Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TENTANG NEDDLE

DECOMPRESSION
Definisi Needle Decompression
Teknik dekompresi jarum adalah dengan memasukan gauge besar
pada intercostal space (ICS) 5 di sisi anterior dari linea midaksila atau
ICS 2 linea midklavikula. Tujuan dari tindakan ini adalah menurunkan
tekanan intrapleura sehingga fungsi kardiorespirasi kembali baik
sembari menunggu tindakan definitive.

Pedoman Klinis Needle Decompression


Pedoman klinis tindakan dekompresi jarum adalah suatu upaya untuk mengeluarkan
udara atau dekompresi udara pada ruang intrapleura, terutama pada kasus tension
pneumothorax. Smith, et al menjelaskan bahwa terdapat indikasi absolut dari
tindakan dekompresi jarum yaitu apabila saturasi oksigen pasien di bawah 92%
meskipun telah diberikan oksigen high-flow, tekanan darah sistolik di bawah 90
mmHg, laju napas yang sebelumnya cepat lebih dari 35 kali per menit menjadi
lambat, dan penurunan kesadaran.
Tindakan ini bersifat menyelamatkan nyawa sehingga secara umum
tidak ada kontraindikasi dari tindakan ini. Namun, perlu diingat
bahwa penusukan jarum sebaiknya tidak dilakukan pada kulit yang
infeksi atau mengalami abses. Penusukan juga perlu hati-hati pada
pasien dengan gangguan koagulasi.

Terdapat perubahan lokasi anatomis insersi pada dekompresi jarum menurut


pedoman Advanced Trauma Life Support edisi ke-10. Penusukan
direkomendasikan dilakukan pada sisi anterior dari linea midaksila
di intercostal space (ICS) 5, karena secara anatomis lebih aman, risiko
perdarahan lebih rendah, dan sama dengan lokasi pemasangan chest
tube atau kateter interkostal
Dekompresi jarum dinyatakan berhasil apabila tension
pneumothorax berubah menjadi simple Pneumothoraks. Selanjutnya, untuk
tatalaksana definitif perlu dilakukan pemasangan chest tube atau kateter
interkostal yang nantinya akan terhubung dengan water seal drainage
(WSD).
Indikasi
  
Indikasi tindakan dekompresi jarum yaitu upaya untuk mengeluarkan
gas atau dekompresi udara pada ruang intrapleura. Dekompresi jarum
dilakukan terutama pada kasus tension pneumothorax. Dekompresi
jarum yang berhasil akan mengubah tension
pneumothorax menjadi simple pneumothorax.
Selain pada kasus tension pneumothorax, pada pasien-pasien
dengan simple pneumothorax yang akan dirujuk ke fasilitas kesehatan
lain yang menggunakan transportasi lewat jalur udara, perlu dilakukan
dekompresi jarum terlebih dahulu karena perubahan tekanan di dalam
kabin bisa menyebabkan ekspansi dan perburukan dari pneumothorax.
Studi dari Smith, et al menjelaskan indikasi absolut dari tindakan
dekompresi jarum antara lain apabila saturasi oksigen pasien di bawah
92% meskipun telah diberikan oksigen 100% high-flow, tekanan darah
sistolik di bawah 90 mmHg (tanpa penyebab lain), laju napas yang
sebelumnya cepat >35 kali per menit menjadi melambat, disertai
penurunan kesadaran.
 
Komplikasi

Komplikasi tindakan dekompresi jarum dapat sebatas laserasi


pada lokasi insersi, hingga perforasi pada organ lain di rongga
dada.
Hemothorax
Dekompresi jarum bersifat invasif, sehingga tentu ada risiko
perdarahan dan hemathorax. Struktur pembuluh darah yang ada
di sekitar lokasi insersi antara lain arteri internal
mammary beserta cabang-cabangnya, pembuluh darah subklavia,
pembuluh darah interkostal, dan arteri pulmoner. Selama proses
insersi jarum, jika tampak ada darah yang mengalir balik dari
kateter, maka kemungkinan besar telah terjadi trauma pada
pembuluh darah. Namun, pada beberapa kasus, hemothorax baru
terdeteksi setelah evaluasi lanjutan melalui pemeriksaan rontgen
toraks.
Kontra Indikasi

Kontraindikasi tindakan dekompresi jarum yang bersifat absolut


sebetulnya tidak ada. Tension pneumothorax adalah kondisi yang
mengancam nyawa, sehingga tindakan yang bertujuan menyelamatkan
nyawa pasien harus diutamakan.
Walaupun demikian, sebaiknya diusahakan lokasi dekompresi jarum tidak
pada area kulit yang mengalami infeksi seperti selulitis atau abses.
Tindakan juga perlu berhati-hati pada pasien dengan gangguan koagulasi
karena dapat terjadi komplikasi pasca tindakan. Pasien-pasien yang baru
menjalani torakotomi, pneumonektomi, dan pleurodesis perlu diperiksa
dengan seksama karena kondisi-kondisi tersebut bisa menyebabkan
hilangnya suara napas yang menyerupai Pneumothorax.
 
