Mengetahui,
(.............................................) (.............................................)
(.............................................)
(.....
Kepala Ruang
.............
.............
.............
.) BAB 1
(.............................................)
(.............................................)
BAB I
PENDAHULUAN
ganas yang paling sering mengenai palpebra adalah karsinoma sel basal,
sel Merkel dan karsinoma kelenjar keringat (Shetlar, 2013). Karsinoma sel
basal menempati lebih dari 85% dari seluruh keganasan kelopak mata di
kurang dari 10% dari seluruh keganasan kelopak mata (Older, 2007).
lebih tua, jenis kelamin perempuan, status ekonomi dan pendidikan yang
tubuh, yaitu berefek langsung terhadap mutasi gen pada jaringan yang
terpapar sinar matahari dan berefek sebagai pelindung untuk jaringan yang
tidak terpapar sinar matahari secara langsung (Pei et al., 2006). Tumor
ganas pada kelopak mata paling sering terdapat pada orang berkulit terang
jenis kelamin, karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa lebih
Karsinoma sel basal biasanya mengenai orang tua walaupun dapat juga
tersering juga ditemukan pada orang tua (Parmar dan Shah, 2015). Pada
dibandingkan pada orang Barat. Insiden tertinggi pada usia 60-69 tahun,
pada wanita kejadiannya lebih tinggi dari pada pria dengan perbandingan
wanita hampir sama dengan pria, serta tumbuh rata-rata sesudah dekade
ke-6, dan jarang ditemukan pada anak (Cipto dan Suriadiredja, 2016).
Tumor jinak maupun ganas dapat terjadi pada mata dan struktur-
menggeser posisi bola mata. Pada tumor kelopak mata yang kecil tidak
dengan eksisi total. Banyak di antara tumor jinak dan tumor ganas kelopak
terjadi sangat rendah pada karsinoma sel basal (Pramungtya dan Mawardi,
memiliki prognosis yang buruk karena dapat terjadi metastasis yang jauh
pada kelopak mata dengan prevalensi 90% dari semua keganasan pada
Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia (1989), dari 1530 kasus kanker
kulit, yang terbanyak adalah kasus karsinoma sel basal dengan prevalensi
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
sekitar mata dan kelopak mata. Tumor palpebra bisa berasal dari kulit,
jaringan ikat, jaringan kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun dari otot
Karsinoma sel basal berasal dari lapisan basal epitel kulit atau dari
lapis luar sel folikel rambut. Berupa benjolan yang transparan, kadang
dengan pinggir yang seperti mutiara. Bagian sentral benjolan tersebut lalu
dengan ulserasi. Jenis ulkus rodens tumbuh lebih cepat dan dapat
berlokasi di kelopak mata bawah bagian pinggir atau palpebra inferior (50
tumbuh di kelopak mata atas atau palpebra superior (15 %) dan di kantus
satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom
13q14).
2. Malformasi congenital.
3. Kelainan metabolism.
4. Penyakit vaskuler.
5. Inflamasi intraokuler.
dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan
7. Trauma
2.3 Patofisiologi
Asbury, 2013). Karsinoma sel basal pada kelopak mata adalah tumor epitel
yang paling umum, tetapi patogenesis dari molekular genetik masih belum
jelas. Mutasi dari p53 (pada kasus ini, overekspresi gen p53) dapat
nukleotida dari 2 tumor supresor gen yaitu p53 dan PTCH, keduanya
perkembangan dari karsinoma sel basal melalui supresi sistem imun kulit,
dan tidak responsifnya sistem imun terhadap tumor kulit. Efek lokalnya
karsinoma sel basal (Eva & Asbury, 2013). Sinar UV yang secara kronik
yang merusak DNA. Jika DNA repair gagal, maka akan terjadi mutasi
inilah yang berperan dalam memicu terjadinya KSB (Eva & Asbury,
2013).
2.4 Pathway
2.5 Manifestasi Klinis
mempunyai anak sebar atau bermetastasis. Dapat merusak jaringan di sekitarnya terutama
bagian permukaan bahkan dapat sampai ke tulang (bersifat lokal destruktif), serta
cenderung untuk residif lebih bila pengobatannya tidak adekuat. Ulserasi dapat terjadi
yang menjalar dari samping maupun dari arah dasar, sehingga dapat merusak bola mata
diagnosis pasti dilihat dengan biopsi. Angka kematian untuk karsinoma sel basal adalah 2
1. Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan
2. Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai,
berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak)
fistula karotid-kavernosa
4. Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata,
5. Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat
pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus
6. Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau
3. CT-scan : untuk menentukan ganas atau jinak tumor, adanya vaskularisasi pada tumor
darah disekitar tumor, adanye pembuluh darah dalam tumor (Sidarta, 2005)
2.7 Penatalaksanaan
1. Tumor jinak : memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang
2. Tumor ganas : memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik dengan
kemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi
radikal.
Biopsi diperlukan untuk mengkonfirmasi kecurigaan secara klinis dari karsinoma sel
basal. Diagnosis yang sangat akurat bisa dijamin jika pada setiap biopsi insisional jaringan
Biopsi insisi merupakan salah satu prosedur yang bisa digunakan untuk menkonfirmasi
kecurigaan terhadap tumor ganas. Area dari biopsi insisi seharusnya di potret atau di gambar
dengan pengukuran sehingga daerah asal tumor menjadi tidak sulit untuk ditemukan pada saat
Biopsi eksisi bisa menjadi pertimbangan ketika lesi di kelopak mata kecil dan tidak
terlibatnya daerah di pinggir kelopak mata atau saat lesi di pinggir kelopak mata yang berlokasi
di sentral jauh dari kantus lateral atau pungtum lakrimal. Biopsi eksisi harus diarahkan secara
vertikal sehingga tidak terjadi traksi pada kelopak mata. Jika pinggir dari daerah kelopak mata
yang di eksisi positif terdapat sel tumor, maka area yang terlibat harus di reeksisi secara
pembedahan dengan teknik Mohs micrographic untuk mengetahui batas bawah atau teknik
Untuk menatalaksana karsinoma sel basal dapat ada beberapa pilihan terapi, diantaranya :
a) Bedah dilakukan dengan mengeksisi tumor sampai dengan benar-benar meninggalkan sisa.
Bedah merupakan pilihan terapi dari karsinoma sel basal di kelopak mata. Bedah eksisi
memberikan keuntungan dari diangkatnya tumor secara keseluruhan dengan batas areanya
dikontrol secara histologi. Tingkat kekambuhan tumor pada terapi bedah lebih sedikit dan lebih
jarang jika dibandingkan jika diterapi dengan modalitas terapi lain (AAO, 2012).
Ketika karsinoma sel basal bertempat di daerah kantus medial, sistem aliran air mata juga
bisa terangkat jika dilakukan eradikasi tumor secara komplet. Jika sistem drainase air mata telah
terangkat setelah proses eradikasi tumor, rekonstruksi sistem aliran keluar air mata tidak bisa
dilakukan sampai pasien benar-benar bebas dari tumor. Beberapa tumor bisa menyebar ke daerah
Kambuhnya tumor yang sudah diangkat secara total, infiltrasi yang lebih dalam, atau
tumor tipe morphea dan tumor yang berada di kantus medial dikelola dengan cara bedah
mikrografi Mohs. Jaringan diangkat secara lapis demi lapis dan dibuat tipis yang dilengkapi
dengan gambar 3 dimensi untuk mengangkat tumor. Reseksi tumor secara mikrografik Mohs
paling sering digunakan untuk mengeksisi karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa
(AAO, 2012).
Mikrografi eksisi bisa menjamin secara maksimal jumlah jaringan yang sehat untuk tidak
terlibat sehingga hanya area tumor yang terangkat secara komplet. Kekurangan dari bedah
mikrografi Mohs ini adalah dalam mengidentifikasi batas tumor ketika tumor sudah menginvasi
prosedur okuloplastik yang terstandar. Rekonstruksi ini penting walaupun bukan merupakan hal
yang mendesak, pembedahan awal bertujuan untuk melindungi secara maksimal bola mata lalu
diikuti dengan memperbaiki sisa kelopak mata yang masih baik. Jika rekonstruksi tidak bisa
dilakukan segera, kornea harus dilindungi dengan cara menempelkan atau sementara dengan cara
menutup kelopak mata. Jika defeknya kecil, maka granulasi jaringan secara spontan bisa menjadi
Untuk lesi yang nodular, angka kekambuhan jika diterapi dengan cryotherapy lebih besar
daripada setelah diterapi secara pembedahan. Saat cryotherapy digunakan untuk menangani
diffuse sclerosing lesion, angka kekambuhan tinggi. Selain itu, secara histologi pinggir area tidak
bisa dievaluasi dengan cryotherapy. Akibatnya, modalitas terapi ini dihindari untuk lesi yang
kambuh, lesi dengan diameter lebih dari 1 cm, dan lesi tipe morphea. Lagipula, cryotherapy
menimbulkan depigmentasi dan atropi pada jaringan. Maka dari itu, cryotherapy untuk
karsinoma sel basal pada kelopak mata dijadikan cadangan terapi untuk pasien yang intoleran
terhadap pembedahan seperti pasien yang sangat tua yang aktifitasnya terbatas di tempat tidur,
atau pasien dengan kondisi medis yang serius yang kontraindikasi untuk dilakukan intervensi
Jika tumor terbatas pada adneksa dilakukan eksisi 3-5 mm dari batas makroskopis.
