Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN ANAK USIA PRA SEKOLAH


PERMAINAN KOLASE DI LINGKUNGAN

LOGO

DISUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RSPAD GATOT SOEBROTO
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga kami dapat menyusun Proposal Terapi Aktivitas Bermain Anak :
Permainan Kolase dengan menempelkan kertas origami warna-warni. Proposal terapi
bemain ini diajukan guna memenuhi tugas profesi yang diberikan pada Keperawatan
Anak.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak untuk dapat menyelesaikan proposal ini baik itu secara langsung maupun tidak
langsung.
Kami menyadari isi proposal ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat,
isi maupun dalam penyusunan. Oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari
dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan.

Jakarta, Maret 2021


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang dengan
sengaja direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan terapi, dilaksanakan,
diobservasi dan dievaluasi dalam hubungannya dengan objek yang dituju. Dalam
kaitannya dengan terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi didefinisikan
sebagai permainan yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi
ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan dan
prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada (Whaley & Wong, 2008).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah
satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah
kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat
dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu
kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk
mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya (Nursalam, 2005).
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stres.
Bermain Kolase juga bertujuan agar anak mampu menggerakkan fungsi motoric
halus untuk Menyusun potongan-potongan bahan (kain,kayu, daun, kertas dan biji-
bijian) dan merekatkan pada pola atau gambar menurut (Yohana, 2013).
Pendidikan anak usia Pra Sekolah yang diselenggarakan sebelum
jenjang
pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 3-6 tahun. Usia
prasekolah dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktu diisi dengan
bermain. Mainan merupakan alat yang sangat penting dari aktivitas bermain
(Amida,2012).
Menurut Mayesky (2011) Salah satu terapi bermain untuk anak prasekolah
yaitu dengan permainan kolase, suatu kegiatan mengembangkan imajinasi,
mengembangkan kreativitas,melatih ketelitian dan kesabaran dengan tehnik
menempel/tehnik kolase dengan bahan-bahan tertentu seperti dengan bji-
bijian,kertas yang dipotong kecil-kecil dan warna warni atau dengan daun yang
sudah kering.
Kolase berasal dari bahasa Perancis (Collage) yang berarti merekat. Kolase
adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan teknik melukis (lukisan
tangan) dengan menempelkan bahan-bahan tertentu. Bahan yang digunakan untuk
berkreasi kolase tidak hanya terbatas seperti halnya mosaik dan montase namun
bisa menggunakan aneka jenis bahan. Bahan kolase bisa berupa bahan alam, bahan
buatan, bahan setengah jadi, bahan jadi, bahan sisa/bekas, dan sebagainya (
Sumanto, 2005).
Permainan Kolase merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi
sebagai hiburan tetapi juga dapat melati kemampuan otak berdasarkan penelitian
seorang ahli saraf bermana Ian Robertson bermain kolase dapat meningkatkan
kemampuan mental selain itu permainan ini juga dapat mencegah penyakit
alzeheimer dan hilang ingatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman
bermain yaitu permainan kolase.

2. Tujuan Khusus:
TUJUAN PEMBERIAN PERMAINAN MISALKAN PERMAINAN KOLASE
1. MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN IMAJINASI ANAK
MENEMPELKAN BIJI-BIJIAN PADA GAMBAR YANG DISEDIAKAN
2. MELATIH KESABARAN ANAK
3. DST….
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Pra-Sekolah


1. Pengertian Anak Usia Pra-Sekolah
Anak prasekolah merupakan anak yang berusia 3-6 tahun yang memiliki
kemampuan berinteraksi dengan social dan lingkungannya sebagai tahap
menuju perkembangan selanjutnya. Anak prasekolah adalah anak yang berusia
3-6 tahun yang pada masa ini anak memiliki kemapuan mengontrol diri,
berinteraksi dengan orang lain dan sebagai dasar menuju tahap perkembangan
selanjutnya, yaitu tahap sekolah (Astarani, 2017).

