Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom
geriatric, dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup
significant.

Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara


linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita disbanding pria. Tingkat
hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1% per tahun dari berat tulang pada wanita
pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai
bagian trabekula disbanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik
wanita dengan osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai
tulang trabekula < 14% (nilai normal pada lansia 14 – 24% ) (Peck, 1989).

Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel


osteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan
bersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya seseuai dengan
pertumbuhan badan (proses remodelling)> Oleh karena itu dapat dimengerti
bahwa proses remodelling ini akan sangat cepat pada usia remaja (growth
spurt). Terdapat berbagai factor yang mempengaruhi pembentukan dan
pengrusakan oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan
(resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi) maka akan timbul
osteoporosis.

Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini
terjadi karena ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya.
Beberapa hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis
antara lain karena kurang pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factor
nutrisi yang disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan. Sehingga
diperluan kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokter dan
pasien. Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering terjadi
karena kurangnya pengetahuan.

1
Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat
sangatlah mutlak untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya akan
membantu dalam mengatasi peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan dalam upaya
pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis,
penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan
juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam
melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah
peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

II. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah :

1. Tujuan Umum :
Untuk megetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang
pemberian asuhan keperawatan pada kelayan dengan osteoporosis di panti
werha

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengaplikasi teori dan konsep asuhan keperawatan khususnya


pada lansia denan osteoporosis

b. Untuk mengetahui hambatan dan perMassalahan yang timbul dalam


pelaksanaan asuhan keperawatan pada lansia dengan osteoporosis.

c. Mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, kreatifitas penulis


berdasarkan teori dan praktik klinik keperawatan di panti werdha
Weing Wardoyo Ungaran

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume,


sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap
trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh
berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun
ukuran trabekula tulang.

Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya


pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari
keduanya (Hadi-Martono, 1996).

Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas : (Peck, 1989 ; Chestnut,


1989) :
Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang
lain, yang dibedakan lagi atas :

- Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang


terutama dibagian trabekula

- Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah


korteks

- Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab


yang tidak diketahui
Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada /akibat penyakit lain, antara lain
hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.

B. ETIOLOGI

1. Determinan Massa Tulang

Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor
antara lain :

 Faktor genetic

Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang

3
 Faktor mekanik

Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya


beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang.
Ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang.
Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja mekanik.
Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan
juga massa tulang yang besar

 Faktor makanan dan hormon

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang


cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai
maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang bersangkutan

2. Determinan pengurangan Massa Tulang

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada


usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada dasarnya
sama seperti pada factor-faktor yang mempengaruhi massa tulang.

 Faktor genetic

Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada


seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko
fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.

 Factor mekanis

Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia


dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa
tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

 Faktor lain

- Kalsium

Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium


yang rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan
keseimbangan kalsium yang negatif begitu sebaliknya.

4
- Protein

Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan


keseimbangan kalsium yang negatif

- Estrogen

Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan


mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena
menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnya konservasi kalsium diginjal.

- Rokok dan kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan


mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok
terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi
kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun
tinja.

- Alkohol

Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan


kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang
meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.

C. PATOFISIOLOGI

Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan


massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu
(merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa
tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa
tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan
percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca
menopause.

5
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D
penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet
mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan
remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang
tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa
tulang dan pertumbuhan osteoporosis.

D. TANDA DAN GEJALA

 Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata

 Nyeri timbul secara mendadadak

 Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)

 Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-


hari atau karena pergerakan yang salah

 Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak

 Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur paa vertebra

 Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra

 Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah


terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika
vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra
lumbalis menjadi bikonkaf.

Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum,


fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine,
hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis medis lain (missal ; osteomalasia, hiperparatiroidisme,
dlll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang.

Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa


tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri

6
dual-foton, dual energy x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu
memberikan informasi menganai massa tulang pada tulang belakang dan
panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang osteoporosis dan
mengkaji respon terhadap terapi.

F. PENATALAKSANAAN

Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang


sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium paa permulaan umur
pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.

Pada menopause, terapi penggantian hormon dengan estrogen dan


progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan
mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya.

Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menanngani


osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat.
Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara
injeksi subkutan atau intramuskular. Efek samping (missal : gangguan
gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya
kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik
dan pembentukan tulang.

G. PENGKAJIAN

Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan resiko mengalami


osteoporosis, dan penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis
membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan. Wawancara meliputu
pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur
sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause,
dan penggunaan kortikosteroid selain asupan alcohol, rokok dan kafein. Setiap
gejala yang dialami pasien, seperti nyeri pingggang, konstipasi atau gangguan
citra diri, harus digali.

Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang, kifosis


vertebra torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan

7
pernafasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot.
Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG DAPAT MUNCUL

 Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

 Nyeri b.d spasme otot, fraktur

 Konstipasi b.d imobilitas atau terjadi ileus

 Resiko terhadap cidera : farktur b.d osteoporosis

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan. Pengajaran kepada


kelayan dipusatkan pada factor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis,
intervensi untuk menghentikan atau memperlambat proses, dan upaya
mengurangi gejala. Diet atau suplemen kalsium yang memadai, latihan
pembebaban berat badan teratur, dan memodifikasi gaya hidup, bila perlu.
Latihan dan aktifitas fisik merupakan kunci utama untuk menumbuhkan
tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya osteoporosis.
Ditekankan pada lansia harus tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar
matahari, dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek osteoporosis

Meredakan Nyeri. Peradaan nyeri pinggang dapat dilakukan dengan


istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring kesamping selama
beberapa hari. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan
merelaksasi otot. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung
memperbaiki relaksasi otot.

Memperbaiki pengosongan usus. Konstipasi merupakan masalah yang


berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia. Pemberian awal diit
tinggi serat, tambahan cairan, dan penggunaan pelunak tinja sesuai ketentuan
dapat membantu meminimalkan konstipasi.

Mencegah cidera. Aktifitas fisik sangat penting untuk memperkuat otot,


mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. Latihan
isometric dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.

8
J. EVALUASI

1. Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program


penanganannya.

a. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa


tulang

b. Mengkonsumsi kalsium diet dengan jumlah yang mencukupi

c. Meningkatkan tingkat latihan

d. Menggunakan terapi hormon yang direspkan

2. Mendapatkan peredaan nyeri

a. Mengalami redanya nyeri saat beristirahat

b. Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktifitas kehidupan


sehari-hari

c. Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur

3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal

a. Bising usus aktif

b. Gerakan usus teratur

4. Tidak mengalami fraktur baru

a. Mempertahankan postur yang bagus

b. Mempergunakan mekanika tubuh yang baik

c. Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D

d. Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan (jalan-jalan setiap


hari)

e. Istirahat dengan berbaring

9
BAB III

PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELOMPOK LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA DI WISMA LIPOSOS


GRATI, PASURUAN

Data Umum

Nama Panti : Panti Liposos Grati

Alamat Panti : Jl.Raya Kedawung, Grati, Pasuruan

Nama pimpinan panti : Dra. Sri Rukmi Handayani

Karakteristik Penghuni :

No Nama Umur Pendidikan Agama


1. Ny. S 73 tahun Tidak sekolah Islam

2. Ny. J 76 tahun Tidak sekolah Islam

3. Ny.S 81 tahun Tidak sekolah Islam

4. Ny B 70 tahun Tidak sekolah Islam

5. Ny. R 63 tahun Tidak sekolah Kristen

6 Tn. A 80 tahun SR Islam

7. Ny. ST 70 tahun Tidak sekolah Islam

8. Ny. T 80 tahun Tidak sekolah Kristen

9. Ny. P 87 tahun SR Islam

10 Ny. S 70 tahun Tidak sekolah Islam

Umur penghuni di Wisma Liposos Grati bervariasi antara 60 – 87, pendidikan


paling tinggi SR sedang yang lainnya buta huruf atau tidak sekolah. Dan untuk
agama sebagian penghuni di Wisma Arjuna Panti Liposos Grati menganut agama
Islam.

