Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom

geriatric, dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup

significant.

Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara

linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita disbanding pria. Tingkat

hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1% per tahun dari berat tulang pada wanita

pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai

bagian trabekula disbanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik

wanita dengan osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai

tulang trabekula < 14% (nilai normal pada lansia 14 – 24% ) (Peck, 1989).

Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel

osteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan

bersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya seseuai dengan

pertumbuhan badan (proses remodelling)> Oleh karena itu dapat dimengerti

bahwa proses remodelling ini akan sangat cepat pada usia remaja (growth

spurt). Terdapat berbagai factor yang mempengaruhi pembentukan dan

pengrusakan oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan

(resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi) maka akan timbul

osteoporosis.

1
Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini

terjadi karena ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya.

Beberapa hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis

antara lain karena kurang pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factor

nutrisi yang disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan. Sehingga

diperluan kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokter dan

pasien. Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering terjadi

karena kurangnya pengetahuan.

Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat

sangatlah mutlak untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya akan

membantu dalam mengatasi peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis.

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan dalam upaya

pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis,

penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan

juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta

peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam

melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah

peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas

pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

II. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah :

1. Tujuan Umum :

2
Untuk megetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang

pemberian asuhan keperawatan pada kelayan dengan osteoporosis di panti

werha

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengaplikasi teori dan konsep asuhan keperawatan khususnya

pada lansia dengan osteoporosis

b. Untuk mengetahui hambatan dan permasalahan yang timbul dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan pada lansia dengan osteoporosis.

c. Mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, kreatifitas penulis

berdasarkan teori dan praktik klinik keperawatan di panti Liposos

Grati

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit

volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur

terhadap trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh

berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun

ukuran trabekula tulang.

Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya

pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari

keduanya (Hadi-Martono, 1996).

Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas : (Peck, 1989 ; Chestnut,

1989) :

Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang

lain, yang dibedakan lagi atas :

- Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang

terutama dibagian trabekula

- Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah

korteks

- Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab

yang tidak diketahui

Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada /akibat penyakit lain, antara lain

hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.

4
B. ETIOLOGI

1. Determinan Massa Tulang

Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor

antara lain :

 Faktor genetic

Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang

 Faktor mekanik

Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya

beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang.

Ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang.

Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja mekanik.

Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan

juga massa tulang yang besar

 Faktor makanan dan hormon

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang

cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai

maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang bersangkutan

2. Determinan pengurangan Massa Tulang

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada

usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada dasarnya

sama seperti pada factor-faktor yang mempengaruhi massa tulang.

 Faktor genetic

5
Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada

seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko

fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.

 Factor mekanis

Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia

dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa

tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

 Faktor lain

- Kalsium

Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium

yang rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan

keseimbangan kalsium yang negatif begitu sebaliknya.

- Protein

Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan

keseimbangan kalsium yang negatif

- Estrogen

Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan

mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena

menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga

menurunnya konservasi kalsium diginjal.

- Rokok dan kopi

6
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan

mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai

masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok

terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi

kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun

tinja.

- Alkohol

Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan

kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang

meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.

C. PATOFISIOLOGI

Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan

massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu

(merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa

tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa

tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan

percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca

menopause.

Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D

penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet

mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan

remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang

7
tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa

tulang dan pertumbuhan osteoporosis.

D. TANDA DAN GEJALA

 Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata

 Nyeri timbul secara mendadadak

 Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)

 Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-

hari atau karena pergerakan yang salah

 Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak

 Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur paa vertebra

 Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra

 Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah

terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika

vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra

lumbalis menjadi bikonkaf.

Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum,

fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine,

hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan

8
kemungkinan diagnosis medis lain (misal ; osteomalasia, hiperparatiroidisme,

dlll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang.

Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa

tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri

dual-foton, dual energy x-ray absorpsiometry (DEXA), dan CT mampu

memberikan informasi menganai massa tulang pada tulang belakang dan

panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang osteoporosis dan

mengkaji respon terhadap terapi.

F. PENATALAKSANAAN

Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang

sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium paa permulaan umur

pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.

Pada menopause, terapi penggantian hormon dengan estrogen dan

progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan

mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya.

Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menanngani

osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat.

Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara

injeksi subkutan atau intramuskular. Efek samping (misal : gangguan

gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya

kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik

dan pembentukan tulang.

9
G. PENGKAJIAN

Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan resiko mengalami

osteoporosis, dan penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis

membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan. Wawancara meliputu

pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur

sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause,

dan penggunaan kortikosteroid selain asupan alcohol, rokok dan kafein. Setiap

gejala yang dialami pasien, seperti nyeri pingggang, konstipasi atau gangguan

citra diri, harus digali.

Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang, kifosis

vertebra torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan

pernafasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot.

Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG DAPAT MUNCUL

 Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

 Nyeri b.d spasme otot, fraktur

 Konstipasi b.d imobilitas atau terjadi ileus

 Resiko terhadap cidera : farktur b.d osteoporosis

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan. Pengajaran kepada

kelayan dipusatkan pada factor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis,

10
intervensi untuk menghentikan atau memperlambat proses, dan upaya

mengurangi gejala. Diet atau suplemen kalsium yang memadai, latihan

pembebaban berat badan teratur, dan memodifikasi gaya hidup, bila perlu.

Latihan dan aktifitas fisik merupakan kunci utama untuk menumbuhkan

tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya osteoporosis.

Ditekankan pada lansia harus tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar

matahari, dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek osteoporosis

Meredakan Nyeri. Peradaan nyeri pinggang dapat dilakukan dengan

istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring kesamping selama

beberapa hari. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan

merelaksasi otot. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung

memperbaiki relaksasi otot.

Memperbaiki pengosongan usus. Konstipasi merupakan masalah yang

berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia. Pemberian awal diit

tinggi serat, tambahan cairan, dan penggunaan pelunak tinja sesuai ketentuan

dapat membantu meminimalkan konstipasi.

Mencegah cidera. Aktifitas fisik sangat penting untuk memperkuat otot,

mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. Latihan

isometric dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.

J. EVALUASI

1. Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program

penanganannya.

11
a. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa

tulang

b. Mengkonsumsi kalsium diet dengan jumlah yang mencukupi

c. Meningkatkan tingkat latihan

d. Menggunakan terapi hormon yang direspkan

2. Mendapatkan peredaan nyeri

a. Mengalami redanya nyeri saat beristirahat

b. Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktifitas kehidupan

sehari-hari

c. Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur

3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal

a. Bising usus aktif

b. Gerakan usus teratur

4. Tidak mengalami fraktur baru

a. Mempertahankan postur yang bagus

b. Mempergunakan mekanika tubuh yang baik

c. Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D

d. Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan (jalan-jalan setiap

hari)

e. Istirahat dengan berbaring.

12
BAB III

KASUS

Sebagian besar kelayan di WISMA LIPOSOS GRATI PASURUAN mengeluh


nyeri, malas berjalan 70%, lutut kaku 60%, tiduran tempat tidur 40%, makan
diambilkan 20%, tidak bisa mengangkat kaki 50%, jalan pelan dan menggunakan
tongkat 50%.

13
BAB IV

PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELOMPOK LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA DI WISMA LIPOSOS

GRATI, PASURUAN

Data Umum

Nama Panti : Panti Liposos Grati

Alamat Panti : Jl. Raya Kedawung, Grati, Pasuruan

Nama pimpinan panti : Dra. Sri Rukmi Handayani

Karakteristik Penghuni :

No Nama Umur Pendidikan Agama


1. Ny. S 73 tahun Tidak sekolah Islam

2. Ny. J 76 tahun Tidak sekolah Islam

3. Ny. S 81 tahun Tidak sekolah Islam

4. Ny B 70 tahun Tidak sekolah Islam

5. Ny. R 63 tahun Tidak sekolah Kristen

6 Tn. A 80 tahun SR Islam

7. Ny. ST 70 tahun Tidak sekolah Islam

8. Ny. T 80 tahun Tidak sekolah Kristen

9. Ny. P 87 tahun SR Islam

10 Ny. S 70 tahun Tidak sekolah Islam

14
Umur penghuni di Wisma Liposos Grati bervariasi antara 60 – 87, pendidikan

paling tinggi SR sedang yang lainnya buta huruf atau tidak sekolah. Dan untuk

agama sebagian penghuni di Wisma Arjuna Panti Liposos Grati menganut agama

Islam.

Data Khusus

Biologis

Keadaan Kesehatan

Dari pengkajian pada tanggal 31 Maret 2020, selama 6 (enam) bulan

terakhir yang dirasakan oleh kelayan di Wisma liposos adalah nyeri pada kaki dan

lutut, sebagian besar kelayantidak dapat berjalan, pengelihatan berkurang,

pendengaran berkurang, badan terasa pegal-pegal, bila berjalan terasa gemetar,

mata berair, bila berjalan terasa sakit, aktivitas berkurang, dan merasa mudah

lelah. Sedangkan untuk tekanan darah kelayan antara 130/90 mmHg sampai

dengan 170/90 mmHg.

Pola makan dan minum

Pola makan kelayan di Wisma Liposos Grati teratur sesuai dengan

pembagian atau jadwal makan yang ditentukan oleh pengurus panti yaitu pk.

08.00, pk. 13.00 dan pukul 18.00. Kelayakan makan dengan porsi sedang dan

selalu habis setiap kali makan. Mereka merasa nyaman dan suka dengan menu

apapun yang telah disediakan oleh pengasuh panti. Semua kelayan yang ada di

Wisma Liposos tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan. Dalam

penyediaan makanan kelayan diambilkan oleh pengasuh. Untuk kebiasaan minum

15
rata-rata kelayan minum air putih 5-7 gelas per hati. Diantara mereka tidak ada

yang mempunyai kebiasaan minum kopi atau teh.

Pola Tidur

Pola tidur kelayan di wisma Liposos bervariasi untuk tidur malam antara

jam 20.00 WIB jam 22.00 WIB. Tidak ada keluhan saat tidur malam. Sedangkan

untuk Bangun bagi dari jam 01.00 WIB 05.00 WIB kemudian mereka mulai

membersihkan wisma. Untuk tidur siang semua kelayan selalu tidur siang

walaupun jamnya tidak pasti.

Pola kebersihan diri

Semua kelayan yang ada di wisma Liposos Grati mandi setiap 2 kali sehari

dibantu oleh pengasuh panti. Mandi menggunakan sabun mandi sendiri-sendiri,

sedangkan untuk gosok gigi dari 6 kelayan, 2 kelayan gosok1 kali sehari dan 4

kelayan 2 kali sehari. Kebersihan secara umum semua kelayan cukup.

Psikologis dan Sosial

Kebiasaan buruk kelompok

Kebiasaan buruk kelayan di Wisma Liposos adalah kurang sosialisasi atau

interaksi antar kelayan di Wisma Arjuna maupun dengan semua kelayan di wisma

yang lain. Dan ada satu kelayan yang mempunyai sifat pelupa.

Keadaan Emosi

16
Kondisi emosi kelayan di Wisma Liposos rata-rata stabil. Beberapa

gambaran keadaan emosi kelayan adalah sebagai berikut :

Ada kelayan Tn. A yang merasa kurang diperhatikan, terutama dari pihak

keluarga.

Ada kelayan Ny p yang sukanya marah- marah sendiri

Ada kelayan Ny.H sukanya menyendiri karena kurang pendengaran sehingga dia

malu untuk berinteraksi dengan kelayan yang lainnya.

Ada 3 kelayan (ny S, Ny. R, ny s) emosinya stabil, persepsinya masih cukup baik

sehingga masih dapat diajak berkomunikasi atau berinteraksi dengan baik.

Pengambilan Keputusan

Keputusan yang berkaitan dengan masalah kelayan di wisma diputuskan

oleh pengasuh wisma berdasarkan kebijakan yang ada di panti. Sedangkan untuk

urusan pribadi kelayan, masing-masing kelayan memiliki kebebasan untuk

melakukan apa saja yang diinginkannya. Mereka jarang saling berbagi pendapat

dengan anggota kelompok (kelayan dengan satu wisma) dalam mengambil

keputusan. Dengan kata lain, musyawarah tidak pernah dilakukan oleh kelayan di

Wisma Liposos.

