Disusun Oleh:
1. Anwar Sihabudin (1801052)
2. Dwy Meisaro (1801059)
3. Evita Cahya Nengse (1801060)
4. Fitri Ayu Anggraeni (1801062)
5. Hide Sampurna (1801064)
6. Mathlubi Thoriq Zuhdi (1801070)
7. Natasya Lady Cerella (1801077)
8. Nurul Ida Milyati (1801080)
9. Rizka Aliyah Jannah (1801085)
10. Safira Nurus Saidah (1801086)
11. Syrah Nabawiyah (1801091)
B. Indikasi
Indikasi tindakan dekompresi jarum yaitu upaya untuk mengeluarkan gas atau
dekompresi udara pada ruang intrapleura. Dekompresi jarum dilakukan terutama pada
kasus tension pneumothorax. Dekompresi jarum yang berhasil akan
mengubah tension pneumothorax menjadi simple pneumothorax.
Selain pada kasus tension pneumothorax, pada pasien-pasien dengan simple
pneumothorax yang akan dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang menggunakan
transportasi lewat jalur udara, perlu dilakukan dekompresi jarum terlebih dahulu
karena perubahan tekanan di dalam kabin bisa menyebabkan ekspansi dan perburukan
dari pneumothorax.
C. Kontraindikasi
Kontraindikasi tindakan dekompresi jarum yang bersifat absolut sebetulnya
tidak ada. Tension pneumothorax adalah kondisi yang mengancam nyawa, sehingga
tindakan yang bertujuan menyelamatkan nyawa pasien harus diutamakan.
Walaupun demikian, sebaiknya diusahakan lokasi dekompresi jarum tidak
pada area kulit yang mengalami infeksi seperti selulitisatau abses. Tindakan juga
perlu berhati-hati pada pasien dengan gangguan koagulasi karena dapat terjadi
komplikasi pasca tindakan. Pasien-pasien yang baru menjalani torakotomi,
pneumonektomi, dan pleurodesis perlu diperiksa dengan seksama karena kondisi-
kondisi tersebut bisa menyebabkan hilangnya suara napas yang
menyerupai pneumothorax.
D. Teknik / prosedur
1. Persiapan Pasien
Sebelum melakukan tindakan dekompresi jarum, persiapan pasien yang perlu
dilakukan sebagai berikut :
2. Peralatan
Peralatan yang harus disiapkan untuk tindakan dekompresi jarum yakni :
3. Posisi Pasien
Posisi pasien saat tindakan dekompresi jarum disesuaikan dengan lokasi
insersi jarum. Jika insersi jarum dilakukan di second intercostal space (ICS 2) linea
midklavikula, maka pasien diposisikan dalam kondisi terlentang. Namun, jika insersi
jarum dilakukan di ICS 4 atau 5 anterior dari linea midaksila, maka sebaiknya pasien
dalam posisi terlentang dengan tangan diabduksi, atau pasien bisa dalam posisi duduk
atau lateral dekubitus. Tujuannya adalah untuk memudahkan proses
pemasangan chest tube atau kateter interkostal setelahnya.
4. Prosedural
Sebelum melakukan tindakan dekompresi jarum, pasang monitor dan pulse
oximetrypada pasien, berikan oksigen 100% high flow dan berikan ventilasi jika
diperlukan. Pastikan posisi pasien sudah tepat dan nyaman, dan peralatan sudah siap.
Prosedur dari tindakan dekompresi jarum adalah :
b. Berikan tanda pada lokasi untuk insersi. Pada anak-anak, dilakukan di linea
midklavikula ICS 2. Sedangkan pada orang dewasa, bisa dilakukan pada linea
midklavikula di ICS 2 atau pada sisi anterior dari linea midaksila di ICS 5
c. Lakukan prosedur aseptik dan antiseptik
g. Setelah jarum menembus pleura parietal, lihat apakah tampak gelembung saat
dilakukan aspirasi. Jika ya, lepaskan spuit, kemudian dengarkan bunyi udara yang
keluar dari jarum (hissing sound)
h. Cabut jarum dengan meninggalkan kateter masih berada di dalam rongga pleura,
lakukan fiksasi dan stabilisasi kateter
Terdapat perbedaan lokasi insersi pada dekompresi jarum yang diperbarui yakni
yang pada mulanya dianjurkan dilakukan pada linea midklavikula di ICS 2 menjadi
penusukan pada sisi anterior dari linea midaksila di ICS 5. Alasan dari perubahan
lokasi ini karena penusukan di ICS 5 diduga lebih aman (risiko perdarahan lebih
rendah), dan sama dengan lokasi pemasangan chest tube atau kateter interkostal pada
tindakan selanjutnya.
5. Follow Up
Setelah dilakukan dekompresi jarum, pastikan status dari ABC pasien stabil.
Pemeriksaan ABC yakni berupa pemeriksaan patensi jalan nafas, frekuensi dan pola
pernafasan, saturasi oksigen, pulsasi, dan tekanan darah. Setelah itu, segera lakukan
pemasangan chest tube atau kateter interkostal yang terhubung dengan water seal
drainage (WSD).
E. Komplikasi
Hemothorax
Dekompresi jarum bersifat invasif, sehingga tentu ada risiko perdarahan
dan hemothorax. Struktur pembuluh darah yang ada di sekitar lokasi insersi antara
lain arteri internal mammary beserta cabang-cabangnya, pembuluh darah subklavia,
pembuluh darah interkostal, dan arteri pulmoner. Selama proses insersi jarum, jika
tampak ada darah yang mengalir balik dari kateter, maka kemungkinan besar telah
terjadi trauma pada pembuluh darah. Namun, pada beberapa kasus, hemothorax baru
terdeteksi setelah evaluasi lanjutan melalui pemeriksaan rontgen toraks.
F. Edukasi pasien
G. Pedoman klinis
Pedoman klinis tindakan dekompresi jarum adalah suatu upaya untuk
mengeluarkan udara atau dekompresi udara pada ruang intrapleura, terutama pada
kasus tension pneumothorax. Smith, et al menjelaskan bahwa terdapat indikasi absolut
dari tindakan dekompresi jarum yaitu apabila saturasi oksigen pasien di bawah 92%
meskipun telah diberikan oksigen high-flow, tekanan darah sistolik di bawah 90
mmHg, laju napas yang sebelumnya cepat lebih dari 35 kali per menit menjadi
lambat, dan penurunan kesadaran.
Tindakan ini bersifat menyelamatkan nyawa sehingga secara umum tidak ada
kontraindikasi dari tindakan ini. Namun, perlu diingat bahwa penusukan jarum
sebaiknya tidak dilakukan pada kulit yang infeksi atau mengalami abses. Penusukan
juga perlu hati-hati pada pasien dengan gangguan koagulasi.