Anda di halaman 1dari 19

TUMOR JINAK

ADENOMA PLEOMORFIK
Adenoma Pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai pada kelenjar
parotid. Tumor ini merupakan tumor campuran (benign mixed tumor), yang terdiri dari
komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun dalam beberapa variasi
komponennya.
Adenoma pleomorfik atau tumor campuran benigna adalah neoplasma kelenjar saliva yang
paling sering. Ia merupakan 60-70% dari semua tumor parotid dan 90% dari tumor jinak
submandibular. Neoplasma ini terjadi lebih banyak pada wanita dibandingkan laki-laki dan
sering pada dekade ketiga dan keenam. Apabila lobus dalam parotid dalam terlibat, adenoma
pleomorfik dapat terlihat sebagai tumor ruang parafaringeal dengan pembengkakan palatum
mole. Ia tampak sebagai pembengkakan terisolasi ataupun massa di kelenjar submandibular
dengan disertai sedikit rasa nyeri. Faktor etiologinya belum diketahui.
Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran klinis massa tumor tunggal, keras, bulat,
bergerak (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal. Suatu nodul yang
terisolasi umumnya tumbuh di luar dari pada normal, dari suatu nodul utama dibandingkan
dengan suatu multinodular.
Adenoma Pleomorfik biasanya mobile, kecuali di palatum dapat menyebabkan atropy
ramus mandibula jika lokasinya pada kelenjar parotid. Ketika ditemukan di ekor kelenjar
parotid, tumor ini akan menunjukkan satu bentuk cuping telinga (ear lobe).
Meskipun Adenoma Pleomorfik digolongkan sebagai tumor jinak, tetapi mempunyai
kapasitas tumbuh membesar dan berubah menjadi malignant membentuk carsinoma.
Meskipun Adenoma Pleomorfik tumor “jinak” tumor ini adalah aneuploid, dan dapat kambuh
setelah reseksi, menyerang jaringan normal, bermetastase jauh dalam jangka waktu yang
lama.
Gejala dan tanda tumor ini tergantung pada lokasinya. Ketika di jumpai pada kelenjar
parotid kelumpuhan nervus fasialis jarang di jumpai, tetapi apabila tumor ini bertambah besar
mungkin kelumpuhan nervus fasialis bisa di jumpai. Seperti ketika tumor ini menjadi
malignant.
Apabila tumor ini di jumpai pada kelenjar saliva minor, gejala yang timbul
bermacam-macam tergantung pada lokasi tumor. Gejala yang timbul seperti : dysphagia,
dyspnea, serak ,susah mengunyah, dan epistaxsis.
Gambaran Histopatologi Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran yang ber-
variasi. Secara klasik Adenoma Pleomorfik adalah bifasik dan karakteristiknya merupakan
satu campuran epitel poligonal dan elemen myoepitel spindle-shaped membentuk unsur
dengan latar belakang stroma oleh mukoid, myxoid, kartilago atau hyalin.
Elemen-elemen epitel disusun membentuk struktur seperti duktus, sheets, lembaran-
lembaran yang poligonal, spindle atau stellate-shaped cells (bentuk pleomorphism). Area
squamous metaplasia dan ephitel pearls bisa di lihat. Adenoma Pleomorfik tidak mempunyai
kapsul, tetapi diselubungi oleh pseudocapsul yang berserat dari bermacam-macam
ketebalannya. Tumor ini meluas dari keadaan normal melalui parenkim kedalam bentuk
pseudopodia seperti jari. Tetapi bukan suatu tanda perubahan bentuk yang malignant.
Pada kelenjar parotid, Adenoma Pleomorfik biasanya dikelilingi oleh sebuah kapsul
yang fibrous, dengan bermacam-macam ketebalan yang tidak sempurna terutama dalam
tumor-tumor mukoid (gambar 4. A dan B). Pada kelenjar saliva minor tidak adanya kapsul
bisa di lihat. Secara mikroskopis satelit tumor dengan nodul kecil-kecil, pseudopodia, dan
penetrasi kapsul bisa dilihat diluar kapsul. Penyebab kambuhnya Adenoma Pleomorfik dalam
kasus perawatan dengan simple enuclease atau pada kasus dimana reseksi bedah inadekuat
dalam membuka margin.
Komponen epitel terdiri dari epitel dan mioepitel sel dengan pertumbuhan yang
menyimpang, termasuk trabekular, tubular, solid, cystic, dan papillary. Sel epitel murni dan
sebagian kuboidal. Sel-sel mioepitel memperlihatkan gambaran plasmasytoid, epiteloid,
spindle, oncocytic, dan bentuk sel jernih. Pada beberapa studi, tipe myoepitel sel lebih sering
muncul dengan bentuk sel plasmasytoid kemudian tipe spindle sel. Semua elemen seluler
muncul dengan cytologic lembut tanpa akivitas mitotik.
Diagnosa histopatologi Adenoma Pleomorfik dapat juga dilakukan dengan prosedur-
prosedur sampling termasuk fine needle aspiration biopsy (FNAB) dan coore nedlee biopsy
(bigger needle comparing to byopsi). Kedua prosedur ini bisa dilakukan pada pasien rawat
jalan. FNAB ini sangat akurat dan merupakan satu cara yang dilakukan untuk mendiagnosa
tumor dari inflamasi sebelum reseksi bedah dilakukan. Alat-alat FNAB ini terdiri dari 22-25
gauge needle, 20mL syringe,dan syringe holder spesial untuk vakum yang baik. Aspirasi
preparat sebelum teknik citology dilakukan.
FNAB dioperasikan dengan mengunakan tangan, apabila Adenoma Pleomorfik
malignant secara alami dengan keakuratan sekitar 90%.2 FNAB juga dapat mendeteksi tumor
primer kelenjar saliva dari metastase. Core needle biopsy lebih akurat dibanding dengan
FNAB dengan ketelitian diagnostik lebih besar dari 97%.
Diagnosis banding untuk adenoma pleomorfik harus termasuk neoplasma maligna
seperti karsinoma kistik adenoid, adenokarsinoma gred-rendah polimorfosa, neoplasma
adneksa letak dalam dan neoplasma mesenkimal. Komplikasi yang jarang pada adenoma
pleomorfik termasuk transformasi maligna menjadi tumor yang dikenali sebagai karsinoma
bekas adenoma pleomorfik atau kadang-kadang tumor campuran metastasis benigna. Benigna
di sini menjelaskan secara histologis tetapi tidak menjelaskan sifat patologis.
Walaupun radiasi tidak terindikasi dalam terapi tumor kelenjar liur benigna, ia telah
digunakan sewaktu-waktu untuk mengawal kekambuhan adenoma pleomorfik. Operasi eksisi
total pada tumor ini tanpa melibatkan margin/ruang adalah terapi yang direkomendasikan.
Sebagai contoh, parotidektomi superfisial dengan margin yang jelas adalah terapi untuk
adenoma pleomorfik yang terletak di lobus superior kelenjar parotid. Prognosis untuk
adenoma pleomorfik adalah baik dengan kadar 96% tidak terjadi kekambuhan.

TUMOR WARTHIN
Tumor Warthin juga dikenal sebagai limfomatosum kistadenoma papilar dan sering
ditemukan di kelenjar parotid. Secara histologis ia tampak sebagai struktur papilar yang
mengandung dua lapisan sel-sel eosinofilik granular atau onkosit, perubahan kistik dan
inflitrasi lomfositik matur. Ia muncul dari epitelium duktus ektopik. Tumor Warthin
merupakan kira-kira 5% dari semua tumor kelenjar liur dan kira-kira 12% dari tumor benigna
kelenjar parotid. Tumor ini lebih sering ditemukan pada laki-laki sekitar usia dekade kelima
dan resikonya berhubungan dengan perokok. Tumor ini tumbuh lambat berupa massa tanpa
rasa nyeri. Konsistensinya cenderung padat dan kenyal dan terkadang noduler. Pada
makroskopis, tumor warthin memiliki permukaan yang halus dan lobulated kapsul yang tipis
tapi kasar
Kira-kira 5.0-7.5% adalah bilateral dan 14% multisentrik pada tumor Warthin. CT
scan dapat memberi gambaran massa yang jelas di bagian posteroinferior pada lobus
superfisial kelenjar parotid. Jika radiosialografi dilakukan, terlihat peningkatan aktivitas yang
berhubungan dengan adanya onkosit-onkosit dan peningkatan isi mitokondria.

Diagnosis tumor Warthin mudah ditentukan berdasarkan penemuan histologis dengan


hanya sedikit kekeliruan dengan tumor lain. Terapinya memerlukan eksisi total dari bagian
kelenjar yang terkena disertai dengan margin yang tidak terlibat.

ADENOMA MONOMORFIK
Tumor yang pertumbuhannya lambat seperti ini adalah kurang dari 5% dari
semua tumor kelenjar liur. Adenoma monomorfik berbeda dari adenoma pleomorfik yaitu ia
hanya mengandung satu jenis morfologis sel. Adenoma monomorfik telah di
subklasifikasikan kepada kelompok neoplasma epitelial dan mioepitelial yang mencakup
adenoma sel basal, adenoma kanalikular, onkositoma atau adenoma oksifilik dan
mioepitelioma.
1. Adenoma Sel Basal
Adenoma sel basal merupakan 2% dari semua neoplasma kelenjar liur epitelial. Tipe
histologis termasuk tubular, trabekular, silindroma dan solid. Tipe solid adalah yang paling
sering. Adenoma sel basal terjadi sama diantara laki-laki dan wanita dan biasanya sekitar usia
dekade keempat dan kesembilan. Kelenjar parotid adalah kelenjar yang sering terkena.
Adenoma sel basal harus dapat dibedakan dengan karsinoma kistik adenoid, adenokarsinoma
sel basal dan ameloblastoma.
2. Adenoma Kanalikuler
Adenoma kanalikuler adalah neoplasma benigna yang mengenai kelenjar liur minor. Tumor
ini pernah menjadi subtipe dari adenoma sel basal. Bagaimanapun sekarang ia dikenali
sebagai entiti yang berbeda berdasarkan gambaran histologis. Ia juga harus dibedakan dari
adenokarsinoma. Adenoma kanalikuler mudah menjadi multifokal dan sering terdapat pada
mukosa bibir atas terutama pada lanjut usia. Eksisi total intraoral adalah bersifat kuratif
walaupun multifokal pada penyakit ini dapat mempredisposisi rekurensi jika semua fokal
tidak dibuang.
3. Onkositoma
Tumor jinak ini mengandung sel-sel epitelial berbentuk polihedron yang besar yang dikenali
sebagai onkosit, yang penuh dengan sitoplasma eosinofilik bergranular dan mitokondria.
Sitoarsitektur pada tumor ini lebih jelas dilihat dengan mikroskopis elektron.
Onkositoma merupakan kurang dari 1% dari semua neoplasma kelenjar liur. Tidak ada
predileksi jenis kelamin dan terjadi pada dekade keenam hingga kelapan. Patogenesisnya
masih dalam perdebatan dan adakah tumor ini adalah neoplasma sejati. Onkositoma dapat
terjadi akibat proses hiperplasia, proses metaplasia atau kedua-duanya.
Kelenjar parotid adalah tempat yang paling sering terjadinya onkositoma diikuti dengan
kelenjar submandibular. Di tempat-tempat ini, tumornya muncul sebagai massa yang tumbuh
lambat dan tidak nyeri yang sering keras dan kadang-kadang kistik. Pembengkakan kelenjar
parotid dapat difus dengan kira-kira 7% terjadi bilateral. Tumor multipel juga pernah
dilaporkan. Dengan adanya kadar mitokondria yang tinggi di dalam sel, radiosialografi dapat
mendemonstrasikan pengambilan teknetium-99m yang tinggi.
Onkositoma mudah dibedakan dari tumor Warthin dan adenoma pleomorfik. Bagaimanapun,
ia juga harus dibedakan dengan karsinoma mukoepidermoid, adenokarsinoma sel asinik,
karsinoma kistik adenoid, karsinoma sel ‘clear’ dan sel renal metastase atau karsinoma tiroid.
Operasi eksisi tanpa melibatkan margins adalah terapi yang dianjurkan dan onkositoma
adalah bersifat radioresisten.
4. Mioepitelioma
Mioepitelioma adalah subtipe dari adenoma monomorfik yang merupakan kurang dari 1%
dari neoplasma kelenjar liur. Ia mengandung hampir semuanya sel-sel mioepitelial. Tidak ada
predileksi jenis kelamin dan mioepitelioma sering terjadi pada dekade ketiga hingga keenam.
Tumor ini terjadi di kelenjar parotid sebanyak 40%.
Secara histologis, mioepitelioma adalah terkapsulasi. Terdapat tipe sel spindel dan sel
plasmasitoid. Diagnosis bandingnya termasuk tumor campuran, schwannoma, leiomioma,
plasmasitoma, karsinoma sel spindel dan histiositoma fibrosa.

TUMOR SEL GRANULAR


Tumor sel granula adalah benigna dengan potensi menjadi maligna dan sering
berhubungan dengan kelenjar liur minor. Tumor ini cenderung terjadi pada kavum oral dan
sangat tersirkumsrip, mudah digerakkan dan tidak nyeri. Aspirasi jarum halus dapat
menunjukkan proses neoplastik. Pemeriksaan histopatologis memberikan gambaran sel-sel
poligonal dengan sitoplasma granular eosinofilik yang banyak dan nukleus-nukleus
pleomorfik ringan yang berbentuk bulat hingga oval. Karena ia berpotensi ke arah maligna,
kombinasi dari eksisi lokal yang luas dan observasi yang ketat merupakan terapi yang paling
berkesan.

HEMANGIOMA
Pendahuluan
Walaupun bukan berasal dari glandular, hemangioma adalah signifikan sebagai
diagnosis banding massa parotid terutama pada anak-anak. Tumor jinak ini berasal dari sel
endotelial dan merupakan kurang dari 5% dari semua tumor kelenjar liur. Pada anak-anak,
hemangioma kapiler adalah tumor kelenjar liur yang paling sering yaitu lebih dari 90% tumor
kelenjar liur terjadi pada anak-anak di bawah usia 1 tahun. Tumor in mengenai perempuan
lebih banyak dari laki-laki dan sering terdapat pada kelenjar parotid.
Klinis
Hemangioma biasanya muncul pada waktu lahir sebagai massa unilateral dan tidak
nyeri. Pertumbuhannya proliferatif dan cepat yang sering menyebabkan deformitas kosmetik.
Aspirasi jarum halus biasanya tidak penting. CT scan, MRI atau keduanya dapat
menunjukkan gambaran vaskularisasi pada lesi. Diagnosis banding termasuk kelainan
proliferatif vaskular seperti limfangioma dan hemangioma kavernosa.

Penanganan
Kemungkinan untuk regresi spontan ada dan karena itu operasi eksisi dapat ditunda.
Bagaimanapun, jika terdapat gangguan fungsional ataupun kosmetik, eksisi total melalui
parotidektomi dengan memelihara nervus fasial adalah indikasi. Pada anak-anak semakin
superfisial lokasi dari nervus fasial dibandingkan pada orang dewasa yang mana penting
untuk dipertimbangkan dalam mengidentifikasi saraf tersebut sewaktu intraoperatif.
Transformasi maligna belum pernah dilaporkan.

TUMOR GANAS
KARSINOMA MUKEPIDERMOID
Tumor ini merupakan tipe tersering pada anak dan dewasa. Sekitar 50% berlokasi di
parotis dan pada kelenjar minor mendekati 45% terutama di palatum dan mukosa bukal.
Terdapat distribusi usia yang uniform antara usia 20-70 tahun dengan puncak insiden pada
dekade 5 kehidupan.
Tampilan klinis dapat serupa dengan lesi jinak. Keluhan yang sering adalah adanya
masa asimptomatis. Gejala nyeri, fiksasi jaringan sekitar dan paralisis wajah adalah tidak
sering dan adanya gejala ini rneningkatkan kecurigaan tumor grading tinggi.
Mucoepidermoid yangtimbul di kelenjar liur minor pada mukosa rongga mulut sering disalah
artikan sebagaj lesi jinak atau proses inflamasi, jarang terlihat gambaran kebiruan atau merah
keunguan bisanya tumbuh berlahan dengan permukaan smooth Terkadang papillomatous atau
masa keras sub mukosa. Makroskopis karsinoma mukoepidermoid terlihat batas tegas dan
mungkin parsial encapsulated. Terkadang infiltratif dan differensiasi buruk. Pada cut surface
mungkin mengandung area solid, kistik, atau keduanya .
Mikroskopis ditandai oleh adanya 2 populasi sel, yakni sel mucous dan sel
epidermoid. Proporsi sel mucous dan epidermoid ini menentukan grading tumor. Low grade
mucoepdermoid ditandai oleh adanya struktur kistik yang menonjol dan sel-sel matur
(komponen kistik lebih dominan dari pada epidermoid). Low grade mucoepdermoid tidak
pernah metastasis dan relatif mirip dengan neoplasma jinak. Intermediate-grade tumor
mengandung komponen kistik yang lebih sedikit, terdapat peningkatan sel epidermoid dan
terkadang ada formasi keratin. High grade carcinoma adalah hiperseluler, solid tumor dengan
sel atipik yang menonjol dan sering terdapat gambaran mitosis. High grade ini sering di salah
artikan sebagai karsinoma sel skuamous dan sulit untuk membedakan keduanya. Karsinoma
mukoepideroid ini, metastasis utamanya ke kelenjar getah bening, tulang dan paru-paru.1

ADENOID CYSTIC CARCINOMA


Adenoid cystic carcinoma (ACC) mencakup 4%-15% (terbanyak no. 2) dari
seluruh keganasan kelenjar liur dan merupakan kanker terbanyak dari keganasan kelenjar
liur minor. Tumor ini umumnya berlokasi di parotis, submandibula dan palatum. Tampilan
klinis, sering berupa masa asimptomatis tapi dibanding tipe lain, ACC paling sering
muncul dengan nyeri atau parastesia. Paralisis wajah juga jarang tapi juga lebih sering
dibanding jenis lain memiliki karakter yang agresif tapi indolent dengan potensi kuat
untuk rekurensi local, metastasis jauh dengan insiden yang signifikan. dan jarang
metastasis ke kelenjar getah bening. Tumor ini cenderung curnbuh disekitar saraf dan
menyebar melaiui perineural sheath nervus auriculotemporalis ke basis kranii atau intra
kranial. Mikroskopis terdiri dari sel kecil geiap dengan sitoplasma sedikit tersusun seperti
rantai Swiss cheese. Tubular, cribiform, dan solid merupakan pola tumor yang terjadi
jjalam berbagai proporsi. Tumor grading tinggi yang memiiiki komponen solid lebih dan
30% teriihat lebih agresif tapi perbedaan survival yang signifikan cenderung tidak teriihat
bila diamati sampai lebih 10 tahun pada grading lainnya.1

MALIGNANT MIXED TUMOR


Malignant mixed tumor (Carcinoma ex-pleomorphic adenoma), ini terjadi bila
karsinoma berasal dari komponen epitei fan pleomorphic adenoma. Tumor lain dalam
kategori ini adalah carcinosarcoma dan metastasizing mixed tumor Iceduanya sangat jarang.
Carcinoma ex-pleomorphic adenoma mencakup 3%-6% dari semua neoplasma kelenjar liur.
Muncul pada dekade 6-8 kehidupan rata-rata 10 tahun lebih tua dari penderita pleomorphic
adenoma. Lebih sering & parotis diikuti kelenjar submandibula dan palatum. Tampilan klinis
umumnya berupa masa yang tidak nyeri tapi terkadang pertumbuhan cepat. Nyeri, fiksasi ke
kulit dan parese wajah mungkin terjadi dengan berbagai variasi. Makroskopis teriihat poorly
circumscribed, infiltrative, dan masa keras. Umumnya tumor ini berkembang menjadi
undifferentiated carcinoma (30%) dan adenocarcinoma (25%). Tumor ire cenderung lebih
agresif dan sefcrtar 25% akan metastasis ke kelenjar getah bening saat didiagnosis.1
ADENOCARCINOMA
Adenocarcinoma, insidennya jarang tapi merupakan tumor yang agresif, cenderung
terdapat pada usia 40 tahun, frekuensi serupa antara pria dan wanita. Sekitar 50% muncul
di parotis selebihnya adalah di kelenjar liur minor palatum, bibir dan lidah. Tampilan klinis
sering berupa masa yang umumnya sangat nyeri dan tumbuh cepat namun terkadang
tidak nyeri dan tumbuh lambat. Adenocarcinoma dapat diklasifikasikan menurut gambaran
histologi berdasarkan derajat differensiasi selluler grade 1 tumor circumscribed dan invasi
minimal, grade 3 tumor lebih solid dengan rata-rata mitosis yang lebih besar, dan grade 2
tumor gambarannya antara grade l dan grade 3. Survival lebih buruk pada grading Overall
cure rate pada 15 tahun adalah 67% untuk stage I, 35% untuk stage II dan 8% untuk stage
III.1

ACINIC CELL CARCINOMA


Acinic cell carcinoma, umumnya muncul pada dekade 4 sampai 6 kehidupan dengan
distribusi gender relatif sama dengan sedikit lebih tigggi pada wanita. Tampilan klinis
serupa dengan neoplasma lainnyayakni masa asimptomatis.Tumor selalu tidak nyeri dan
tumbuh berlahan. Acinic cell carcinoma merupakan keganasan parotis no. 2 terbanyak pada
anak. Tumor ini berlokasi terutama di parotis (80%), mukosa rongga mulutdan kelenjar sub
mandibula. Gambaran tipikal adalah tumor solid circumscribed atau parsial cystic dengan
kapsul inkomplet. Metastasis ke kelenjar getah bening regional dilaporkan 10%-19% pasien
dan metastasis jauh terutama ke paru dan tulang terjadi pada 15% penderita.

KARSINOMA SEL SKUAMOUS PRIMER


Karsinoma sel skuamous primer, kejadian sangat jarang sekitar 1,6% dari neoplasma
kelenjar liur dan lebih sering pada pria dekade 6 dan 7. Umumnya muncul sebagai tumor
padat, yang tumbuh cepat sering terfisir ke jaringan lunak dan kulit disertai nyeri dan
parese wajah. Karsinoma dapat tumbuh dalam kelenjar disebabkan metaplasia skuamous
yang terjadi pada pasien dengan inflamasi kronis, namun karsinoma sel skuamous
metastasis lebih sering terjadi. Makroskopis dan mikroskopis serupa dengan karsinoma sel
skuamous ditempat lain dan bervariasi dari well-differentiated dengan keratinisasi sampai
poorly differentiated tanpa keratinisasi. Karsinoma sel skuamous kelenjar liur ini agresif
tumbuh cepat dan segera metastasis ke kelenjar getah bening regional.1
LESI NON-NEOPLASTIK
SIALADENITIS SUPURATIF AKUT
Sebagian besar penyakit ini melibatkan kelenjar parotis, dan terkadang juga
melibatkan kelenjar submandibula. Seringnya terjadi keterlibatan kelenjar parotis
dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya disebabkan karena aktivitas bakteriostatis pada
kelenjar parotis lebih rendah dibandingkan pada kelenjar saliva lainnya. Kemungkinan
penyakit ini disebabkan karena adanya stasis saliva, akibat adanya obstruksi atau
berkurangnya produksi saliva. Faktor predisposisi lain terjadinya penyakit ini adalah striktur
duktus atau kalkuli. Gejala yang sering dirasakan pada penderita penyakit ini adalah adanya
pembengkakan yang disertai dengan rasa nyeri. Bisa didapatkan adanya saliva yang purulen
pada orifisium duktus saliva, yang mudah didapatkan dengan sedikit pemijatan di sekitar
kelenjar. Organisme penyebab infeksi dapat berupa Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumonia, Eschericia coli, serta Haemophylus influenzae. Bakteri anaerob penyebab yang
paling sering adalah Bacteroides melaninogenicus dan Streptocccus micros.

SIALADENITIS KRONIS
Etiologi dari sialadenitis kronis adalah sekresi saliva yang sedikit dan adanya stasis
saliva.. Kelainan ini lebih sering terjadi pada kelenjar parotis. Beberapa pasien dengan
sialadenitis kronis merupakan rekurensi dari parotitis yang diderita saat masih kecil. Sebagian
besar penderita menunjukkan adanya kerusakan yang permanen pada kelenjar yang
disebabkan infeksi supuratif akut. Penyakit ini dapat memudahkan terjadinya sialektasis,
ductal ectasia, serta destruksi asinar yang progresif.

SIALOLITIASIS
Salah satu penyakit pada kelenjar saliva adalah terdapatnya batu pada kelenjar saliva.
Angka kejadian terdapatnya batu pada kelenjar submandibula lebih besar dibandingkan
dengan kelenjar saliva lainnya. Salah satu penyakit sistemik yang bisa menyebabkan
terbentuknya batu adalah penyakit gout, dengan batu yang terbentuk mengandung asam urat.
Kebanyakan, batu pada kelenjar saliva mengandung kalsium fosfat, sedikit mengandung
magnesium, amonium dan karbonat. Batu kelenjar saliva juga dapat berupa matriks organik,
yang mengandung campuran antara karbohidrat dan asam amino. Duktus pada kelenjar
submandibula lebih mudah mengalami pembentukan batu karena saliva yang terbentuk lebih
bersifat alkali, memiliki konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi, serta kandungan sekret
yang mukoid. Disamping itu, duktus kelenjar submandibula ukurannya lebih panjang, dan
aliran sekretnya tidak tergantung gravitasi. Batu pada kelenjar submandiula biasanya terjadi
di dalam duktus, sedangkan batu pada kelenjar parotis lebih sering terbentuk di hilum atau di
dalam parenkim. Gejala yang dirasakan pasien adalah terdapat bengkak yang hilang timbul
disertai dengan rasa nyeri. Dapat teraba batu pada kelenjar yang terlibat.
SIALADENOSIS
Kelainan ini merupakan istilah nonspesifik untuk mendeskripsikan suatu pembesaran
kelenjar saliva yang bukan merupakan reaksi inflamasi maupun neoplasma. Patofisiologi
penyakit ini masih belum jelas. Pembesaran kelenjar saliva biasanya terjadi asimtomatik.
Pada penderita obesitas dapat terjadi pembengkakan kelenjar parotis bilateral karena
hipertrofi lemak. Namun perlu dilakukan pemeriksaan endokrin dan metabolik yang lengkap
sebelum menegakkan diagnosis tersebut karena obesitas dapat berkaitan dengan berbagai
macam penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia dan menopause.
Diagnosis
Anamnesis
digali informasi tentang keluhan, perjalanan penyakit, penyebab atau faktor risiko,
riwayat pengobatan yang telah diberikan dan berapa lama keiambatan. Keluhan umumnya
berupa benjolan solitertanpa rasa nyeri di pre/ infra/retro aurik ula, submandibula dan dalam
rongga mulut. Terkadang disertai rasa nyeri sedang sampai hebat pada karsinoma parotis atau
submandibula. Tapi nyeri juga bisa didapat pada lesi jinak. Adanya paralisis n.fasialis
meningkatkan kecurigaan keganasan parotis. Keluhan lain adalah pembesaran kelenjar getah
bening !eher, gangguan pendengaran, kebas-kebas di wajah atau adanya perbedaan
bentuk/ukuran antara wajah sisi kiri dengan sisi kanan. Lamanya simptom ini bisa bulanan
sampai tahunan tapi semakin singkat pada tumor maligna. Faktor risiko perlu ditanyakan
terutama tentang paparan radiasi, pekerjaan dan paparan limbah pabrik kulit atau debu
gergaji.1
Pemeriksaan fisik.
Status generalis. Ditentukan dengan melakukan pemeriksaan dari kepala sampai kaki
dan ditentukan: performans pasien (skor karnofski/WHO), keadaan umum (anemia, icterus,
edema, sianosis, Tekanan darah, frekuensi nadi, frekkuensi pernapasan dan suhu tubuh) dan
tanda /gejala metastasis jauh. Status lokalis. Inspeksi pada lokal, regional termasuk intra
oral. Lokal : di lokasi tumor perhatikan bentuk tumor, hubungan ke jaringan sekitar dan
kondisi kulit atau mukosa diatas tumor. Regional; terutarria perhatikan adakah pembesaran
kelenjar getah bening leher level I-V Intra oral; adakah sumbatan duktus Stensen’s
(batu,striktur), tonjolan mukosa di area parapharingeal atau pendesakan tonsil/uvula
(gambar 5.3). Palpasi, termasuk palpasi bimanual dilakukan untuk menilai konsistensi,
permukaan, mobilitas, ukuran, batas dan nyeri tekan. Pada palpasi ini dinilai juga fungsi
dari nervus fasialis, n.trigeminus, n.glosophringeus, n. vagus, n. assesorius dan hipoglosus
(VII,VIII,IX,X,XI,dan XII). Status Regional. Ditentukan dengan melakukan pemeriksaan
kelenjar getah bening leher ipsilateral maupun kontralateral. Jika ada pembesaran tentukan
lokasi levelnya, ukuran terbesar, jumlah dan mobilitasnya.1

Gambaran Klinis
Gambaran klinis ditentukan oleh lokasi tumor. Mayoritas tumor muncul di parotis
(90%), dan mayoritas diantaranya benigna (80%). Umumnya tumor kelenjar parotis muncul
sebagai masa noduler kenyal di pre-aurikula dekat sudut mandibula. Tumor ini tumbuh
lambat, betahun-tahun tanpa keluhan kecuali kosmetik. Sekitar 10% tumor muncul di bawah
plane n.fasialis dalam lobus profunda, selebihnya adalah di lobus superfisialis (mayoritas di
pool bawah). Umumnya sulit menentukan apakah muncul dari lateral dari nervus. Sekitar 1
% tumor muncul dari asesorius, anterior dari kelenjar parotis dekat dengan duktus Stenson’s.
Tumor yang berasal dari retromandibula dari lobus profunda adalah jarang dan ditandai oleh
adanya tonjolan di soft palate atau pharing atau kombinasi dengan masa eksterna terkadang
muncul sebagai pembesaran difus dan mengisi bagian retromandibular.
Neoplasma parotis yang kecil sulit membedakan jinak atau ganas namun diagnosis
ganas semakin jelas bila terdapat parese/paralisis p.fasialis, pembesaran kelenjar getah
bening atau infiltrasi ke kulit. paralisis nervus fasialis tidak pernah terjadi pada benign
mixed tumor. Secara klinis kita dapat membedakan neoplasma ganas dan neoplasma
jinak berdasarkan beberapa keadaan sebagai berikut:

 Pertumbuhan tumor ganas relatif lebih cepat dari yang jinak


 Rasa nyeri ditemukan pada sebagian neoplasma ganas, namun nyeri juga dapat
ditemukan pada lesi benigna (parotitis, Wegner granolumatous, Sjogren’s
syndrome)
 Neoplasma ganas umumnya terfiksir karena ada infiltrasi ke jaringan sekitar
 Kelumpuhan nervusVII ditemukan pada sebagian tumor ganas akibat infiltrasi
tumor ke nervus, pada tumor jinak tidak ada kelumpuhan saraf
 Konsistensi padat keras pada yang ganas pada yang jinak kenyal kadang- kadang
kistik
 Dapat ditemukan metastasis regional atau metastasis jauh pada yang ganas, jinak
tentunya tidak ada metastasis
 Tumor parotis jinak lebih berbatas tegas dibanding tumor ganas

Metastasis tumor di parotis dari karsinoma sel skuamous atau Melanoma maligna di
scalp atau forehead adalah penting untuk diagnosa banding. Tumor di kelenjar submandibula
baik jinak maupun ganas umumnya muncul sebagai masa tumor yang disertai nyeri ringan di
segj tiga submandibula. Palpasi bimanual dapat mengkonfirmasi lokasi tumor dikelenjar
submandibular dan membetJakannya dengan kelenjar getah bening yang membesar. Paralisis
nervus jarang ada. Kulit terkadang terinfiltrasi pada lesi stadium lanjut. Masa tumor
umumnya terfiksir ke mandibula kecuali ukuran tumor sangat kecil. Hilangnya mobilitas
dapat terjadi pada lesi jinak maupun ganas.
Tumor di kelenjar sublingual secara klinis serupa dengan karsinoma sel squamous
dasar mulut. Tampilannya berupa masa tumor di submukosa yang teraba oleh lidah. Terdapat
perasaan tidak nyaman ringan terutama pada stadium dini.
Tumor pada kelenjar liur minor minor paling sering terjadi di rongga mulut dan
oropharing (90% kasus) sisanya di rongga hidung, sinus paranasal, dan nasopharing.
Mayoritas tumor yang berasal dari kelenjarliur minor adalah maligna. Palatum merupakan
tempat tersering dari tumor di rongga mulut. Keluhan umumnya berupa painless mass,
namun nyeri, parastesia, disphagia, gangguan fungsi bicara, dan otalgia terkadang ada.
Tumor pada kelenjar liur minor tipikal sebagai benjolan dibawah mukosa yang intact,
ulserasi adalah jarang terjadi. Lesi jinak biasanya mobil kecuali lokasi di palatum atau
alveolar ridge. Lesi di lidah, trigonum retromolar , dan dasar mulut lebih cenderung ganas
dibanding palatum.
Metastasis ke kelenjar getah bening ditemukan pada 26% kanker kelenjar liur mayor
dan pada 21% kanker di kelenjar fer minor, pembesaran ini umumnya terlihat saat pertama
penderita dating berobat. Metastasis ke kelenjar getah bening ini sering terjadi pada tumor
grading tinggi dan jarang pada grading rendah atau adenoid cystic carcinoma.1

Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya pemeriksaan rontgenologis khusus tidak ada untuk tumor di kelenjar
liur. Terkadang diperlukan foto mandibula atau panoramik bila tumor melekat ke tulang
untuk melihat adakah kerusakan atau infiltrasi ke mandibula pada tumor ganas parotis,
submandibula, subiingual kelenjar liur minor dasar mulut. Pemeriksaan sialografi dibuat bila
ada diagnose banding klsta parotis atau submandibula (curiga kista retensi
parotis/submandibula). Pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat gambaran duktus stensons
dan cabang-cabangnya. Dengan sialografi dapat dilihat apakah ada penyempitan atau
penyumbatan duktus, bayangan bagian yang menyempit dan fibrotik. Dapat pula dilihat
apakah struktur duktus tersebut terdorong atau tidak oleh suatu masa tumor. Pemeriksaan
sialografi dlkontra indlkaslkan pada keadaan infeksi dan alergi kontras. CT lean/ MRI,
dilakukan pada tumor yang mobilitasnya terbatas untuk mengQtiahul luas ekstensi tumor dan
pada tumor parotis lobus profundus untuk mengetahui perluasan ke oropharing, para
paringeal dan basis ki anil. Pemeriksaan ini perlu untuk menentukan stadium kanker. USG
tumor dapat dilakukan terutama pada anak-anak atau pada kista. Foto torak , USG abdomen
dilakukan pada tumor ganas atau curiga gan&s untuk identifikasi metastasis.1
Biopsi

Biopsi jarum halus (FNAB). Belum merupakan pemeriksaan baku, akuraslnya


bervarlasi 60%-90%. Pemeriksaan ini harus ditunjang oleh ahll Sltopatologi handal yang
menekuni pemeriksaan kelenjar liur. Pada tumor submandibula FNAB sangat membantu bila
positif tumor dan dap.it dlpertimbangkan sebagai diagnose definitif. Bila hasilnya negatif
tontunya akan memperlama tegaknya diagnosis. Namun adapula yang borpondapat bahwa
FNAB dapat mengakibatkan cedera n.fasialis dan Inflantasi tumor ke kulit tempat tusukan,
disamping kesulitan pembacaan hasll sitopatologi pada specimen yang minimal
Potong beku. Dikerjakan pada spesimen operasi untuk tumor yang operabel. Pada tumor
parotis potong beku dilakukan dari spesimen parotldektomi superfisial, tumor submandibula
dan kelsnjar liur minor dari spesimen eksisi.
Biopsl eksisi dianjurkan pada tumor sublingual dan tumor kelenjar liur yang kecil,
dilakukan dalam bentuk operasi definitif (eksisi luas). Bila tumor Inoperable dilakukan biopsi
insisi. Biopsi insisi harus dihindari pada tumor yang operable untuk mencegah spillage
tumor, kerusakan tumor (violation), dan cedera saraf fasialis.1
Stadium
Tabel 1: Sistem Klasifikasi Kanker Kepala dan Leher Menurut AJCC
Pengelompokan Stadium
Stadium I T1, N0, M0
Stadium II T2, N0, M0
T3, N0, M0
Stadium III
T1-3, N1, M0
T4, N0 atau N1, M0
Stadium IV Setiap T, N2 atau N3, M0
Setiap T, setiap N, M1
Tumor Primer (T) yang bergantung pada lokasi anatomi
N0 Tidak ada metastasis regional
Metastasis pada satu nodus limfatikus ipsilateral >3 cm tapi
N2a
<6 cm
Metastasis pada beberapa nodus limfatikus ipsilateral, tapi
N2b
tidak ada yang ukurannya >6 cm
Metastasis pada nodus limfatikus bilateral atau kontralateral,
N2c
tapi tidak ada yang ukurannya >6 cm
N3 Metastasis pada nodus limfatikus dengan ukuran >6 cm
Metastasis penyakit
M0 Tidak ada bukti metastais jauh
M1 Ada bukti metastasis jauh
Tumor kelejar submandibula.
Untuk tumor jinak, eksisi kelenjar submandibula adalah untuk diagnosis dan kuratif
tentunya dengan konfirmasi potong beku. Bila hasil potong beku jinak operasi selesai, jika
ganas dilajutkan diseksi submandibula (Eksisi struktur limfatik level I) dan dilakukan potong
beku. Jika kelenjar getah bening mengandung metastasis dilanjutkan dengan radical neck
dissection. Rangkaian tindakan tersebut dilakukan bila klinis tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening leher (NO). Jika tidak ada tulang yang teriibat dengan NO dilakukan extended
supraomohyoid dissection termasuk pengangkatan bed kelenjar, otot dan saraf disekitarnya,
jika kelenjar getah bening klinis teraba dilakukan diseksi leher modifikasi. Diseksi leher
dilakukan bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening yang teraba secara klinis (N
positif). Jika ada infiltrasi mandibula dilakukan composite resection (mandibulektomi dan
diseksi leher satu kesatuan). Seperti pada tumor parotis, pengangkatan nervus hipoglosus dan
nervus lingualis hanya dilakukan jika makroskopis telah terinfiltrasi tumor dan ekstensi lokal
ke jaringan sekitar (misal: dasar mulut, lidah) membutuhkan eksisi lebih radikal.

Tumor kelenjar submandibular


Tumor ganas harus di angkat berikut kelenjar submandibular. Bila tumor ganas
mengenai os mandibular harus dilakukan eksisi luas berikut os mandibula sisi lesi.
Karsinoma kistik adenoid mengenai periosteum mandibula, bila belum tampak dekstruksi
tulang, juga harus dilakukan eksisi sekalugus os mandibula dan jaringan lunak sekitarnya,
nervus lingual, sedangkan pada remus mandibular marginal dari nervus facial dan nervus
sublingual ditentukan berdasarkan hubungan tumor dengan mereka.

Komplikasi

Segera

Komplikasi yang dapat terjadi adalah:

 Kelumpuhan nervus fasialis. Kelumpuhan ini dapat sementara (nauropraksia) atau


menetap. Gejalanya berupa gangguan motorik dari otot wajah yang disarafi, misal
kelopak mata tidak dapat menutup sempurna (akibat cedera cabang zigomatik) atau tidak
dapat bersiul karena kelumpuhan otot orbikularis oris dan otot pipi. Kelumpuhan
semetara umumnya sembuh dalam waktu 1-6 bulan. Kelumpuhan menetap terjadi bila
n.fasialis sebagian cabangnya atau trungkusnya dipotong karena infiltrasi oleh tumor
ganas.

 Kelumpuhan n. fasialis cabang mandibularis, n. hipoglosus dan n.lingualis akibat operasi


pada kelenjar liur submandibula

• Perdarahan/ hematom, infeksi dan seroma, ini jarang terjadi bila operasi dikerjakan
dengan teliti dan asepsis

• Sialocele adalah sisa kelenjar liur yang bocor dan menumpuk di bawah flap.
Keadaan tersebut dikoreksi dengan aspirasi dan balut tekan

B. Tumor Kelenjar Ludah


Sebagian besar tumor kelenjar ludah terjadi pada kelenjar parotis (80%), sekitar 10-
15% terjadi pada kelenjar submandibula, dan sisanya pada sublingual maupun pada kelenjar
ludah minor. Sekitar 80% tumor parotis dan 50% tumor submandibula merupakan tumor
jinak. Sebaliknya lebih dari 60% tumor yang terjadi pada kelenjar sublingual maupun
kelenjar ludah minor merupakan tumor ganas. Resiko keganasan akan meningkat sesuai
dengan bertambahnya ukuran tumor. Sekitar 80% tumor terjadi pada usia dewasa. Tumor
pada anak-anak biasanya terletak pada kelen jar parotis, dan sekitar 65% tumor anak-anak
bersifat jinak.
1. Tumor Jinak
a. Adenoma Pleomorfik
Adenoma pleomorfik merupakan tumor kelenjar liur yang paling banyak ditemukan,
berkisar 60%-80% dari seluruh tumor jinak di kelenjar liur. Sekitar 85% terdapat di kelenjar
parotis. pada kedua lobus.
Adenoma pleomorfik paling sering ditemukan pada usia dekade keempat sampai
keenam, jarang ditemukan pada anak, dengan frekuensi lebih tinggi pada wanita dengan
perbandingan wanita dengan pria 3:2. Bangsa kulit putih lebih tinggi risiko mendapat
adenoma pleomorfik dibanding dengan kulit berwarna.
b. Monomorphic Adenoma
Monomorphic adenoma merupakan tumor dengan penampakan sel yang sama dan
seragam.
c. Papillary Cystadenoma Lymphomatosum
Papillary Cystadenoma Lymphomatosum juga dikenal dengan tunor Warthin, merupakan
tumor kedua yang paling sering muncul di kelenjar parotis. Predileksi tumor ini pada laki-laki
pada decade ke lima dan delapan. Tumor ini besifat bilateral pada 6-12% kasus. Secara klinis,
tumor ini bersifat lambat pertumbuhannya, berbatas tegas, tidak nyeri kecuali terjadi
superinfeksi.
d. Oncocytoma
Oncocytoma merupakan tunor benigna yang jarang terjadi yaitu sekitar 1% neoplasma
kelenjar saliva. Tumor biasanya terjadi pada kelenjar ludah baik pada laki-laki maupun
wanita pada dekade ke enam. Oncocytoma merupaka tumor solid, bulat, yang terlihat pada
kelenjar ludah mayor namun jarang di intraoral serta bersifat bilateral.

e. Basal Cell Adenoma


Tumor ini bersfat tumbuh lambat, berupa massa yang tidak sakit dan insidensinya hanya
1-2% dari keseluruhan kasus tumor kelenjar ludah. Predileksi lesi pada laki-laki dengan
perbandingan 5 :1. Sekitar 70% lesi terjadi di kelenjar parotis, dan apabila terjadi pada
kelenjar ludah minor biasanya terjadi pada bibir atas.
f. Canalicular Adenoma
Lesi ini bersifat predominan pada usia lebih dari 50 tahun dan biasanya terjadi pada
wanita. Sekitar 80% terjadi pada bibir bawah dengan pertumbuhan lesi yang lambat, mobil,
dan asimtomatik.
g. Myoepithelioma
Lesi ini biasanya terjadi pada kelenjar parotis dan palatum merupakan lokasi yang sering
terjadi. Tidak terdapat predileksi berdasarkan jenis kelamin, dan biasanya terjadi pada dewasa
di usia sekitar 53 tahun. Lesi berbatas tegas, asimptomatik, dengan pertumbuhan lambat.
h. Adenoma Sebasea
Lesi jenis ini jarang terjadi dan muncul dari glandula sebasea yang terdapat di dalam
jaringan kelenjar ludah. Kelenjar parotis merupakan lokasi yang sering kali terlibat.
i. Ductal Papiloma
Ductal papiloma merupakan subset tumor jinak yang muncul dari duktus ekskretori,
predominan pada kelenjar ludah minor. Terdapat tiga bentuk dari tumor ini yaitu simple
ductal papiloma, inverted ductal papiloma, dan sialadenoma papiliferum.

2. Tumor Ganas
a. Mucoepidermoid Carcinoma
Mucoepidermoid carcinoma merupakan kondisi malignant yang biasan terjadi di
kelenjar parotis, dan kedua pada kelenjar submandibula dengan palatum sebagai lokasi yang
paling umum terjadi. Insidensi tertinggi terjadi pada decade ketiga hingga kelima kehidupan.
Laki-laki dan perempuan memiliki persentase yang sama untuk mengalami insidensi.
Lesi terdiri atas sel mucus dan epidermal dan tingkat keparahannya didasarkan pada
rasio sel epidermal terhadap sel mukus. Gejala klinis yang biasanya terjadi adalah adanya
rasa sakit dalam jangka waktu yang lama, ulserasi pada jaringan yang melapisi, dan jika
nervus fasialis terlibat, terdapat kemungkinan terjadi facial palsy.
b. Adenoid Cystic Carcinoma
Lesi ini mencakup 6% dari seluruh kasus tumor kelenjar ludah dan merupakan lesi
ganas yang sering terjadi padakelenjar submandibula maupun kelenjar ludah minor. Lesi
dapat terjadi baik pada pria maupun wanita pada decade kelima kehidupan.
Secara klinik lesi merupakan massa unilobular, sakit, dan pada tumor parotis dapat
menyebabkan paralisi nervus fasialis pada sebagian kecil penderita. Lesi ini berkembang
lambat yang menyebabkan tertundanya diagnosis hingga beberapa tahun. Secara radiografik,
lesi berkembang hingga merusak tulang sekitar. Metastase hingga ke paru-paru sering terjadi
dibandingkan ke limfonodi regional.
c. Acinic Cell Carcinoma
Acinic cell carcinoma biasanya terdapat pada jaringan parotis yaitu sekitar 90-95%,
dengan frekuensi terjadi pada wanita di decade kelima kehidupan. Lesi ini merupakan
karsinoma kelenjar ludah kedua terbanyak pada anak-anak.
Lesi bersifat tumbuh lambat, dengan rasa nyeri. Lobus superficial dan inferior pole
kelenjar parotis merupakan area yang paling sering terlibat. Keterlibatan kelenjar secara
bilateral dilaporkan hanya terjadi pada sekitar 3% kasus.
d. Carcinoma Ex Pleomorphic Adenoma
Carcinoma ex pleomorphic adenoma merupakan tumor maligna yang timbul di dalam
pleomorphic adenoma dan berasal dari epitel. Lesi bersifat tumbuh lambat, dan biasanya
terjadi 15-20 tahun sebelum lesi mengalami pertumbuhan ukuran. Lesi biasa terjadi pada
adenoma pleomorfik yang tidak terawat dalam jangka waktu lama.
e. Adenocarcinoma
Adenocarcinoma terjadi pada epitel duktus salivarious. Kelompok neoplasma ini dibagi
berdasarkan struktur dan karakteristiknya. Tipe lesi ditegakkan dengan uji histologis untuk
menunjang diagnosis dan perawatan yang tepat.
f. Limfoma
Limfoma primer dideskripsikan sebagai situasi dari manifestasi suatu penyakit yang
kemungkinan muncul dari jaringan limfe di dalam kelenjar ludah. Penyakit limfoma yang
paling umum yaitu non-Hodgin’s limfoma yang biasan terjadi pada pasien dengan autoimun.
Kelenjar parotis merupakan lokasi yang paling sering terlibat diikuti dengan kelenjar
submandibular, dan secara klinis dikarakteristikkan sebagai pembesaran kelenjar tanpa rasa
nyeri atau adenopati

Anda mungkin juga menyukai