Anda di halaman 1dari 4

DEKOMPRESI JARUM

Dekompresi jarum, atau dikenal dengan nama lain torakostomi jarum, merupakan suatu
prosedur gawat darurat yang dilakukan dalam kondisi seperti tension neumothorax. Biasanya
tindakan dekompresi jarum dilakukan sebelum pemasangan chest tube atau kateter
interkostal yang merupakan terapi definitif pada kasus tension pneumothorax. Dekompresi
jarum dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama yang sifatnya sementara, namun
menyelamatkan nyawa.
Pada pneumothorax terjadi suatu gangguan dari fungsi kardiorespirasi, yang diawali dengan
peningkatan tekanan intrapelura pada rongga dada, yang kemudian menyebabkan penekanan
pada struktur di sekitarnya seperti vena kava superior, inferior dan atrium kanan. Akibatnya,
pasien akan mengalami sesak napas hingga hipoksia, serta akan mengalami gangguan curah
jantung (cardiac output). Jika tidak ditangani segera, kondisi ini dapat menyebabkan
kematian. Dekompresi jarum bertujuan untuk mendekompresi cukup tekanan dalam ruang
intrapleural, sehingga mengembalikan arus balik vena ke atrium kanan sebagai tindakan
sementara hingga chest tube  dapat dimasukkan.

Sumber: Openi, 2014


Meskipun tindakan ini bisa menyelamatkan nyawa, namun jika dilakukan dengan tidak tepat
dan benar maka juga bisa menimbulkan komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi
akibat tindakan dekompresi jarum adalah perdarahan akibat cedera pada pembuluh darah di
sekitar lokasi insersi, hemothorax, cedera pada saraf atau neuralgia pada lokasi
tusukkan, cardiac tamponade, pneumonia, hingga empiema.
INDIKASI DEKOMPRESI JARUM
Indikasi tindakan dekompresi jarum yaitu upaya untuk mengeluarkan gas atau dekompresi
udara pada ruang intrapleura. Dekompresi jarum dilakukan terutama pada kasus tension
pneumothorax. Dekompresi jarum yang berhasil akan mengubah tension
pneumothorax menjadi simple pneumothorax.
Selain pada kasus tension pneumothorax, pada pasien-pasien dengan simple
pneumothorax yang akan dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang menggunakan transportasi
lewat jalur udara, perlu dilakukan dekompresi jarum terlebih dahulu karena perubahan
tekanan di dalam kabin bisa menyebabkan ekspansi dan perburukan dari pneumothorax.
Studi dari Smith, et al menjelaskan indikasi absolut dari tindakan dekompresi jarum antara
lain apabila saturasi oksigen pasien di bawah 92% meskipun telah diberikan oksigen
100% high-flow, tekanan darah sistolik di bawah 90 mmHg (tanpa penyebab lain), laju napas
yang sebelumnya cepat >35 kali per menit menjadi melambat, disertai penurunan kesadaran.

KONTRAINDIKASI DEKOMPRESI JARUM


Kontraindikasi tindakan dekompresi jarum yang bersifat absolut sebetulnya tidak
ada. Tension pneumothorax adalah kondisi yang mengancam nyawa, sehingga tindakan yang
bertujuan menyelamatkan nyawa pasien harus diutamakan.
Walaupun demikian, sebaiknya diusahakan lokasi dekompresi jarum tidak pada area kulit
yang mengalami infeksi seperti selulitis atau abses. Tindakan juga perlu berhati-hati pada
pasien dengan gangguan koagulasi karena dapat terjadi komplikasi pasca tindakan. Pasien-
pasien yang baru menjalani torakotomi, pneumonektomi, dan pleurodesis perlu diperiksa
dengan seksama karena kondisi-kondisi tersebut bisa menyebabkan hilangnya suara napas
yang menyerupai pneumothorax.

TEKNIK DEKOMPRESI JARUM


Teknik dekompresi jarum adalah dengan memasukan gauge besar pada intercostal
space (ICS) 5 di sisi anterior dari linea midaksila atau ICS 2 linea midklavikula. Tujuan dari
tindakan ini adalah menurunkan tekanan intrapleura sehingga fungsi kardiorespirasi kembali
baik sembari menunggu tindakan definitif. Adapun tekniknya adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan kepada pasien atau keluarga pasien jenis, prosedur dan komplikasi tindakan yang
akan dilakukan.
2. Persiapkan alat dan bahan.
3. Cuci tangan sebelum melakukan prosedur pemeriksaan.
4. Identifikasi toraks pasien dan status respirasi.
5. Berikan oksigen dengan aliran tinggi dan ventilasi sesuai kebutuhan.
6. Identifikasi sela iga II, di linea midklavikula di sisi tension pneumotorakss.
7. Gunakan sarung tangan steril.
8. Lakukan prosedur asepsis dan antisepsis.
9. Berikan anestesi lokal jika pasien sadar atau keadaan mengijinkan.
10. Persiapkan Luer-Lok dan hubungkan dengan jarum kateter.
11. Insersi jarum kateter (panjang 3-6 cm) ke kulit secara langsung tepat diatas iga kedalam
sela iga dengan sudut 90o terhadap permukaan kulit.
12. Tusuk sampai dengan lapisan pleura parietal.
13. Pindahkan Luer-Lok dari kateter dan dengar keluarnya udara ketika jarum memasuki
pleura parietal, menandakan tension pneumothoraks telah diatasi.
14. Pindahkan jarum dan ganti Luer-Lok di ujung distal kateter. Tinggalkan kateter plastik di
tempatnya dan tutup dengan plester atau kain kecil.
15. Siapkan chest tube, jika perlu.

KOMPLIKASI DEKOMPRESI JARUM


Komplikasi tindakan dekompresi jarum dapat sebatas laserasi pada lokasi insersi, hingga
perforasi pada organ lain di rongga dada.
Hemothorax
Dekompresi jarum bersifat invasif, sehingga tentu ada risiko perdarahan dan hemothorax.
Struktur pembuluh darah yang ada di sekitar lokasi insersi antara lain arteri internal
mammary  beserta cabang-cabangnya, pembuluh darah subklavia, pembuluh darah
interkostal, dan arteri pulmoner. Selama proses insersi jarum, jika tampak ada darah yang
mengalir balik dari kateter, maka kemungkinan besar telah terjadi trauma pada pembuluh
darah. Namun, pada beberapa kasus, hemothorax baru terdeteksi setelah evaluasi lanjutan
melalui pemeriksaan rontgen toraks.

EDUKASI PASIEN DEKOMPRESI JARUM


Edukasi pasien mengenai tindakan dekompresi jarum harus mencakup prosedur tindakan
yang akan dilakukan, tujuan, manfaat, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi selama
proses atau pasca tindakan dekompresi jarum.
Selama proses tindakan dekompresi jarum berlangsung, jika pasien dalam kondisi sadar,
pasien harus segera memberitahu operator jika ada rasa nyeri, tidak nyaman, atau perburukan
gejala. Perlu juga dijelaskan bahwa setelah proses penusukan pasien akan mengalami batuk-
batuk. Hal ini artinya paru-paru sudah kembali mengembang.
Jelaskan kepada pasien bahwa dekompresi jarum hanya tindakan sementara atau pertolongan
pertama. Selanjutnya harus dilakukan pemasangan chest tube atau kateter interkostal sebagai
terapi definitif dari pneumothorax.

PEDOMAN KLINIS DEKOMPRESI JARUM


Pedoman klinis tindakan dekompresi jarum adalah suatu upaya untuk mengeluarkan udara
atau dekompresi udara pada ruang intrapleura, terutama pada kasus tension pneumothorax.
Smith, et al menjelaskan bahwa terdapat indikasi absolut dari tindakan dekompresi jarum
yaitu apabila saturasi oksigen pasien di bawah 92% meskipun telah diberikan oksigen high-
flow, tekanan darah sistolik di bawah 90 mmHg, laju napas yang sebelumnya cepat lebih dari
35 kali per menit menjadi lambat, dan penurunan kesadaran.
Tindakan ini bersifat menyelamatkan nyawa sehingga secara umum tidak ada kontraindikasi
dari tindakan ini. Namun, perlu diingat bahwa penusukan jarum sebaiknya tidak dilakukan
pada kulit yang infeksi atau mengalami abses. Penusukan juga perlu hati-hati pada pasien
dengan gangguan koagulasi.
Terdapat perubahan lokasi anatomis insersi pada dekompresi jarum menurut pedoman
Advanced Trauma Life Support edisi ke-10. Penusukan direkomendasikan dilakukan pada
sisi anterior dari linea midaksila di intercostal space  (ICS) 5, karena secara anatomis lebih
aman, risiko perdarahan lebih rendah, dan sama dengan lokasi pemasangan chest
tube atau kateter interkostal.

Anda mungkin juga menyukai