Anda di halaman 1dari 18

ASKEP SEHAT

JIWA
SEPANJANG
RENTANG USIA
SEKOLAH
K
E
Putri Indah Permata
Rahtu Suzi Amelia
( 1 7 11 3 1 3 0 1 4 )
( 1 7 11 3 1 3 0 2 8 )
L
Intan Delia Puspita S
S h a n i a Yo l a n d a
( 1 7 11 3 11 0 2 4 )
( 1 7 11 3 1 2 0 3 2 )
O
N u r r e z k i G u s t i n a S a r i N s t ( 1 7 11 3 1 2 0 1 4 )
Choriati Nuormanisa ( 1 7 11 3 1 3 0 3 8 )
M
Nur’aini Aulia Rahmah
Nadirah
( 1 7 11 3 1 2 0 2 2 )
( 1 7 11 3 11 0 3 2 ) P
A d i t y a Yu d h a P r a d h a n a
Serly Aprilia Nst
( 1 7 11 3 11 0 0 8 )
( 1 7 11 3 1 2 0 0 6 ) O
K
S i l v i r a Yu s r i ( 1 7 11 3 1 3 0 0 4 )
Miftah Huljannah ( 1 7 11 3 1 2 0 4 0 )

1
KONSEP DASAR
SEHAT JIWA
USIA SEKOLAH
Pengertian Kesehatan Jiwa

Menurut WHO (2005) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik,


mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan.
(UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan) Kesehatan adalah keadaaan
sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi

Dari dua defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan
sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang
bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang
memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan
stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan
berkualitas.
Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun)

Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat


kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas
perkembangan utama pada tahap ini adalah belajar interaksi yang sesuai dengan
teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual khususnya
di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi keterampilan
motorik kasar.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa pada Anak Usia
Sekolah

Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada anak usia sekolah menurut
Depkes RI (2001, dalam Noviana, 2010) antara lain:
• Guru
• Teman sebaya
• Kondisi fisik sekolah
• Kurikulum
• Proses pembelajaran
• Keluarga
KEPERAWATAN
JIWA ANAK
SECARA UMUM
Landasan Teoretis Perkembangan Jiwa Anak

Intervensi keperawatan jiwa anak mendukung pertumbuhan dan perkembangan


normal pada anak yang berlandaskan pada teori perkembangan fisio–biologis,
psikologogis, kognitif, sosial, sensorimotoris, moral, dan filosofi.
1. Teori perkembangan fisio–biologis

Tiga konsep utama yang melandasi teori fisiobiologis perkembangan individu adalah :

2. Kepribadian di definisikan sebagai elemen – elemen yang membentuk reaksi menyeluruh


individu terhadap lingkungan.

3. Sifat (traits). Walaupun tidak bersifat genetik, sifat bawaan (inborn traits) menghasilkan gaya
respons sosial yang berbeda yang memengaruhi pola keterikatan (attachment patterns ) dan
perkembangan psikopatologi.

4. Temperamen adalah gaya prilaku sebagai reaksinya terhadap lingkungan dan berkaitan
dengan trait, yaitu atribut kepribadian.
2. Teori perkembangan psikologis
Teori psikonalitis yang di kembangkan oleh freud dan teori interpersonal psikiatri
yang di kenalkan oleh sullivan mendasari teori psikologis perkembangan.

3. Teori Perkembangan Kognitif


Menurut piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain, menunjukan
proses kegiatan asimilasi, dan akomodasi yang menjabarkan tiap tahap dan usia
dari kematangan kognitif anak.

4. Teori Perkembangan Bahasa


Chomsky (1975) dalam teorinya meyatakan bahwa anak menggunakan dan
menginterpretasikan kalimat baru melalui proses kognitif internal yang disebut
dengan transformasi, yaitu penyusunan kata menjadi kalimat.
5. Teori Perkembangan Moral
Perkembangan moral diartikan sebagai proyeksi sikap dan konsep primitif ke
dalam standar moral yang komprehensif. Proses transformasi ini merupakan
bagian dari/dan bergantung pada kumpulan pertumbuhan kognitif anak, yang
timbul sejalan dengan hubungan anak dengan dunia luar.

6. Teori Psikologi Ego


Teori psikologi ego yang menjembatani psikoanalisis dengan psikologi
perkembangan ini menggunakan pendekatan struktural untuk memahami
individu dangan berfokus pada ego atau diri sebagai unsur mandiri.
Secara lebih terinci keterampilan kompetensi ego yang berkembang sejak awal kehidupan, yaitu
pada masa kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya.
Untuk mengetahui keterampilan anak, kita perlu menanyakan pertanyaan sebagai berikut.
 Apakah anak senang berteman atau bergaul ?
 Apakah anak sering mengganggu teman ?
 Apakah anak tidak tahu apa yang harus dikatakan ketika berkenalan dengan seseorang ?

b) Mengatasi perpisahan dan pengambilan keputusan yang mandiri.

c) Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan dan membuat keputusan yang mandiri
Kita dapat mengunakan pertanyaan berikut ini untuk mengevaluasi keterampilan anak.
 Apakah anak tampak murung atau cemas ketika tidak bersama ibunya ?
 Apakah anak tampak tampak murung atau cemas jika merasa ada orang yang tidak
menyukainya ?
 Jika murung, apakah ada yang dapat dilakukan oleh anak untuk mengatasi perasaannya ?
d) Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama.
Pertanyaan yang dapat di ajukan antara lain, sebagai berikut:
 Ketika anak mempunyai masalah, apakah ia dapat memikirkan beberapa cara penyelesaiannya ?
 Apakah anak menjadi marah jika tidak mendapat keinginannya ?
 Apakah orang lain mudah dibuat marah oleh anak tersebut ?
e) Proses kognitif melalui kata-kata, simbol, dan citra.
Untuk mengatahui keterampilan kognitif anak, perlu ditanyakan hal-hal berikut ini :
 Apakah anak mengalami kesulitan untuk menguraikan perasaannya pada orang lain?
 Apakah anak merasa seolah-olah ia tidak pernah tau apa yang terjadi?
 Apakah anak dapat mengidentifikasi kelebihan yang dimilikinya?
f) Membina perasaan adaptif tentang arah dan tujuan yang diinginkan.
Pertanyaan untuk menggali keterampilan anak ini, antara lain, sebagai berikut :
 Apakah anak merasa bahwa hidup mereka kelak akan lebih baik?
 Apakah anak tidak tahu apa yang harus mereka lakukan jika telah dewasa?
 Apakah anak merasa bersekolah merupkan hal yang penting dan menganggap sekolah sebagai sesuatu
yang memang harus dilakukan?
PROSES
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang
dibutuhkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten. Selain
mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji
data demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari,
keadaan fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan
keluarga.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat
dapat merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah
C. Batasan Karakteristik
– Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
– Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih juara pertama
– Terlibat dalam kegiatan kelompok
– Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
– Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal merapikan tempat
tidur,menyapu dll
– Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita, menggambar
– Memliliki teman akrab untuk bermain
– Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan
D. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
• Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
• Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
• Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
• Mengembangkan kecerdasan
• Mengembangkan nilai-nilai moral
• Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
2. Tindakan Keperawatan
a. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
b. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
c. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
d. Mengembangkan kecerdasan
e. Mengembangkan nilai-nilai moral
f. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai