Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DASAR BERMAIN ANAK

SEKOLAH DASAR

Kelompok 2

 1. Fitria Meliana (18841003)


 2. Belania Ayunanda (18841005)
 4. Syintia Maretina Wahyuni (18841007)
 6. Dita Astriani (18841010)
 7. Sipa Hayatul Pauziah (18841011)
 8. Eulis Hermawati (18841012)
 11. Mena Sunea Ansori (18841016)
 15. Senni Yunianti Herdiana (18841020)
 18. Tasya Monika (18841025)
 19. Suci Handayani Putri (18841027)
 21. Anisa Octapiani (18841029)
 22. Imas Sa‟adah (18841030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL BAHASA DAN SASTRA
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KONSEP DASAR BERMAIN ANAK SEKOLAH DASAR

A. Pengertian bermain
Bermain adalah hak setiap anak. Bermain merupakan lahan anak-anak dalam mengekspresikan
segala bentuk tingkah laku yang menyenangkan dan tanpa paksaan. Pada mulanya, bermain dianggap
sebagai kegiatan yang dipandang sebelah mata. Awalnya kegiatan bermain belum mendapat perhatian
khusus dari. para ahli ilmu jiwa, mengingat masih kurangnya pengetahuan tentang psikologi
perkembangan anak dan kurangnya perhatian terhadap perkembangan anak pada masa lalu (Sugianto
1995:4). Namun, dengan kemajuan teknologi dan dukungan hasil penelitian mutakhir menjadikan
kegiatan bermain menempati urutan wahid pada kegiatan untuk anak-anak.
Kegiatan bermain selalu kita temui dimana ada anak-anak, baik disekolah, di rumah, maupun di
tempat fasilitas umum. Anak-anak dan bermain bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Anak-
anak tak akan lepas dengan kegiatan bermain dan bermain tidak akan terjadi ketika tidak ada anak-
anak yang ingin bersendau gurau. Bagi orang dewasa kegiatan bermain yang dilakukan anak-anak
merupakan hal sepele dan membuang waktu. Namun, tidak untuk anak-anak, dengan bermain mereka
dapat mengembangkan aspek sosial, membangun kreativitas, serta mengasah kemampuan fikir dan
kebahasaan anak dalam berkomunikasi. Melalui bermain pula anak memahami kaitan antara dirinya
dan lingkungan sosialnya (Sugianto 1995:11).
B. Hakikat bermain

Bermain bagi anak usia dini dapat digunakan untuk mempelajari dan belajar banyak hal,
dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerja sama, dan
menjunjung tinggi sportivitas (Mulyasa 2014:166). Selanjutnya dituturkan oleh Ailwood (2003): Play
in early childhood educationforms a significant nodal point at which understanding and discourses of
childhood, motherhood, education, family, psychology, and citizenship coagulate and collide.
Penuturan dari Ailwood tersebut, bermakna bahwa bermain pada lembaga PAUD merupakan suatu
titik temu antara pemahaman dan percakapan yang terjadi pada anak, orang tua, pendidikan, keluarga,
psikologi dan penguatan terhadap kenegaraan.

Disimpulkan bahwa bermain merupakan aktivitas mendasar anak yang dilakukan sendiri,
bersama pendidik, keluarga, teman maupun orangtua yang mana kegiatan tersebut dilakukan secara
sukarela, menyenangkan, dan tanpa paksaan, dengan bermain anak-anak akan mampu memahami
aturan-aturan, bekerjasama, dan bersosialisasi. Bagi anak usia dini, bermain memiliki beberapa esensi
yaitu: 1) motivasi internal, dimana anak-anak melakukan kegiatan bermain atas kemauan diri sendiri
dan tanpa paksaan; 2) aktif, yakni ketika anak-anak melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan
fungsi fisik dan mental; 3) nonliteral, berarti anak-anak mampu melakukan apa saja sesuai keinginan,
terlepas dari realitas seperti berpura-pura memainkan sesuatu; dan 4) tidak memiliki tujuan eksternal
yang ditetapkan sebelumnya, merupakan esensi dari bermain bahwa bermain dilakukan atas dasar
partisipasi semata (Suyanto 2003:145-146).

C. Konsep Dasar Anak Sekolah Dasar.


Anak sekolah dasar yaitu anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat yang mempunyai
sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Anak usia sekolah ini merupakan
masa dimana terjadi perubahan yang bervariasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan
mempengaruhi pemebentukan karakteristik dan kepribadian anak. Periode usia sekolah ini menjadi
pengalaman inti anak yang dianggap mula bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan
dengan teman sebaya, orang tua dan lannya. Selain itu usia sekolah merupakan masa dimana anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan dalam menentukan keberhasilan untuk menyesuaikan diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Diyantini, et al. 2015).
Perkembangan Anak SekolahPerkembangan jika dalam bahasa inggris disebut development.
Menurut Santrock development is the pattern of change that begins at conception and continues through the life span,
yang artinya perkembangan adalah perubahan pola yang dimulai sejak masa konsepsi dan berlanjut
sepanjang kehidupan. Perkembangan berorientasi pada proses mental sedangkan pertumbuhan lebih
berorientasi pada peningkatan ukuran dan struktur. Jika perkembangan berkatan dengan hal yang
bersifat fungsional, sedangkan pertumbuhan bersifat biologis. Misalnya, jika dalam perkembangan
mengalami perubahan pasang surut mulai lahir sampai mati. Tetapi jika pertumbuhan contohya seperti,
pertumbuhan tinggi badan dimula sejak lahir dan berhenti pada usia 18 tahun (Desmita, 2015). Beberapa
komponen yang termasuk dalam perkembangan yaitu :
1. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan
dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana indvidu mempelajari dan memimkirkan lingkungannya. Perkembangan kognitif juga
digunakan dalam psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan
persepsi, pikiran, ingatan, dan penglohan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis
yang berkaitan dengan individu. Selain berkaitan dengan individu juga mempelajari, memperhatikan,
mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya (Desmita,
2015). Mengacu pada tahap perkembangan kognitif dari Piaget, maka anak pada masa kanak-
kanak akhir berada pada tahap operasional konkret yang berlangsung kira-kira usia 7-11 tahun
(tahap operasional konkret. Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif.
Anak sudah mampu berpikir rasional dan melakukan aktivitas logis tertentu, walaupun masih
terbatas pada objek konkret dan dalam situasi konkret.
2. Perkembangan afektif atau sikap
Merupakan proses perkembangan individu atau perubahan perubahan internal untuk menjadi
individu yang baik dan juga masyarakat sosial yang baik.
a) Anak berbuat baik bukan untuk mendapatkan kepuasan fisik, tetapi untuk mendapatkan
kepuasan psikologis yang diperoleh melalui persetujuan sosial.
b) Lingkungan merupkan ruang lingkup yang lebih luas, kaidah moral sebagian besar lebih
ditentukan oleh norma-norma yang terdapat dalam kelompoknya
c) Usia sekitar 10-12 tahun sudah mengenal konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, dan
kehormatan.
d) Perbuatan baik buruk dilihat dari apa motif melakukan hal tersebut.

3. Perkembangan psikomotorik
Merupakan perkembangan mengontrol gerakan gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoosdinasi antara saraf pusat dan otot. Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan gerakan
yang kaku dan lambat. Hal tersebut terjadi karena anak ataupun siswa masih dalam taraf belajar
untuk mengendalikan gerakan gerakanya. Dia harus berfikir sebelum melakukan suatu gerakan,
pada tahap tersebut siswa sering membuat kesalahan dan kadang terjadi tingkat frustasi yang
tinggi. Pada tahap ini seorang anak ataupun siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk
memikirkan tentang gerakanya, dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang
dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. lalu Pada tahap ini gerakan yang dilakukan
secara spontan oleh karenanya gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajaran
untuk memikirkan tentang gerakanya.
D. Manfaat Bermain Bagi Anak
Bermain bagi anak, selain merupakan alat belajar juga merupakan kebutuhan bagi setiap anak.
Diperlukan waktu yang cukup banyak untuk bermain bagi anak terutama pada saat di usia SD,
menurut Laurence Tecik (dalam Satya, 2006) diperlukan 4-5 jam perhari bagi anak untuk bermain,
pada saat bermain anak dapat memenuhi kebutuhan geraknya. Penelitian oleh Kemper di negeri
Belanda dengan memasangkan alat pedometer (penghitung langkah) menyatakan bahwa anak
memerlukan aktifitas fisik perhari adalah 14.000 perhari atau setara dengan 3,5 jam.
Kebutuhan 3,5 jam tersebut tidak mungkin dipenuhi pada jam pelajaran di sekolah. Oleh sebab itu
guru pendidikan jasmani harus dapat memenuhi kebutuhan gerak anak didiknya dengan berbagai
alternatif permainan yang dapat dimainkan siswa saat jam istirahat atau dirumah, karena anak tidak
merasa betah bila duduk seharian diruang kelas, mereka butuh bergerak dan bermain yang lebih
banyak dan merasa gembira ketika menyongsong jam istirahat karena memiliki kesempatan untuk
bermain sambil melepaskan kepenatan dan memulihkan kondisinya.
Sedangkan menurut Claparade (dalam Satya, 2006) bermain bukan hanya memberikan pengaruh
positif terhadap pertumbuhan organ tubuh anak yang disebabkan aktif bergerak tetapi bermain juga
berfungsi sebagai proses sublimasi artinya suatu pelarian dari perasaan tertekan yang berlebihan
menuju hal-hal positif, melalui sublimasi anak akan menuju kearah yang lebih mulia, lebih indah dan
lebih kreatif. Adapun manfaat lain dari bermain bagi anak :
a. Anak dapat kesempatan untuk mengembangkan diri, baik perkembangan fisik (melatih
keterampilan motorik kasar dan motorik halus), perkembangan psiko sosial (melatih pemenuhan
kebutuhan emosi) serta perkembangan kognitif (melatih kecerdasan)
b. Bermain merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi
c. Bermain bagi anak adalah untuk melepaskan diri dari ketegangan
d. Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mentalnya
e. Melalui bermain anak –anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam dirinya kedalam
aktivitas yang menyenangkan
f. Melalui bermain anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya seluas mungkin
g. Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang menjelajah lingkungan dan menemukan hal-hal
baru dalam kehidupan
h. Melalui bermain anak dapat belajar bekerjasama, mengerti peraturan, saling berbagi dan belajar
menolong sendiri dan orang lain serta menghargai waktu.
i. Bermain juga merupakan sarana mengembangkan kreatifitas anak
j. Bermain dapat mengembangkan keterampilan olahraga dan menari
k. Melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu

E. Pengaruh Bermain pada Perkembangan Anak


Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu
banyak bermain, akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang
bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa anak. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak:
- Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak
- Bermain dapat digunakan sebagai terapi
- Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak
- Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak
- Bermain dapat mengembangkan tingkah laku social anak
- Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak

Contoh macam-macam permainan dan manfaatnya bagi perkembangan jiwa anak:

Permainan aktif

a. Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi


Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-
aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama
permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut
sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau
menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.
b. Drama
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang dikagumi dalam
kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.
c. Bermain musik
Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu
bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, berdansa,
atau memainkan alat musik.
d. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karma anak mempunyai koleksi lebih banyak
daripada teman-temannya. Disamping itu mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan social anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan
bersaing.
e. Permainan Olahraga
Dalam permainan olahraga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat
membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak
dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan
kemampuannya secara realistik dan sportif.
Permainan Pasif
a. Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat, membaca akan memperluas wawasan dan
pengetahuan anak, sehingga anak pun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.
b. Mendengarkan radio
Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif. Pengaruh
positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu
apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal
negatif lainnya.
c. Menonton televisi
Menonton televisi pengaruhnya sama dengan seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif
maupun negatifnya (sumber: iqeq. web. id).
Berdasarkan banyak pendapat para ahli baik ditinjau dari segi aspek fisiologis maupun
psikologis dengan aktivitas fisik secara teratur, terukur dan cukup akan diperoleh manfaat seperti
: meningkatnya kinerja sistem saraf, dengan bertambah banyaknya jumlah percabangan sel-sel
saraf dan sinapsisnya, makin rimbun hubungan antara sel saraf, makin tinggi pula tingkat
kecerdasan ( Markam, S, 2005 ).
Aktivitas fisik juga menuntut seluruh bagian tubuh untuk bergerak yang memungkinkan
terjadinya respon terhadap kedua bagian otak. Para peneliti telah melaporkan bahwa
perkembangan otak sebenarnya terjadi ketika anak-anak bergerak dan bermain. Kemungkinan
besar fungsi otak dan keterampilan motorik berkembang secara beriringan, proses ini tidak
mungkin diperoleh dari aktivitas pembelajaran selain bermain (termasuk pendidikan jasmani).
Peningkatan kadar hormon dan endoprine danenoreprine berdampak pada kurangnuya
kecemasan anak dalam menghadapi tugas-tugas akademiknya, perasaan tenang yang ditimbulkan
oleh hormon tersebut mendukung kesiapan siswa dalam memecahkan persoalan-persoalan sulit
yang dihadapi secara lebih taktis dan rasional serta memungkinkan lahirnya ide-ide besar melalui
imajinasinya. Kerja jantung yang efisien adalah apabila dapat memberikan energi dan oksigen
secara optimal keseluruh bagian tubuh, terutama pada otak untuk mendukung seluruh beban kerja
yang dihadapi baik beban fisik maupun psikis sehingga anak tidak cepat mengalami kelelahan
dan dapat menyelesaikan tugas-tugas di sekolah maupun dalam memenuhi kebutuhan
bermainnya. Bermain sambil belajar merupakan salah satu cara agar seorang anak dapat
meningkatkan perkembangan dalam dirinya. Baik perkembangan fisik maupun psikisnya dan
khususnya anak-anak usia 5 – 12 tahun ( Tk, SD ) merupakan masa-masa yang sangat penting.
Menurut Sighund Freud tingkah laku seseorang dimasa yang akan datang merupakan
hasil manifestasi dari perkembangannya di masa kanak-kanaknya. Karenanya kiat untuk
meningkatkan kemampuan sosial anak-anak bukanlah menyuruh mereka menyapa tetapi
melibatkan semua anak dalam kegiatan dan bermain bersama. Ini sesuai dengan tahapan usianya
yang menuntut pemahaman konkret mengenai suatu konsep. Dan dengan permainan seperti ini
dapat meningkatkan serta membantu perkembangan fisik dan psikisnya Sebagai renungan bagi
guru sekolah dasar terutama guru pendidikan jasmani SD, apakah jumlah jam yang tersedia di
sekolah telah memenuhi standar minimal kebutuhan gerak yang diperlukan oleh siswa,
jawabannya tentu “tidak”, oleh sebab itu guru harus memberikan iklim pembelajaran pendidikan
jasmani secara lebih kondusif, menarik dan menggembirakan yang pada gilirannya siswa akan
merasa ingin mengulangi apa yang diperoleh disekolah untuk kembali dicoba pada teman-teman
dilingkungan rumahnya. Dengan demikian kekurangan jam pelajaran di sekolah akan
dikompensasikan pada kegiatan di luar jam pelajaran.
F. Fungsi Bermain bagi Pendidikan
Fungsi bermain Untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak baik dari segi
perkembangan otot kasar dan otot halus anak, meningkatkan penalaran anak, dan memahami
kebermaknaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi anak serta mengembangkan kreativitas.
1. Bermain dan kemampuan intelektual
a. Merangsang perkembangan kognitif
Dengan permainan sensorimotor, anak akan mengenal permukaan lembut, halus, kasar
atau kaku, sehingga meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi, fantasi) dan mengenal
konstruksi, besar-kecil, atas-bawah, penuh-kosong. Melalui permainan dapat menghargai
aturan, keteraturan dan logika.
b. Membangun struktur kognitif
Melalui permainan, anak akan memperoleh informasi lebih banyak sehingga pengetahuan
dan pemahamannya lebih kaya dan lebih mendalam. Bila informasi baru ini ternyata beda
dengan yang selama ini diketahuinya, anak mendapat pengetahuan yang baru. Dengan
permainan struktur kognitif anak lebih dalam, lebih kaya dan lebih sempurna.
c. Membangun kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokan,
mengurutkan, mengamati, meramal, menentukan hubungan sebab-akibat, menarik
kesimpulan. Permainan akan mengasah kepekaan anak akan keteraturan, urutan dan waktu
juga meningkatkan kemampuan logika.
d. Belajar Memecahkan Masalah
Permainan memungkinkan anak bertahan lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan
yang ia hadapi dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup imajinasi aktif anak-
anak yang akan mencegah kebosanan ( merupakan pencetus kerewelan ada anak )
e. Mengembangkan rentang konsentrasi
Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang lama, seorang anak tidak
mungkin dapat bertahan lama bermain (pura-pura menjadi dokter,ayah-ibu,guru). Ada yang
dekat antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan
kemampuan konsentrasi. Anak tidak imajinatif memiliki rentang perhatian (konsentrasinya)
pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku lain dan mengacau.
2. Bermaian dan Perkembangan Bahasa
Bermain merupakan “laboratorium bahasa” buat anak-anak. Di dalam bermain, anak-
anak bercakap-cakap dengan teman yang lain, berargumentasi, menjelaskan dan meyakinkan
kosakata yang dikuasai anak-anak dapat meningkat karena mereka menemukan kata-kata baru.
3. Bermain dan Perkembangan Sosial
a. Meningkatkan sikap sosial.
Ketika bermain, anak-anak harus memperhatikan cara pandang lawan
bermainnya, dengan demikian akan mengurangi egosentrisnya. Dalam permainan itu
pula anak-anak dapat mengetahui bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan
hak dan peduli akan hak orang lain. Anak juga dapat belajar bagaimana sebuah tim dan
semangat tim
b. Belajar berkomunikasi
Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus mengerti dan dimengerti
oleh teman-temannya, karena permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana
mengungkapkan pendapatnya, juga mendengarkan pendapat orang lain
c. Belajar Berorganisasi
Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda, olah karena itu
dalam permainan, anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan dengan penentuan
„siapa‟yang akan menjadi „apa‟. Dengan permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana
membuat peran yang harmonis dan melakukan kompromi
4. Bermain dan Perkembangan Emosi
Bermain merupakan pelampiasan emosi dan juga relaksasi. Fungsi bermain untuk perkembangan
emosi :
a. Kestabilan emosi
Ada tawa, senyum dan ekspresi kegembiraan lain dalam bermain. Kegembiraan yang
dirasakan bersama mengarah pada kestabilan emosi anak
b. Rasa kompetensi dan percaya diri
Bermain menyediakan kesempatan pada anak-anak mengatasi situasi.Kemampuan ini akan
membentuk rasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini pula dapat mengembangkan
percaya diri anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya
dengan temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan
konsep diri yang realistis)
c. Menyalurkan keinginan Didalam bermain, anak-anak dapat menentukan pilihan, ingin
menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi „ikan‟, bisa juga menjadi „komandan‟ atau
menjadi „pasukan perang‟nyaatau menjadi seorang putri.
d. Menetralisir emosi negative
Bermain menjadi “katup” pelepasan emosi negatif, misalnya rasa takut, marah, cemas dan
memberi kesempatan untuk menguasai pengalaman traumatik.
e. Mengatasi konflik
Di dalam bermain, sangat mungkin akan timbul konflik antar anak dengan lainnya, karena
itu anak-anak bisa belajar alternatif untuk menyikapi atau menangani konflik yang ada.
f. Menyalurkan agresivitas secara aman
Bermain memberikan kesemapatan bagi anak-anak untuk menyalurkan agresivitasnya secara
aman. Dengan menjadi „raja‟ misalnya, anak dapat merasa „mempunyai kekuasaan‟ dengan
demikian anak-anak dapat mengekspresikan emosinya secara intens yang mungkin ada tanpa
merugikan siapapun.
5. Bermain dan Perkembangan Fisik.
a. Mengembangkan kepekaan penginderaan.
Dengan bermain, anak-anak dapat mengenal berbagai tekstur, halus, kasar, lembut,
mengenal bau, mengenal rasa, mengenal warna
b. Mengembangkan ketrampilan motoric
Dengan bermain seorang anak dapat mengembangkan kemampuan motorik, seperti berjalan,
berlari, melompat, bergoyang mengangkat, menjinjing, melempar, menangkap, memanjat,
berayun dan menyeimbangkan diri. Selain itu, anak dapat belajar merangkai, menyusun,
menumpuk, mewarnai dan menggambar
c. Menyalurkan energi fisik yang terpendam
Bermain dapat menyalurkan energi berlebih yang ada diantara anak-anak, misalnya : kejar-
kejaran. Energi berlebih yang tidak disalurkan dapat membuat anak-anak tegang, gelisah dan
mudah tersinggung.
6. Bermain dan Kreativitas.
Dalam bermain, anak-anak dapat berimajinasi sehingga dapat meningkatkan daya
kreativitas anak-anak. Adanya kesempatan untuk berfikir antara batas-batas dunia nyata
menjadikan anak – anak dapat mengenal proses berfikir yang lebih kreatisif yang akan sangat
berguna dalam kehidupan sehari-hari.

G. Karakteristik Bermain.
Dengan mengenali karakteristik bermain anak, kita akan lebih peka dan lebih tanggap lagi menilai
tentang kegiatan bermain yang diprogramkan dalam satuan kegiatan harian (SKH) sesuai dengan ciri-
ciri bermain anak sehingga dapat membuat penilaian bermain terhadap anak yang valid, adil dan
dapat mengukur kompetensi anak secara individual.
George W Maxim (dalam Satya, 2006) mengemukakan lima karakteristik yang dapat diidentifikasi
dalam bermain yaitu :
1. Motivasi interinsik, aktivitas bertujuan untuk kesenangan dan motivasi datang dari dalam diri
anak
2. Penekanan pada proses bukan hasil
3. Perilaku nonliteral, anak-anak menggunakan kekuatan yang luar biasa untuk berpura-pura selama
bermain
4. Kebebasan
5. Kesenanga

Secara umum karakteristik bermain adalah sebagai berikut

1. Bermain adalah Sukarela


didorong oleh motivasi dari dalam diri seseorang sehingga akan dilakukan oleh anak
apabila hal itu betul-betul memuaskan dirinya, bukan karena iming-iming hadiah atau karena
diperintah oleh orang lain. Jadi, permainan yang dilakukan anak adalah suatu kepuasan tersendiri
karena tidak harus memnuhi tuntutan atau harapan dari luar, anak-anaklah yang menentukan
perannya sendiri dalam bermain.
2. Bermain adalah pilihan anak
Anak-anak memilih secara bebas sehingga apabila seorang anak dipakasa untuk bermain,
sekali pun mungkin dilakukan dengan cara yang halus maka aktivitas itu bukan merupakan
aktivitas dan bukan lagi bukan lagi kegiatan bermain atau non play.
3. Bermain adalah permainan yang menyenangkan
Anak-anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas bermain tersebut,
bukan menjadi tegang atau stress. Bermain yang menyenangkan merupakan syarat mutlak
4. Bermain adalah simbolik
Melalui kegiatan bermain anak akan mampu menghubungkan pengalaman mereka
dengan kenyataan sekarang, misalnya berpura-pura menjadi orang lain, anak-anak akan
bertingkah laku seperti yang diperankannya.
5. Bermain adalah aktif melakukan kegiatan
Dalam bermain anak-anak bereksplorasi, bereksperimen, menyelidiki dan bertanya
tentang manusia, benda-benda, kejadian atau peristiwa.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa bermain memiliki ciri-ciri khas yang perlu diketahui oleh
guru dan orang tua. Kekhasan itu ditunjukkan oleh perilaku anak. Kegiatan disebut bermain apabila :
1. menyenangkan dan menggembirakan bagi anak; anak menikmati kegiatan bermain tersebut;
mereka tampak riang dan senang
2. dorongan bermain muncul dari anak bukan paksaan orang lain; anak melakukan kegiatan karena
memang mereka ingin.
3. anak melakukan karena spontan dan sukarela; anak tidak merasa diwajibkan; (anak begitu saja
berlari, mengejar, mengincar, merebut, dan menendang bola tanpa ada rencana sebelumnya.
Tidak ada seorang pun yang menskenario perilaku anak dalam bermain)
4. semua anak ikut serta secara bersama-sama sesuai peran masing-masing; (seperti contohnya
bermain bola di ari anak memiliki peran masing-masing yang membuat mereka disebut bermain
bola, seperti mengejar, merebut, memberi umpan, berusaha menguasai bola, bahkan ada yang
asyik dengan air karena tidak mendapatkan bola. Anak menciptakan sendiri “ulah” mereka untuk
mendukung kegiatan bermain mereka dan peran yang diambil);
5. anak berlaku pura-pura, tidak sungguhan, atau memerankan sesuatu; anak pura-pura marah atau
pura-pura menangis;
6. anak menetapkan aturan main sendiri, baik aturan yang diadopsi dari orang lain maupun aturan
yang baru; aturan main itu dipatuhi oleh semua peserta bermain;
7. anak berlaku aktif; mereka melompat atau menggerakkan tubuh, tangan, dan tidak sekedar
melihat;
8. anak bebas memilih mau bermain apa dan beralih ke kegiatan bermain lain; bermain bersifat
fleksibel. (contohnya seperti dalam bermain bola di air anak boleh pause sejenak dengan bermain
air, boleh sambil bergurau, boleh sambil bergaya).
Berikut ini merupakan ciri-ciri bermain yang ditampilkan secara visual

Anak-anak terlibat
Menyenangkan & aktif Bersama- Spontan dan
Menggembirakan sama sukarela

Motivasi dari KARAKTERISTIK Berpura-pura,


dalam diri anak BERMAIN tidak kebetulan

Aturan sesuai
Anak harus aktif
kebutuhan anak Fleksibel(anak
bergerak/berpikir
bebas memilih &
beralih bermain)

H. Tahap-tahap Perkembangan Bermain Anak


Montolalu,dkk (2007: 2.14-2.16) menyatakan bahwa secara umum tahap-tahap
perkembangan bermain ada lima tahap yaitu: 1). Tahap manipulatif, 2). Tahap simbolis, 3). Tahap
eksplorasi, 4). Tahap eksperimen,5). Tahap dapat dikenal. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tahap Manipulatif
Tahap manipulatif pada anak usia 2-3 tahun sudah dapat bermain dengan benda-benda yang ada
disekitarnya untuk dipegang, diraba, digerak-gerakkan, dibolak-balik, dibanting, dijatuhkan,
dilempar, ditendang, diduduki, dicium, dipukul dan sebagainya. Anak-anak melakukan hal itu
semua untuk memperoleh pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan mengenal sifat, bentuk,
fungsi, benda-benda yang mereka mainkan dan merasakannya serta keterampilan manipulatif
untuk melangkah ke tahap berikutnya.
2. Tahap Simbolis
Tahap simbolis, anak pada usia 3-4 tahun masuk dalam kategori bermain tahap simbolis yaitu
anak sudah mulai mengenal benda-benda tertentu sebagai symbol makna benda yang lain sebagg
contoh anak-anak laki-laki bermain dengan balokbalok kayu diibaratkan dengan bermain mobil-
mobilan sambil berucap “ini mobil papaku”, atau sekelompok anak perempuan dengan bermain
pasir disimbulkan beras dalam permainan pasar-pasaran dan sebagainya. Tahap ini ditandai
dengan kemampuan anak untuk berangan-angan atau berimaginasi sesuai dengan kenyataan
hidup yang ada. Sering anak berbicara sendiri dengan alat permainannya.
3. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi, pada tahap ini anak sering bermain sendiri untuk menemukan apa yang ia
inginkan karena pada dasarnya anak ingin mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitarnya
dengan mengalami sendiri. Melalui bermain pada tahap ini anak akan menemukan beberapa sifat,
bentuk, dan keadaan benda yang dimainkan. Bermain di bak pasir misalnya anak bermain pasir
dengan disendok, dituang, dipindahkan ke tempat lain, dibentuk seperti yang mereka inginkan,
dicampur air, diayak dan sebagainya. Melalui bermain di bak pasir tersebut anak akan
memperoleh pengalaman berharga mengenai sifat pasir.
4. Tahap Eksperimen
Tahap eksperimen, setelah anak memperoleh banyak pengalaman baru dalam bermain
sebelumnya anak mulai mulai mencoba-coba mencari jawaban dari persoalan ataupun angan-
angan yang mereka lakukan. Kegiatan bermain mulai terpusat pada permainan yang mampu
membuktikan apa yang mereka pikirkan yaitu mencari bentuk-bentuk tertentu dengan berbagai
ukuran dan kekuatan oleh sebab itu dalam bermain akan selalu mencoba-coba terus atau membuat
percobaan-percobaan sampai mereka menemukan jawabannya. Sebagai contoh dalam bermain di
bak pasir atau di pantai anak akan membuat berbagi macam bentuk bangunan atau benda menurut
angan-angan mereka ataupun dengan bantuan kaleng, tempurung kelapa, atau bentuk benda lain
dengan berbagai macam percobaan adonan pasir dan sebagainya.
5. Tahap Dapat dikenal
Tahap dapat dikenal, pada anak usia 5-6 tahun pada umumnya telah mencapai tahap bermain
yang nyata artinya anak-anak telah mampu bermain dengan brbagai bentuk dan dan sifat yang
nyata dan hasilnya mudah dapat dikenal oleh orang lain secara nyata. Misalnya bermain dengan
membuat bentuk binatang dengan plastisin dan membuat kandangnya atau bahkan kebon
binatangnya sudah dapat dikenal. Selain itu pada tahap ini anak sudah mampu bekerja bersama-
sama untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan cara membagi tugas dengan baik.
Jean Piaget mengemukakan mengenai tahap-tahap perkembangan bermain sejalan dengan
perkembangan kognitif anak, dan secara bertahap adalah sebagai berikut:1). Sensory Motor
Play2). Symbolic atau Make Belive Play, 3). Social Play Games With Rules, 4). Games With
Rules and Sports. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sensory Motor Play
Sensory Motor Play yaitu tahap perkembangan bermain yang paling awal dari lahir sampai
dengan usia sekitar dua tahun. Kegiatan anak pada tahap ini sebenarnya merupakan gerakan
lanjutan dari kenikmatan-kenikmatan yang diperolehnya dari kegiatan hidupnya seperti
menghisap, menangis, bermain dengan lidah dan mulutnya. Kegiatan itu hanya mengulangi apa
yang menjadi aktivitas sebelumnya yang berlangsung terus menerus, Piaget menyebutnya
reproductive assimilation. Anak bergerak menurut indra yang dipunyainya yang dimulai dari
gerakan kebetulan. selanjutnya diulang- ulang karena merasa senang, misalnya tangan bergerak
sembarangan dan menyentuh benda,balon yang ada di atasnya dan berbunyi maka anak akan
tertarik dan kemungkinan besar diulangi lagi gerakan semacam itu yang akhirnya menjadi
gerakan yang disengaja. Semakin mendekati usia dua tahun anak semakin sadar akan gerakannya
untuk beraktivitas sesuai dengan kemauan yang menyenangkan serta mampu bergerak secara
terkoordinasi dengan baik walaupun belum sempurna benar, misalnya dalam berlari, melompat,
menendang, melempar, memukul, dan sebagainya. Contoh, anak menemukan kaleng bekas susu
kemudian ditendang atau dipukul ternyata menimbulkan bunyi sehingga hal itu akan
diulangulang bahkan anak tersebut akan menendang atau dipukul dari berbagai sudut, ternyata
menimbulkan bunyi yang berbeda-beda. Selanjutnya anak akan memulai penjelajahan yang
sistematik terhadap lingkungan sekitarna.
2. Symbolic atau Make Belive Play
Symbolic atau Make Belive Play merupakan tahapan bermain pra operasional yang terjadi pada
anak usia sekitar 2 – 7 tahun dengan ciri-ciri anak mampu melakukan kegiatan bermain pura-pura
atau bermain khayal dan anak mulai mengenal simbol dari benda lain secara representatif.
3. Social Play Games With Rules
Social Play Games With Rules yaitu bentuk permainan dengan peraturan yang berhubungan
dengan perilaku sosial ini berlangsung pada anak usia sekitar 7 – 11 tahun yang dikenal pula
dengan permainan konkret operasional. Anak-anak seusia ini sudah mampu menggunakan akal
pikiran/penalaran atau logika yang obyektif dalam aktivitas bermain. Hal ini terkait dengan taktik
dan strategi permainan untuk aktivitas bermain yang disesuaikan dengan peraturan permainannya.
Peraturan permainan di sini disesuaikan dengan kemampuan anak-anak dalam arti peraturan yang
sederhana atau mungkin merupakan kesepakatan anak-anak saja sehingga mereka dengan
sukarela menaati aturan tersebut.
4. Games With Rules and Sports
Games With Rules and Sports pada anak usia 11 tahun ke atas, anak semakin menyenangi suatu
games dengan peraturan sederhana dan olahraga. Bermain dan games dengan peraturan lebih
disenangi anak karena ada unsure kompetitifnya yang memberikan penghargaan tinggi kepada
anak-anak yang sukses dalam permainan tersebut. Selanjutnya olahraga merupakan permainan
dengan suatu peraturan yang aku juga semakin disenangi anak-anak pada masa ini dengan alasan
yang hamper sama dengan games tersebut, sehingga anak-anak akan selalu ingin melakukan
berulang-ulang untuk memperoleh kesenangan. Pendapat Piaget mengenai tahap perkembang
bermain ini membawa konskuensi bahwa bermain yang semula dilakukan sekedar untuk
memperoleh kesenangan lambat laun mengalami pergeseran makna dan tujuan yaitu tidak hanya
kesenangan yang diperoleh tetapi juga ingin menang dan memperoleh hasil akhir yang
memuaskan.