Persiapan Pasien

Sebelum melakukan tindakan dekompresi jarum, persiapan pasien yang perlu


dilakukan sebagai berikut :
Lakukan informant consent  pada pasien dan atau keluarga pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan, tujuan, manfaat, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi selama proses atau pasca tindakan dekompresi jarum
Pasien harus mengetahui bahwa tindakan dekompresi jarum merupakan pertolongan
pertama yang sifatnya sementara, dan setelahnya akan diikuti dengan
pemasangan chest tube atau kateter interkostal. Pastikan pasien atau keluarga pasien
menandatangani lembar persetujuan tindakan dan informed consent
Pastikan pasien sudah terpasang monitor beserta pulse oximetry, berikan oksigen
100% high flow dan berikan ventilasi jika diperlukan
Perlu dicatat bahwa tindakan ini sering dilakukan dalam setting gawat darurat untuk
menyelamatkan nyawa. Oleh karena itu, tindakan persiapan (termasuk informed
consent) bisa ditunda dan dilakukan setelah tindakan.
Peralatan
Peralatan yang harus disiapkan untuk tindakan dekompresi jarum yakni :
Alat pelindung diri (sarung tangan steril, gown, dan masker)
Larutan povidone iodine 10% atau chlorhexidine 2%
Spuit 5 cc dengan needle 25G, isi dengan lidocaine 1-2% sebanyak 4 cc untuk tindakan
anestesi lokal
Large bore needle (ukuran 14-16G), dan kateter over-the-needle dengan panjang
setidaknya 5–8 cm
Gauze tape
 
Posisi Pasien
Posisi pasien saat tindakan dekompresi jarum disesuaikan dengan lokasi insersi jarum. Jika
insersi jarum dilakukan di second intercostal space (ICS 2) linea midklavikula, maka
pasien diposisikan dalam kondisi terlentang. Namun, jika insersi jarum dilakukan di ICS 4
atau 5 anterior dari linea midaksila, maka sebaiknya pasien dalam posisi terlentang dengan
tangan diabduksi, atau pasien bisa dalam posisi duduk atau lateral dekubitus. Tujuannya
adalah untuk memudahkan proses pemasangan chest tube atau kateter interkostal
setelahnya
Prosedural
Sebelum melakukan tindakan dekompresi jarum, pasang monitor dan pulse
oximetry pada pasien, berikan oksigen 100% high flow dan berikan ventilasi
jika diperlukan. Pastikan posisi pasien sudah tepat dan nyaman, dan peralatan
sudah siap. Prosedur dari tindakan dekompresi jarum adalah :
• Cuci tangan kemudian gunakan alat pelindung diri
• Berikan tanda pada lokasi untuk insersi. Pada anak-anak, dilakukan di
linea midklavikula ICS 2. Sedangkan pada orang dewasa, bisa dilakukan
pada linea midklavikula di ICS 2 atau pada sisi anterior dari linea
midaksila di ICS 5
• Lakukan prosedur aseptik dan antiseptik
• Lakukan tindakan anestesi jika waktu dan kondisi memungkinkan
• Lakukan insersi large bore needle ukuran 14–16G atau kateter over-the-
needle (dengan panjang setidaknya 5–8 cm) dengan terpasang spuit 10
cc Luer-Lok yang sudah diisi dengan 3 cc cairan normsl saline, gunanya
untuk identifikasi udara yang teraspirasi. Insersi jarum dilakukan tepat di
atas tulang iga ke-3 (jika lokasi insersi dilakukan pada ICS 2), atau tepat
di atas tulang iga ke-6 (jika lokasi insersi dilakukan pada ICS 5)
• Pada saat penusukan jarum, usahakan posisi jarum tegak lurus dengan
dinding dada
• Setelah jarum menembus pleura parietal, lihat apakah tampak gelembung
saat dilakukan aspirasi. Jika ya, lepaskan spuit, kemudian dengarkan bunyi
udara yang keluar dari jarum (hissing sound)
• Cabut jarum dengan meninggalkan kateter masih berada di dalam rongga
pleura, lakukan fiksasi dan stabilisasi kateter
• Setelah tindakan dekompresi jarum, cek kembali status airway,
breathing dan circulation (ABC) pada pasien
• Selanjutnya, segera persiapkan alat dan bahan untuk dilakukan
pemasangan chest tube atau kateter interkostal
Terdapat perbedaan lokasi insersi pada dekompresi jarum yang diperbarui
yakni yang pada mulanya dianjurkan dilakukan pada linea midklavikula di
ICS 2 menjadi penusukan pada sisi anterior dari linea midaksila di ICS 5.
Alasan dari perubahan lokasi ini karena penusukan di ICS 5 diduga lebih
aman (risiko perdarahan lebih rendah), dan sama dengan lokasi
pemasangan chest tube atau kateter interkostal pada tindakan selanjutnya.
 
Follow Up

Setelah dilakukan dekompresi jarum, pastikan status dari ABC pasien stabil.
Pemeriksaan ABC yakni berupa pemeriksaan patensi jalan nafas, frekuensi dan pola
pernafasan, saturasi oksigen, pulsasi, dan tekanan darah. Setelah itu, segera lakukan
pemasangan chest tube atau kateter interkostal yang terhubung dengan water seal
drainage (WSD).
Follow up selanjutnya yang perlu dilakukan adalah rontgen toraks setelah
pemasangan chest tube atau kateter interkostal, untuk menilai kembali ekspansi paru-
paru, posisi kateter interkostal dan menilai kembali deviasi mediastinum
akibat tension pneumothorax.
 
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai