Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

GASTROINTESTINAL STROMAL TUMOR (GIST)

OLEH :

Putri Dwi Rusmayanti, S.Kep

2141312036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
GASTROINTESTINAL STROMAL TUMOR

A. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT


1. DEFENISI
Gastrointestinal stromal tumor adalah tumor saluran cerna
terjarang, namun merupakan tumor mesemkim primer saluran cerna
tersering dan khas untuk saluran cerna berasal dari pacemaker Interstitiel
Cell of Cajal (ICC). GIST diduga berasal dari Interstisial sel cajal (ICC)
yang pada keadaan normal merupakan bagian dari sistem saraf otonom pada
usus. ICC ini merupakan pacemaker pada usus yang berfungsi untuk
mengatur motilitas dan peristaltik .
Gastrointestinal stromal tumor merupakan tumor mesenkim
disistem gastrointestinal, sebelumnya digolongkan sebagai gastrointestinal
leiomyoma, cellular leiomyoma, leiomyoblastoma , leiomyosarkoma. GIST
merupakan terminologi baru, merupakan sel tumor mesenkimal (85%) yang
diagnosisnya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan hispatologi dan
kemudian diikuti pemeriksaan imunohistokimia. Tumor ini tergolong jarang
ditemukan pada saluran cerna, hanya sekitar 3 % dari neoplasma
gastrointestinal (Mukherjee & Michael, 2010).
2. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari GIST belum dapat diketahui, tetapi diduga berhubungan
dengan :
a. Imflammatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon
(misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun
memiliki risiko yang lebih besar.
b. Terapi immunosuppressive
c. Infeksi human herpes virus
d. AIDS.
3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik penderita GIST bervariasi, tergantung pada lokasi
GIST, ukuran dan agresifitas tumor. Menurut Miettinen, dkk (2006) dan
Scarpa dkk menemukan gejala paling sering berupa perdarahan saluran
cerna, perdarahan mendadak dengan bentuk melena atau hematemesis, atau
perdarahan menahun sehingga terjadi anemia.
Pada umumnya GIST memberikan keluhan diperut yang samar-
samar, gejala dapat berupa perdarahan akibat ulkus, massa di perut, akut
abdomen karena tumor yang ruptur, nyeri seperti apendiksitis, sedangkan
gejala obstruksi jarang. Keluhan lain berupa lelah, disfagia, dan rasa
kenyang.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan diagnostik :
a. Makroskopik
Gastrointestinal stromal tumor khas timbul dalam dinding otot
saluran cerna, berdiameter kurang dari 1 cm sampai lebih dari 40cm,
dengan rata-rata 5cm saat didiagnosa secara klinik. M,iettinen dkk(2005)
melaporkan ukuran tumor 0,5 – 44cm (median 6cm). Gastrointestinal
stromal tumor dapat berupa nodul kecil sampai massa besar dengan
pertumbuhan intralumen dan eksternal, dapat meluas ke hati dan limpa,
mesokolon, dan pancreas. Pada laminasi warna bervariasi terutama pada
tumor yg besar. gastrointestinal stromal tumor yang kecil sering
berbentuk solid pada subserosa, intramural, atau jarang berupa massa
polipoid intralumen .
Sebagian besar GIST berupa massa eksternal dan kistik pada
bagian pusat, kadang bertangkai melekat pada sebelah luar usus dan
mengenai lapisan otot, sebagian berkembang seperti divertikulum
sebagai tumor eksterna yang bersambungan dengan lumen oleh suatu
saluran/fistul, dan sebagian berbentuk seperti gelas pengukur waktu
yang asimetris dengan komponen lebih kecil sebelah dalam dan yang
lebh besar sebelah luar.
b. Mikroskopik
Histologik GIST berspectrum luas , dan yang paling banyak jenis
sel spindel, sel epitelioid dan sel campuran. Corless(2011) melaporkan
jenis spindel sebanyak 70% (Gb.1A,B), sel epitelioid 20%, dan jenis
campuran sebanyak 10%, dan menurut WHO 2010, 20-25% sel
epitelioid, atau campuran. Pleomorfisme inti relatif jarang , tetapi sering
dijumpai pada GIST jenis sel epitelioid dan pleomorfik. Gastrointestinal
stromal tumor jenis sel spindel mempunyai 4 pola varian, yaitu palisade
bervakuol merupakan tipe tersering, sklerosing terutama pada tumor
GIST berukuran kecil, dan sering dengan kalsifikasi, hiperseluler difus
dan pola sarkomatoid dengan inti atipia bermakna dengan aktifitas
mitosis.
Gastrointestinal stromal tumor jenis epiteliod juga
memperlihatkan 4 varian berupa sklerosimg, diskohesif , hiperseluler
kadang dengan pola pseudopapiler, atau morfologi sarkomatous dengan
atipia bermakna dan aktifitas mitosis . Matriks miksoid dapat ditemukan.
c. Imunohistokimia
Sebagian besar GIST mengandung KIT atau mutasi PDGFRA dan
memperlihatkan KIT(CD117) positif kuat sebanyak 95%6 terwarnai pada
sitoplasma, membrane sitoplasma, atau kadang sebagai titik/dot
periinti(Gb.1B), namun positif lemah pada sebagian kecil GIST (<5%)
terutama pada GIST dengan mutan PDGFRA. Gastrointestinal stromal
tumor juga memberikan CD34 positif sebesar 70%, dan heavy caldesmon
80%, sedangkan dengan smooth muscle actin positif 25%, dan desmin
kurang-lebih 5%.6
Hasil penelitian Miettinen dkk . Menunjukkan ekspresi KIT
(CD117) 91% dari 1765 dari 1765 kasus, CD34 sebanyak 82%, smooth
muscle actin sebanyak 18%, dan desmin 5%.3. Sebagian besar GIST
menunjukkan mutasi pada Kit juxtamembrane domain(exon 11),
sedangkan mutasi pada PDGFRA telah diidentifikasi pada
juxtamembrane (exon 12), dan domains tyrosine-kinase (exon 14 dan 18)
hampir khas pada GIST lambung dengan gambaran sebagian besar varian
epitelioid.
Pada beberapa GIST, terjadinya mutasi Kit dan PDGFRA
mempunyai nilai prognostic .5 Bila tidak terdapat mutasi KIT atau
PDGFRA, disebut tumor GIST tipe wild, ditemukan pada 12% sampai
15% dari semua GIST. Untuk tumor-tumor ini tidak terdapat asosiasi
khas dengan lokasi anatomik atau manisfestasi klinik.
d. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi dapat membantu menegakkan diagnosa GIST
secara radiologi pemeriksaan yang mempunyai sensistifitas cukup tinggi
adalah CT- Scan. Pada pemeriksaan ini dapat membedakan tumor yang
letaknya didalam lumen, perluasan yang eksofitik ataupun yang
intramural.
5. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan medis
Pembedahan merupakan pilihan pengobatan primer dan sebagai
standar untuk GIST tanpa metastasis, dan berpotensi kuratif.
Pembedahan harus dilakukan dengan tepi sayatan reseksi yang adekuat.
Bila secara anatomik dan fisiologik memungkinkan, GIST yang
terlokalisir dapat direseksi, Dianjurkan pula pengobatan adjuvant pasca
operasi.
Untuk GIST yang bermetastasis, inhibitor tyrosine kinase
dipertimbangkan sebagai pengobatan standar. Obat inhibitor tyrosine
kinase yaitu imatinib(Gleevec), sunitinib. Imatinib diberikan peroral
sampai gagal terapi dengan dossis biasanya mulai 400-600mg perhari
dan harus dilakukan monitoring hitung sel darah, kimia darah dan respon
terapi dengan misalnya CT-scan abdomen 1 bulan setelah dimulainya
pengobatan, kemudian dengan interval kira-kira 3 bulan. Sunitinib
dipertimmbangkan untuk terapi second-line. Mutasi gen tampaknya
berpengaruh guna menentukan kriteria untuk terapi adjuvant misalnya
dengan Gleevec(imatinib).
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Monitor tanda -tanda vital
2) Monitor cairan dan elektrolit
3) Bedrest pada pasien
4) Memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan lengkap.

6. KOMPLIKASI
a. Perdarahan pada saluran cerna
b. Obstruksi
c. Kanker saluran cerna
d. Tumor metastase
7. WOC
(terlampir)

B. LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, umur, nomor rekam medis,
pekerjaan, alamat, nama penanggung jawab dan hubungan dengan
pasien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang menjadi alasan masuk pasien ke rumah
sakit. Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan perdarahan,
hemetemesis, kelelahan, disfagia.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan keluhan yang dirasakan pasien pada saat melakukan
pengkajian. Keluhan yang biasanya adalah nyeri pada bagian perut,
BAB berdarah, kelelahan, merasa kenyang.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Merupakan riwayat kesehatan terdahulu pasien yang memiliki
hubungan dengan kesehatan sekarang. Biasanya pasien memiliki
riwayat diet yang hanya serat, protein hewani dan lemak dan riwayat
menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip kolon),
menderita tumor lambung, dan gangguan pada saluran pencernaan
lainnya.
4) Riwayat penyakit keluarga
Merupakan riwayat penyakit pada keluarga pasien. Perlu di kaji
mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami
riwayat penyakit gangguan pencernaan , perdarahan, kanker dan
sebagainya.
c. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan
Pada pola ini yang dikaji adalah pandangan pasien terhadap
penyakit, kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan . Biasanya pasien
tidak mengetahui tentang factor resiko yang menyebabkan pasien
menderita suatu penyakit . Perlu dikaji juga bagaimana prilaku sehat
pasien sehari-hari dan seperti apa pencegahan penyakit yang
dilakukan. Terjadi perubahan persepsi dan penanganan kesehatan
karena kurang pengetahuan tentang dampak sehingga menimbulkan
persepsi negatif terhadap diri, stres, perubahan perilaku, mudah
tersinggung
2) Nutrisi dan metabolik
Pada pola ini yang dikaji adalah diet atau suplemen yang dikonsumsi
pasien, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah makan atau
jumlah minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual-muntah,
stomatitis, berat badan selama 6 bulan terakhir apakah ada penurunan,
adakah kesulitan menelan, penggunaan gigi palsu atau tidak, adakah
riwayat masalah pada kulit seperti ruam, kekeringan serta kebutuhan
jumlah zat gizinyaa. Selain itu, perlu dikaji juga bagaimana intake dan
output makanan serta keseimbangan cairan tubuh pasien.
Pada pola ini biasanya pasien memiliki kebiasaan diet buruk (rendah
serat, tinggi lemak), anoreksia, mual/muntah. Penurunan nafsu
makan, perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot yang
ditandai dengan perubahan padaa kelembaban/turgor kulit, edema.
3) Eliminasi
Pada pola ini yang dikaji adalah jumlah buang air besar perhari, ada
atau tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, alvi, disuria, nuktoria,
urgensi, hematuri, retensi, jika menggunakan kateter apakah kateter
indwing atau eksternal. Selain itu perlu dikaji juga bagaimana
frekurnsi, konsistensi dari eliminasi pasien.
Biasanya pasien dengan GIST mengalami perubahan pada pola
defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi
urinarius, nyeri saat berkemih , hematuria,sering berkemih. Selain itu
juga terjadi perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
4) Aktivitas dan latihan
Pada pola ini yang dikaji adalah kemampuan pasien dalam aktivitas
sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian, tingkat mobilitas di
tempat tidur, berpindah, berjalan.
Gejala menunjukkan adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan dan nyeri yang dirasakan.
5) Kognitif dan perseptual
Pada pola ini yang dikaji adalah keadaan mental pasien, bagaimana
cara berbicara, apakah normal atau tidak, kemampuan berkomunikasi,
kekuatan sensori dan penginderaan (penglihatan pendengaran,
pengecapan, penghidu), nyeri dan kemampuan fungsional kognitif.
Biasanya pasien tidak meiliki masalah dengan pola ini.
6) Istirahat dan tidur
Pada pola ini yang dikaji adalah kebiasaan tidur dan istirahat pasien,
seperti jumlah jam tidur dalam 24 jam, apakah ada masalah selama
tidur, seperti insomnia kemudian tanyakan jam efektif istirahat pasien.
Pasien ini biasanya mengalami kelemahan, kelelahan, insomnia,
gelisah dan ansietas
7) Persepsi diri dan konsep diri
Pada pola ini yang dikaji adalah pandangan pasien tentang dirinya dari
masalah-masalah , apakah ada merasa cemas/takut atau penilaian
terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri
dan identitas tentang dirinya.
Biasanya klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidak kooperatif.
8) Peran dan hubungan
Pada pola yang perlu dikaji adalah pekerjaan, status pekerjaan,
kemampuan bekerja, hubungan dengan pasien atau keluarga dan
gangguan terhadap peran yang dilakukan.
Biasanya pada pasien ini akan terjadi perubahan peran yang dapat
mengganggu hubungan interpersonal.
9) Seksualitas dan reproduksi
Pada pola ini yang dikaji adalah kepuasan atau ketidakpuasan yang
dirasakan oleh pasien dengan seksualitas, tahap dan pola reproduksi.
10) Koping dan toleransi stress
Pada pola ini yang dikaji adalah pola koping umum, toleransi stress,
sistem pendukung, dan kemampuan yang dimiliki untuk
mengendalikan situasi.
Biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisah karena penyakit yang
dideritanya. Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis
yang negatif dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang kontruksif dan adaptif.
11) Nilai dan keyakinan
Pada pola ini yang dikaji adalah pendekatan spritual klien serta perlu
atanu tidaknya dengan rohaniawan.
Biasanya klien lebih mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa untuk
kesembuhan penyakit.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum meliputi kesan pasien pada keadaan sakit seperti
ekspresi wajah dan posisi pasien, serta kesadaran pasien seperti
komposmentis, apatis, somnolen, sopor, koma dan delirium. Pada
pasien ini biasanya dalam keadaan lemah.
2) Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan ini meliputi tekanan darah, nadi (frekuensi, irama,
kualitas), pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan)
dan suhu tubuh.
Pada pasien ini biasanya terjadi peningkatan pada tanda-tanda
vitalnya.
3) Berat badan dan Tinggi badan
Pada pasien ini biasanya mengalami penurunan kadang sampai 10%
dari BB normal, sedangkan tinggi badannya tetap.
4) Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan ini menilai bentuk dan ukuran kepala, distribusi rambut
dan kulit kepala, ubun-ubun
(fontanel), wajah simetris atau tidak, atau ada/tidaknya lesi
pembengkakan dan nyeri tekan.
5) Mata
Pemeriksaan ini melihat visus, alis bulu mata, konjungtiva
anemis/tidak, sklera ikterik/tidak, pupil, lensa dan adanya udem
palpebra/tidak. Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera
ikhterik/kekuningan , pupil isokor, reflek pupil terganggu.
6) Telinga
Pemeriksaan ini yaitu pada liang telinga, membran timpani, mastoid,
ketajaman pendengaran. Biasanya tidak ada kelainan atau msalah
pada telinga pasien.
7) Hidung
Pemeriksaan ini melihat ada atau tidaknya polip, sumbatan,
pernafasan cuping hidung dan nyeri tekan. Biasanya tidak ditemukan
kelainan pada hidung pasien.
8) Mulut
Pemeriksaan ini melihat ada tidaknya kesukaran membuka mulut
(trismus), mukosa bibir, gusi, lidah, salivasi, ada tidaknya peradangan
dan karies pada gigi. Biasanya tidak ada kelainan pada mulut pasien
ini.
9) Leher
Pemeriksaan ini untuk melihat kaku kuduk, ada tidaknya massa di
leher (ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya nyeri telan)
. Selain itu juga pemeriksaan kelenjar getah bening yang dapat dinilai
dari bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah
servikal anterior, inguinal, oksipital dan retroaurikuler. Biasanya tidak
ada kelainan pada leher pasien ini.
10) Kulit
Pemeriksaan ini meliputi warna (pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat,
eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya
edema. Biasanya pada pasien ini turgor kulit kurang baik, mukosa
kering.
11) Paru
Pemeriksaan ini melihat bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi
simetris/tidak, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi
serta pada saat perkusi bagaimana (hipersonor atau timpani), apabila
udara di paru atau pleura bertambah bunyinya redup dan apabila
terjadi konsolidasi jarngan paru maka bunyika pekak. Selain itu
dilakukan auskultasi untuk mendengar suara nafas apakah normal atau
ada suara tambahan seperti ronchi (basah dan kering) dan wezzing.
Biasanya pada pasien ini menderita batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, serta perubahan
kecepatan dan kedalaman pernafasan.
12) Jantung
Pemeriksaan adalah denyut apeks atau iktus kordis dan aktivitas
ventrikel, getaran bising (thriil), dan bunyi jantung. Biasanya tidak
ada masalah dengan jantung pasien.
13) Abdomen
Pemeriksaan ini tentang ukuran atau bentuk perut apakah membuncit
atau tidak, dinding perut, bising usus normal atau tidak,
adanya/tidaknya ketegangan dinding perut dan nyeri tekan. Selain itu
dilakukan palpasi untuk melihat ada tidaknya pembesaran pada
organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing, kemudian pemeriksaan
pada daerah anus, rektum serta genetalianya. Biasanya pasien
mengeluh nyeri pada bagian perut.
14) Ekstremitas
Pemeriksaan ini untuk melihat rentang gerak, keseimbangan dan gaya
berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan ada tidaknya udem di
ekstremitas. Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun,
akral hangat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Resiko perdarahan b.d riwayat perdarahan
c. Resiko infeksi b.d prosedur invasif
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis, ketidakmampuan menelan.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dalam mengukur
keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum
tercapai maka dilakukan asuhan keperawatan ulang.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
a. Terjadi perbaikan dalam nyeri pasien
b. Tidak terjadi perdarahan
c. Tidak terjadi infeksi pada pasien
d. Terjadi pemenuhan nutrisi
No. NANDA NOC NIC

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah diberikan asuhan 1. Pemberian analgesik
cedera biologis keperawatan selama…..x 24 jam Aktivitas:
diharapkan nyeri berkurang atau - Tentukan lokasi, kualitas dan keparahan nyeri
Defenisi: Pengalaman emosional dan
terkontrol, dengan kriteria hasil: - Cek perintah pengobatan
sensori yang tidak menyenangkan yang
Pain level : - Cek adanya riwayat alergi obat
muncul dari kerusakan jaringan secara
 Klien tidak melaporkan - Pilih analgesik yang sesuai
aktual dan potensial atau menunjukkan
adanya nyeri - Pilih rute intravena
adanya kerusakan (Assosiation for Study
 Klien tidak menunjukkan - Monitor ttv sebelum dan sudah pengobatan
of Pain) : serangan mendadak atau
ekspresi wajah terhadap nyeri 2. Pemberian obat
perlahan dari intensitas ringan sampai
 TD, Nadi dan RR dalam batas Aktivitas:
berat yang diantisipasi atau diprediksi
normal - Prtahanka aturan dan prosedur yang sesuai
durasi nyeri kurang dari 6 bulan.
Pain Control - Pertahankan lingkungan yang memaksimalkan
Batasan Karakteristik :  Klien melaporkan nyeri efektifitas obat
 Perubahan nafsu makan terkontrol - Ikuti prosedur 6 benar obat
 Perubahan tekanan darah  Klien dapat mengontrol - Verfikasi resep obat-obatan
 Perubahan frekuensi jantung - Monitor kemungkinan alergi obat
 Perubahan frekuensi pernafasan nyerinya dengan - Gunakan barcode dalam pemberian obat
 Laporan isyarat menggunakan teknik - Monitor ttv
 diaforesis manajemen nyeri non - Bantu klien dalam pengobatan