10
Data Khusus

Biologis

Keadaan Kesehatan

Dari pengkajian pada tanggal 31 Maret 2020, selama 6 (enam) bulan


terakhir yang dirasakan oleh kelayan di Wisma liposos adalah nyeri pada kaki dan
lutut, sebagian besar kelayantidak dapat berjalan, pengelihatan berkurang,
pendengaran berkurang, badan terasa pegal-pegal, bila berjalan terasa gemetar,
mata berair, bila berjalan terasa sakit, aktivitas berkurang, dan merasa mudah
lelah. Sedangkan untuk tekanan darah kelayan antara 130/90 mmHg sampai
dengan 170/90 mmHg.

Pola makan dan minum

Pola makan kelayan di Wisma Liposos Grati teratur sesuai dengan


pembagian atau jadwal makan yang ditentukan oleh pengurus panti yaitu pk.
08.00, pk. 13.00 dan pukul 18.00. Kelayakan makan dengan porsi sedang dan
selalu habis setiap kali makan. Mereka merasa nyaman dan suka dengan menu
apapun yang telah disediakan oleh pengasuh panti. Semua kelayan yang ada di
Wisma Liposos tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan. Dalam
penyediaan makanan kelayan diambilkan oleh pengasuh. Untuk kebiasaan minum
rata-rata kelayan minum air putih 5-7 gelas per hati. Diantara mereka tidak ada
yang mempunyai kebiasaan minum kopi atau teh.

Pola Tidur

Pola tidur kelayan di wisma Liposos bervariasi untuk tidur malam antara
jam 20.00 WIB jam 22.00 WIB. Tidak ada keluhan saat tidur malam. Sedangkan
untuk Bangun bagi dari jam 01.00 WIB 05.00 WIB kemudian mereka mulai
membersihkan wisma. Untuk tidur siang semua kelayan selalu tidur siang
walaupun jamnya tidak pasti.

Pola kebersihan diri

11
Semua kelayan yang ada di wisma Liposos Grati mandi setiap 2 kali
sehari dibantu oleh pengasuh panti. Mandi menggunakan sabun mandi sendiri-
sendiri, sedangkan untuk gosok gigi dari 6 kelayan, 2 kelayan gosok1 kali sehari
dan 4 kelayan 2 kali sehari. Kebersihan secara umum semua kelayan cukup.

Psikologis dan Sosial

Kebiasaan buruk kelompok

Kebiasaan buruk kelayan di Wisma Liposos adalah kurang sosialisasi atau


interaksi antar kelayan di Wisma Arjuna maupun dengan semua kelayan di wisma
yang lain. Dan ada satu kelayan yang mempunyai sifat pelupa.

Keadaan Emosi

Kondisi emosi kelayan di Wisma Liposos rata-rata stabil. Beberapa


gambaran keadaan emosi kelayan adalah sebagai berikut :

Ada kelayan Tn.A yang merasa kurang diperhatikan, terutama dari pihak
keluarga.

Ada kelayan Ny p yang sukanya marah- marah sendiri

Ada kelayan Ny.H sukanya menyendiri karena kurang pendengaran sehingga dia
malu untuk berinteraksi dengan kelayan yang lainnya.

Ada 3 kelayan (ny S, Ny.R, ny s) emosinya stabil, persepsinya masih cukup baik
sehingga masih dapat diajak berkomunikasi atau berinteraksi dengan baik.

Pengambilan Keputusan

Keputusan yang berkaitan dengan masalah kelayan di wisma diputuskan


oleh pengasuh wisma berdasarkan kebijakan yang ada di panti. Sedangkan untuk
urusan pribadi kelayan, masing-masing kelayan memiliki kebebasan untuk
melakukan apa saja yang diinginkannya. Mereka jarang saling berbagi pendapat
dengan anggota kelompok (kelayan dengan satu wisma) dalam mengambil
keputusan. Dengan kata lain, musyawarah tidak pernah dilakukan oleh kelayan di
Wisma Liposos.

Rekreasi

12
Aktivitas Rekreasi dilakukan untuk menghabiskan waktu, diantaranya
adalah : duduk-duduk di depan atau di serambi sambil melihat pemandangan,
mengikuti pengajian di aula pada hari Rabu dan Sabtu, rebahan di kamar tidur,
seminggu sekali menyanyi bersama dengan kelayan wisma lainnya di aula yang
dilakukan oleh pihak panti, dan jalan-jalan keluar kota kurang lebih satu kali
dalam setahun dengan para pengasuh panti dan kelayan wisma lainnya.