I. Bentuk-bentuk Aktivitas Bermain


Bentuk bermain menurut jenisnya terdiri atas bermain aktif dan bermain pasif (Tedjasaputra,
2001:50). secara umum bermain aktif banyak dilakukan pada masa kanak-kanak awal sedangkan
kegiatan bermain pasif lebih mendominasi pada masa akhir kanak-kanak yaitu sekitar usia pra remaja
karena adanya perubahan fisik,emosi,minat dan lainnya.
Permainan Aktif yaitu jenis permainan yang banyak melibatkan banyak aktifitas tubuh atau
gerakan-gerakan tubuh, diantaranya adalah
1. Permainan bebas dan spontan, kegiatan bermain ini dilakukan diman saja. Tidak ada peraturan
selama ia suka ia dapat melakukannya.
2. Permainan konstruktif adalah permainanyang menggunakan berbagai benda yang ada untuk
menciptakan suatu hasil karya tertentu, gunanya untuk meningkatkan kreativitas anak, melatih
motorik halus, melatih konsentrasi, ketekunan dan daya tahan.
3. Permainan Khayal/Peran. Yakni permainan Pemberian atribut tertentu terhadap benda, situasi
dan anak memerankan tokoh yang ia pilih.
4. Mengumpulkan benda-benda. Anak akan mengumpulkan benda benda yang ia kagumi dan
menarik minatnya.
5. Melakukan penjelajahan.
6. Permainan (games) dan olah raga.Permainan dan olah raga merupakan kegiatan yang ditandai
olehaturan serta persyaratan yang disetujui bersama dan ditentukan dariluar untuk melakukan
kegiatan dalam tindakan yang bertujuan.
7. Musik. Kegiatan bermain musik misalnya bernyanyi, memainkan alatmusik tertentu atau
melakukan gerakan-gerakan tarian yang diiringi musik.
8. Melamun. Melamun bisa bersifat reproduktif, artinya mengenang kembali peristiwa-peristiwa
yang telah dialami tapi bisa juga produktif dimana kreativias anak lebih dilibatkan untuk
memasukan unsur- unsur baru dalam lamunannya.

Permainan Pasif yaitu anak memperoleh kesenangan bukanberdasarkan kegiatan yang


dilakukannya sendiri yang termasuk dalam kategori permainan ini adalah

1. Membaca. Dari kegiatan membaca minat anak bisa dipupuk dan dapat memperoleh
pengetahuan baru, anak juga akan mendapatkan pemahaman yang baru
2. Melihat Komik. Komik yaitu cerita kartun bergambar dimana unsur gambarlebih penting dari
pada cerita.
3. Menonton film. Dengan adanya kemajuan teknologi, maka anak dapat menikmati film tidak
hanya di bioskop tapi juga di rumah. Televisi bisa dianggap pengganti “pengasuh anak” karena
anak menjadi asyik sendiri tanpa perlu terlampau banyak diawasi oleh orang tua
4. Mendengarkan radio.Mendengarkan radio kurang disukai oleh anak-anak kecil, tapi cukup
disukai oleh anak-anak lebih besar/ remaja awal.
5. Mendengarkan musik. Musik dapat didengar melaui Radio, TV dan Kaset. Dengan
meningkatnya usia, anak lebih gemar mendengarkan musik dan akan memuncak pada masa
remaja.

Kesimpulan

Bermain merupakan hak dan kebutuhan setiap anak. Sehingga, sudah semestinya sebagai guru
atau orangtua kita memfasilitasi kebutuhan bermain anak-anak dengan baik. Anak sekolah dasar yaitu
anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat yang mempunyai sifat individual serta aktif dan
tidak bergantung dengan orang tua. Anak usia sekolah ini merupakan masa dimana terjadi perubahan yang
bervariasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan mempengaruhi pemebentukan
karakteristik dan kepribadian anak. Perkembangan anak sekolah dasar meliputi Perkembangan kognitif
adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana indvidu mempelajari dan memimkirkan
lingkungannya, Merupakan proses perkembangan individu atau perubahan perubahan internal untuk
menjadi individu yang baik dan juga masyarakat sosial yang baik, dan Merupakan perkembangan
mengontrol gerakan gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoosdinasi antara saraf pusat dan otot.

Bermain bukan hanya memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan organ tubuh anak
yang disebabkan aktif bergerak tetapi bermain juga berfungsi sebagai proses sublimasi artinya suatu
pelarian dari perasaan tertekan yang berlebihan menuju hal-hal positif, melalui sublimasi anak akan
menuju kearah yang lebih mulia, lebih indah dan lebih kreatif. Anak dapat kesempatan untuk
mengembangkan diri, baik perkembangan fisik (melatih keterampilan motorik kasar dan motorik halus),
perkembangan psiko sosial (melatih pemenuhan kebutuhan emosi) serta perkembangan kognitif (melatih
kecerdasan). Selain itu ada bermain mempengaruhi pada perkembangan anak yakni bermain
mempengaruhi perkembangan fisik anak, diantaranya: Bermain dapat digunakan sebagai terapi, bermain
dapat mempengaruhi pengetahuan anak, Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak, bermain
dapat mengembangkan tingkah laku social anak, dan bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak.

Untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak baik dari segi perkembangan otot kasar
dan otot halus anak, meningkatkan penalaran anak, dan memahami kebermaknaan lingkungannya,
membentuk daya imajinasi anak serta mengembangkan kreativitas.Adapun Fungsi Bermain selanjutnya
yaitu:1) Bermain dan Kemampuan Intelektual, 2) Bermain dan Berkembangan bahasa, 3) Bermain dan
Perkembangan Sosial, 4) Bermain dan Perkembangan Emosi, 4) Bermain dan Perkembangan Fisik, dan
5) Bermain dan Kreativitas.

Bermain memiliki karakteristik, diantaranya bermain adalah sukarela, bermaian adalah pilihan anak,
bermain adalah permainan yang menyenangkan, bermaian adalah simbolik dan bermain adalah aktif
melakukan kegiatan. Bermain juga memiliki tahapan perkembangan yakni secara umum tahap-tahap
perkembangan bermain ada lima tahap yaitu: 1). Tahap manipulatif, 2). Tahap simbolis, 3). Tahap
eksplorasi, 4). Tahap eksperimen,5). Tahap dapat dikenal. Selajutnya yaitu Bentuk bermain menurut
jenisnya terdiri atas bermain aktif dan bermain pasif (Tedjasaputra, 2001:50). secara umum bermain aktif
banyak dilakukan pada masa kanak-kanak awal sedangkan kegiatan bermain pasif lebih mendominasi
pada masa akhir kanak-kanak yaitu sekitar usia pra remaja karena adanya perubahan fisik,emosi,minat
dan lainnya. Permainan Aktif yaitu jenis permainan yang banyak melibatkan banyak aktifitas tubuh atau
gerakan-gerakan tubuh, sedangkan Permainan Pasif yaitu anak memperoleh kesenangan
bukanberdasarkan kegiatan yang dilakukannya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

- Rohmah,naili.2016.Bermain dan pemanfaatnnya dalam Perkembangan anak usia dini.


file:///C:/Users/user/Downloads/590-1817-1-PB.pdf di akses pada tanggal 11 maret 2021.
- Nofia.2014.PerkembanganpsikomotorikanakSD
https://nofiaestrycagur.blogspot.com/2014/05/perkembangan-psikomotorik-anak-sd.html?m=1 Di
akses pada tanggal 11 maret 2021
- Simon,R.,Hartati, t.,&Arsilah. (2007). MODEL PERMAINAN DI SEKOLAH DASAR
BERDASARKAN PENDEKATAN DAP (DEVELOPMENTALLY APPROPRIATE PRACTICE).
Bandung. Di akses pada tanggal 11 maret 2021
- Eva,imania. Pentinya BErmain bagi Anak usia Dini.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318571/penelitian/Microsoft+Word+-
+PENTINGNYA+BERMAIN+BAGI+ANAK+USIA+DINI.pdf Di akses pada tanggal 11 maret
2021.
- Ananim. Meningkatkan kreativitas anak usia dini melalui berbagai permainan.
https://p4tktkplb.kemdikbud.go.id/index.php/pages/struktur-organisasi/meningkatkan-kreativitas-
anak-usia-dini-melalui-berbagai-permainan Di akses pada tanggal 11 maret 2021.
- Anonim. Teori dan konsep bermaian. https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/PAUD4201-M1.pdf Di akses pada tanggal 11 maret 2021.
- Melyloelha. 2012. Karakteristik dan tahap perkembangan Bermain.
http://melyloelhabox.blogspot.com/2012/09/karakteristik-dan-tahap-perkembangan.html?m=1 Di
akses pada tanggal 11 maret 2021.
- Montolalu, dkk. 2007. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka
- Utama, Bandi. Teori Bermain. (Online) tersedia di
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131863840/pendidikan/Materi+Ajar+T++BERMAIN.pdf
diakses pada tanggal 11 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai