Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan telah menjadi komponen pelayanan kesehatan yang

esensial pada banyak negara. Dengan meningkatnya persaingan internasional

bisnis di bidang jasa, dan meningkatnya berbagai macam penyakit maka pengaruh

dari peristiwa itu sistem pelayanan kesehatan publik akan bertambah. Pada tiap

tahunnya lebih dari seratus juta orang meninggal akibat infeksi nasokomial dan

kurangnya keamanan yang tersedia di Rumah Sakit sehingga sering terjadi

diantaranya traumatic injuries dan berujung dengan pembedahan, terjadinya

infeksi, kesalahan minum obat, dan lain-lain (WHO, 2009)

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesmen risiko, identifikasi

dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes,

2011)
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) merupakan syarat untuk diterapkan di

semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

(KARS). Kesalahan karena kekeliruan identifikasi pasien sering terjadi di hampir

semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan sehingga diperlukan adanya

ketepatan identifikasi pasien. Hal tersebut terutama dimaksudkan untuk dapat

mengidentifikasi pasien yang di rawat inap di rumah sakit secara tepat pada saat

dilakukannya pelayanan maupun pengobatan. Pasien perlu diidentifikasi secara

pasti ketika akan diberikan obat, darah atau produk darah, pengambilan darah dan

spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau mendapatkan tindakan medis lainnya,

sehingga terhindar dari kesalahan yang mungkin dapat berakibat fatal bagi

keselamatan pasien (Kemenkes, 2011)

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur

dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan. Sejak malpraktik menggema

di seluruh belahan bumi melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik

hingga ke jurnal-jurnal ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai menaruh

kepedulian yang tinggi terhadap issue keselamatan pasien. Program keselamatan

pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan

(KTD) yang sering terjadi pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat

merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit (Nursalam, 2011).
Pada negara maju, tercatat kemungkinan 3-16% untuk terjadinya kompliksi

pada pembedahan dan penyakit lainnya yang diakibatkan oleh terjadinya INOS

(Infeksi Nasokomial). Sedangkan angka kematiannya mencapai 0,4-0,8%. Dimana

setengah dari Kejadian Tidak Diharapkan atau KTD (adverse event) ini

sebetulnya dapat dicegah. Sementara itu, pada negara berkembang, angka

kematian yang berhubungan denagn INOS dan pembedahan yakni 5-10%. Selain

itu. Sasaran keselamatan pasien (SKP) merupakan syarat untuk diterapkan di

semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. infeksi

serta komplikasi paska pembedahan (post-operative) juga menjadi perhatian yang

serius di berbagai negara (WHO, 2008)

Penelitian mengenai “Analisis Penyebab Insiden Keselamatan Pasien oleh

Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta”, tercatat pada tahun 2009-

2011 jumlah Insiden Keselamatan pasien berjumlah 171 kasus. Dari jumlah

tersebut sekitar 34,5% kasus terkait penggunaan obat (medication error) dan

65,5% kasus lainnya seperti pasien jatuh, salah identitas, salah hasil laboratorium,

dan lain-lain. Dari semua insiden yang terjadi di Rumah Sakit “X” tersebut sekitar

60% terjadi di rung perawatan (Meliawati, 2012) bahwa 7 juta kasus per tahun

dan mengakibatkan 99.000 kematian (Abdella et al, 2014). Berdasarkan


data indikator mutu pelayanan data yang di peroleh dari Rumah Sakit Pirngadi

kota Medan tahun 2006, terdapat infeksi 32,16% yang terdiri dari infeksi yang di

sebabkan oleh penggunaan jarum infus sebesar 10%, akibat transfusi darah

sebesar 10,16%, dan angka infeksi luka operasi sebesar 12% (Nasution, 2008).

