dan beberapa Negara lain. Saat ini tehnik retinoskopi
telah berkembang yang dapat berupa retinoskopi statis, dinamis, radikal dan tehnik
lainnya.1,5

2.2 Retinoskopi Statis


Metode ini dilakukan dengan mengurangi akomodasi.12,13
a) Tanpa sikloplegik
Dilakukan dengan kondisi mata pasien melihat target jauh untuk
mengurangi akomodasi, metode ini digunakan pada anak-anak sampai orang
dewasa. Kekurangannya adalah akomodasi yang sulit dikontrol, dan sangat sulit
dilakukan pada anak di bawah umur 2 tahun. Untuk pasien anak di bawah umur 2
tahun, metode ini bisa dimodifikasi dengan memberikan semacam tontonan anak-
anak untuk dilihat dari jarak 20 kaki.
b) Dengan sikloplegik
Dilakukan dengan memberikan sikloplegik dan mata pasien berfiksasi
pada target jarak dekat. Metode ini akan meningkatkan akurasi retinoskopi dan
meningkatkan kontrol dalam menghilangkan akomodasi. Kekurangannya adalah
metode ini membutuhkan tetes mata yang sering sangat sulit untuk diterima anak-
anak, waktu pemeriksaan yang lebih panjang karena menunggu munculnya efek
obat sikloplegik, dan potensi munculnya efek samping dari obat-obat sikloplegik.
Untuk mengurangi potensi efek samping lebih baik digunakan tropicamide
dibandingkan siklopentolat ataupun atropine.
2.3 Tipe Retinoskop
A. Mirror Retinoskop
Mirror retinoskop merupakan retinoskop yang murah dan paling umum
dipakai. Sumber cahaya didapat dari cermin retinoskop yang di tempatkan
dibelakang dan diatas kepala pasien. Mirror retinoskop terdiri dari suatu lensa
plano (plane mirror) atau kombinasi lensa plano dan lensa konkaf (Pristley-Smith
mirrr). Alat ini mempunyai apertura dibagian sentral dengan ukuran 3 • 4 cm. 14
B. Retinoskop Spot
Spot retinoskop adalah bentuk paling simpel dari retinoskop modern
dengan sistem iluminasi yang terdiri dari sumber cahaya fokal dan suatu cermin
semisilver (lensa plano) yang mana akan merefleksikan cahaya ke mata pasien.
Karena sumber cahaya berasal dari belakang cermin, sehingga jika pemeriksa
memutar cermin, spot dari cahaya akan bergerak melewati pupil pasien pada sisi
yang sama dari cermin.
Untuk contoh, jika cermin bergerak ke atas, cahaya spot pada wajah
pasien (atau didepan refraktor akan bergerak keatas). Ini menunjukkan bahwa
cahaya yang tiba diretina berkaitan dengan tilting dari cermin. Suatu objek yang
berada garis lurus yang melewati fovea, maka imagenya akan berada diatas fovea
dan objek yang berada ditemporal garis fovea maka imagenya pada nasal retina.
Suatu spot cahaya yang diiluminasikan pada retina pasien akan bergerak lurus
melewati pupil pasien, tanpa memperhatikan apakah pasien miopia, emmetropia
dan hipermetropia.15
Pada pasien dengan miopia, cahaya spot pada bagian atas retina pasien,
maka refleks pada pupil akan terlihat pada bagian bawa pupil, dan sebaliknya
cahaya spot pada bagian bawah retina pasien refleks akan terlihat pada bagian
atas pupil. Pergerakan ini disebut ‘against movement. Pasien dengan
hipermetropia, cahaya spot pada bagian atas dari retina, refleksnya akan terlihat
pada bagian atas pupil dan jika spot pada bagian bawah retina, refleksnya akan
terlihat pada bagian bawah pupil. Pergerakan ini disebut ‘with’ movement.
Pergerakan ini dapat dilihat dengan menggerakkan retinoskop keatas dan
kebawah. Untuk pasien yang emmetropia, pupil akan teriluminasi hanya jika spot
pada retina berada pada aksis optikus dari mata. Jika tidak ada pergerakan refleks
yang dapat dilihat pada pupil dan dikenal sebagai ‘neutral movement’.18

C. Retinoskop Streak
Merupakan retinoskop modern yang berbeda dengan spot retinoskop pada
dua aspek: 1. Menggabungkan lensa konkaf (sinar konvergen) dengan
lensa plano dan 2. Sumber cahaya yang dibentuk oleh streak lebih besar dari
spot.Efek lensa konkaf adalah menempatkan dengan efektif sumber cahaya dari
depan daripada dibelakang plane mirror, sehingga jika instrument ini digerakkan,
iluminasi pada pada retina akan bergerak berlawanan dengan retinoskop, hasil ini
disebut ‘against’ movement atau searah dengan gerakan retinoskop (streak)
disebut ‘with’ movement. Keuntungan dari lensa konkaf ini adalah penguji dapat
mengkonfirmasi tipe movement yang ada dengan melakukan switching lensa dari
posisi satu ke posisi yang lain. Sebagai contoh, jika seorang pemeriksa
menggunakan lensa plano dan terlihat ‘with’ movement, kita dapat
mengkonfirmasi dengan lensa konkaf dan akan didapatkan ‘against’
movement.15,12
Retinoskop yang digunakan secara luas adalah Copeland dan Welch
Allen. Keduanya terdiri dari Head (kepala), Sleeve (leher) dan Battery handle
(tempat baterei). Bagian optik kepala memancarkan sinar berbentuk slit yang
disebut dengan streak pada salah satu sisi kepala dan di sisi lain kepala terdapat
lubang pengintip. Sleeve yang terdapat pada retinoskop dapat membuat sinar
streak berkonvergensi (memipih) atau berdivergen (melebar) dengan cara
menggeser sleeve retinoskop keatas atau ke bawah. Sleeve retinoskop juga
digunakan untuk memutar arah dari sinar streak. 12,13, 19
Lampu dari retinoskop streak dibuat sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu cahaya berbentuk streak yang lebih besar dari pada bentuk spot.
Instrument dibuat dengan suatu mekanisme (biasanya suatu knurled ring) yang
memungkinkan untuk rotasi pada suatu meridian yang diinginkan. Orientasi dari
streak akan melewati wajah pasien selalu pada sudut kanan terhadap meridian
dari mata yang akan diperiksa. Jika yang diperiksa adalah meridian vertikal,
pemeriksa menggerakkan instrument ke vertikal, dengan streak di orientasikan
secara horizontal. Jika yang diperiksa meridian horizontal, instrument digerakkan
secara horizontal dan streak diorintasikan secara vertikal.12,13 16
Sebagai tambahan untuk mekanisme rotasi streak, retinoscop streak juga
mempunyai mekanisme yang bervariasi dalam hal luasnya streak. Mekanisme ini
memudahkan pemeriksa dengan cepat mengubah lensa dari lensa plano ke lensa
konkaf dan sebaliknya. Ketika streak yang digunakan adalah yang paling luas,
inisama dengan waktu menggunakan retinoskop spot. Pada lebar yang
dipersempit, akan memudahkan pemeriksa untuk menemukan letak dari dua
principal meridians.20,12
Metode retinoskopi yang akan dipaparkan berikut menggunakan apa yang
disebut posisi sleeve up dan sleeve down. Penting untuk diketahui, bahwa kedua
alat retinoskop di Copeland dan Welch Allen tidak berfungsi dengan cara yang
sama. Retinoskop Copeland membuat efek sleeve up dengan cara menggeser
leher retinoskop ke posisi paling atas, namun retinoskop Welch Allen
menimbulkan efek sleeve up dengan menggeser leher retinoskop ke posisi paling
bawah. Demikian pula sebaliknya retinoskop Copeland membuat efek sleeve
down dengan cara menggeser retinoskop ke posisi paling bawah dan sebaliknya
pada retinoskop Welc Allen digeser ke posisi paling atas. Pada posisi sleeve up
dari retinoskop Copeland dan sleeve down pada Welch Allen digunakan untuk
mendapatkan plano position. Dan posisi sebaliknya untuk mendapatkan konkaf
position .17
2.4 Pemeriksaan Refraksi Secara Objektif Dengan Streak Retinoskopi
Pemeriksaan streak retinoskopi merupakan salah satu cara pemeriksaaan
refraksi secara objektif yang sangat penting untuk dikuasai oleh seorang
oftalmologis. Pemeriksaan dengan streak retinoskopi dapan mendeteksi kelainan
sferis dan silinder pada pasien secara objektif, dan juga dapat membantu pemeriksa
untuk mengetahui adanya aberasi optikal, irregularitas, dan opasitas. Pemeriksaan
streak retinoskopi saat ini merupakan adaptasi dari sistem yang dikembangkan oleh
Copeland yang dipatenkan pada tahun 1927. 5, 6, 8, 9
Sinar hanya dapat masuk dan keluar sebuah mata melalui pupil. Untuk
menilai keadaan suatu sistem optik yang tertutup, suatu sinar harus melewati sumbu
optikal tersebut dua kali, dan harus terdapat suatu bangunan yang dapat
memantulkan arah siner tersebut. Retina merupakan struktur yang dapat
memantulkan sinar yang masuk kedalam mata agar mata dapat dinilai keadaan
refraksinya. Pantulan cahaya dari retina ini disebut reflek retina. Pemeriksa akan
menilai beberapa karakteristik dari reflek retina untuk menentukan keadaan refraksi
seseorang. Mata yang emetrop akan memantulkan cahaya yang sejajar dari retina.
cahaya akan menjadi konvergen pada mata miopik. Mata hyperopia akan
memantulkan sinar yang divergen. 5, 6, 8

Gambar 1. Bagian-bagian retinoskop dan trial lens

2.4.1 Streak Retinoskopi Pada Keadaan Kelainan Sferis


Pada pemeriksaan retinoskopi pemeriksa menggunakan mata kanan untuk
memeriksa mata kanan pasien, dan juga sebaliknya. Pasien memfokuskan
pandangannya ke satu titik dikejauhan untuk menghindari akomodasi dan
pemeriksaan ini dilakukan pada ruang dengan pencahayaan redup.5, 6, 10
Cahaya yang dipancarkan oleh retinoskop akan menembus struktur mata
pasien dan dipantulkan kembali dari retina pasien kedalam mata pemeriksa.
pemeriksa kemudian melihat reflek retina yang berwarna merah dari celah pada
retinoskop. Apabila titik jauh berada antara penguji dan pasien, sinar akan terdapat
bagian yang fokus dan bagian yang difus. Perbatasan antara gelap dan terang yang
terlihat dari pupil pasien akan bergerak ke arah yang berlawanan dari gerakan
retinoscope saat digerakkan melintasi pupil pasien yang disebut sebagai against
movement. Jika titik jauh berada di belakang pemeriksa, cahaya bergerak ke arah
yang sama dengan gerakan retinoskop yang disebut sebagai with motion. Keadaan
dimana cahaya memenuhi seluruh pupil dinamakan keadaan netral. 5, 6, 11

Gambar 2. Pergerakan reflek retina

Beberapa sifat reflek retina yang perlu diperhatikan antara lain:


a. Kecepatan. kelainan refraksi yang besar akan memiliki pergerakan reflek
retina yang lambat dan sebaliknya, kelainan refraksi yang kecil akan
mempercepat pergerakan reflek retina
b. Kejelasan. Reflek retina akan terlihat jelas apabila titik jauh berada makin
dekat dengan pemeriksa
c. Lebar. semakin dekat titik jauh dari pemeriksa, akan semakin lebar reflek
retina akan terlihat.
Target pemeriksa adalah menempatkan titik jauh tepat pada lubang intip
retinoskop untuk mendapatkan keadaan netral. Against movement akan terjadi
apabila titik jauh berada diantara pemeriksa dan pasien sehingga untuk membuat
titik jauh berada tepat pada retinoskop pemeriksa harus menempatkan sebuah lensa
negative didepan mata pasien. With movement akan terjadi apabila titik jauh berada
dibelakang pemeriksa sehingga untuk membuat titik jauh berada tepat pada
retinoskop pemeriksa harus menempatkan sebuah lensa positif didepan mata pasien.
Pemeriksa akan lebih mudah untuk menilai reflek yang terang dan jelas, karena
itu sebaiknya pemeriksa memberikan koreksi overminus dan mendapatkan reflek
with movement, kemudian menambahkan lensa positif sampai mendapatkan
5, 6, 8
keadaan netral.
Pemeriksa harus mempertimbangkan jarak kerja yang digunakan olehnya
pada saat mengukur kekuatan lensa secara keseluruhan. Jarak kerja yang dipakai
tergantung dengan preferensi dari pemeriksa tetapi yang perlu diperhatikan adalah
kekuatan lensa yang sebanding dengan jarak kerja harus digunakan sebagai
pengurang dari total kekuatan lensa yang didapat untuk mencapai keadaan netral.5,
8

Gambar 3. Mendapatkan keadaan netral

2.4.2 Streak Retinoskopi Pada Astigmatisma


Sebagian besar mata mempunyai kelainan astigmatisma reguler yang akan
membuat cahaya streak retinoskop dibiaskan secara berbeda pada dua meridian
utama dari kornea. Terdapat dua hal yang harus didapatkan pada pemeriksaan
astigmatisma dengan menggunakan retinoskopi, yaitu axis dan kekuatan lensa
silinder.1, 5
Hal yang pertama perlu ditentukan pada pemeriksaan astigmatisma adalah
axis dari lensa silinder. Teknik untuk mendapatkan axis silinder pada pemeriksaan
streak retinoskopi dengan cara menentukan sifat-sifat dari reflek retina berikut ini.5, 8
a. Break.Break atau patahan akan terlihat apabila axis dari streak tidak sejajar
dengan salah satu meridian utama dari kornea. Reflek retina yang terlihat pada
pupil akan terlihat berbeda dengan pantulan streak pada iris dan permukaan bola
mata
b. Lebar. Lebar dari reflek retina yang terlihat pada pupil akan terlihat bervariasi.
Reflek retina akan terlihat paling kecil apabila axis dari streak sesuai dengan
salah satu meridian utama dari bola mata,
c. Intensitas : intesnsitas cahaya akan lebih terang apabila sesuai axis
d. Skew. Skew atau pergerakan oblik dari reflek retina dapat digunakan untuk
mendapatkan axis yang lebih tepat pada kekuatan silinder yang kecil
Gambar 4. Break dan skew pada pemeriksaan astigmatisma dengan retinoskop

Kekuatan lensa silinder ditentukan setelah menemukan dua meridian utama.


Penentuan kekuatan lensa silinder dilakukan dengan cara menemukan kekuatan
lensa sferis pada kedua meridian utama tersebut. 5, 6
a. Menggunakan dua lensa sferis. Temukan kekuatan lensa sferis pada axis
pertama, kemudian temukan kekuatan lensa sferis pada axis tegak lutus dari axis
pertama. Perbedaan kekuatan sferis dari kedua axis ini merupakan kekuatan dari
lensa silinder.
b. Menggunakan lensa silinder dan sferis. untuk mendapatkan with motion,
temukan kekuatan sferis salah satu axis dengan nilai plus yang lebih kecil
terlebih dahulu. Kemudian, dengan lensa sferis masih terpasang, netralkan
sumbu tegak lurus dari axis pertama dengan menambahkan lensa silinder plus
2.4.3 Aberasi Dari Reflek Retinoskop
Pada astigmatisma ireguler, hampir semua jenis aberasi dapat terjadi pada
reflex yang terlihat. Aberasi sferis cenderung meningkatkan intensitas cahaya di
pusat atau pinggiran pupil, tergantung apakah mereka positif atau negatif. Semakin
mendekati netral, 1 bagian dari refleks mungkin menjadi rabun jauh, sedangkan
reflek yang lain mungkin relatif hyperopia dibandingkan dengan ke posisi
retinoskop. Situasi ini menghasilkan reflek scissor. Penyebab refleks scissor antara
lain keratokonus, dan kekeruhan kornea atau lentikular. 6, 10
Seluruh refleks yang terdapat aberasi ini, khususnya aberasi sferis, lebih
terlihat pada pasien dengan pupil skotopik yang besar. Sewaktu memeriksa pupil
yang sudah dilebarkan, pemeriksa harus fokus untuk menetralkan bagian tengah
dari reflek cahaya. 4, 5
BAB III
KESIMPULAN

Retinoskopi adalah teknik yang sangat berguna untuk seorang oftalmologis.


Pemeriksaan ini adalah salah satu cara menentukan kelainan refraksi secara
obyektif yang sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan seorang
operator. Retinoskopi memberikan sebuah titik awal dan perbandingan independen
untuk pemeriksaan refraksi secara subjektif. Retinoskopi dapat lebih diandalkan
daripada pemeriksaan subjektif ketika pasien tidak mampu atau tidak mau memberi
respon yang tepat.
Retinoskopi memungkinkan kita mengukur status refraksi tanpa bergantung
pada respon verbal pasien. Teknik ini memungkinkan kita mendapatkan hasil yang
dapat dipercaya dimana pemeriksaan subjektif tidak dapat dilakukan atau respon
subjektif pasien meragukan. Teknik ini merupakan metode refraksi yang sangat
memuaskan dan tinggi akurasi untuk determinasi obyektif yang sangat bermanfaat
bila dilakukan dengan diameter pupil yang sesuai dengan media yang jernih.
Namun demikian untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu keterampilan yang
baik dari pemeriksa.
Keahlian penggunaan retinoskopi membutuhkan waktu yang cukup lama,
tetapi apabila seorang oftalmologis telah mengusai teknik ini maka mereka akan
mengurangi waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan refraksi secara signifikan.
Seorang retinoskopis yang handal juga dapat mendeteksi adanya tanda-tanda
kelainan akomodasi, kekeruhan media, dan korneal distrofi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mukherjee P. Errors Of Refraction. Manual of Optics and Refraction. India:


Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2015. hal. 58-90.
2. Karla Zadnik DOM. Incidence and Distribution of Refractive Anomalies.
dalam: Benjamin WJ, editor. BORISH'S CLINICAL REFRACfION. edisi
ke-2. Missouri: Butterworth-Heinemann; 2006. hal. 35-55.
3. Schor P MD. Focusing of an image on the retina. dalam: Leonard A levin
SFEN, James Ver Hoeve editor. Adler's Physiology of the Eye. edisi ke 11:
Elsevier; 2011. hal. 18-80.
4. Physiology of vision and the visual system. dalam: Forrester JV AD,
editor. The Eye basic sciences in practice. edisi ke-4. london: Elsevier;
2016. hal. 269-337.
5. Skuta GL CL, Weiss J. Basic and clinical science course : Clinical Optics.
San Francisco: American Academy of Ophthalmology; 2016.
6. Charles E. Campbell WJB, Howard C. Howland. Objective Refraction:
Retinoscopy, Autorefraction, and Photorefraction. dalam: benjamin WJ,
editor. BORISH'S CLINICAL REFRACfION. Missouri, Butterworth
Heinneman; 2006. hal. 682-764.
7. Grinninger P SM, Nell B Evaluation of healthy equine eyes by use of
retinoscopy, keratometry, and ultrasonographic biometry, American
Journal of Vetenerary Research. 2010;71:677-81.
8. Mukherjee P. Clinical Methods in Error of Refraction. Manual of Optics
and Refraction. India: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2015.
hal. 125-75.
9. Ciuffreda K RM. Evaluation of the SVOne: A Handheld, Smartphone-
Based Autorefractor. Optometry and vision science. 2015;92:1133-9.
10. Guha S SS, Hurakadli P, Majee D, Gandhi S. A comparison of cycloplegic
autorefraction and retinoscopy in Indian children. Clinical and
experimental Optometry. 2016;100(1):73-8.
11. S. Prabakaran MD, A. Chia, G. Gazzard. Cycloplegic refraction in
preschool children: comparisons between the hand-held autorefractor,
table-mounted autorefractor and retinoscopy. Ophtalmic and Physiological
Optics. 2009;294:422-6.
12. Gallimore, Gary. Basic consept in retinoscopy in Retinoscopy in
minus cylinder.2014. Available from
http://www.eyetec.net/group2/M6s1.htm. Accessed on July 5th
2014.
13. Duckman Robert. Quantification of refractive error in visual
development, diagnosis and treatment of the pediatric patient. 3rd edition.
New York : Lippincott Williams and Wilkins. 2010.
14. Grosvenor T. Retinoscopy in Primary Care Optometry. 5th edition.
St.Louis, Missouri: Butterworth Heinemann Elseiver.2007. p.191-
200.
15. Furlan W D. Muñoz-Escrivá L, et al. Analysis of lens aberrations using
a retinoscope as a Foucault test. Burjassot Spain: Universitat de
València. 2000. P:408-411
16. Madge S.N. Clinical techniques in Ophthalmology. Philadelphia:
Churchil Livingstone Elsevier.2006.p:30-35
17. Jonathan D. Retinoscopy in : Duane’s Clinical Ophalmologi (CD-
ROM). Philadelphia Lippincot William and Wilkins Publisher. 2013.
18. McClelland JF,Saunders JK. Accommodative Lag Using Dynamic
Retinoscopy: Age Norms for School₋Age Children. Optometry and
Vision Science. December 2010;81(12):929-33
19. Stenberg Li. Correlation between Retinoscopy and Monocular and
Binocular Subjective Refraction. Sweden: University of Kalmar.2009.p1
20. Paul Riordan Eva. Optic an refraction in Vaughan and Asbury’s general
ophthalmology. 14th edition. London: Mc Graw-Hill. 2004.p.405.

Anda mungkin juga menyukai