Mengetahui,
(.............................................) (.............................................)
(.............................................)
(.....
Kepala Ruang
.............
.............
.............
.) BAB 1
(.............................................)
(.............................................)
BAB I
PENDAHULUAN
akut, kronik, atau kronik eksaserbasi akut. Cholecystitis sangat erat kaitannya
cholecystitis disertai dengan batu empedu (calculous cholecystitis) dan 10% tidak
disertai dengan batu empedu (acalculous cholecystitis) (Kumar, Abbas, & Aster,
empedu. Sama seperti acute cholecystitis, chronic cholecystitis juga erat kaitannya
dengan batu empedu, tetapi chronic cholecystitis juga dapat disebabkan oleh
pada sepertiga kasus (Kumar, Abbas, & Aster, 2013). Cholecystitis dapat dipicu
oleh tiga faktor: (1) inflamasi mekanik yang disebabkan peningkatan tekanan
dengan lebih dari 85% batu empedu adalah batu kolesterol sedangkan sisanya batu
Bandung tahun 2003 2007 menunjukkan angka kejadian cholecystitis sebesar 174
kasus (Elber,2008).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
kandung empedu.
Hati terletak di kuadran kanan atas abdomen di atas ginjal kanan, kolon,
lambung, pankreas, dan usus serta tepat di bawah diafragma. Hati dibagi menjadi
lobus kiri dan kanan, yang berawal di sebelah anterior di daerah kandung
empedu dan meluas ke belakang vena kava.15 Kuadran kanan atas abdomen
didominasi oleh hati serta saluran empedu dan kandung empedu.1 Pembentukan
usus.16,17 Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung empedu,
(kolangitis). Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan
empedu. Infeksi dapat disebabkan kuman yang berasal dari makanan. Infeksi
paling utama adalah infeksi di usus. Infeksi ini menjalar tanpa terasa
tersebut misalnya tifoid atau tifus. Kuman tifus apabila bermuara di kantong
empedu dapat menyebabkan peradangan lokal yang tidak dirasakan pasien, tanpa
gejala sakit ataupun demam. Namun, infeksi lebih sering timbul akibat dari
2.2 Etiologi
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam
bilirubin.2 Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun
Sementara itu, komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol yang
biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena
kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan di
luar empedu (Denis, 2005) Menurut Lesmana (2000), Kolelitiasis dapat terjadi
dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor
kolelitiasis.
Faktor resiko tersebut antara lain :
3. Kegemukan (obesitas)
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik
7. Hiperlipidemia
kronik. Bentuk akut ditandai dengan nyeri hebat mendadak pada abdomen bagian
atas, terutama ditengah epigastrium. Lalu nyeri menjalar ke punggung dan bahu
kanan (Murphy sign). Pasien dapat berkeringat banyak dan berguling ke kanan-
kiri saat tidur. Nausea dan muntah sering terjadi. Nyeri dapat berlangsung selama
dengan fase akut, tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata.
Seringkali terdapat riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati atau
flatulen yang berlangsung lama. Setelah terbentuk, batu empedu dapat berdiam
dengan tenang dalam kandung empedu dan tidak menimbulkan masalah, atau
kandung empedu (kolesistitis) dan obstruksi pada duktus sistikus atau duktus
2.4 Patofisiologi
empedu yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3)
masalah yang terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen.
dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu.
Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu
dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti
sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan
lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah,
atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik (Schwartz, 2000).
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan
larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat
saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang
lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih
mengandung lebih dari 70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah
2. Batu pigmen Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru
faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan oleh
adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi parasit.
berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tak
terekstraksi.1 Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak ditemukan
pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam
terbentuknya batu ini belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam terbentuk
Proses supersaturasi,
nukleasi, bertambahnya endapa
Laparascopy
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri
serangan nyeri berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka
bermakna yang dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2%
pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%.
Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren,
diperkenalkan pada tahun 1990 dan sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi
cara ini karena memperkecil resiko kematian dibanding operasi normal (0,1-0,5%
untuk operasi normal) dengan mengurangi komplikasi pada jantung dan paru.2
Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di
dinding perut. Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa
bedah mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan
pasien dengan batu duktus koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan ini
rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja, nyeri
cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama
kolesistektomi laparaskopi.
3. Disolusi medis Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah
digunakan adalah angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat
bahwa disolusi dan hilangnya batu secara lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat
ini dihentikan, kekambuhan batu tejadi pada 50% pasien.10 Kurang dari 10% batu
memenuhi criteria terapi non operatif diantaranya batu kolesterol diameternya <
20 mm, batu kurang dari 4 batu, fungsi kandung empedu baik dan duktus sistik
paten.
melalui kateter yang diletakkan per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan
batu empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian
beberapa tahun yang lalu, analisis biayamanfaat pad saat ini memperlihatkan
bahwa prosedur ini hanya terbatas pada pasien yang telah benar-benar
bahkan di samping tempat tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang
usus halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah
selang di dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar
sehingga batu empedu yang menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus.
ERCP dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4
dari setiap 1.000 penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi,
sehingga prosedur ini lebih aman dibandingkan pembedahan perut. ERCP saja
biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran empedu yang lebih tua,
1. Pemeriksaan laboratorium
fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya
2. Pemeriksaan Radiologis
khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat
kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di
fleksura hepatica.
udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang
rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas
4. Kolesistografi
karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu
kandung empedu.
BAB III
A. Pengkajian
- Subyektif : kelemahan
- Obyektif : kelelahan
2. Sirkulasi :
3. Eliminasi :
urine pekat .
flatunasi. Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn). Ada peristaltik,
6. Nyeri/ Kenyamanan :
menit.
- Obyektif : Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku
hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
7. Respirasi :
nyaman.
8. Keamanan :
9. Belajar mengajar :
kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran
B. Diagnosa keperawatan
1. Pre operasi
Kriteria hasil:
Intervensi:
2. Intra operasi
Intervensi:
diminimalisir
Kriteria hasil:
Intervensi:
BF, Sleisenger MH, Fordtran JS, Zorab R, editor. Sleisenger and Fordtran's
Barie PS, Eachempati SR. Acute acalculous cholecystitis. Curr Gastroenterol Rep
Diseases of the Gallbladder and Bile Ducts. Dalam: Fauci AS, Kasper DL, Longo
Region 2000
Setiati S. Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: Pusat