I.1. Pendahuluan
1
interneuron dan motorneuron dari otot-otot pleksor dan potensial inhibitorik
postsinaptek pada otot-otot ekstensor. 2
2
BAB II
II.1. Pembahasan
a. Traktus Piramidalis
Pada traktus piramidalis neuron–neuron beserta akson kortikal
diproyeksikan ke medula spinalis yang sangat padat pada pinggir sulkus sentralis
anterior. Kepadatan neuron menurun dari bagian dorsal ke pinggir sulkus arkuatus
posterior dan bagian medialnya ke sulkus singulat. Setelah melintas pada
hubungan medula oblongata dan medula spinalis, akson kortiko spinal desenden
mencapai target mereka pada tingkat medula spinalis kemudian masuk substansia
grisea medula spinalis, dimana mereka bercabang-cabang dan bersinap. Pecahan
kecil akson ini bersinap secara langsung pada neuron motor pada rexed lamina IX
.1
Beberapa neuron kortiko spinal membuat hubungan sinap ke neuron motor
somatik mereka pada pinggir anterior sulkus sentralis dan pada bagian peta
somatotopik yang berhubungan dengan tangan dan kaki, hubungan monosinaptik
ini secara umum dibuat pada neuron motor otot otot lengan bagian distal, yang
berkelompok pada kornu anterior dorsolateral. Akson-akson kortikospinal dari
neuron yang berlokasi lebih jauh ke anterior dari sulkus sentralis secara tipikal
bersinap dengan interneuron premotor pada daerah intermediet dan bagian
ventromedial kornu anterior (rexed VII dan VIII) dimana neuron motor otot-otot
lengan proksimal dan otot aksial berada. Akson-akson ini merupakan akson
kortikospinal utama yang sangat banyak. Beberapa dari akson ini menyilang
bagian tengah sampai ke ventro medial kornu anterior ipsilateral. Traktus
rubrospinal. Neuron-neuron kortikal area 4 dan 6 dapat mempengaruhi neuron-
neuron motor spinal secara tidak langsung melewati rilei sinap pada nukleus red.
Proyeksi kortikorubrospinal, bersama-sama dengan sistem kortikospinal langsung
mengontrol gerakan halus ekstremitas bagian distal, ketika beberapa sistem
3
kortikorubrospinal mengendalikan gerakkan saat berjalan dan gerakan postural.1
Gambar 1
(dikutip dari kepustakaan 6 )
4
gangguan, anggota gerak yang lumpuh dapat memperlihatkan hipertonia dalam
posisi fleksi atau ekstensi.
2. Hiperefleksia
3. Klonus
Hiperefleksia sering diiringi dengan klonus. Tanda ini adalah gerak otot
reflektorik yang bangkit secara berulang-ulang selama perangsangannya masih
berlangsung.
Gambar 2 Gambar 3
(dikutip dari kepustakaan 3 ) (dikutip dari kepustakaan 3 )
4. Refleks Patologik
Gerakan otot reflektorik dapat ditimbulkan pada setiap orang yang sehat.
Pada kerusakan UMN dapat disaksikan adanya refleks yang tidak dapat
dibangkitkan pada orang yang sehat dan dinamakan refleks patologik. Refleks
patologik itu dikenal sebagai refleks Tromner Hoffman, refleks Babinski, refleks
Chaddock, refleks Oppenheim, refleks Gordon, dan refleks Schaeffer.
5
A. refleks Tromner Hoffman
Gambar 4
(dikutip dari kepustakaan 8 )
B. refleks Babinski
Gambar 5
(dikutip dari kepustakaan 9 )
6
C. refleks Chaddock
Gambar 6
(dikutip dari kepustakaan 10 )
D.Refleks Oppenheim
Gambar 7
(dikutip dari kepustakaan 10 )
7
E. refleks Gordon
Gambar 8
(dikutip dari kepustakaan 10 )
F. refleks Schaeffer
Gambar 9
( dikutip dari kepustakaan 10 )
8
hubungan timbal balik antara motoneuron dan serabut-serabut otot yang
disarafinya. Runtuhnya motoneuron akan disusul dengan kemusnahan serabut-
serabut otot yang tercakup dalam kesatuan motoriknya. Di dalam klinik otot
tersebut dinamakan atrofi. Dalam hal ini terjadi kerusakan serabut-serabut
penghantar impuls motorik UMN, motoneuron tidak dilibatkan. Oleh karena itu
otot-ototyang lumpuh tidak akan memperlihatkan atrofi.
c. Kelumpuhan UMN4
a. Hemiplegia akibat hemilesi di korteks primer
9
daerah tungkai atas sehingga tungkai sisi kontralateral lumpuh ringan karena
gerakan di sendi panggul tidak dapat dilakukan dengan penuh tenaga.
c. Hemiplegia alternans
10
Gambar 10
(dikutip dari kepustakaan 5 )
11
d. Kelumpuhan LMN4
2. Karena lesi LMN itu maka bagian eferen lengkung refleks berikut gamma
loop tidak berfungsi lagi sehingga tonus otot hilang.
12
Gambar 11
(dikutip dari kepustakaan 5 )
Kerusakan pada jaras kortikospinalis pada satu sisi dari cervical spinalis
akan memberikan hasil seperti kelemahan (hemiparese) atau paralisis
(hemiplegia) pada ekstremitas superior dan inferior ipsilateral. Pada kondisi lain,
apabila terdapat lesi UMN dapat memberikan gambaran klinik seperti
hiperefleksia, spastisitas, hilangnya refleks abdominal, dan tanda babinski.
Kerusakan bilateral cervical C4-C5 dapat memberikan gambaran paralisis pada
seluruh ekstremitas (quadranplegia). Lesi unilateral pada thorakal memberikan
gambaran paralisis ekstremitas inferior ipsilateral (monoplegia). Jika kerusakan
thorakal bilateral memberikan gambaran kelumpuhan pada ekstremitas inferior
(paraplegia). Lesi pada decussatio piramidalis memberikan gambaran parese
13
bilateral pada ekstremitas superior (lesi pada rostral potion) atau parese bilateral
ekstremitas inferior (lesi pada caudal potion) berdasarkan jaras persilangan pada
decussatio.7
Lesi pada korteks motorik (penyumbatan arteri cerebri) atau pada kapsula
interna ( stroke atau penyumbatan arteri lentikulostriata) memberikan gambaran
hemiplegia kontralateral pada bahu dan kaki disertai tanda nervus kranial sentral.
Lesi pada hemiplegia kontralateral ditemukan tanda nervus kranialis seperti
deviasi lidah menuju ke sisi yang lemah dan menjauh dari arah lesi ketika lidah
ditonjolkan keluar dan paralisis otot wajah kontralateral bagian bawah (central
facial palsy). Ini dapat terjadi akibat serat motoneuron genioglossus dan
motoneuron wajah bagian bawah mendapatkan persarafan menyilang atau
bilateral.7
14