 Prilaku diatraksi (mis; mondar- farmakologis 3. Pengurangan kecemasan


mandir, mencari orang lain dan/atau Aktivitas:
aktivitas lain, aktivitas berulang ) - Gunakan pendekatan yang tenang dan

 Mengekspresikan prilaku ( mis: meyakinkan

gelisah,merengek, menangis, - Jelaskan semua prosedur

wadata, iritabilitas, mendesah) - Berikan informasi terkait diagnosis, prognosis

 Masker wajah Fokus (mis : mata dan perawatan

kurang bercahaya, tampak kacau, - Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa

gerakan mata berpencar atau tetap aman

pada satu fokus meringis ) - Kontrol stimulus untukebutuhan kline

 Prilaku berjaga jaga, melindungi - Instruksikan klien menggunakan teknik

area nyeri relaksasi

 Fokus menyempit ( mis : gangguan - Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan

persepsi nyeri, penurunan interaksi 4. Manajemen pengobatan

dengan orang yang dan Akrivitas:


- Tentukan obat yang diperlukan
lingkungannya ) - Monitor efektivitas pemberian obat
 Indikasi nyeri yang dapat diamati - Moitor tada gejala toksisistas obat
 Perubahan posisi untuk menghindari - Monitor respon pasieterhadap pengobatam
nyeri pantau kepatuhan regimen obat
 Sikap melindungi tubuh - Fasilitasi perubahan pengobatan dengan
 Dilaktasi pupil dokter

 Melaporkan nyeri 5. Manajemen nyeri

 Fokus pada diri sendiri Aktivitas:

 Gangguan tidur - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif


- Pastikan perawatan analgesik dilakukan
- Gunakan komunikasi terapeutik
- Gali bersama klien faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat nyeri
- Pilih dan implementasikatindakan beragam
untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan prinsip manajemen nyeri
6. Manajemen lingkungan
Aktivitas:
- Ciptakan lingkungan yang aman
- Indetifikasi kebutuhan pasien
- Singkirkan bahaya lingkungan
- Dampingi pasien selama tidak ada kegiatan
- Sediakan tempat tidur dengan ketinggian
rendah
- Sediakan tempat tidur dalingkungan yang
bersih dan nyaman
- Sediakan linen dalam kondisi baik
7. Manajemen energi
Aktivitas:
- Kaji status fisiologis
- Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan
mengenai keterbatasan yang dialami
- Perbaiki defisit fisiologis
- Monitor intake
- Monitor sistem kardiorespirasi
- Kurangi ketidaknyamanan yang dialami
- Tingkatkan tirah baring
8. Monitor tanda-tandavital
Aktivitas:
- Monitor tekana darah
- Monitor nadi
- Monitor suhu
- Monitor frekuensi napas
- Monior kelmbapan kulit
- Monitor adanya sianosis
- Monitorwarna kulit
- Monitor pola pernapasan abnormal
9. Pengaturan posisi
Aktivitas:
- Tempatkan pasien diatas tempat tidur
terapeutik
- Dorong pasien tuk terlibat dalam perubahan
posisi
- Monitor status oksigenasi
- Tempatkan pasien dlam posisis terapeutik
- Posisikan pasien untuk mengurangi dyspnea
- Sokong leher dengan tepat
- Tinggikan kepala tempa tidur
10. Terapi oksigen
Aktivitas:
- Bersihkan mulut dan hidung pasien
- Pertahankan kpatenan jalan napas
- Siapkan peralatan oksigen
- Monitor aliran oksigen
- Monitor peralatan oksigen
- Pastikan pergantian kanul dan masker secara
berkala
- Amati tanda-tanda hipoventilasi
- Pantau tand-tanda keracunan oksigen

2. Resiko perdarahan b.d riwayat Setelah diberikan asuhan Pencegahan perdarahan :


perdarahan keperawatan selama…..x 24 jam Definisi : mengurangi stimulus yang mempengaruhi
diharapkan nyeri berkurang atau resiko perdarahan pada pasien.
Defenisi : beresiko mengalami
terkontrol, dengan kriteria hasil: Aktivitas :
penurunan volume darah yang dapat
Status sirkulasi - Memonitor pasien secara ketat untuk perdarahan
mengganggu kesehatan TTV dalam batas normal - Catat tingkat hemoglobin/hematokrit sebelum
Status koagulasi dan sesudah kehilangan darah
Faktor resiko :
Tidak terdapat bleeding - Memantau tanda-tanda dan gejala perdarahan
- aneurisma
Pengetahuan yang persisten
- sirkumsisi
Prosedur pengobatan - Memantau koagulasi
- Kurang pengetahuan
- Memantau tanda-tanda vital
- koagulopati intravaskular
- Menjaga istirahat selama perdarahan aktif
- riwayat jatuh
- Mengelola produk darah
- gangguan gastrointestinal
- Melindungi pasien dari trauma yang dapat
- gangguan fungsi hati
menyebabkan perdarahan
- koagulopati yang melekat
- Menghindari suntikan
- komplikasi kehamilan
- Menginstruksikan pasien ambulasi untuk
- trauma
memakai sepatu
- efek samping pengobatan
- Menggunakan sikat gigi yang lembut untuk
perawatan mulut
- Menghindari prosedur invasif dengan transfusi
trombosit atau plasma beku segar
- Menghindari mengambil suhu rektal
- Hindari mengangkat benda berat
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh b.d faktor biologis, perawatan selama 3 x 24 jam,  Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk
ketidak mampuan menelan. diharapkan nutrisi pasien memenuhi kebutuhan gizi
Defenisi : Asupan nutrisi yang tidak terpenuhi dengan kriteria hasil :  Identifikasi alergi makanan pada pasien atau
cukup untuk memenuhi kebutuhan  Status gizi intoleransi
metabolik Asupan makanan dan cairan :  Tentukan preferensi makanan pasien
Batasan Karakteristik : - Pasien menghabiskan  Anjurkan pasien tentang kebutuhan nutrisi
 Kram perut porsi makanan yang  Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
 Nyeri perut disediakan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
 Keengganan untuk makan - Status hidrasi baik  Berikan makanan pilihan sambil menawarkan
 Berat badan 20% ataulebih di bawah  Status gizi: asupan zat gizi bimbingan terhadap pilihan yang lebih sehat
kisaran berat badan yang ideal baik  Atur pola makan,(menyediakan makanan
 Kapiler kerapuhan  Kontrol berat badan berprotein tinggi, menyarankan menggunakan
 Diare bumbu dan rempah-rempah sebagai alternatif
 Rambut rontok berlebihan untuk garam, menyediakan pengganti gula ,
 Suara hiperaktifusus meningkatkan atau menurunkan kalori, menambah

 Kurang nyamakanan atau mengurangi vitamin, mineral , atau suplemen


 Kurangnya informasi )
 Kurangnya minat dalam makanan Terapi nutrisi
 Kehilangan berat badan dengan  Kolaborasi dngan ahli gizi jumlah kalori yang
asupan makanan yang cukup dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
 Kesalahpahaman  Selesaikan pengkajian nutrisi pasien.
 Informasi yang salah  Pastikan bahwa diet telah memenuhi makanan
 Membran mukosa pucat yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi.

 Persepsi ketidakmampuan untuk Monitor Nutrisi


menelan makanan  Timbang Berat badan pasien

 Tonus otot miskin  Mendapatkan ukuran antropometri dari komposisi

 Laporan diubah sensasi rasa tubuh (seperti : BMI, ukuran pinggang)

 Kenyang segera setelah menelan  Monitor turgor kulit dan mobilitas

makanan  Identifikasi abnormalitas pada kulit (banyak

 Rongga bukal Sore memar, penyembuhan luka tidak baik, perdarahan)

 Steatorrhea  Identifikasi abnormalitas pada rambut (seperti

 Kelemahan otot diperlukan untuk kering, tipis, rambut kasar, dan mudah patah)

pengunyahan  Monitor mual dan muntah

 Kelemahan otot yang dibutuhkan  Identifikasi abnormalitas pada eliminasi (seperti


untuk menelan diare, darah, mukus, dan nyeri dan
ketidakteraturan eliminasi)
 Monitor intake diet dan kalori
 Identifikasi perubahan terbaru nafsu makan dan
aktifitas.

4. Resiko infeksi b.d prosedur invasif Setelah dilakukan tindakan Pengontrolan Infeksi
Defenisi : Resiko terinvasi oleh perawatan selama 3 x 24 jam,  Gunakan alat yang baru ssetiap tindakan
organisme pathogen. diharapkan infeksi pasien tidak  Anjurkan klien mencuci tangan dengan benar
Batasan Karakteristik : terjadi dengan kriteria hasil :  Anjurkan pengunjung mencuci tangan sebelum
 Penyakit Kronik  Status Imun dan sesudah memasuki ruangan pasien
- Diabetes Melitus  Pengetahuan : pengendalian  Bersihkan kulit pasien dengan pembersih
- Obesitas infeksi antibakteri
 Kurang Pengetahuan Untuk  Pengendalian resiko Perawatan Luka
Menghindari Paparan Dari Pathogen  Pendeteksian resiko  Bersihkan balutan yang melekat dan debris
 Pertahanan Primer Tidak Adekuat  Catat karakteristik luka
- Gangguan Peristaltik  Catat karakteristik drainase
- Kerusakan Kulit Pemasangan Iv  Berikan perawatan pada tempat insisi/ulkus
Cath, Prosedur Invasif)  Masase area sekitar luka untuk menstimulasi
- Perubahan Sekresi Ph sirkulasi
- Pengurangan Aksi Silia  Pertahankan teknik balutan steril selama
- Ruptur dininya membran amnion perawatan luka
- Ruptur membran amnion yang  Inspeksi luka setiap penggantian balutan
terlalu lama  Bandingkan dan catat dengan teratur setiap
- Merokok penggantian balutan
- Penyumbatan Cairan Tubuh  Ajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur
- Trauma Jaringan perawatan luka.
 Pertahanan Sekunder Tidak Adekuat
- Penurunan Hb
- Imunosupresan
- Leukopenia
- Supresi Respon Inflamasi
 Meningkatnya Paparan Lingkungan
Terhadap Pathogen
 Prosedur Invasif
 Malnutrisi
DAFTAR PUSTAKA
1. Judson I, Demetri G. Advances in the treatment of gastrointestinal stromal
tumors. Ann Oncol 2007;18(Suppl 10):20-4.
2. Miettinen M, Fletcher CDM, Kindblom LG, Tsui WMS. Mesenchymal
tumours of the stomach in WHO classification of tumours of the digestive
system edited by Fred T. Bosman, Fatima Carneiro, Ralph H. Hruban and
Neil D. Theise. 4th ed. Lyon: International Agency for research on Cancer,
2010: 74-80.
3. Miettinen M, Sobin LH, Lasota J. Gastrointestinal stromal tumors of the
stomach: a clinicopathologic, immunohistochemical, and molecla genetic
study of 1765 cases witn longterm follow-up. Am j Surg Pathol 2005;29:52-
68
4. Liegl B, Hornick JL, Lazar AJ. Contemporary pathology of gastrointestinal
stromal tumors. Hematol Oncol Clin North Am 2009;23:49.
5. Miettinen M Lasota J(October 2006). “Gastrontestinal stromal tumors, review
on morphology, molecularr pathology, prognosis, and differential diagnosis”.
Arch.Pathol.Lab.Med 2006;130: 1466-78.
6. Miettinen M, Lasota J . Histopathology of gastrointestinal stromal tumor. J
Surg Oncol.2011;104:865-73.
7. Corless CL, Heinrich MC. Molecular pathology ofl gastrointestinal stromal
sarcomas. Annu Rev Patholl 2008;3:557-86.
8. Joensuu H. Gastrointestinal stromal tumor(GIST). Ann Oncol 2006;17Suppl
10:280-286.
9. Nilsson B, Bumming P, Meis-Kindblom JM, Oden A, Dortok A, Gustavsson
B et al.(2005). Gastrointestinal stromal tumors:the incidence, prevalence,
clinical course, and prognostication in the preimatinib mesylate era–a
population-based study in western Sweden. Cancer 2005;103:821-829.
10. Kindblom LC, Remotti HE, Aldenborg F, Meis-Kindblom JM.
Gastrointestinal pacemaker cell tumor(GIPACT), Gastrointestinal stromal
tumors show phenotypic characteristics of the interstitial cells of Cajal. Am J
Pathol 1998;153: 1259-69.
11. Sanders K, Koh S, Ward S. “Interstitial cells of cajal as pacemakers in the
gastrointestinal tract”. Annu Rev Physiol 2006;68:307-43.
12. Huinzinga JD, Thuneberg L, Kluppel M, Malysz J, Mikkelsen HB and
Berrstein A.: W/kit gene required for interstitial cells of Cajal and for
intestnal pacemaker activity. Nature 1995; 373:347-9.
13. Torihashi S, Nishi K, Tokutomi Y, Nishi T, Ward S, Sanders KM.
Blockade of kit signaling induces transdifferentiation of interstitiel cells of
Cajal to a smooth muscle phenotype. Gastroenterology 1999;17:140-148.
14. Sanders K and Ward S. Interstitial cells of Cajal: a new perspective on
smooth muscle function. J Physiol 2006;576(Pt 3): 721-26.
15. Mazur MT, Clark HB.Gastric stromal tumors: Reappraisal of histogenesis.
Am J Surg Patholl 1983;7:507-519.
16. Miettinen M, Lasota J. Gastrointestinal stromal tumors: pathology and
prognosis at different sites. Semin Diagn Pathol 2006 23:70-83.
17. Demetri GD. Gastrointestinal stromal tumor. In: DeVita VT Jr, Lawrence
TS, Rosenberg SA: Cancer: Principles and Practice of Oncology.9th ed.
Philadelphia, Pa: Lippincott Williams & Wilkins, 2011:1060-73.
WOC GASTROINTESTINAL STROMAL TUMOR

Immflammatory bowel Inveksi human herpes AIDS


disease virus

GIST

Resiko Perdarahan Massa abdomen Mual, muntah

Perdarahan ke dalam Perdarahan ke dalam Massa keras Mual, muntah


rongga abdomen traktus gastrointestinal

hematemesis Obstruksi lumen Penurunan nafsu makan


pembedahan

melena Penumpukan massa Penurunan BB

anemia Perbesaran pada daerah Ketidakseimbangan


abdomen nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Distensi abdomen
Distensi abdomen

Tindakan pembedahan

Luka insisi Port de entry

Pelepasan mediator nyeri Resiko infeksi

Ditangkap rseptor nyeri


perifer

Impuls ke otak

Persepsi nyeri

Nyeri akut

Anda mungkin juga menyukai