Rekreasi

Aktivitas Rekreasi dilakukan untuk menghabiskan waktu, diantaranya

adalah: duduk-duduk di depan atau di serambi sambil melihat pemandangan,

mengikuti pengajian di aula pada hari Rabu dan Sabtu, rebahan di kamar tidur,

seminggu sekali menyanyi bersama dengan kelayan wisma lainnya di aula yang

17
dilakukan oleh pihak panti, dan jalan-jalan keluar kota kurang lebih satu kali

dalam setahun dengan para pengasuh panti dan kelayan wisma lainnya.

Perilaku mencari pelayanan kesehatan

Semua kelayan di Wisma Arjuna memanfaatkan klinik yang ada di panti

ketika mereka memiliki keluhan tentang kesehatannya.

Ketergantungan obat

Dari Keenam kelayan yang ada di wisma Liposos Grati tidak ada yang

mempunyai ketergantungan obat atau mengkonsumsi obat secara terus menerus

kecuali bila ada keluhan pusing dan tekanan darah meningkat biasanya mereka

diberi obat anti hipertensi dan vitamin dari poliklinik.

Kecacatan

Dari pengkajian secara observasi dan wawancara rata-rata penghuni wisma

Liposos mempunyai kerterbatasan gerak karna adanya kelemahan fisik lumpuh

kaki, Ada kelayan yang mengalami penurunan pendengaran, kurangnya

pengelihatan, dan mengalami koposisi karena proses penuaan.

Untuk kecacatan mental dari enam kelayan di Wisma Surti Kanti tidak ada yang

mengalami atau menderita cacat mental.

Keadaan Ekonomi

Kebutuhan dari masing-masing kelayan sepenuhnya ditanggung oleh

pihak panti dan donatur dari pihak luar. Mereka tidak mempunyai tabungan atau

simpanan uang sendiri. Mereka tidak punya pendapat sendiri, baik dari hasil

pekerjaan atau dari dana pensiunan.

18
Kegiatan Organisasi Sosial

Kegiatan organisasi sosial yang biasa di ikuti oleh kelayan wisma Liposos

mengikuti kegiatan panti yaitu: untuk yang beragama Islam pengajian yang

dilaksanakan 2 kali seminggu pada hari Jum’at dan Sabtu bertempat di aula,

sedangkan untuk yang beragama Kristen mengikuti kegiatan kebaktian 2 kali

seminggu juga pada hari Jum’at dan Sabtu yang bertempat tinggal di Wisma

Noroyono. Kegiatan non keagamaan yang dikerjakan secara bersama-sama adalah

mengikuti senam pagi yang dilakukan setiap hari Jum’at pukul 05.00 WIB.

Hubungan antar anggota kelompok

Hubungan antar anggota kelompok tidak ada masalah tetapi komunikasi

antar kelayan di Wisma Liposos kurang baik, baik dilihat dari segi kuantitas

maupun kualitas. Mereka jarang berinteraksi dan cenderung individual. Sebagian

besar waktu mereka dihabiskan untuk berdiam diri di dalam kamar mereka

masing-masing dan duduk di depan teras Wisma. Hanya ada 4 kelayan yang dapat

berkomunikasi dengan baik yaitu antara Tn A, Ny B, Ny S Sedangkan yang

lainnya mengalami masalah kurang pendengaran, mudah tersinggung, dan suka

menyendiri.

Hubungan di luar kelompok

Ada 2 kelayan yang biasanya dengan kelayan wisma lain yaitu Tn. A dan

Ny. S Kelayan di Wisma Liposos kurang berinteraksi dan berkomunikasi dengan

kelayan di wisma lain. Mereka tidak punya kebiasaan untuk saling berkunjung

kecuali pada acara tertentu yang dilakukan oleh panti misalnya rekreasi bersama

di aula.

19
Hubungan dengan anggota keluarga

Dari 10 kelayan di Wisma Liposos alasan masuk ke panti adalah 8 kelayan

dibawah oleh Dinas Sosial, dan 2 kelayan di bawa oleh keluarganya. Sebagian

besar kelayan tidak mempunyai keluarga yang bertanggung jawab atas

keberadaannya di panti. Sehingga jarang ada anggota keluarga kelayan yang

datang menjenguk kelayan ke panti.

Spiritual

Ketaatan Beribadah

2 kelayan yang beragama Islam di Wisma Arjuna taat beribadah,

mengerjakan shalat lima waktu dan taat mengikuti pengajian setiap hari Jum’at

dan Sabtu kecuali bila merasakan keluhan sakit mereka tidak mengikuti pengajian

yang diadakan di Panti.

Dua kelayan yang beragama Kristen di Wisma Liposos juga taat beribadah dengan

dikunjungi gereja pada setiap hari ada juga yang hanya pada hari Minggu, Rabu

dan Jumat secara rutin serta mengikuti kegiatan kebaktian yang di pimpin oleh

Pastur / Pendeta yang mendatangi panti setiap hari Jum’at dan Sabtu.

Keyakinan tentang kesehatan

Bagi kelayan sebenarnya kesehatan sangat penting. Hal itu bisa dilihat dari

perilaku kelayan yang tidak nyaman setiap kali sakit. Keyakinan terhadap

kesehatan kelayan di Wisma Liposos bila mereka masa ada keluhan sakit akan

datang ke Poliklinik panti yang di buka setiap hari Jum’at. Biasanya setleah

memeriksakan sakitnya akan berkurang. tetapi mereka menganggap bahwa

penyakit mereka adalah hal yang wajar terhadap pada usia lanjut. Semua kelayan

20
yakin dengan penyembuhan atau pengobatan secara alternative misalnya dengan

pijat.

Kultural

Adat yang mempengaruhi kesehatan

Adat dan kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan kelayan Wisma

Surti Kanti sebagian besar kelayan menderita kelumpuhan tetapi untuk melakukan

latihan fisik bertahp mereka tidak mau. Tidak ada adat yang bertentangan dengan

kesehatan. Kelayan Ny. r tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari misalnya

membersihkan wisma dan sukanya menyendiri dan tidur.

Tabu-tabu

Mereka menghindari makan makanan yang mengandung banyak garam

dan minum kopi tetapi oleh kelayan peraturan tersebut dilanggar. Di Wisma

Liposos untuk beragama Islam biasanya sehabis mengharib mereka akan masuk

ke kemarnya masing-masing.

Keadaan Lingkungan Dalam

Penerangan

Perangan di Wisma Liposos cukup baik dengan adanya lampu neon yang

mendukung pencahayaan di malam hari. Untuk kamar tidur lampu 10 watt, ruang

santai 15-20 watt, dan untuk kamar mandi 10 watt. Sedangkan penchayaan di

siang hari didukung dengan adanya jendela kaca sehingga sinar matahari dapat

masuk ke dalam ruangan.

Kebersihan dan Kerapian

21
Secara umum kebersihan dan kerapian di lingkungan wisma baik.

Kebersihan lantai cukup bersih dipel 1 kali sehari oleh kelayan setelah bangun

tidur. Kebersihan dan kerapian kamar tidur kelayan baik. Penataan ruangan rapi,

ruang tamu rapi dan bersih dan kebersihan kamar mandi kelayan juga bersih dan

lantai tidak licin.

Sirkulasi Udara

Kondisi sirkulasi udara baik, difasilitasi dengan adanya beberapa jendela

yang dibuka setiap hari dan bangun tidur sampai sore hari dan ventilasi udara.

Sumber air minum

Air minum berasal dari air PAM. Kondisi air minum memenuhi standar

kesehatan (tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak mengandung

endapan kotoran). Untuk minum dimasak terlebih dahulu oleh bagian dapur.

Keadaan Lingkungan dan Halaman

Penerangan Halaman

Halaman di sekitar wisma dimanfaatkan untuk menanam tanaman hias dan

bagian samping ditanam pohon.

Pembuangan air limbah

Sarana pembuangan air limbah adalah melalui saluran got yang tidak

tertutup dan aliran saluran limbah lancar.

Pembuangan sampah

22
Pembuangan sampah awal ditempatkan pada tempat sampah yang ada di

wisma dan di halaman belakang wisma. Setelah terkumpul, sampah di buang di

tempat pembuangan sampah akhir yang sudah disediakan oleh panti kemudian

dibakar.

Sanitasi

Secara umum keadaan sanitasi di wisma baik. Jamban terjadi

kebersihannya dan jaraknya terlalu dekat dengan penempatan sumber air minum.

Sumber pencemaran

Sumber pencemaran dilingkungan wisma liposis tidak ada.

23
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Ny. S Tn. A Ny. J Ny. S Ny.B NY.R

Fisik
Tingkat Compos Compos Compos Compos Compos Compos

kesadaran mentis mentis mentis mentis mentis mentis


TD (mmHg) 120\30 150/100 14090 120/90 170/100 160/90
Nadi (x/menit) 80 64 88 88 84 84
Suhu (oC) 36.5 36.5 36.5 37 37.5 37.5
RR (x/menit) 20 22 20 20 20 20
BB (kg) 39 39 40 46 36.5 35
TB (cm) 152 152 140 154
Penampilan Rapi dan Rapi dan Rapi dan Rapi dan Rapi dan Rapi dan

umum bersih bersih bersih bersih bersih bersih


Periksa pandang Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih
Kepala Kulit Bersih, Kulit Bersih, Bersih, Lembab,

kepala tidak ada kepala tidak ada tidak ada tidak ada

bersih, lesi lembab lesi lesi lesi

tidak ada

luka di

kepala
Rambut Bersih, Bersih Bersih, Rontok Bersih, Rontok,

sedikit rontok, tidak beruban, beruban beruban,

rontok, beruban mudah bersih tidak bersih

beruban dicabut mudah

dicabut
Mata Tidak Berair, Bersih, Berair, Tidak Bersih,

anemis, tidak bisa tidak tidak anemis, tidak

24
bersih, melihat anemis, anemis, bersih, anemis,

penglihat pandang mata pandang pandanga

an agak an sebelah an baik. n baik.

kabur. sedikit kiri post

kabur op

katarak,

mata

sebalah

kanan

kabur,

mata kiri

goyang

tangan 5

meter.

Mata

sebelah

kanan

goyang

tangan

sampai

tak

terhingga
Hidung Bersih, Bersih,tid Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,

tidak ada ak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

25
pembesar septum pholip pholip pholip pholip

an deviasi

pholip.
Telinga Bersih, Bersih, Bersih, Tidak Bersih, Tidak asa

tidak ada tidak ada pendeng ada pendeng serumen,

serumen, serumen, aranbaik serumen, aran pendengar

pendenga pendenga pendeng kurang an kurang

ran ran aran

kurang kurang menurun


Mulut Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,

gigi gigi gigi gigi gigi gigi

tanggal, tanggal tanggal tangga, tersisa tanggal

mukosa semua, mukosa geraham semua

merah mukosa merah bawah musoca

muda, lembab jambu, kanan 2 lembab

bibir ada

agak karies

kering gigi,

stomatiti

s tidak

ada
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak Tidak Tidak ada

pembesar pembesar ada ada ada pembesar

an an pembesa pembesa pembesa an

kelenjar kelenjar ran ran ran kelenjar

26
tiroid, tiroid, dan kelenjar kelenjar kelenjar tiroid, dan

dan tidak tidak ada tiroid, tiroid, tiroid, tidak ada

ada pembesar dan tidak dan tidak dan tidak pembesar

pembesar an vena ada ada ada an vena

an vena jagularis pembesa pembesa pembesa jagularis

jagularis ran vena ran vena ran vena

jagularis jagularis jagularis


Dada Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

ictus ictus ictus ictus ictus ictus

cordis, cordis, cordis, cordis, cordis, cordis,

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

nyeri nyeri nyeri nyeri nyeri nyeri

tekan tekan tekan tekan tekan tekan

27
Paru Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas

vesikule, vesikuler, vesikuler, vesikuler, vesikuler, vesikuler,

irama irama irama irama irama irama

pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan

teratur teratur teratur teratur teratur teratur


Jantung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

suara jantung suara jantung suara jantung suara jantung suara jantung suara jantung

abnormal abnormal abnormal abnormal abnormal abnormal


Abdomen Nyeri tekan Nyeri tekan Nyeri tekan Nyeri tekan Nyeri tekan Nyeri tekan

(-), asietas(-), (-), asietas(-), (-), asietas(-), (-), asietas(-), (-), asietas(-), (-), asietas(-),

luka bekas massa(-), massa (-), massa (-) massa (-), massa (-),

operasi (-) luka bekas luka bekas luka bekas luka bekas luka bekas

operasi (-) operasi (-) operasi (-) operasi (-) operasi (-)
Genetalia Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan

pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan pemeriksan


Esktremitas Ekstremitas Untuk Ekstremitas Ekstremitas Ekstremitas Ekstremitas

mengalami ekstremitas mengalami bawah bila mengalami bawah

kelemahan, bawah bagian kelemahan, berjalan gangguan, mengalami

lumpuh paha kiri tidak mampu terasa sakit, kekuatan otot kelemahan,

terasa sakit, berjalan kekuatan otot 2 berjalan

kekuatan otot 2 dengan

5 walker,

kekuatan otot

28
3
LAB - - - - - -
Informasi - - - - - -

penunjang
Terapi - - - - - -

medis

A. ANALISA DATA

Pasien Liposos

a. Malas berjalan : 70%

b. Lutut kaku : 60%

c. Tiduran tempat tidur : 40%

d. Makan diambilkan : 20%

e. Tidak bisa mengangkat kaki :50%

f. Jalan pelan dan menggunakan tongkat : 50%

NO DATA MSL KEPERAWATAN

1 DS : Kelayan mengatakan malas untuk Nyeri berhubungan dengan

berjalan jauh 70% dan lutut terasa sakit kaku spasme otot

untuk berjalan 60%

DO : Kelayan tampak tiduran di atas tempat

tidur 40%, makan siang diambilkan oleh

29
teman sekamarnya 20%, kelayan tidak bisa

maksimal mengangkat kaki 50%, jalan

kelayan sangat pelan dan menggunakan

tongkat 50%

B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN

KEP-AN
1 Nyeri Setelah Dilakukan  Pertahankan tirah baring

berhubungan tindakan keperawatan  Minimalkan gangguan

dengan spasme selama 3 x 24 jam lingkungan dan rangsangan

otot diharapkan nyeri  Batasi aktivitas

berkurang dengan  Berikan alternatif posisi


criteria hasil : yang nyaman saat duduk,
 Pasien tidur, berdiri
mengungkapkan  Beri tindakan yang
merasa nyaman menyenangkan sesuai
pada pinggang indikasi seperti posisi
dan lutut nyaman, tehnik relaksasi,
 Klien dapat bimbingan imajinasi
beraktifitas tanpa  Hindari konstipasi

terasa nyeri

30

CATATAN PERKEMBANGAN

TGL/WAKTU DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI Ttd

KEPERAWATAN
rabu Nyeri berubungan  Menganjurkan S:

13/09/06 dengan spasme otot kelayan untuk  Kelayan

jam : banyak istirahat mengatakan

08.30  Menganjurkan tidak bisa

pada kelayan istirahat-

untuk tidur jika

melakukan belum

pekerjaan/aktivi ngantuk

tas sesuai 60%

dengan  Kelayan

kemampuan mengatakan

 Memotivasi tidak

teman banyak

sekamarnya pekerjaan

untuk yang dapat

membantu dilakukan

kelayan dalam semenjak

memenuhi sakit 90%

31
kebutuhan  Teman

 Memberikan sekamar

alternatif posisi kelayan

yang nyaman mengatakan

saat duduk, memang

tidur, berdiri biasanya

 Mengajarkan dia yang

tehnik napas membantu

dalam kebutuhann

 Menganjurkan ya 70%

untuk  Kelayan

membayangkan mengatakan

yang saat

menyenangkan sewaktu

, missal : merawat

sewaktu anak bu

merawat anak Tiwi

bu Tiwi (pengasuh)

(pengasuh) memang

saat yang

menyenangkan

20%

O:

 Kelayan

32
biasa duduk

dengan

bersandar

50%

 Kelayan

tidak biasa

tidur siang,

tidur malam

tidak tahu

jamnya asal

sudah

ngantuk ya

tidur 60%

 Kelayan

memprakte

kkan napas

dalam yang

diajarkan

80%

A:

Kelayan

berusaha untuk

mengurangi

33
rasa nyeri

kepala dengan

anjuran perawat

70%

P:

Pertahankan

dan lanjutkan

tindakan yang

sudah

direncanakan

80%

Kamis Nyeri berubungan  Mengkaji S:

14-9-2006 dengan kondisi kelayan  Kelayan

peningkatan hari ini mengatakan

Jam : spasme otot mengenai hari ini lutut

07.45 WIB istirahat tidur, dan

makan, tehnik pinggangny

relaksasi yang a masih

sudah diajarkan terasa nyeri

 Menanyakan 70%

pada kelayan  Kelayan

apakah sudah mengatakan

minum obat semalam

untuk kurang bisa

34
menghilangkan tidur karena

pegel-pegel lututnya

pegel 50%

 Kelayan

mengatakan

sarapan

pagi sudah

dimakan

60%

 Kelayan

mengatakan

lupa untuk

melakukan

tehnik

napas

dalam 30%

 Kelayan

mengatakan

tidak

minum obat

apa-apa

80%

O:

 Kelayan

35
sering

memegang

lututnya

50%

 Kelayan

tampak

capek/lelah

70%

A:

Kelayan

mengalami

penurunan

status

kesehatan. 70%

P:

Berikan

tindakan untuk

mengatasi

keluhan dan

lanjutkan

dengan

tindakan

keperawatan

yang telah

36
direncanakan

80%
Jumat Nyeri berubungan  Mengkaji S:

15-9-2006 dengan spasme otot kondisi kelayan  Kelayan

Jam serebral hari ini mengatakan

07.45 WIB mengenai hari ini lutut

istirahat tidur, dan

makan, tehnik pinggangny

relaksasi yang a masih

sudah diajarkan terasa

 Mengkaji sedikit

kondisi kelayan nyeri 70%

berkaitan  Kelayan

dengan kondisi mengatakan

nyeri yang semalam

diderita kurang bisa

tidur karena

lututnya

masih

terasa nyeri

70%

 Kelayan

mengatakan

kurang bisa

menikmati

37
sarapan

pagi 60%

 Kelayan

mengatakan

lupa apa itu

tehnik

napas

dalam 30%

O:

 Kelayan

sering

terlihat

memegangi

lututnya

70%

 Kelayan

tampak

capek/lelah

70%

 TD : 150/90

mmHg 60%

A:

Kelayan

38
mengalami

penurunan

status

kesehatan 70%

P:

Kelayan

mengalami

peningkatan

dalam

kewaspadaan

pada saat

berjalan

sehingga resiko

fraktur dapat

dihindari 80%

P:

Pertahankan

tindakan

keperawatan

80%

Sabtu Nyeri berubungan  Mengkaji S:

16-9- 2006 dengan spasme otot kondisi kelayan  Kelayan

Jam 07.30 hari ini mengatakan

mengenai hari ini

39
istirahat tidur, sudah

makan, tehnik mendingan

relaksasi yang 60%

sudah diajarkan  Kelayan

 Mengkaji mengatakan

kondisi kelayan semalam

berkaitan bisa tidur

dengan nyeri meski tidak

yang diderita nyenyak

 Mengajarkan 50%

tehnik relaksasi  Kelayan

dalam mengatakan

mengurangi sarapan

rasa pusing pagi sudah

dengan napas dimakan

dalam, posisi 40%

tidur yang rata,  Kelayan

massage mengatakan

perlahan nanti akan

dicoba 50%

O:

 Kelayan

masih

sering

40
terlihat

memegangi

lututnya

70%

 Kelayan

tampak

lebih segar

50%

 Kelayan

mengikuti

gerakan

tehnik

relaksasi

80%

A:

Kelayan

mengalami

perbaikan

status

kesehatan 80%

P:

Pertahankan

dan lanjutkan

rencana

41
tindakan 80%

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

1. Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit

volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur

terhadap trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh

berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun

ukuran trabekula tulang.

Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan,

meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya (Hadi-

Martono, 1996).

42
Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas : (Peck, 1989 ; Chestnut, 1989) :

Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain,

yang dibedakan lagi atas :

- Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang

terutama dibagian trabekula

- Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah

korteks

- Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab

yang tidak diketahui

Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada /akibat penyakit lain, antara lain

hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.

2. Hambatan dan permasalahan yang di alami oleh kelayan di Panti Liposos Grati

di antaranya :

Malas berjalan : 70%

Lutut kaku : 60%

Tiduran tempat tidur : 40%

Makan diambilkan : 20%

Tidak bisa mengangkat kaki :50%

Jalan pelan dan menggunakan tongkat : 50%

43
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC, 2000

Brunner & Suddarth. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, Jakarta,

EGC, 2002

R. Boedhi Darmojo, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta, Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999

44

Anda mungkin juga menyukai