Perilaku mencari pelayanan kesehatan

Semua kelayan di Wisma Arjuna memanfaatkan klinik yang ada di panti


ketika mereka memiliki keluhan tentang kesehatannya.

Ketergantungan obat

Dari Keenam kelayan yang ada di wisma Liposos Grati tidak ada yang
mempunyai ketergantungan obat atau mengkonsumsi obat secara terus menerus
kecuali bila ada keluhan pusing dan tekanan darah meningkat biasanya mereka
diberi obat anti hipertensi dan vitamin dari poliklinik.

Kecacatan

Dari pengkajian secara observasi dan wawancara rata-rata penghuni wisma


Liposos mempunyai kerterbatasan gerak karna adanya kelemahan fisik lumpuh
kaki, Ada kelayan yang mengalami penurunan pendengaran, kurangnya
pengelihatan, dan mengalami koposisi karena proses penuaan.

Untuk kecacatan mental dari enam kelayan di Wisma Surti Kanti tidak ada yang
mengalami atau menderita cacat mental.

Keadaan Ekonomi

Kebutuhan dari masing-masing kelayan sepenuhnya ditanggung oleh


pihak panti dan donatur dari pihak luar. Mereka tidak mempunyai tabungan atau
simpanan uang sendiri. Mereka tidak punya pendapat sendiri, baik dari hasil
pekerjaan atau dari dana pensiunan.

Kegiatan Organisasi Sosial

13
Kegiatan organisasi sosial yang biasa di ikuti oleh kelayan wisma Liposos
mengikuti kegiatan panti yaitu: untuk yang beragama Islam pengajian yang
dilaksanakan 2 kali seminggu pada hari Jum’at dan Sabtu bertempat di aula,
sedangkan untuk yang beragama Kristen mengikuti kegiatan kebaktian 2 kali
seminggu juga pada hari Jum’at dan Sabtu yang bertempat tinggal di Wisma
Noroyono. Kegiatan non keagamaan yang dikerjakan secara bersama-sama adalah
mengikuti senam pagi yang dilakukan setiap hari Jum’at pukul 05.00 WIB.

Hubungan antar anggota kelompok

Hubungan antar anggota kelompok tidak ada masalah tetapi komunikasi


antar kelayan di Wisma Liposos kurang baik, baik dilihat dari segi kuantitas
maupun kualitas. Mereka jarang berinteraksi dan cenderung individual. Sebagian
besar waktu mereka dihabiskan untuk berdiam diri di dalam kamar mereka
masing-masing dan duduk di depan teras Wisma. Hanya ada 4 kelayan yang dapat
berkomunikasi dengan baik yaitu antara Tn A, Ny B,Ny S Sedangkan yang
lainnya mengalami masalah kurang pendengaran, mudah tersinggung, dan suka
menyendiri.

Hubungan di luar kelompok

Ada 2 kelayan yang biasanya dengan kelayan wisma lain yaitu Tn. A dan
Ny. S Kelayan di Wisma Liposos kurang berinteraksi dan berkomunikasi dengan
kelayan di wisma lain. Mereka tidak punya kebiasaan untuk saling berkunjung
kecuali pada acara tertentu yang dilakukan oleh panti misalnya rekreasi bersama
di aula.

Hubungan dengan anggota keluarga

Dari 10 kelayan di Wisma Liposos alasan masuk ke panti adalah 8 kelayan


dibawah oleh Dinas Sosial, dan 2 kelayan di bawa oleh keluarganya. Sebagian
besar kelayan tidak mempunyai keluarga yang bertanggung jawab atas
keberadaannya di panti. Sehingga jarang ada anggota keluarga kelayan yang
datang menjenguk kelayan ke panti.

Spiritual

14
Ketaatan Beribadah

2 kelayan yang beragama Islam di Wisma Arjuna taat beribadah,


mengerjakan shalat lima waktu dan taat mengikuti pengajian setiap hari Jum’at
dan Sabtu kecuali bila merasakan keluhan sakit mereka tidak mengikuti pengajian
yang diadakan di Panti.

Dua kelayan yang beragama Kristen di Wisma Liposos juga taat beribadah
dengan dikunjungi gereja pada setiap hari ada juga yang hanya pada hari Minggu,
Rabu dan Jumat secara rutin serta mengikuti kegiatan kebaktian yang di pimpin
oleh Pastur / Pendeta yang mendatangi panti setiap hari Jum’at dan Sabtu.

Keyakinan tentang kesehatan

Bagi kelayan sebenarnya kesehatan sangat penting. Hal itu bisa dilihat dari
perilaku kelayan yang tidak nyaman setiap kali sakit. Keyakinan terhadap
kesehatan kelayan di Wisma Liposos bila mereka masa ada keluhan sakit akan
datang ke Poliklinik panti yang di buka setiap hari Jum’at. Biasanya setleah
memeriksakan sakitnya akan berkurang. tetapi mereka menganggap bahwa
penyakit mereka adalah hal yang wajar terhadap pada usia lanjut. Semua kelayan
yakin dengan penyembuhan atau pengobatan secara alternative misalnya dengan
pijat.

Kultural

Adat yang mempengaruhi kesehatan

Adat dan kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan kelayan Wisma


Surti Kanti sebagian besar kelayan menderita kelumpuhan tetapi untuk melakukan
latihan fisik bertahp mereka tidak mau. Tidak ada adat yang bertentangan dengan
kesehatan. Kelayan Ny. r tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari misalnya
membersihkan wisma dan sukanya menyendiri dan tidur.

Tabu-tabu

15
Mereka menghindari makan makanan yang mengandung banyak garam
dan minum kopi tetapi oleh kelayan peraturan tersebut dilanggar. Di Wisma
Liposos untuk beragama Islam biasanya sehabis mengharib mereka akan masuk
ke kemarnya masing-masing.

Keadaan Lingkungan Dalam

Penerangan

Perangan di Wisma Liposos cukup baik dengan adanya lampu neon yang
mendukung pencahayaan di malam hari. Untuk kamar tidur lampu 10 watt, ruang
santai 15-20 watt, dan untuk kamar mandi 10 watt. Sedangkan penchayaan di
siang hari didukung dengan adanya jendela kaca sehingga sinar matahari dapat
masuk ke dalam ruangan.

Kebersihan dan Kerapian

Secara umum kebersihan dan kerapian di lingkungan wisma baik.


Kebersihan lantai cukup bersih dipel 1 kali sehari oleh kelayan setelah bangun
tidur. Kebersihan dan kerapian kamar tidur kelayan baik. Penataan ruangan rapi,
ruang tamu rapi dan bersih dan kebersihan kamar mandi kelayan juga bersih dan
lantai tidak licin.

Sirkulasi Udara

Kondisi sirkulasi udara baik, difasilitasi dengan adanya beberapa jendela


yang dibuka setiap hari dan bangun tidur sampai sore hari dan ventilasi udara.

Sumber air minum

Air minum berasal dari air PAM. Kondisi air minum memenuhi standar
kesehatan (tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak mengandung
endapan kotoran). Untuk minum dimasak terlebih dahulu oleh bagian dapur.

Keadaan Lingkungan dan Halaman

16
Penerangan Halaman

Halaman di sekitar wisma dimanfaatkan untuk menanam tanaman hias dan


bagian samping ditanam pohon.

Pembuangan air limbah

Sarana pembuangan air limbah adalah melalui saluran got yang tidak
tertutup dan aliran saluran limbah lancar.

Pembuangan sampah

Pembuangan sampah awal ditempatkan pada tempat sampah yang ada di


wisma dan di halaman belakang wisma. Setelah terkumpul, sampah di buang di
tempat pembuangan sampah akhir yang sudah disediakan oleh panti kemudian
dibakar.

Sanitasi

Secara umum keadaan sanitasi di wisma baik. Jamban terjadi


kebersihannya dan jaraknya terlalu dekat dengan penempatan sumber air minum.

Sumber pencemaran

Sumber pencemaran di sekitar Wisma Liposos tidak ad

17
18
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Ny. S Tn. A Ny. J Ny. S Ny.B NY.R


Fisik
Tingkat Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis
kesadaran
TD (mmHg) 120\30 150/100 14090 120/90 170/100 160/90
Nadi (x/menit) 80 64 88 88 84 84
Suhu (oC) 36.5 36.5 36.5 37 37.5 37.5
RR (x/menit) 20 22 20 20 20 20
BB (kg) 39 39 40 46 36.5 35
TB (cm) 152 152 140 154
Penampilan Rapi dan bersih Rapi dan bersih Rapi dan bersih Rapi dan bersih Rapi dan bersih Rapi dan bersih
umum
Periksa pandang Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih
Kepala Kulit kepala Bersih, tidak ada Kulit kepala Bersih, tidak ada lesi Bersih, tidak ada Lembab, tidak
bersih, tidak ada lesi lembab lesi ada lesi
luka di kepala
Rambut Bersih, sedikit Bersih rontok, Bersih, tidak Rontok beruban, Bersih, beruban Rontok, beruban,
rontok, beruban beruban mudah dicabut bersih tidak mudah bersih
dicabut
Mata Tidak anemis, Berair, tidak bisa Bersih, tidak Berair, tidak anemis, Tidak anemis, Bersih, tidak

19
bersih, melihat anemis, mata sebelah kiri bersih, anemis,
penglihatan agak pandangan post op katarak, pandangan baik. pandangan baik.
kabur. sedikit kabur mata sebalah kanan
kabur, mata kiri
goyang tangan 5
meter. Mata sebelah
kanan goyang
tangan sampai tak
terhingga
Hidung Bersih, tidak ada Bersih,tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
pembesaran septum deviasi pholip pholip pholip pholip
pholip.
Telinga Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, Tidak ada serumen, Bersih, Tidak asa
serumen, serumen, pendengaranbaik pendengaran pendengaran serumen,
pendengaran pendengaran menurun kurang pendengaran
kurang kurang kurang
Mulut Bersih, gigi Bersih, gigi Bersih, gigi Bersih, gigi tangga, Bersih, gigi Bersih, gigi
tanggal, mukosa tanggal tanggal semua, mukosa merah tersisa geraham tanggal semua
merah muda, mukosa lembab jambu, ada karies bawah kanan 2 musoca lembab
bibir agak kering gigi, stomatitis tidak
ada

20
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran kelenjar pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar tiroid, kelenjar tiroid, tiroid, dan tidak ada kelenjar tiroid, kelenjar tiroid,
dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada pembesaran vena dan tidak ada dan tidak ada
pembesaran vena pembesaran vena pembesaran vena jagularis pembesaran vena pembesaran vena
jagularis jagularis jagularis jagularis jagularis
Dada Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak ada Simetris, tidak Simetris, tidak
ada ictus cordis, ada ictus cordis, ada ictus cordis, ictus cordis, tidak ada ictus cordis, ada ictus cordis,
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri ada nyeri tekan tidak ada nyeri tidak ada nyeri
tekan tekan tekan tekan tekan

21
Paru Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas
vesikuler, irama vesikuler, irama vesikuler, irama vesikuler, irama vesikuler, irama vesikuler, irama
pernafasan teratur pernafasan teratur pernafasan teratur pernafasan teratur pernafasan teratur pernafasan teratur
Jantung Tidak ada suara Tidak ada suara Tidak ada suara Tidak ada suara Tidak ada suara Tidak ada suara
jantung abnormal jantung abnormal jantung abnormal jantung abnormal jantung abnormal jantung abnormal
Abdomen Nyeri tekan (-), Nyeri tekan (-), Nyeri tekan (-), Nyeri tekan (-), Nyeri tekan (-), Nyeri tekan (-),
asietas (-), luka asietas (-), asietas (-), massa asietas (-), massa asietas (-), massa asietas (-), massa
bekas operasi (-) massa(-), luka (-), luka bekas (-) luka bekas (-), luka bekas (-), luka bekas
bekas operasi (-) operasi (-) operasi (-) operasi (-) operasi (-)
Genetalia Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan
Esktremitas Ekstremitas Untuk Ekstremitas Ekstremitas bawah Ekstremitas Ekstremitas
mengalami ekstremitas mengalami bila berjalan terasa mengalami bawah
kelemahan, bawah bagian kelemahan,tidak sakit, kekuatan otot gangguan, mengalami
lumpuh paha kiri terasa mampu brjalan 2 kekuatan otot 2 kelemahan,
sakit, kekuatan berjalan dengan
otot 5 walker, kekuatan
otot 3
LAB - - - - - -
Informasi - - - - - -

22
penunjang
Terapi medis - - - - - -

A. ANALISA DATA
Pasien Liposos

a. Mengeluh nyeri : 70%

b. Mengeluh tidak dapat berjalan : 60%

c. Mengeluh penglihatan kurang : 40%

d. Mengeluh pendengaran kurang : 20%

e. Mengeluh badan terasa pegal pegal :50%

f. Mengeluh gemetar saat berjalan : 50%

g. Mengeluh sakit saat berjalan : 80%

h. Aktivitas berkurang : 90%

i. Mudah lelah : 70%

j. Mengeluh pusing : 20%

23
NO DATA MSL KEPERAWATAN

1 DS : Kelayan mengatakan malas untuk berjalan jauh dan lutut terasa sakit kaku Nyeri berhubungan dengan spasme
untuk berjalan 60% otot
DO : Kelayan tampak tiduran di atas tempat tidur, makan siang diambilkan oleh
teman sekamarnya, kelayan tidak bisa maksimal mengangkat kaki, jalan kelayan
sangat pelan dan menggunakan tongkat. 70%

B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEP- TUJUAN RENCANA TINDAKAN


AN
1 Nyeri berhubungan Setelah Dilakukan tindakan  Pertahankan tirah baring
dengan spasme otot keperawatan selama 3 x 24 jam  Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

24
diharapkan nyeri berkurang  Batasi aktivitas
dengan criteria hasil :  Berikan alternatif posisi yang nyaman saat duduk, tidur,
 Pasien mengungkapkan berdiri
merasa nyaman pada  Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti
pinggang dan lutut posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi
 Klien dapat beraktifitas tanpa  Hindari konstipasi
terasa nyeri

CATATAN PERKEMBANGAN

TGL/WAKTU DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI Ttd


KEPERAWATAN
rabu Nyeri berubungan  Menganjurkan kelayan untuk banyak S :
13/09/06 dengan spasme otot istirahat  Kelayan mengatakan tidak bisa
jam :  Menganjurkan pada kelayan untuk istirahat- tidur jika belum ngantuk
08.30 melakukan pekerjaan/aktivitas sesuai 60%

25
dengan kemampuan  Kelayan mengatakan tidak
 Memotivasi teman sekamarnya untuk banyak pekerjaan yang dapat
membantu kelayan dalam memenuhi dilakukan semenjak sakit 90%
kebutuhan  Teman sekamar kelayan
 Memberikan alternatif posisi yang mengatakan memang biasanya
nyaman saat duduk, tidur, berdiri dia yang membantu
 Mengajarkan tehnik napas dalam kebutuhannya 70%
 Menganjurkan untuk membayangkan  Kelayan mengatakan saat
yang menyenangkan , missal : sewaktu sewaktu merawat anak bu Tiwi
merawat anak bu Tiwi (pengasuh) (pengasuh)
memang saat yang
menyenangkan 20%
O:
 Kelayan biasa duduk dengan
bersandar 50%
 Kelayan tidak biasa tidur siang,
tidur malam tidak tahu jamnya
asal sudah ngantuk ya tidur 60%
 Kelayan mempraktekkan napas
dalam yang diajarkan 80%

26
A:
Kelayan berusaha untuk mengurangi
rasa nyeri kepala dengan anjuran
perawat 70%
P:
Pertahankan dan lanjutkan tindakan
yang sudah direncanakan 80%

Kamis Nyeri berubungan  Mengkaji kondisi kelayan hari ini S :


14-9-2006 dengan mengenai istirahat tidur, makan, tehnik  Kelayan mengatakan hari ini lutut
peningkatan relaksasi yang sudah diajarkan dan pinggangnya masih terasa
Jam : spasme otot  Menanyakan pada kelayan apakah sudah nyeri 70%
07.45 WIB minum obat untuk menghilangkan  Kelayan mengatakan semalam
pegel-pegel kurang bisa tidur karena lututnya
pegel 50%
 Kelayan mengatakan sarapan
pagi sudah dimakan 60%
 Kelayan mengatakan lupa untuk
melakukan tehnik napas dalam
30%
 Kelayan mengatakan tidak

27
minum obat apa-apa 80%
O:
 Kelayan sering memegang
lututnya 50%
 Kelayan tampak capek/lelah 70%
A:
Kelayan mengalami penurunan status
kesehatan. 70%
P:
Berikan tindakan untuk mengatasi
keluhan dan lanjutkan dengan
tindakan keperawatan yang telah
direncanakan 80%
Jumat Nyeri berubungan  Mengkaji kondisi kelayan hari ini S :
15-9-2006 dengan spasme otot mengenai istirahat tidur, makan, tehnik  Kelayan mengatakan hari ini lutut
Jam serebral relaksasi yang sudah diajarkan dan pinggangnya masih terasa
07.45 WIB  Mengkaji kondisi kelayan berkaitan sedikit nyeri 70%
dengan kondisi nyeri yang diderita  Kelayan mengatakan semalam
kurang bisa tidur karena lututnya
masih terasa nyeri 70%
 Kelayan mengatakan kurang bisa

28
menikmati sarapan pagi 60%
 Kelayan mengatakan lupa apa itu
tehnik napas dalam 30%

O:
 Kelayan sering terlihat
memegangi lututnya 70%
 Kelayan tampak capek/lelah 70%
 TD : 150/90 mmHg 60%
A:
Kelayan mengalami penurunan status
kesehatan 70%
P:
Kelayan mengalami peningkatan
dalam kewaspadaan pada saat
berjalan sehingga resiko fraktur dapat
dihindari 80%
P:
Pertahankan tindakan keperawatan
80%

29
30
Sabtu Nyeri berubungan  Mengkaji kondisi kelayan hari ini S :
16-9- 2006 dengan spasme otot mengenai istirahat tidur, makan, tehnik  Kelayan mengatakan hari ini
Jam 07.30 relaksasi yang sudah diajarkan sudah mendingan 60%
 Mengkaji kondisi kelayan berkaitan  Kelayan mengatakan semalam
dengan nyeri yang diderita bisa tidur meski tidak nyenyak
 Mengajarkan tehnik relaksasi dalam 50%
mengurangi rasa pusing dengan napas  Kelayan mengatakan sarapan
dalam, posisi tidur yang rata, massage pagi sudah dimakan 40%
perlahan  Kelayan mengatakan nanti akan
dicoba 50%
O:
 Kelayan masih sering terlihat

31
memegangi lututnya 70%
 Kelayan tampak lebih segar 50%
 Kelayan mengikuti gerakan
tehnik relaksasi 80%
A:
Kelayan mengalami perbaikan status
kesehatan 80%
P:
Pertahankan dan lanjutkan rencana
tindakan 80%

32
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Osteoporosis Adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga tidak mampu melindungi atau
mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan
korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.

Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau
kombinasi dari keduanya (Hadi-Martono, 1996).

Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas : (Peck, 1989 ; Chestnut, 1989) :

33
Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain, yang dibedakan lagi atas :

- Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang terutama dibagian trabekula

- Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah korteks

- Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab yang tidak diketahui
Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada /akibat penyakit lain, antara lain hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid
dan lain-lain.

Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini terjadi karena ketidaktahuan pasien terhadap
osteoporosis dan akibatnya. Beberapa hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain karena kurang
pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factor nutrisi yang disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan. Sehingga
diperluan kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokter dan pasien. Pengertian yang salah tentang perawatan
osteoporosis sering terjadi karena kurangnya pengetahuan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, Jakarta, EGC, 2002
R. Boedhi Darmojo, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999

35

Anda mungkin juga menyukai