Anak usia prasekolah atau awal masa kanak-kanak adalah anak yang berusia
antara 3-6 tahun. Usia prasekolah dikatakan sebagai masa bermain, karena
setiap waktu diisi dengan bermain. Mainan merupakan alat yang sangat
penting dari aktivitas bermain (Amida,2012).

Anak Usia Prasekolah adalah anak yang berusia antara nol sampai enam tahun.
Mereka mengikuti program preschool. Di Indonesia untuk usia 4-6 tahun
biasanya mengikuti program Taman kanak-kanak (Dewi,2015).

2. Perkembangan Anak Pra-sekolah


Perkembangan anak prasekolah menurut (Potts dan Mandleco, 2012) dibagi
menjad lima yaitu :
a) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik pada anak prasekolah meliputi berat badan mengalami
kenaikan pertahunnya rata-rata 2 kg, kelihatan kurus akan tetapi aktivitas
motorik yang tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan
seperti bejalan, melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya
ukuran tinggi badan anak akn bertambah rata-rata 6,75-7,5 meter setiap
tahunnya.
b) Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan halus.
Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan
dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan oot-otot besar,
sebagian atau seluruh anggota tubuh. Motorik halus merupakan
pengorganisasian pengunaan otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan
yang sering menumbuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan,
keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk
menggunakan suatu objek.
c) Perkembangan Psikososial
Pada usia 3 sampai 6 tahun anak secara normal telah menguasai rasa
otonomi dan memindahkan untuk menguasai rasa inisiatif. Perkembangan
rasa bersalah terjadi pada waktu anak dibuat merasa bahwa imajinasi dan
aktifitasnya tidak dapat diterima. Anak prasekolah mulai menggunakan
bahasa sederhana dan dapat bertoleransi terhadap keterlambatan
pemusatan dalam periode yang lama.
d) Perkembangan Moral
Anak prasekolah berada pada tahap pre konvensional pada tahap
perkembangan moral yang berlangsung sampai usia 10 tahun. Pada fase
ini, kesadaran timbul dan penekanannya pada control eksternal. Standar
moral anak berada pada orang lain dan ia mengobservasi untuk
menghindari hukuman dan mendapatkan ganjaran.
e) Tugas Perkembangan
Usia Prasekolah Periode ini berasal sejak anak dapat bergerah sambil
berdiri sampai mereka masuk sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang
tinggi dan penemuan-penemuan. Periode ini merupakan saat
perkembangan fisik dan kepribadian yang besar.Perkembangan motorik
berlangsung terus menerus. Pada usia ini, anak membutuhkan bahasa dan
hubungan social yang lebih luas, mempelajari standart peran, memperoleh
control dan penguasaan diri, semakin menyadari sifat ketergantungan dan
kemandirian, dan mulai membentuk konsep diri..
3. Ciri – Ciri Anak Usia Pra Sekolah
Ciri-ciri anak prasekolah 3 sampai 6 tahun meliputi aspek fisik, emosi, social
dan kognitif anak (Oktiawati, dkk, 2017) adalah :

a) Ciri fisik
Anak prasekolah dalam penampilan maupun gerak gerik prasekolah
mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya
anak sangat aktif, mereka telah memiliki penguasaan terhadap
tumbuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri,
seperti memberikan kesempatan kepada anak untuk lari memanjat dan
melompat.
b) Ciri sosial
Anak prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang di sekitarnya.
Biasanya mereka mampunyai sahabat yang berjenis kelamin sama.
Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi
secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
Anak menjadi sangat mandiri, agresif secara fisik dan verbal.
c) Ciri emosional
Anak prasekolah yaitu cenderung mengekspresikan emosinya dengan
bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada
usia tersebut, dan iri hati sering terjadi. Mereka sering kali
mempeributkan perhatian guru.
d) Ciri kognitif
Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam bahasa. Sebagian
besar dari mereka senang bicara, kususnya dalam kelompoknya.
Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bicara. Sebagian mereka perlu
dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.

B. Konsep Bermain
1. Pengertian Bermain
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas
keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang,
sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan
proses belajar pada anak (Diana, 2010). Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial dan bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-
kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan
apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong,
2010).

Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik fisik, emosi
mental, intelektual, kreativitas maupun sosial (Soetjiningsih, 2014). Terapi
merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu
kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang dengan tujuan melakukan
perubahan.

2. Fungsi Terapi Bermain


Menurut Suherman (2000), fungsi bermain diantaranya yaitu:
a. Perkembangan sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai
warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Pada saat bermain
pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
c. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social damn belajar memecahkan masalah dari
hubunga tersebut.
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat
diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami
anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah
sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
3. Kategori Bermain
Menurut Saputro dan Intan (2017), terapi bermain dikategorikan menjadi 2
yaitu:
a. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukaan anak,
apakah dalam bentuk kesenangan bemain alat misalnya mewarnai gambar,
melipat kertas origami dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat
dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter - dokteran dan
bermain dengan menebak kata.
b. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang
lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya
bermain atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa
mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan
bermain aktif.

4, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bermain


a. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus sesuai
dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada
dasarnya permainan merupakan salah satu alat stimulasi untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak
Untuk dapat melakukan suatu permainan diperlukan energi, namun
bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak
Semua jenis alat permainan dapat digunakan oleh anak lakilaki
maupun anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir,
imajinasi, kreativitas, dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi,
permainan dapat dijadikan salah satu alat untuk membantu anak
mengenal identitas diri (laki-laki atau perempuan).
d. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang mendukung dapat menstimulasi imajinasi anak
dan kreativitas anak dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan
Alat dan jenis permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak agar apa yang didapat anak dari kegiatan bermain
tersebut dapat diaplikasikan ke dalam dirinya.

5. Manfaat dari Program Bermain Pada Anak Pra Sekolah


a. Mengembangkan kreativitas anak
Manfaat bermain bagi anak balita yaitu mengasah otak kanannya,
yang dapat meningkatkan kreativitas, untuk mencoba hal-hal baru.
Melalui permainan, kemampuan berimajinasi anak akan terus
berkembang. Ketika anak dapat melakukan hal-hal yang baru
dengan sendirinya, berarti kreativitasnya mulai berkembang.
b. Mengenal diri sendiri
Sejak dini anakpun harus dilatih untuk mengenal dirinya sendiri
yang salah satunya bisa dilakukan melalui bermain. Dari
permainan yang ia lakukan, anak akan mengenal permainan apa
yang ia sukai dan tidak sukai. Dari situ ia akan mulai tahu apa saja
hal-hal yang disukai dan tidak disukai.
c. Meningkatkan rasa percaya diri
Jagan melarang anak untuk bermain selama permainan yang
dilakukan tidak berbahaya. Bermain dapat meningkatkan rasa
kepercayaan diri pada diri anak, karena mereka memutuskan
sendiri apa yang akan dilakukan.
d. Melatih bersosialisasi
Bermain juga penting dilakukan untuk melatih bersosialisasi anak
sejak dini. Selama ini kebanyakan orang tua mendidik anaknya
agar menjadi anak yang berprestasi akademik. Hal tersebut
memang bukan hal yang salah, namun ketika anaknya hanya
dituntut belajar sepanjang waktunya, kemampuan bersosialisasi
anak dengan banyak orang dan lingkungan akan berkurang.
Bermain sangat penting dilakukan, untuk itu berilah waktu anak
untuk bermain dan biarkan anak bermain dengan teman sebayanya.
Pentingnya bermain yaitu agar ia dapat bersosialisasi dengan teman
dan lingkungan.
e. Mengajarkan berbagi
Ketika anak bermain bersama, biarkan anak membagikan
mainannya dengan teman bermainnya, sehingga akan mengurangi
sikap egois dalam diri anak, dan menanamkan sikap berbagi sejak
kecil. Bermain
merupakan salah satu cara penanaman nilai moral sejak dini. Anak
yang suka menyendiri, cenderung memiliki sikap individualis dan
egois dibandingkan anak yang suka bermain bersama teman-
temannya. Akrena dengan bermain bersama, mereka akan saling
berbagi dan menghargai.
f. Melatih beradaptasi dan berkomunikasi
Ketika bermain, khususnya ketika ia bermain diluar rumah, maka
ia akan mengenal lingkungan dan berusaha bergaul dengan anak-
anak lain. Ini dapat menjadi ajang untuk melatih anak beradaotasi
dan berkomunikasi dengan teman-temannya. Melalui permainan,
mereka akan saling bertanya dan mengobrol yang dapat melatihnya
kemampuan berbicara.
g. Melatih sensori Motorik halus
ketika bermain dilakukan untuk anak usia dini sebagai upaya untuk
mengembangkan motorik halus. Salah satu tujuan menjahit adalah
untuk melatih keterampilan motorik halus anak. Tujuan dari
kegiatan menjahit yang lain adalah untuk meningkatkan
konsentrasi anak, kemampuan logika, kemampuan motorik halus,
dan melatih koordinasi mata dan tangan anak, juga untuk
kemampuan menulis dan meningkatkan kemampuan gerakan
tangan, pergelangan tangan dan jari. Selain itu, menjahit juga dapat
mengajarkan anak bersabar dan mampu memecahkan masalah,
berpikir kreatif, dan memupuk semangat untuk terus berjuang
sampai anak mampu melakukannya dengan baik.