Sedangkan jika tumor sudah menginvasi orbita, maka ada dua pilihan terapi secara eksentrasi
yaitu dengan mengangkat seluruh bola mata disertai dengan adneksa mata dengan meninggalkan
bagian tulang saja, selain itu juga bisa dilakukan radioterapi. Jika sudah menginvasi intrakranial
terapi non bedah cukup bagus tetapi memiliki efek samping yang cukup banyak. Pilihan terapi
Radioterapi
Kemoterapi
Interferon
Terapi radiasi juga bisa dipertimbangkan sebagai terapi paliatif tetapi untuk lesi
periorbita sebaiknya dihindari. Seperti cryotherapy, terapi radiasi juga tidak bisa digunakan
untuk memantau area pinggir tumor secara histologi. Angka kekambuhan jika diterapi dengan
radiasi juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan terapi pembedahan. Ditambah lagi,
kekambuhan setelah radiasi sulit untuk dideteksi. Kekambuhan ini timbulnya lebih lama setelah
terapi awal dan lebih sulit untuk menangani secara pembedahan karena telah terjadi perubahan
Komplikasi yang terjadi akibat terapi radiasi diantanya adalah timbulnya sikatrik pada
kelopak mata, pembentukan scar pada drainase air mata disertai dengan obstruksi, keratitis sica.
Radiasi juga merangsang timbulnya keganasan baru atau cedera pada bola mata yang timbul jika
Penatalaksanaan Lain
Observasi dilakukan apabila hemangioma berukuran kecil dan tidak ada risiko terjadinya
konservatif, baik hemangioma kapiler, kavernosa maupun campuran. Hal ini disebabkan lesi ini
kebanyakan akan mengalami involusi spontan. Pada banyak kasus hemangioma yang
mendapatkan terapi konservatif mempunyai hasil yang lebih baik daripada terapi pembedahan
baik secara fungsional maupun kosmetik. Terdapat dua cara pengobatan pada hemangioma,
Terapi konservatif
bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi regresi
spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun.
Terapi aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma
yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan; hemangioma
mengalami infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformitas
jaringan.
Terapi kompresi
Terdapat dua macam terapi kompresi yang dapat digunakan yaitu continous
dengan menggunakan pompa Wright Linear. Diduga dengan penekanan yang diberikan, akan
terjadi pengosongan pembuluh darah yang akan menyebabkan rusaknya sel-sel endothelial
Terapi kortikosteroid
dan mempercepat involusi lesi. Steroid dapat digunakan secara topikal, intralesi, atau
sistemik. Krim clobetasol propionate 0,05% topikal dapat digunakan pada lesi superfisial
yang kecil. Injeksi intralesi kombinasi antara steroid kerja panjang dan kerja singkat sering
yang terbukti dapat digunakan untuk suntikan intralesi). Jika hemangioma difus atau meluas
ke posterior orbita, digunakan steroid sistemik dengan dosis anjuran prednison atau
prednisolon 2-5 mg/kg BB/hari. Terapi dengan kortikosteroid dalam dosis besar kadang-
keuntungan dan kerugiannya. Supresi adrenal dan retardasi pertumbuhan dapat terjadi pada
semua cara penggunaan, termasuk krim topikal. Injeksi intralesi berisiko menyebabkan
emboli arteri retinalis bilateral, atrofi lemak subkutan linier, dan depigmentasi palpebra.
Imunisasi perlu ditunda pada anak-anak yang mendapat terapi steroid dosis tinggi.
Hemangioma kavernosum yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu penglihatan
umumnya diobati dengan steroid injeksi untuk mengurangi ukuran lesi secara cepat, sehingga
penglihatan bisa pulih. Hemangioma kavernosum atau hemangioma campuran dapat diobati bila
steroid diberikan secara oral dan injeksi langsung pada hemangioma. Penggunaan kortikosteroid
peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes,
Terapi pembedahan
Indikasi pembedahan tergantung dari ukuran dan lokasi hemangioma yang akan dieksisi.
Karena itu pemeriksaan radiologi dan penunjang lainnya sangat diperlukan untuk menegakkan
diagnosa secara akurat. Adapun indikasi dilakukannya terapi pembedahan pada hemangioma
adalah:
3. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7 tahun.
Eksisi hemangioma periorbita dapat dilakukan dengan mudah pada beberapa lesi yang
terlokalisir dengan baik. Pada kasus lain, pembedahan rekonstruksi dapat dilakukan bertahun-
Embolisasi sebelum pembedahan dapat sangat berguna apabila hemangioma yang akan
dieksisi mempunyai ukuran yang besar dan lokasi yang sulit dijangkau dengan pembedahan.
Embolisasi akan mengecilkan ukuran hemangioma dan mengurangi resiko perdarahan pada saat
pembedahan.
Terapi radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan karena:
3. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan bila
Terapi sklerotik
Terapi ini diberikan dengan cara menyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma,
misalnya dengan namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl
hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan
sikatriks.
Terapi pembekuan
Aplikasi dingin dengan memakai nitrogen cair. Dianggap cukup efektif diberikan
pada hemangioma tipe superfisial, akan tetapi terapi ini jarang dilakukan karena dilaporkan
Terapi embolisasi
lumen pembuluh darah melalui kateter arteri dengan panduan fluoroskopi. Embolisasi
dilakukan apabila modalitas terapi yang lain tidak dapat dilakukan atau sebagai persiapan
pembedahan. Pembuntuan pembuluh darah ini dapat bersifat permanen, semi permanen atau
sementara, tergantung jenis bahan yang digunakan. Banyak bahan embolisasi yang
methacrylate spheres, balon kateter, cyanoacrylate, karet silicon, wol, katun, spon
Terapi laser
dye laser (PDL), dimana jenis laser ini dianggap efektif terutama untuk jenis Port-Wine
stain. Pulsed-dye laser dapat digunakan untuk mengobati hemangioma superfisial dengan
beberapa komplikasi, tetapi berefek kecil terhadap komponen tumor yang lebih dalam. Jenis
laser ini memiliki keuntungan bila dibandingkan dengan jenis laser lain karena efek keloid
Kemoterapi
Vincristine merupakan alternatif yang dapat dipertimbangkan tetapi masih dalam
penelitian. Vinkristin merupakan terapi lini kedua lainnya yang dapat digunakan pada anak-
anak yang tidak berhasil diterapi dengan kortikosteroid dan juga dianggap efektif pada anak-
dengan angka keberhasilan lebih dari 80%. Efek samping dari terapi ini adalah peripheral
neuropathy, konstipasi dan rambut rontok. Siklofosfamid jarang digunakan pada tumor
vaskuler yang jinak karena mempunyai efek toksisitas yang sangat besar.
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/ Istirahat
2. Makanan/ cairan
3. Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa
di ruang gelap. Penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar,
memperbaiki penglihatan.
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan
merah / mata keras dengan kornea berawan (glaucoma akut). Peningkatan air mata.
4. Nyeri/ kenyamanan
Gejala à Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat
menetap atau tekanan pada sekitar mata, sakit kepala (glaucoma akut).
Tanyakan kebiasaan makanan yang dikonsumsi klien, apakah klien sebelumnya jarang
3. Pola eliminasi
Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi
Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
Bagaimana visus
Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi perubahan dalam
penglihatan.
Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause
Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun terakhir
Apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut efektif
Apakah ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai sekarang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Mencegah komplikasi.
E. IMPELEMENTASI
Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang
sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan
F. EVALUASI
a) Orientasi Kognitif
Kriteria hasil :
Kriteria hasil:
http://www.americanacademi.com/wpcontent/,uploads/2012/10/OS_Chapter-12-
Palpebral-tumours.pdf.
international ; 2007.
Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum ed.17. Terj.Brahm UP. Jakarta:
ECG; 2013.
American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal
American Academy of Ophtalmology. Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Basic and Clinical
Science Course, Section 7. The Foundation of AAO. San Fransisco: American Academy of
Ophtalmology.
Michael, L & Glassman MD. Sebaceous Gland Carcinoma. 2010. Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15599/1/mkn-mar2006-%20(8).pdf
Susan R.Carter, MD. Eyelid Disorders: Diagnosis and Management.2008. Available from: URL:
http://www.aafp.org/afp/980600ap/carter.html.
Mark R. & Levine, MD, FACS. Malignant Melanoma of the Eyelids an Increasing Threat. 2003.
http://emedicine.medscape.com/.
Ilyas, S., Yulianti, S.R., 2012. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat, Cetakan Kedua. Jakarta:
Sukmawati, T.T., Gabriela, R. Diagnosis dan Tatalaksana Karsinoma Sel Basal. Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta,
Indonesia.