Penelitian RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2007 di dapatkan angka

kejadian infeksi nosokomial di ruangan RB1 sebesar 2,6% dan infeksi nosokomial

plebitis 4,48% di ruangan CVCU (Habni, 2009), Jeyamohan (2010) menambah

bahwa angka prevalensi infeksi nosokomial luka operasi bersih pasca bedah 5,6%

di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan

Pelaksanaan Keselamatan Pasien (patient safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD

Liun Kendage Thuna “, secara keseluruhan program patient safety sudah di

terapkan, namun masalah di lapangan merujuk pada konsep patient safety, karena

walaupun sudah pernah mengikuti sosialisasi, tetapi masih ada resiko pasien

cedera, resiko jatuh, resiko salah pengobatan, pendelegasian yang tidak akurat saat

operan pasien yang mengakibatkan keselamatan pasien menjadi kurang maksimal

(Bawelle, 2013.

Dari Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam, bahwa

pada tahun 2016 pasien di Ruang Nurse Sation 4 Depan yang mengenakan

Gelang dengan Fall Risk sebanyak 125 orang , yang mengenakan Gelang dengan
Alergi Obat sebanyak 30 orang, pada tahun 2017 yang mengenakan Gelang Fall

Risk sebanyak 130 orang, yang mengenakan Gelang Dengan Alergi Obat 25

orang, Jumlah Pasien yang menggunakan Gelang beresiko mengalami

peningkatan tahun 2018 terutama pada Gelang dengan Fall Risk.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Gambaran Pengetahuan Pasien tentang Pemasangan Gelang

Identifikasi pasien pada Penerapan patient safety di ruang rawat inap Rumah

Sakit Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah Gambaran Pengetahuan pasien tentang

Pemasangan Gelang Identitas di ruang rawat inap di Rumah Sakit Grandmed

Lubuk pakam Tahun 2018.

C. Tujuan Peneliti

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien tentang pentingnya

Pemasangan Gelang Identitas pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Grandmed

Lubuk Pakam Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pendidikan

Untuk menambah wawasan keilmuan dn pengamatan dalam melaksanakan

suatu proses penelitian ilmiah sehingga dapat diterapkan dan ditingkatkan di

kemudian hari.
2. Bagi pasien

Memberikan informasi tentang pentingnya Identifikasi dari Pemasangan

Gelang Pasien pada Penerapan patient safety di Rumah Sakit.

3. Bagi perawat

Dapat melaksanakan Pemasangan Gelang Identitas sesuai prosedur dengan

baik sesuai standar Rumah Sakit.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat mengembangkan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian

tentang Gambaran pengetahuan Pasien tentang Pemasangan Gelang Identifikasi

pasien pada Penerapan patient safety di ruang rawat inap Rumah Sakit Grandmed

Lubuk Pakam Tahun 2018.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan judul “Gambaran

Pengetahuan pasien tentang Pemasangan Gelang Identifikasi pada penerapan

patient safety di ruang rawat inap Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam Tahun

2018”. Penelitian ini belum pernah dilakukan oleh orang lain dan saya sendiri

meneliti berdasarkan kuesioner.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Defenisi pengetahuan menurut Notoadmodjo, 2010 yaitu:

a. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

b. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau dari manusia yang sekedar

menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan

sebagainya.

c. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu dari

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimiliki.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan secara garis besar menurut Notoadmodjo, 2010 dibagi dalam 6

tingkat objek melalui indera yang dimiliki :

a. Tahu (know).

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang


telah ada sebelum setelah mengamati sesuatu.

b. Aplikasi (application).

Aplikasi di artikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain.

c. Analisis (analysis).

Analisis adalah sesuatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

d. Memahami (comprehension).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar.

e. Sintesis (synthesis).

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

f. Evaluasi.

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.


3. Cara memperoleh pengetahuan.

Berbagai cara memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah, dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Cara memperoleh kebenaran non-ilmiah antara lain :

1) Cara coba salah (trial dan error).

Cara memperoleh kebenaran non-ilmiah, yang pernah digunakan oleh

manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau

dengan kata yang lebih dikenal “trial end error”. Cara ini telah dipakai orang

sebelum adanya peradaban. Metode ini telah digunakan orang dalam waktu

yang cukup lama untuk memecahkan masalah.

2) Secara kebetulan .

Secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh summers pada tahun

2015. Pada suatu hari summers sedang bekerja dengan asktrak acetone, dank

arena terburu-buru ingin bermain tennis, maka ekstrak acetone tersebut

disimpan di dalam kulkas ke esokan harinya ketika ingin meneruskan

percobaannya, ternyata ekstrak acetone yang disimpan dalam kulkas tersebut

timbul Kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease.


3) Cara kekuasaan atau otoritas.

Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari

generasi berikutnya. Kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya

sebagai kebenaran yang mutlak. Dengan kata lain pengetahuan tersebut

diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang yang

mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik terjadi otoritas pemerintah,

otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.

Prinsip inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh

orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau

membuktikan kebenarannya.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi.

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah

ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

5) Cara akal sehat (common sense).

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori

atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua

zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar

anaknya disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat

salah.
6) Kebenaran melalui wahyu.

Ajaran dan norma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan

dari Tuhan melalui para nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakinin

oleh penyakit-penyakit agama yang bersangkutan.

7) Kebenaran secara intuitif.

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau

berfikir.

8) Melalui jalan pikiran.

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan untuk manusia, cara

berfikir manusia pun ikut berkembang.

9) Induksi.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah

proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan

khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

10) Deduksi.

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum ke khusus.

b. Cara ilmiah memperoleh pengetahuan.

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis logis dan ilmiah, cara ini disebut metode penelitian ilmiah

atau lebih pupoler disebut metode penelitian (research methodology).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

Menurut Notoadmojdo, 2010 faktor-faktor yang mempengaruhui

pengetahuan adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar.

b. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun social. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

didalam lingkungan tersebut.

c. Usia.

Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang

semakin bertambah usia akan semakin berkembang pola daya tangkap dan

pola pikiran, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang


2) Dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga

menambah pengetahuannya.

3) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah

tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.

d. Minat.

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal

dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman.

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya, tata kecenderungan pengalaman

melupakan namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangakan

maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan

membekas dalam emosi kejiwaan dan akhirnya dapat pula membentuk sikap

positif dalam kehidupannya.

f. Sosial budaya dan ekonomi.

Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat

mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga


kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam

pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

g. Informasi / media masa.

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru.

B. Pasien

1. Pengertian

Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis.

Kata pssien dari bahasa indonesia analod dengan kata pasien dari bahasa inggris.

Pasien diturunkan dari bahasa latin yaitu pasiens yang memiliki kesamaan arti

dengan kata kerja pati yang artinya “ menderita”. Sedangkan menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia pasien adalah sakit (yang di rawat oleh dokter), penderita

(sakit

Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang

praktik kedokteran menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang yang

melakukan konsultasi masalah kesehatan nya untuk memperoleh pelayanan

kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

dokter.

pasien adalah klien yaitu sistem perilaku (orang) yang terancam atau
secara potensial terancam oleh penyakit (ketidakseimbangan) dan atau

dirawat di rumah sakit.(Christense dan Kenney, 2009)

pasien adalah individu(sistem personal) yang tidak mampu mengatasi

peristiwa atau masalah kesehatan ketika berinteraksi dengan lingkungan.(King,

2009)

pasien adalah individu, keluarga,kelompok, masyarakat atau komunitas

dengan kemungkinan kebutuhan fisik, psikologis, atau sosial, di dalam konteks

budaya mereka, yang merupakan penerima asuhan keperawatan. (Leineger, 2009)

dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pasien

yaitu:

a. Setiap orang

Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus

pemakai barang dan jasa istilah “ orang “ sebetulnya

menimbulkan keraguan. Pasien adalah setiap orang dan bukan merupakan badan

usaha, karena pengobatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan adalah untuk

kesehatan bagi diri pribadi orang tersebut bukan untuk orang banyak. Kesehatan

adalah sesuatu hal yang tidak biasa untuk diwakilkan kepada orang lain maupun

badan usaha manapun.

b. Pemakai

Kata “pemakai” sesuai dengan penjelasan pasal 1 angka (2) undang-


undang pelindungan konsumen akhir (ultimate) istilah “pemakai" dalam

hal ini tepat digunakan salam rumusan ketentuan tersebut sekaligus menunjukkan

barang dan jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli.

Artinya, sebagai konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya dengan

cara membayar uang untuk memperoleh barang dan jasa itu.

c. Barang dan jasa

Dan kita melihat dalam hal pelayanan kesehatan maka peralihan jasa

terjadi antara dokter kepada pasien. Pasien merupakan pemakai atau pengguna

jasa pelayanan di rumah sakit maupun di tempat praktik dokter. Dan setelah

pasien mendapatkan jasa dari tenaga kesehatan, maka kemudian akan terjadi

transaksi ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung berupa

pembayaran atas jasa yang telah diperoleh.

2. Hak-Hak Pasien

adapun menurut UU No. 29 Tahun 2004

1) Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

2) Meminta pendapat dokter

3) Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis

4) Menolak tindakan medis

5) Mendapat isi rekam medis


3. Kewajiban-Kewajiban Pasien

Adapun menurut UU No. 29 Tahun 2004

1) Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang maslaah

kesehatannya.

2) Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter

3) Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan

4) Memeberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

C. Sasaran keselamatan pasien (patient safety)

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana

Rumah Sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen

resiko, identifikasi dan pengelolaan yang berhubungan dengan resiko

pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambl tindakan yang seharusnya diambil.

Insiden keselamtan pasien adalah setiap kejadian yang tidak

disengaja dan kondisi yang mengakibatkan cedera yang dapat dicegah

pada pasien, Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Cedera,


Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian potensi Cedera.(Kemenkes, 2011)

Adapun 6 Sasaran Keselamatan pasien tersebut:

1. Ketepatan identifikasi pasien

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai ( high-alert)

4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi.

5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6. Pengurangan resiko pasien jatuh

D. Sasaran I Ketepatan Identifikasi Pasien

Penilaian Identifikasi Pasien

1. Pasien diidentifkasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk

darah.

3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan

tindakan/prosedur..
E. Prosedur Pemakaian Gelang pasien

1. Semua pasien harus diidentifikasi dengan benar sebelum pemberian

obat, darah atau produk darah: pengambilan darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis, atau pemberian pengobatan.

2. Pakaikan gelang identitas di pergelangan tangan pasien yang dominan,

jelaskan dan pastikan gelang terpasanag dengan baik dan nyaman

untuk pasien.

3. Pada pasien dengan fistula anterio-vena (pasien hemodialisis), Gelang

Identitas tisdak boleh dipasang disisi lengan yang terdapat fistula

4. jika tidak dapat dipakaikan dipergelangan kaki. Pada situasi di mana

tidak dapat dipasang di pergelangan tangan atau kaki maka dapat

menggunakan identitas yang ditempelkan pada tubuh pasien. Hal ini

harus dicatat di Rekam Medis pasien dan harus selalu menyertai pasien

5. sepanjang waktu, dapat juga dilakukan dengan menggunakan tali dan

kalungkan pada leher.

6. Pada kondisi nama identitas tidak dapat dipasang menggunakan

gelang, maka nama dipasang/ ditempel pada badan pasien

7. menggunakan perekat transparan/tembus pandang. Hal ini harus

dicatat di Rekam Medis pasien


8. Gelang identitas hanya boleh dilepas saat pasien keluar atau pulang

dari rumah sakit.

9. Detail lainnya adalah warna Gelang Identitas sesuai jenis kelamin

pasien.

10. Nama tidak boleh di singkat,. Nama harus sesuai dengan yang tertulis

di rekam medis.

11. Jangan pernah mencoret dan menulis ulang Gelang identitas.

12. Ganti Gelang identitas jika terdapat kesalahan penulisan data.

13. Jika Gelang Identitas terlepas, segera berikan Gelang Identitas yang

baru.

14. Gelang Identitas harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan di

Rumah Sakit.

15. Jelaskan prosedur identifikasi dn tujuannya kepada pasien.

16. Periksa ulang tiga detail data di Gelang Identitas sebelum dipakaikan

ke pasien.

17. Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka,

18. misalnya : siapa nama anda?/nama ibu / bapak siapa? (jangan

menggunakan pertanyaan tertutup seperti, apakah nama anda susi?)

19. Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada


pada pasien tidak sadar, bayi, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi

identitas pasien kepada keluarga? pengantarnya. Jika mungkin, Gelang

Identitas jangan dijadikan satu-satunya bentuk identifikasi sebeblum

dilakukan suatu intervensi.

20. Tanya ulang nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan

jawaban pasien dengan data yang tertulis di Gelang Identitasnya.

21. Semua pasien rawat inap dan yang akan menjalani prosedur

menggunakan 1 Gelang Identitas.

22. Pengecekan Gelang Identitas dilakukan tiap kali pergantian jaga

perawat.

23. Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi pasien

denganbenar dan pastikan Gelang Identitas terpasang dengan baik.

24. Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas

pasien dan membandingkan data yang diperoleh dengan yang

tercantum di gelang identitas.

F. Prosedur Melepas Gelang Identitas

Gelang Identitas hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari Rumah

Sakit. Yang bertugas melepas Gelang Identitas adalah Perawat shif yang

bertanggung jawab terhadap pasien selama dirawat di Rumah Sakit. Gelang

Identitas dilepas setelah semua proses selesai dilakukan proses tersebut

meliputi :
1. Pemberian/penyerahan obat-obatan kepada pasien dan pemberan

penjelasan mengenai rencana perawatan selanjutnya kepada pasien dan

keluarga.

2. Gelang Identitas yang sudah tidak dipakai harus digunting dan gelang

bayi disertkan saat pulang bersama dengan data – data lain dan untuk

pasien anak dan dewasa kemudian gelang yang telah digunting dapat

dibuang ketempat sampah/ dibawa pulang jika pasien menghendaki.

3. Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan pelepasan Gelang Identitas

sementara, saat masih dirawat di Rumah Sakit, misalnya lokasi

Pemasangan Gelang Identitas mengganggu suatu prosedur. Segera

setelah prosedur selesai dilakukan, Gelang Identitas dipasang kembali.

G. Gelang Identitas Pasien Dibedakan Berdasarkan Warna :

1. Merah muda : untuk pasien berjenis kelamin perempuan

2. Biru muda : untuk pasien berjenis kelamin laki-laki.

3. Merah : untuk pasien alergi obat-obatan tertentu

4. Kuning : untukpasien dengan resiko jatuh.

5. Hijau : untuk pasien alergi latex.

6. Ungu : untuk pasien DNR / (Do Not Resusitation)


7. Abu-abu : untuk pasien dengan pemasangan bahan radioaktif

(kemoterapi)

8. Putih : untuk pasien dengan kondisi jenis kelamin ganda.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

yaitu suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk

membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif

(Hidayat, 2011)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “ Gambaran Pengetahuan

Pasien tentang Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien Pada Penerapan

Pasien Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Grandmed Lubuk

Pakam”

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam. Di

pilihnya ruang Nurse Station 5 Belakang ini sebagai tempat penelititian

dengan alasan sebagai berikut :

a. Penelitian tersebut adalah belum pernah dilakukan penelitian

sebelumnya.
b. Pada saat survey awal ditemukan populasi sebanyak 20 orang.

c. Mudah di jangkau oleh peneliti

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian merupakan rencana tentang lamanya kegitan

penelitian dilakukan. Penelitian ini di laksanakan pada bulan januari

sampai bulan juni 2018 dengan rincian seperti tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1 waktu kegiatan penelitian


URAIAN BULAN
No. Desember Januari Februari Maret April Mei Ju
KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. JUDUL
2. BAB I
3. BAB II
4. BAB III
5. PERBAIKAN

BAB 1, 2, 3
6. KESIONER
7. PENELITIAN
8. BAB IV
9. BAB V
10. BAB VI

11. PERBAIKAN

BAB 4, 5, 6
12. SIDANG KTI

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

(benda) subjek (orang) yang mempunyai kualitas dengan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sulistyaningsih, 2011). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam pada Tahun 2018.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti

(Arikuntu, 2010). Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah 30

pasien yang berada di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam tahun 2018.

Teknik pengambilan sampel digunakan untuk menentukan sampel

yang digunakan dalam penelitian. Tekhnik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah accidental sampling. accidental sampling adalah

tekhnik pengambilan sampel yang mengambil kasus atau responden yang

kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks

penelitian (Notoadmojo, 2010)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara penelitian untuk

mengumpulkan data yang akan dilakukan peneliti agar dapat

memperkuat hasil penelitian (Hidayat, 2011)

1. Data Primer
Data primer merupakan data yang di dapat dari sumber pertama

individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian

kuesioner yang biasa (condong) di lakukan pada penelitian. (Hidayat, 2010).

Data primer dari penelitian ini diperoleh dari kuesioner berupa pernyataan

yang di berikan pada responden, dimana terlebih dahulu menjelaskan

bagamana cara pengisian kuesioner, kemudian kuesioner tersebut akan

dikumpulkan kembali kepada peneliti.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari pihak yang lain.

(Chandra, 2013). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari Rumah

sakit Grandmed Lubuk Pakam.

E. Metode Pengukuran Data

Skala pengukuran data yang dipakai dalam peneliian ini dengan

menggunakan skala Guttman. Variable pengetahuan diukur dengan

menggunakan 30 Pernyataan dimana jika responden menjawab salah maka

diberikan nilai “0”.


Untuk menngetahui Gambaran pengetahuan Pasien tentang Pemasangan

Gelang Identifikasi pasien pada Penerapan Patient safety di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam.

F
P= N ×100 %

P= Presentase

F= Jumlah Jawaban yang benar

N= Jumlah Soal (Machfoedz, 2009)

Penentuan tingkat pengetahuan responden penelitian tentang subvariabel

dan Variabel dengan cara mengkonverensikan nilai sub variabel maupun

kedalam kategori kualitatif, sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan responden baik jika responden mampu

menjawab 16-20 pertanyaan dengan benar 76%-100% dari seluruh

pertanyaan.

2. tingkat pengetahuan responden cukup jika responden mampu

menjawab 11-15 pertanyaan

3. tingkat pengetahuan responden kurang jika responden mampu

menjawab 1-10 pertanyaan dengan benar <55% dari seluruh

pertanyaan.
F. Tekhnik Pengolahan dan Analisa Data

a. Tekhnik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui angket atau kuesioner maka dapat

dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1) Seleksi Data ( Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperolehatau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2) Pemberian Kode (Coding)

Coding adalah kegiatan memberi kode numeric (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan data dan analisis data menggunakan

computer.

3) Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master table atau database computer, kemudian

membuat kontigensi ( Hidayat, 2011)


b. Tekhnik Analisa Data

Analisa data dapat digunakan untuk mengelola data yang

terbentuk angka, baik hasil pengukuran maupun hasil kuesioner.

Analisa dapat dilakukan deskriptif (menggambarakan) adalah statistic

yang membahas cara meringkas, menyatukan dan endeskriptifkan data

dengan tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna

(Hidayat, 2011)

Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat

presentase data yang telah terkumpul dan ditanyakan dalam tabel

distribusi analisa data dilanjutkan dengan membahas hasil data yang

dikumpulkan dianalisis dan dikategorikan kepada tingkat pengetahuan

baik, cukup, kurang. (Hidayat, 2011).

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit

Grandmed Lubuk Pakam mengenai Gambaran Pengetahuan Pasien


Tentang Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien Pada Penerapan Patient

Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam.

Dengan jumlah responden 30 orang. Peneliti memperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran

Pengetahuan Pasien Tentang Pemasangan Gelang Pasien Pada

Penerapan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Grandmed Lubuk Pakam berdasarkan Pengetahuan

No Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)


1 Baik 8 26,66%
2 Cukup 13 43,33%
3 Kurang 5 16,66%
Total 30 100%
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi dan

persentase responden berdasarkan pengetahuan dapat diperoleh responden

yang pengetahuan BAIK dengan jumlah, dan yang pengetahuan

KURANG BAIK dengan jumlah

Tabel 4.2 Distribusi Responden dan Persentase Gambaran

Pengetahuan Pasien Tentang Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien


Pada Penerapan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Grandmed Lubuk Pakam Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi Persentase


1 20-50 16 53,33%
2 50-80 14 46,66%
Total 30 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui perawat Rumah Sakit Umum

Daerah Deli Serdang yang memiliki umur 20-30 tahun sebanyak, dan 31-

41 tahun sebanyak

Tabel 4.3 Distribusi Responden Dan Presentase Gambaran

Pengetahuan Pasien Tentang Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien

sPada Penerapan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Grandmed Lubuk Pakam Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


1 Laki-Laki 14 46,66%
2 Perempuan 16 53,33%
Total 30 100%

Tabel 4.4 Distribusi Responden Dan Presentase Gambaran

Pengetahuan Pasien Tentang Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien


Pada Penerapan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Grandmed Lubuk Pakam Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Persentase


1 SD 10 33,33%
2 SMP 11 36,66%
3 SMA 9 26,66%
Total 30 100%

BAB V

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan pasien tentang

pemasangan gelang identifikasi pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit

Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2018, maka diperoleh tingkat pengetahuan

responden adalah “Baik” sebanyak 8 responden (26,66%), serta pengetahuan

“Cukup” sebanyak 13 responden (43,33%), dan pengetahuan “Kurang” sebanyak

5 responden (16,66%). Dari data penelitian tersebut disebabkan karena informasi

tentang pemasangan gelang identifikasi pasien dan jarang mendapatkan informasi

dari tenaga kesehatan, maka pengetahuan pasien tentang pentingnya pemasangan

gelang identitas pasien dan mmengetahui manfaat serta resiko yang dapat terjadi

dari kesalahan dari pemasangan gelang pasien.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,


rasa dan raba, Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga, yaitu proses melihat dan mendengar. Selain itu proses melihat

pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan informal pengetahuan adalah

pembelajaran fakta atau informasi baru dan mampu mengingatnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan pasien tentang

pemasangan gelang pasien adalah umur, pendidkan dan pengalaman, juga

mempengaruhi pengetahuan pasien kurangnya minat untuk mencari tahu tentang

pentingnya mengetahui manfaat dari pemasangan gelang, selain itu kurangnya

informasi yang kurang dari tenaga kesehatan di ruang rawat inap Rumah Sakit

Lubuk Pakam.
BAB VI

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan Pasien

tentang Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien Pada Penerapan Patient Safety di

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2018.

gambaran pengetahuan pasien tentang pemasangan gelang identitas pasien

di Nurse Station 4 Depan Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam pada masalah

Sehat Cukup dan Kurang disebabkan karena kurangnya informasi, penyuluhan,

pengalaman, dan minat untuk mengetahui manfaat pemasangan gelang pasien.

B. Saran

1. Bagi Pasien

Diharapkan pasien

Anda mungkin juga menyukai