C. PRINSIP TERAPI BERMAIN PADA ANAK DENGAN HOSPITALISASI


Dalam pelaksanaan terapi bermain perlu diperhatikan beberapa prinsip mendasar
yaitu:
a. Bermain dalam kelompok umur yang sama
Permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia anak dan tingkat
perkembangan anak.
b. Memperhatikan pertimbangan keamanan dan infeksi silang
Alat bermain yang digunakan merupakan alat bermain yang mudah dicuci dan
aman bagi anak sehingga infeksi silang dapat dihindari.
c. Tidak banyak mengeluarkan energi serta bermain dalam waktu yang singkat.
Sakit menyebabkan anak kehilangan sebagian dari energi tubuhnya sehingga
permainan yang diberikan sebaaiknya merupakan permainan yang tidak banyak
menghabiskan energi anak.
d. Permainan sederhana, tidak kompleks dan tidak bertentangan dengan
pengobatan dan perawatan
e. Saat melakukan terapi bermain, orangtua dilibatkan.
Hubungan antara orangtua dan anak akan lebih akrab dan terjalin kepercayaan
antara keduanya

D. METODE PERMAINAN KOLASE


1. Definisi
Keterampilan kolase merupakan kemampuan seseorang dalam menempelkan benda
yang berupa pecahan kulit telur potongan kertas, atau biji-bijian pada bidang
gambar yang menghasilkan sebuah karya seni yang menarik, membuat kolase
dibutuhkan koordinasi mata dan tangan serta konsentrasi sehingga kolase cocok
untuk melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan motorik halus.

Menurut M.Saleh Kasim (2008) kolase adalah menggambar dengan teknik


tempelan. Muharam E (2005) menyatakan bahwa kolase adalah teknik melukis dan
mempergunakan warna kepingan benda lain yang ditempelkan. Kolase merupakan
bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun kepingan warna yang dioles
lem kemudian ditempelkan pada bidang gambar.

Budiono (2005) menyatakan bahwa kolase sebagai artistic yang dibuat dari bahan
yang ditempelkan pada permukaan gambar. Sumaryo (2008) menyatakan bahwa
keterampilan kolase merupakan aktivitas yang penting dan kompleks. Berbagai
unsur rupa yang berbeda karakternya dipadukan dalam suatu komposisi untuk
mengekspresikan gagasan artistik atau makna tertentu.

Susanto M (2008) menyatakan bahwa kata kolase yang berasal dari bahasa Inggris
yaitu “collage” yang berarti merekat. Selanjutnya kolase dipahami sebagai suatu
teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat seperti kertas, kain, kaca,
logam, kulit telur, biji dan lain sebagainya kemudian dikombinasi dengan
penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya.

2. Bahan-bahan yang digunakan :


Bahan yang akan digunakan dalam latihan keterampilan kolase adalah:
a. Kertas manila bergambar
b. Perekat (lem)
c. Biji-bijian

3. Prosedur
Dalam pelaksanaan terapi bermain dengan menggunakan metode kolase
membutuhkan langkah yang terencana sehingga menghasilkan suatu karya dan
peningkatan dari latihan tersebut.
Langkah-langkah latihan keterampilan kolase menurut Priyanto (2010) yaitu:
a. Merencanakan gambar / membuat pola
b. Menyediakan alat-alat dan bahan
c. Menjelaskan dan memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk keterampilan
kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
d. Membimbing anak untuk menempelkan biji-bijian pada gambar dengan cara
menjimpit biji-bijian, memberikan perekat dengan lem lalu menempelkannya
dengan lem.
e. Menjelaskan posisi untuk menempelkan biji-bijian yang benar sesuai dengan
bentuk gambar dan mendemonstrasikannya sehingga hasil tempelannya tidak
keluar garis.
f. Melibatkan orangtua selama terapi kolase dan menganjurkan untuk dijadikan
rutinitas anak di rumah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

4. Manfaat Kolase
1. Melatih motorik halus
2. Meningkatkan kreatifitas
3. Melatih konsentrasi
4. Mengenal warna
5. Mengenal bentuk
6. Melatih memecahkan masalah
7. Mengasah kecerdasan spasial
8. Melatih ketekunan
9. Meningkatkan kepercayaan diri
BAB III
SATUAN ACARA PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

A. Pengertian
Suatu kegiatan yang menyenangkan untuk anak usia pra sekolah dengan
menggunakan koordinasi mata dan tangan terutama melatih motorik halus anak.
B. Tujuan
1. Melatih anak untuk bersabar dan memecahkan masalah
2. Melatih koordinasi mata dan ketrampilan tangan
3. Anak mampu mengembangkan kemampuan berfikir dan konsentrasi
4. Anak dapat melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan dengan teman
sesamanya
5. Menurunkan perasaan hospitalisasi.
6. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat
7. Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan.
8. Melanjutkan perkembangan ketrampilan motorik halus
C. Karakteristik sasaran
1. Anak usia pra sekolah ( 5-6 th)
2. Keadaan umum anak baik/sehat
3. Klien dapat duduk
4. Tidak bertentangan jenis penyakit dipandang dari sudut penularan
D. Waktu dan tempat pelaksanaan
1. Tempat :
2. Hari/ Tanggal : Kamis, 28 Oktober 2021
3. Waktu : 09.00-09.25 WIB
E. Sarana dan Media
1. Sarana:
a) Ruangan tempat bermain
b) Tikar untuk duduk
2. Media:
a) kolase yang belum dirangkai

F. Pengorganisasian (pengorganisasian dibuatkan diagram)


Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 8 orang dan 1 orang observer.
Pembagian Tugas :
1. Peran Leader
a) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
b) Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c) Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
2. Peran Co Leader
a) Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b) Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan datang
d) Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Peran Fasilitator
a) Mempertahankan kehadiran peserta
b) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
4. Peran Observer
a) Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
b) Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c) Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
d) Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
G. Setting tempat

2 3

4 1

Keterangan :

: Anak

: Leader
1

2 : Co-leader

: Observer (2 Orang )
3

: Fasilitator ( 6 orang )
4
: Meja

H. Jenis aktivitas
Menempelkan kertas manila/origami warna warni ke pola gambar dengan lem

I. Metode
Metode yang digunakan antara lain: urutan yg dilakukan
1. Perkenalan antara pendemonstrasi dengan anak-anak yang akan melakukan
TAB
2. Mahasiswa Menjelaskan tujuan dilakukan TAB ini
3. Mahasiswa Memperagakan langkah-langkah membuat kolase dari bahan-bahan
yang sudah dipersiapkan.
4. Mahasiswa mempraktekkan cara membuat kolase mulai dari memberikan lem
pada pola gambar yang ada dan menempelkan bahan-bahan kolase yang ada
pada pada pola gambar yang sudah diberi lem.
5. Dan setelah dijelaskan bergantian untuk Anak memperaktekkan membuat
kolase dimulai dari anak mengambil lem dan mengoleskan lem pada pola
gambar yang sudah ada.
6. Anak mengambil bahan kolase yang sudah dipersiapkan kemudian
menempelkan satu persatu bahan kolase yang ada pada pola gambar yang
sudah diberi lem.
7. Jangan lupa untuk memuji anak bila telah menyelesaikan permaiannya untuk
menumbuhkan rasa percaya diri.
Susunan kegiatan

No Waktu Fase Terapis Anak


1 09.00- Pembukaan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam dan
09.10 memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
2. Menjelaskan kepada orang penyuluh
WIB
tua dan anak tentang terapi menyampaikan topik
bermain yang akan di dan tujuan.
laksanakan
3. Kontrak waktu untuk 3.Menyetujui
kesepakatan pelaksanaan kesepakatan waktu
pelaksanaan bermain
2 09.10- Ice Breaking Bernyanyi dan menari lagu Anak-anak mengikuti
09.20 kalau kau suka hati. gerakannya dan ikut
WIB bernyanyi
3 09.20- Kegiatan 1. Menyiapkan mainan
09.50 2. Menjelaskan pada anak dan
WIB keluarga tentang tujuan dan
manfaat bermain, menjelaskan
cara permainan
3. Mengajak anak bermain
4. Bermain kolase dengan
menempelkan kertas warna
warni origami ke pola gambar
dengan lem.
5. Meminta anak untuk
menempelkan kertas warna Anak-anak mengikuti
warni origami ke pola gambar permainan dengan baik
yang sudah disediakan. dan semangat.

6. Anak dapat menempelkan Anak-anak mengikuti


kertas warna warni dengan arahan dan
mengerjakannya
selesai. dengan baik
7.Memberikan Reinfocement
positif jika anak bisa mengikuti
permainan

3 09.50- Penutup Mengakhiri permainan dan Memperhatikan –


Melakukan evaluasi
10.00 Menanggapi
WIB

EVALUASI
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a) Alat-alat yang digunakan lengkap
b) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan anak menempelkan
potongan kertas warna warni pada pola gambar
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi dengan perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
DAFTAR PUSTAKA

Mayesky. 2011. Perkembangan Anak II . Jakarta: PT Indeks. Sumanto, 2005.


Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK . Jakarta: Depdikbud.

Adriana, Dian. (2011). Tumbuh kembang & terapi bermain pada anak. Jakarta :
Salemba Medika
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Barbathully. (2012). Perilaku Si Kecil Berubah Tatkala Sakit.
www.tabloitnova.com. Diunduh 05 Maret 2012
Bezt & Sowden. (2012). Buku Saku Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta : EGC
Handayani, Rahmawati D. & Puspitasari Ni Putu D. (2008). Pengaruh Terapi
Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Selama Menjalani Perawatan Pada
Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta.
http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/7.pdf. Diunduh 15
Desember 2011
Harsono, Yuniarti. (2016). Pengaruh Bermain Simbolik Terhadap Perilaku
Kooperatif Anak Selama Menjalani Rawat Inap di RSUP dr. Sarjito.
Yogyakarta : Proposal Penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan UGM
Herliana, L. (2011). Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Terhadap Tingkat
Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Yang Sedang Mengalami Hospitalisasi
di IRNA II RSUP dr. Sarjito. Yogyakarta : Proposal Penelitian Fakultas Ilmu
Keperawatan UGM
Hidayat, A. Aziz.Alimul. (2017). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz.Alimul. (2017). Siapa Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas (6
Kunci Sukses Mempersiapkan Anak Tumbuh Sehat dan Cerdas). Jakarta :
Alex Media Komputindo
Hidayat, A. Aziz.Alimul. (2018). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai