Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

DENGAN KANKER OVARIUM DI LANTAI 2 PAVILIUN IMAM SUDJUDI

RSPAD GATOT SOEBROTO

DISUSUN OLEH :

SITI RUHAMA DEWI

2036049

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO

PRODI D-III KEPERAWATAN

JAKARTA PUSAT

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Kanker Ovarium di Lantai 2 Paviliun Imam Sudjudi RSPAD Gatot Soebroto”
ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas di
STIKes RSPAD Gatot Soebroto. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Kanker Ovarium bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Ita, S.Kep, M.Kep selaku dosen
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas yang telah membantu membimbing dalam
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

Jakarta, 25 Juni 2022

Siti Ruhama Dewi


DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ...............................................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................5

A. Latar Belakang ......................................................................................................5

B. Tujuan Penulisan ...................................................................................................6

C. Ruang Lingkup ..................................................................................................... 6

D. Metode ..................................................................................................................7

E. Sistematika Penulisan ............................................................................................7

BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................................8

A. Pengertian …….....................................................................................................8

B. Patofisiologi ……..................................................................................................8

C. Pathway …….......................................................................................................10

D.Manifestasi Klinis ………....................................................................................11

E. Komplikasi ……..................................................................................................11

F. Klasifikasi ……....................................................................................................11

G. Penatalaksanaan ……..........................................................................................12

H. Pengkajian ……...................................................................................................13

I. Diagnosa Keperawatan …….................................................................................14

J. Perencanaan .........................................................................................................15

K. Pelaksanaan ……................................................................................................18
L. Evaluasi ...............................................................................................................19

BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................................20

A. Pengkajian ...........................................................................................................20

B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................32

C. Perencanaan Tindakan ........................................................................................33

D. Pelaksanaan Keperawatan ..................................................................................37

E. Evaluasi ...............................................................................................................40

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................42

A. Pembahasan Pengkajian ......................................................................................42

B. Pembahasan Diagnosa Keperawatan ................................................................. 42

C. Pembahasan Intervensi Keperawatan .................................................................43

D. Pembahasan Implementasi Keperawatan ...........................................................43

E. Pembahasan Evaluasi ..........................................................................................43

BAB V PENUTUP ..................................................................................................45

A. Kesimpulan ….....................................................................................................45
B. Saran …...............................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................47


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang


ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker
ovarium di seluruh dunia dan 125.000 meninggal karena penyakit ini. Kanker
ovarium merupakan penyebab utama kematian wanita karena kanker dan
merupakan penyebab kelima kematian karena kanker di Amerika Serikat
(AS). Satu diantara 78 wanita di AS (1.3%) diperkirakan akan mengalami
kanker ovarium selama hidupnya. Delapan puluh persen dari 14.000 kasus
kanker ovarium di Amerika Serikat yang terdiagnosis pertahunnya berasal
dari sel epitel (Gubbels, 2010).
Kanker ovarium biasanya mempunyai sedikit gejala tertentu, lebih dari
70% pasien didiagnosis dengan stadium lanjut, di mana AKH 5 tahun kurang
dari 30%. Sebaliknya, 25% dari pasien yang didiagnosis dengan penyakit
stadium I memiliki AKH 5 tahun hingga 90%, dan pasien dengan penyakit
stadium II memiliki AKH 5 tahun hingga 70%. Oleh karena itu, deteksi dini
kanker ovarium memiliki janji besar untuk meningkatkan hasil klinis (Zoya
Yurkovetsky, et al., 2010).
Angka kematian kanker ovarium masih tinggi meski ditemukan obat
kemoterapi baru, yang telah secara signifikan meningkatkan AKH 5 tahun.
Alasan utamanya adalah keberhasilan yang rendah dalam mendiagnosis
kanker ovarium pada tahap awal, karena sebagian besar pasien meninggal
dengan stadium lanjut, sebaliknya jika kanker ovarium terdeteksi dini sekitar
90% dari mereka dengan keganasan ovarium yang well-differentited dapat
bertahan hidup lebih baik. Kurangnya tumor marker yang dapat dipercaya
untuk memprediksi gambaran klinis dan respon terhadap pengobatan juga
menjadi faktor utama (Daniel W. Chan, et al, 2009).
Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah
menyebar ke rongga peritoneum, atau organ visera lainnya. Penyakit telah
mencapai stadium lanjut pada tingkat ini sehingga tindakan pembedahan dan
terapi adjuvan seringkali tidak menolong. Upaya pengenalan dini kanker
ovarium stadium awal berdasarkan pemeriksaan fisik saja tidak cukup
sehingga perlu dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang seperti serum tumor
marker, Ultrasonografi (USG), atau computerised tomography scanning (CT-
scan). Salah satu tumor marker untuk memprediksi adanya keganasan pada
ovarium adalah pemeriksaan kadar serum Cancer Antigen 125 (CA125)
(Rarung, 2008).

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum
Untuk mendapat pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien ca ovarium di lantai 2 Paviliun Imam Sudjudi RSPAD Gatot
Soebroto dengan menggunakan proses keperawatan.

2. Tujuan khusus
Untuk mendapatkan pengalaman nyata, meliputi:
a. Melakukan pengkajian pada pasien kanker ovarium.
b. Menganalisa data yang ditemukan pada pasien kanker ovarium untuk
merumuskan diagnosa keperawatan.
c. Membuat rencana keperawatan pada pasien kanker ovarium.
d. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun pada pasien
kanker ovarium.
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien kanker ovarium.
f. Membuat pendokumentasian pada pasien kanker ovarium.
g. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori
dan kasus serta justifikasinya.
h. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat serta alternatif
penyelesaian dalam memberikan asuhan keperawatan pada setiap langkah
proses perawatan.

C. Ruang Lingkup

Penulisan makalah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan


keperawatan pada Nn. S dengan Kanker Ovarium di Lantai 2 Paviliun Imam
Sudjudi RSPAD Gatot Soebroto yang dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal
13 Juni 2022 sampai tanggal 15 Juni 2022.

D. Metode
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara wawancara,
angket, observasi, dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan
adalah promer yang diperoleh langsung dari klien sedangkan data sekunder
diperoleh dari keluarga, tenaga kesehatan, dan dokumen hasil pemeriksaan
penunjang lainnya.
2. Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan yang diberiksan pada klien.

E. Sistematika Penulisan

Bab 1: Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang


lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab 2: Tinjauan teori terdiri dari pengertian, patofisiologi, penatalaksanaan,
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Bab 3: Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Bab 4: Pembahasan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Bab 5: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kanker Indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah
kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur (Sofyan, 2006).
Kanker ovarium disebut sebagai “The Silent Lady Killer” karena sulit
diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium
terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium
ini berawal dari kista. (Colombo N, Parma G, et al. Role of Conservative
Surgery In Ovarium Cancer, 2005)
Kanker ovarium biasanya terdapat pada usia peri menopause
kira-kira 60% dalam masa reproduksi 30% dan 10% terdapat pada usia yang
leih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak
jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low - maligna
potensial) dan jelas ganas (true malignant). (Priyanto, 2007)
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan
tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker ovarium adalah tumor ganas
yang tumbuh pada ovarium (indung telur), yang paling sering ditemukan pada
wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar melalui system
getah bening dan melalui sistem pembukuh dsrah menyebar ke hati dan paru-
paru.

B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi factor lingkungan
dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Penyebab timbulnya
kanker ovarium belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
risiko yang dapat menimbulkan penyakit kanker ovarium, yaitu :

1. Riwayat kanker payudara


2. Riwayat kanker ovarium dalam keluarga (faktor genetic)
3. Berawal dari hyprplasia endometrium yang berkembang menjadi
karsinoma
4. Menarche Dini
5. Diet tinggi lemak
6. Penggunaan bedak talk perineal.
7. Merokok
8. Alkohol
9. Nulipara
10. Infertilitas
11. Kontrasepssi ora
12. Tidak pernah melahirkan
13. Terapi penggantian hormon

C. Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel-folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh
dan FSH dan LH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah
muncul normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH
lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan
LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan esterogen
oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan
membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin,
2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung sekitar struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri
pada rongga abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan
jalur intra peritoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista
folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir
dianggap sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada folikel yang sudah pecah dan
segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multiple dan timbul
langsung dibawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil,
dengan diameter 1-1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada
kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 cm,
hingga 5 cm sehingga dapat diraba massa dan menimbulkan nyeri panggul.
Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi sering dengan
penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel
tersebut. Kadang-kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan
intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)

D. Manifestasi Klinis
Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium adalah :

1. Dispepsia
2. Menoragia
3. Menopause lebih dini
4. Rasa tidak nyaman pada abdomen
5. Nyeri tekan pada pelvis
6. Lingkar abdomen yang terus meningkat
7. Sering berkemih

Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala. Sebagian


besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone
atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium
tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat
bervariasi dan tidak spesifik.

1. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium adalah
a) Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri
b) Perasaan penuh dan ditertekan diperut bagian bawah
c) Nyeri saat bersenggama
d) Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin perdaraha lebih
lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tidak keluar darah
menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
2. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa :
a) Gangguan haid
b) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih
c) Dapat terjadi perenggangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit perut
d) Nyeri saat bersenggama
3. Pada stadium lanjut :
a) Asites
b) Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ-organ di dalam
rongga perut (usus dan hati)
c) Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d) Gangguan buang air besar dan kecil
e)

E. Komplikasi

F. Klasifikasi

G. Penatalaksaan

H. Pengkajian

I. Perencanaan

J. Pelaksanaan

K. Evaluasi
apakah intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau
dimodifikasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal Senin, 27 juni 2022 pukul 14.00


WIB. Tn. U masuk ke ruang perawatan bedah di Lantai 4 PES RSPAD
Gatot Soebroto pada tanggal Minggu, 26 juni 2022 pukul 12.00 WIB,
dengan nomor register 911301, dengan diagnosa medis Struma
Nodusa Non Toksik.
A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
Klien bernama Tn. U berjenis kelamin laki-laki berusia 52 tahun,
status
perkawinan cerai mati / duda, beragama Islam, suku bangsa Betawi,
pendidikan D3, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Indonesia, pekerjaan PNS, beralamat di Kebon baru rt 007/013, Tebet.
Sumber biaya BPJS, sumber informasi di dapat dari klien dan
keluarga.

2. Resume
Klien atas nama Tn. U di rawat inap dikamar 412A, dengan diagnosa
snnt (struma nodusa non toksik) dan telah dilakukan tindakan operasi
tiroidektomi pada tanggal 27 juni 2022, setelah operasi klien mengeluh
nyeri dibagian luka post tiroidektomi. Klien terpasang drain dengan
pendarahan sebanyak 30cc dan mengeluh masih sakit saat menelan
dan tidak nyaman jika berbicara terlalu keras. Pasca op tiroidektomi
klien tampak gelisah, klien tampak meringis, klien mengeluh masih
sakit menelan dan klien hanya bisa memakan makanan yang lunak.
dan diobservasi ttv dengan hasil S:36,2, TD : 138/88, N: 85, O2 : 99.
Terdapat luka post tiroidektomi, masalah keperawatan yang muncul
saah satunya adalah nyeri akut b.d agen fisiologis (post tiroidektomi),
dan dilakukan tindakan sederhana dengan teknik nonfarmakologis
(tarik nafas dalam) dan diberikan injeksi keterolac 3X1mg.

3. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada bagian luka post tiroidektomi nyerinya
hilang timbul setiap 15 menit, terpasang perban dan drain dileher
sebelah kiri, klien mengeluh masih sakit menelan dan klien hanya bisa
memakan makanan yang lunak. Klien juga mengatakan tidak nafsu
makan.

b. Riwayat Kesahatan Masa Lalu


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dan klien
mengatakan hanya memiliki riwayat alergi terhadap makanan
(seafood).

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ket:
: Perempuan
: Laki-laki
: Cerai mati / Duda
------ : Tinggal Serumah
: Pasien
X : Meninggal

Klien merupakan anak keempat dari lima bersaudara, alm istri klien
anak ke satu dari lima bersaudara, klien memiliki satu orang anak
perempuan dari pernikahannya dengan alm istrinya, klien hanya
tinggal bersama dengan anak perempuannya.

d. Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga yang menjadi


faktor risiko
Klien mengatakan tidak ada penyakit yang pernah diderita oleh
anggota
keluarga yang menjadi faktor risiko.

e. Riwayat Psikososial dan Spiritual


1) Adakah orang terdekat dengan klien
Klien mengatakan orang yang terdekat dengannya adalah anak nya.
2) Interaksi dalam keluarga
Klien mengatakan komunikasi dalam keluarganya baik. Anak klien
mengatakan klien bijaksana dalam mengambil keputusan, interaksi
dan komunikasi klien bijaksana dalam masyarakat baik.
3) Dampak penyakit klien terhadap keluarga
Klien mengatakan dampak penyakitnya terhadap keluarganya adalah
semua anggota keluarga cemas.
4) Masalah yang mempengaruhi klien
Klien mengatakan tidak memiliki masalah yang mempengaruhi
kesehatan klien.
5) Mekanisme koping terhadap stress
Klien mengatakan mekanisme koping terhadap stress nya adalah tidur.
6) Persepsi klien terhadap penyakitnya
Klien mengatakan hal yang dipikirkannya saat ini adalah kapan bisa
segera pulih dan pulang ke rumah, klien mengatakan harapannya
setelah
menjalani perawatan adalah dapat segera sembuh secara keseluruhan
dan
dapat beraktifitas seperti sedia kala, klien mengatakan perubahan yang
dirasakan setelah jatuh sakit adalah klien tidak mampu untuk
melakukan
aktivitas sehari-hari.
7) Sistem nilai kepercayaan
Klien mengatakan tidak ada nilai-nilai kepercayaan yang bertentangan
dengan kesehatannya, klien mengatakan aktivitas agama atau
kepercayaan
yang dilakukan adalah shalat lima waktu dan mengaji.
8) Kondisi lingkungan rumah
Lingkungan klien tidak mempengaruhi kesehatan saat ini.
9) Pola kebiasaan

1. Pola nutrisi
Sebelum sakit: klien makan sebanyak 3x/hari, nafsu makan baik, klien
menghabiskan 1 porsi makananya, klien mengatakan alergi seafood,
klien mengatakan tidak memiliki makanan diet, klien mengatakan
tidak
menggunakan obat-obatan sebelum makan, klien mengatakan tidak
menggunakan alat bantu makan.

Setelah sakit: klien makan sebanyak 2x/hari, klien tidak nafsu makan
karna sakit menelan, klien hanya bisa makan makanan yang lunak,
klien memiliki alergi seafood, klien mengatakan diet makanan lunak,
klien mengatakan tidak
menggunakan obat-obatan sebelum makan, klien mengatakan tidak
menggunakan alat bantu makan.

2. Pola eliminasi
a. B.A.K
Sebelum sakit: klien mengatakan BAK sebanyak 5x/hari, klien
mengatakan urine nya berwarna kuning jernih, klien mengatakan
tidak memiliki keluhan saat berkemih, klien mengatakan tidak
menggunakan alat bantu untuk berkemih.
Setelah sakit: klien mengatakan BAK sebanyak 5x/hari, klien
mengatakan urine nya berwarna kuning jernih, klien mengatakan
tidak memiliki keluhan saat berkemih, klien mengatakan tidak
menggunakan alat bantu untuk berkemih.
b. B.A.B
Sebelum sakit: klien mengatakan BAB sebanyak 1x/hari di waktu
yang tidak tentu, klien mengatakan fesesnya berwarna kuning
kecoklatan dengan konsistensi lembek, klien mengatakan
tidak memiliki keluhan saat BAB, klien mengatakan tidak
menggunakan laksatif sebelum BAB.
Setelah sakit: klien mengatakan BAB sebanyak 1x/hari di waktu
yang tidak tentu, klien mengatakan fesesnya berwarna kuning
kecoklatan dengan konsistensi lembek, klien mengatakan
tidak memiliki keluhan saat BAB, klien mengatakan tidak
menggunakan laksatif sebelum BAB.

3. Pola personal Hygiene


a. Mandi
Sebelum sakit: klien mengatakan mandi sebanyak 2x/hari di waktu
pagi dan sore.
Setelah sakit: klien mengatakan mandi sebanyak 1x/hari di waktu
pagi hari.

b. Oral hygiene
Sebelum sakit: klien mengatakan melakukan oral hygiene sebanyak
2x/hari di waktu pagi dan sore.

Setelah sakit: klien mengatakan melakukan oral hygiene sebanyak


2x/hari di waktu pagi dan sore hari.

c. Cuci rambut
Sebelum sakit: klien mengatakan mencuci rambut sebanyak
3x/minggu.
Setelah sakit: klien mengatakan 1x cuci rambut sebelum operasi.

4. Pola istirahat dan tidur


a. Lama tidur siang
Sebelum sakit: klien mengatakan tidur siang selama 1 jam/hari.
Setelah sakit: klien mengatakan tidur siang selama 2 jam/hari.
b. Lama tidur malam
Sebelum sakit: klien mengatakan tidur selama 8 jam.
Setelah sakit: klien mengatakan tidur selama 8 jam.
c. Kebiasaan sebelum tidur
Sebelum sakit: klien mengatakan kebiasaan sebelum tidur adalah
berdoa.
Setelah sakit: klien mengatakan kebiasaan sebelum tidur adalah
berdoa.

5. Pola Aktivitas dan Latihan


Sebelum sakit: klien mengatakan setiap minggu klien rutin jalan santai
.
Setelah sakit: klien mengatakan tidak olahraga, klien hanya tirah
baring.

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


a. Merokok
Sebelum sakit: klien mengatakan tidak merokok.
Setelah sakit: klien mengatakan tidak merokok.
b. Minuman keras/ NAPZA
Sebelum sakit: klien mengatakan tidak mengkonsumsi miras/
NAPZA.
Setelah sakit: klien mengatakan tidak mengkonsumsi miras/
NAPZA.

4. Pengkajian Fisik :
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Klien memiliki berat badan 70 kg sebelum Sakit, setelah sakit
berat
badan klien juga 70 kg, tinggi klien 168 cm keadaan umum klien
ringan dan
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
b. Sistem Penglihatan
Posisi mata klien simetris, kelopak mata klien normal,
pergerakan bola
mata klien normal, konjungtiva anemis, korneanya normal, Sklera
nya anikterik
dan Pupil isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi
penglihatanya baik,
tanda-tanda radang pun tidak ada, klien tidak memakai kacamata,
tetapi
memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya positif.
c. Sistem Pendengaran
Daun telinga klien normal, telinga simetris, karakteristik
serumen yaitu
berwarna kuning, konsistensinya kental dan berbau khas, kondisi
telinga tengah
klien normal, cairan dari telinga pun tidak ada, perasaan penuh di
telinga tidak
ada, tinnitus tidak ada, fungsi pendengaran klien normal, gangguan
keseimbangan tidak ada dan klien tidak memakai alat bantu
pendegaran.
d. Sistem Wicara
Klien memiliki sistem wicara yang normal.
e. Sistem Pernafasan
Klien memiliki jalan nafas yang bersih dan pernafasan tidak
sesak, klien
tidak menggunakan otot bantu saat pernafasan, frekuensi
pernafasan klien
sebanyak 20x/menit, iramanya teratur, jenis pernafasan spontan,
kedalamannya
dalam, klien tidak batuk dan tidak ada sputum, palpasi dada klien
tidak terkaji
terkaji, perkusi dada klien tidak terkaji, suara nafas vesikuler dan
klien tidak
menggunakan alat bantu pernafasan.
f. Sistem Kardiovaskular
Klien memiliki sirkulasi perifer dengan nadi teratur, Irama
kuat, tidak
ada distensi vena jugularis kanan dan kiri, temperatur kulitnya
hangat, warna
kulit klien pucat dan pengisian kapiler tidak terkaji, klien tidak
memiliki edema,
klien memiliki sirkulasi jantung dengan irama teratur dan klien
tidak mengeluh
sakit dada.
g. Sistem Hematologi
Klien tampak pucat dan klien tidak perdarahan.
h. Sistem Syaraf Pusat
Klien tidak memiliki keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran
klien
compos mentis, tanda-tanda peningkatan TIK tidak ada pada klien,
klien tidak
memiliki gangguan sistem pensysarafan, refleks fisiologis klien
normal dan
klien tidak ada reflek patologis.
i. Sistem Pencernaan
Klien memiliki keadaan mulut yang sehat, giginya tidak ada
caries,
klien juga tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis,
lidah klien pun
tidak kotor, saliva klien normal dan klien tidak mengalami muntah,
klien tidak
memiliki nyeri pada daerah perut, klien tidak mengeluh diare dan
konstipasi,
abdomen klien tampak lembek saat dilakukan palpasi.
j. Sistem Endokrim
Pasca operasi pada klien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
nafas
klien tidak berbau keton dan klien tidak memiliki luka gangren.

5. Data Pengkajian Spesifik :


a. Skirining gizi
1. Klien mengatakan tidak mengalami penurunan berat badan yang
tidak
direncanakan/tidak di inginkan dalam 6 bulan terakhir = 0
2. Klien mengatakan tidak mengalami penurunan nafsu makan = 0
Total Skor = 0
b. Pengkajian nyeri
Klien mengatakan skala nyerinya 3 (nyeri ringan 1-3)
c. Resiko tinggi jatuh
Risiko cedera ringan

6. Data Penunjang (pemeriksaan diagnostik yang menunjang


masalah ;
Lab,Radiologi,Endoskopi,dll)
Hasil pemeriksaan Darah tgl 13-06-2022
 Hb : 14,2 (13-18)
 Ht : 42 (40-62)
 Et : 4.8 (4,3-6,0)
 Lt : 6540 (4.800-10.800)
 Tr :190000 (150.000-400.000)

Hasil pemeriksaan radiologi (USG Thyroid) tgl 07-06-2022


Kesan : 1. Struma multinodusa dengan komponen kistik thyroid
kiri
2. Thypoid kanan normal
3. limfonodi multipe regio colli kanan
4. limfaderopati multipe regio kiri.
Hasil pemeriksaan thorax tgl 10-06-2022
Kesan : tidak tampak kelainan radiologi pada jantung dan paru.
6. Penatalaksanaan (Therapi/pengobatan termasuk diet)
 Ceftrioxone 2×10 mg, melalui IV diberikan pada pukul 06.00 dan
20.00 WIB
 Keterolac 3×30 mg, melalui IV diberikan pada pukul 06.00, 12.00,
20.00 WIB

7. Data Fokus
 DS : 1. Klien mengatakan nyeri dibagian luka post
tiroidektomi
P : luka post tiroidektomi
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Leher sebelah kiri
S : skala 3
T : hilang timbul setiap 15 menit
2. Klien mengatakan masih sakit menelan
3. Klien mengatakan hanya bisa memakan makanan
yang lunak
4. Klien mengatakan tidak nafsu makan.
 DO : 1. Klien tampak meringis
2. Klien tampak gelisah
3. Mengobservasi ttv, hasil : s :36,2, Td : 138/88, N :
85, o2 : 99
4. Terdapat luka post tiroidektomi dileher sebelah kiri
5. Terdapat balutan perban dileher sebelah kiri
6. Terdapat drain dileher kiri
7. Terpasang infus rl 500ml
8. Terdapat perdarahan sebanyak 30cc dispuit drain
9. Terdapat luka sepanjang 15cm
10. hasil pemeriksaan usg tiroid
Kesan : 1. Struma multinodusa dengan komponen kistik
thyroid kiri
2. Thypoid kanan normal
3. limfonodi multipe regio colli kanan
4. limfaderopati multipe regio kiri.
11. klien tampak sakit menelan
12. klien tampak memakan makanan yang lunak
13. Porsi makann klien tidak dihabiskan
A : BB : 70kg
TB :168cm
Imt : 24,8 (normal)
B. Hb : 14,2
Ht : 42
Erit : 4.8
C. Klien tampak sakit menelan.
D. makanan lunak.
8. Analisa data
1. Nyeri Akut b.d Agen fisiologis (post op tiroidektomi)
 DS : 1. Klien mengatakan nyeri dibagian luka post
tiroidektomi
P : luka post tiroidektomi
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : leher sebelah kiri
S : skala 3
T : hilang timbul setiap 15 menit
DO : 1. Klien tampak meringis
2. Klien tampak gelisah
3. Mengobservasi TTV
Hasil : S : 36,2, TD : 138/88, N : 85, o2 : 99
4. Terdapat luka post tiroidektomi
5. hasil pemeriksaan usg tiroid
Kesan : 1. Struma multinodusa dengan komponen kistik
thyroid kiri
2. Thypoid kanan normal
3. limfonodi multipe regio colli kanan
4. limfaderopati multipe regio kiri.

2. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif


 DS : -
 DO : 1. Terdapat balutan perban di leher sebelah kiri
2. Terdapat drain dileher kiri
3. Terpasang infus rl 500ml
4. Terdapat perdarahan sebanyak 30cc dispuit drain
5. terdapat luka sepanjang 15cm
3. Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan
untuk makan, nyeri saat menelan)
 DS : 1. Klien mengatakan masih sakit saat menelan
2. Klien mengatakan hanya bisa memakan makanan
yang lunak
3. Klien mengatakan tidak nafsu makan
 DO : 1. Klien tampak sulit menelan
2. Klien tampak memakan makanan yang lunak
3. Porsi makan klien tidak dihabiskan
A : BB : 70kg
TB : 168cm
IMT : 24,8 (normal)
B : Hb : 14,2
Ht : 42
Erit : 4,8
C : Klien tampak sulit menelan
D : Makanan lunak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (sesuai proritas)

1) Nyeri Akut b.d Agen pencendera fisik (post tiroidektomi)


2) Risiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif
3) Risiko Difisit Nutrisi b.d Faktor psikologis (keengganan untuk
makan, nyeri saat menelan)
C. PERENCANAAN TINDAKAN
DX 1 : Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik (post tiroidektomi)
 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
 Rencana Tindakan
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
R/Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami oleh
pasien
2) Identifikasi skala nyeri
R/Untuk mengetahui seberapakah rasa nyeri yang
dialami oleh pasien
3) Monitor tanda – tanda vital
R/Untuk mengetahui keadaan umum pasien
Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
R/Untuk memberikan posisi nyaman
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(misal : suhu)
R/Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
dan memberikan kenyamanan
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
R/Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
Edukasi
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri
R/Untuk memberikan pemahaman agar pasien tidak
gelisah saat nyeri timbul
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik (ketorolac 3X1mg)
R/Untuk mengurangi rasa nyeri

DX 2 : Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif


 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil :
1) Kemerahan menurun
2) Nyeri menurun
3) Bengkak menurun
 Rencana Tindakan
Observasi
1) Monitor karakteristik luka (mis, warna,ukuran)
R/Untuk mengetahui adanya infeksi
2) Memonitor tanda – tanda infeksi
R/Untuk mengetahui tanda infeksi pada luka
Terapeutik
1) Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
R/Mempermudah dalam melakukan perawatan luka
2) Bersihkan dengan cairan nacl pembersih nontoksik
R/Mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
luka
3) Berikan salep yang sesuai dengan kulit
R/Untuk membantu mengeringkan luka post op
4) Pasang balutan sesuai dengan jenis luka
R/Untuk meningkatkan ketepatan penyerapan balutan
5) Pertahankan teknik steril perawatan luka
R/Agar luka tidak terkontaminasi kotoran dari luar
Edukasi
1) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi protein
R/Untuk mempercepat pengeringan luka dari dalam
tubuh
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik (ceftriaxone 2X1mg)
R/Untuk mencegah timbulnya infeksi

DX 3 : Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan


untuk makan, nyeri saat menelan)
 Tujuan dan Kriteria Hasil :
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
R/Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui
status nutrisi klien sehingga dapat menentukan
intervensi yang diberikan.
2) Monitor asupa makan
R/Anoreksia dan kelamahan dapat mengakibatkan
penurunan berat badan dan malnutrisi yang serius
Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan
R/Mulut yang bersih dapt meningkatkan nafsu makan
2) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
kontipasi
R/Makanan yang tinggi serat dapat mencegah
kontipasi
3) Berikan makanan tinggi protein
R/Makanan yang tinggi protein dapat mempercepat
pengeringan luka post op
Edukasi
1) Anjurkan pasien posisi duduk
R/Menghindari agar tidak tersedak saat makan
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
R/Sangat penting dan bermanfaat dalam perhitungan
dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien dilakukan oleh tenaga profesional yang
tepat.

D. PELAKSAAN
28 juni 2022
 DX 1,2,3
- Mengobservasi TTV, hasil: s :36,0, TD : 131/80. N: 90,
RR : 20, O2 : 99
 DX 1
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
hasil : klien nyeri dibagian leher sebelah kiri, hilang
timbul setiap 15 menit sekali
- Mengidentifikasi skala nyeri, hasil: skala 3
- Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri, hasil : klien dianjurkan untuk tarik nafas dalam
- Kontrol ruangan/lingkungan yang memperberat rasa
nyeri, hasil : suhu ruangan disesuaikan kondisi klien
- Mengkolaborasi pemberian analgetik (ketorolax 3x1mg),
hasil : klien diberikan ketorolac pada jam 06.00, 12.00,
20.00
 DX 2
- Memonitor karakteristik luka, hasil : terdapat luka
sepanjang 15cm, drain 25cc
- Memonitor tanda- tanda infeksi, hasil : tidak ada push
diarea sekitar luka
- Menganjurkan klien mengonsumsi makanan tinggi
protein, hasil : klien diberikan telur dari ahli gizi
- Mengkolaborasi pemberian antibiotik (ceftriaxone
2x1mg), hasil : klien diberikan ceftriaxone pada jam
06.00, 20.00)
 DX 3
- Mengidentifikasi status nutrisi, hasil : klien mengatakan
nafsu makan menurun karna sakit saat menelan.
- Memonitor asupan makan, hasil : klien makan dengan
porsi kecil namun sering.
- Melakukan oral hygiene sebelum makan, hasil : klienn
menggosok gigi sebelum makan
- Memberikan makanan tinggi serta dan tinggi protein,
hasil : klien diberikan buah pisang dan 2 telur
- Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan. Hasil :
klien diberikan diet makanan lunak.
29 juni 2022
 DX 1, 2, 3
- Mengobservasi TTV, hasil: s :36,2, TD : 128/78. N: 80,
RR : 20, O2 : 100
 DX 1
- Mengidentifikasi skala nyeri, hasil: skala 2
- Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri, hasil : klien dianjurkan untuk tarik nafas dalam
saat nyeri timbul
- Memfasilitasi istirahat dan tidur, hasil : klien diberikan
posisi yang nyaman saat tidur.
- Mengkolaborasi pemberian analgetik (ketorolax 3x1mg),
hasil : klien diberikan ketorolac pada jam 06.00, 12.00,
20.00
 DX 2
- Memonitor karakteristik luka, hasil : terdapat luka
sepanjang 15cm, drain 15cc
- Memonitor tanda- tanda infeksi, hasil : tidak ada push
diarea sekitar luka
- Menganjurkan klien mengonsumsi makanan tinggi
protein, hasil : klien diberikan 2telur dari ahli gizi setiap
hari
- Mengkolaborasi pemberian antibiotik (ceftriaxone
2x1mg), hasil : klien diberikan ceftriaxone pada jam
06.00, 20.00)
 DX 3
- Mengidentifikasi status nutrisi, hasil : klien mengatakan
nafsu makan mulai membaik karna rasa nyeri menelan
berkurang.
- Memonitor asupan makan, hasil : klien sudah mampu
menghabiskan makanan1/2 porsi.
- Memberikan makanan tinggi serta dan tinggi protein,
hasil : klien diberikan buah pisang dan 2 telur
- Menganjurkan posisi duduk, hasil : klien makan dengan
duduk.
- Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan. Hasil :
klien diberikan diet makanan lunak.
30 juni 2022
 DX 1, 2, 3
- Mengobservasi TTV. Hasil : s:36,1, N: 81, TD : 120/80,
RR : 20x/menit.
 DX 1
- Mengidentifikasi lokasi, karakteritik, durasi, dan
frekuensi, hasil : luka terdapat dileher dileher sebelah kiri,
dengan panjang 15cm dann luka tampak bersih dan
kering.
- Mengidentifikasi skala nyeri, hasil: skala 1
- Mengkolaborasi pemberian analgetik (ketorolax 3x1mg),
hasil : klien diberikan ketorolac pada jam 06.00, 12.00,
20.00
 DX 2
- Memonitor karakteristik luka. Hasil : luka tampak kering,
tidak ada push dan panjang 15cm
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan. Hasil :
balutan terlepas dengan lancar
- Bersihkan dengan cairan nacl pembersih non toksik. Hasil
: luka dan area disekitar dibersihkan dengan nacl
- Pasang balutan sesuai dengan jenis luka. Hasil : balutan
terpasang horizontal disekitar leher
- Pertahankan teknik steril perawatan luka. Hasil : teknik
steril selalu tertaga dalam proses perawatan luka.
- Mengkolaborasi pemberian antibiotik (ceftriaxone
2x1mg), hasil : klien diberikan ceftriaxone pada jam
06.00, 20.00).
 DX 3
- Mengidentifikasi status nutrisi, hasil : klien mengatakan
nafsu makan meningkat.
- Memonitor asupan makan, hasil : klien sudah mampu
menghabiskan makanan1 porsi sekaligus.
- Memberikan makanan tinggi serta dan tinggi protein,
hasil : klien diberikan 2 telur
- Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan. Hasil : klien sudah
bisa makan dengan makanan yang bertekstur.
D. EVALUASI
28 juni 2022
1. DX 1
 S : - klien mengatakan nyeri dibagian post tiroidektomi
- P : luka post tiroidektomi
- Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R : leher sebelah kiri
-S:3
- T : hilang timbul setiap 15 menit.
 O : - klien tampak meringis
- klien tampak gelisah
- mengobservasi TTV, hasil : s: 36,0. TD : 131/80, N:90,
RR : 20,o99
- klien diberikan obat analgetik ketorolac 3x1mg pada
pukul 06.00, 12.00, 20.00
- Terdapat luka post tiroidektomi
 A : masalah belum teratasi
 P : intervensi dilanjutkan

2. DX 2
 S:-
 O : - klien diberikan ceftriaxone 2x1mg pada pukul 06.00
dan 20.00.
- terdapat balitan perban dileher sebelah kiri
- terdapat drain dileher kiri
- terdapat pendarahan sebanyak 25cc di drain
- luka sepanjang 15cm
- tidak ada gejala infeksi seperti pembengkakan
 A : Masalah belum teratasi
 P : Intervensi dilanjutkan
3. DX 3
 S : - klien mengatakan nafsu makan nya menurun karna sakit
menelan
 O : - klien makan dengan posi keci namun sering’
- klien diberikan buah pisang dan 2 buah telur
- klien diberikan makanan lunak
- A : BB : 70kg
TB : 168cm
IMT : 24,8 (normal)
B : Hb : 14,2
Ht : 42
Erit : 4,8
C : klien tampak sakit menelan
D : makanan lunak
 A : masaslah belum teratasi
 P : intervensi dilanjutkan
(29 juni 2022)
1. DX 1
 S : - klien mengatakan nyeri dibagian luka post tiroidektomi
- P : luka post tiroidektomi
- Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R : leher sebelah kiri
-S:2
- T : hilang timbul setiap 1 jam
 O : - klien tampak sedikit meringis
- klien tampak tenang sudah tidak gelisah
- mengobservasi TTV, hasil : s: 36,2. TD : 128/78, N:80,
RR : 20,o10
- klien diberikan obat analgetik ketorolac 3x1mg pada
pukul 06.00, 12.00, 20.00
- Terdapat luka post tiroidektomi
 A : masalah teratasi sebagian
 P : intervensi dilanjutkan

2. DX 2
 S:-
 O : - klien diberikan ceftriaxone 2x1mg pada pukul 06.00
dan 20.00.
- terdapat balutan perban dileher sebelah kiri
- terdapat drain dileher kiri
- terdapat pendarahan sebanyak 15cc di drain
- luka sepanjang 15cm
- tidak ada gejala infeksi seperti pembengkakan
 A : Masalah teratasi sebagian
 P : Intervensi dilanjutkan
3. DX 3
 S : - klien mengatakan nafsu makan nya mulai membaik
karnya sakit menelan berkurang
 O : - klien makan dengan sudah mampu menghabiskam ½
posi makannya.
- klien diberikan 2 buah telur
- klien diberikan makanan lunak
- A : BB : 70kg
TB : 168cm
IMT : 24,8 (normal)
B : Hb : 14,2
Ht : 42
Erit : 4,8
C : klien tampak sedikit membaik menelannya
D : makanan lunak
 A : masaslah teratasi sebagian
 P : intervensi dilanjutkan
(30 juni 2022)
1. DX 1
 S : - klien mengatakan nyeri nya berkuang dibagian luka post
tiroidektomi
- P : luka post tiroidektomi
- Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R : leher sebelah kiri
-S:1
- T : hilang timbul tak menentu
 O : - klien tampak rileks
- klien tampak sudah tidak gelisah
- mengobservasi TTV, hasil : s: 36,1 TD : 120/80, N:81,
RR : 20,o99
- klien diberikan obat analgetik ketorolac 3x1mg pada
pukul 06.00, 12.00, 20.00
- Terdapat luka post tiroidektomi kering
 A : masalah teratasi
 P : intervensi dihentikan. Klien pulang.

2. DX 2
 S:-
 O : - klien diberikan ceftriaxone 2x1mg pada pukul 06.00
dan 20.00.
- terdapat balutan perban dileher sebelah kiri
- drain sudah dilepas dengan pendarahan 10cc
- luka sepanjang 15cm
- tidak ada gejala infeksi seperti pembengkakan, luka
tampak kering dan tidak ada darah disekitar luka
- infeksi tidak terjadi
 A : Masalah teratasi
 P : Intervensi dihentikan. Klien pulang.
3. DX 3
 S : - klien mengatakan nafsu makan nya meningkat
 O : - klien makan dengan sudah mampu menghabiskam1
posi makannya.
- klien diberikan 2 buah telur
- klien diberikan makanan bertekstur
- A : BB : 70kg
TB : 168cm
IMT : 24,8 (normal)
B : Hb : 14,2
Ht : 42
Erit : 4,8
C : klien tampak sudah bisa menelan
D : makanan bertekstur
 A : masaslah teratasi,
 P : intervensi dihentikan, klien pulang.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang ada antara
teori dan
kasus dari pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada saat melakukan pengkajian penulis menemukan hal kurang


signifikan antara pengkajian pada teori dan pada kasus nyata, yaitu
1. Pada teori muncul keluhan kesulitan bernafas dan menelan, namun
pada kasus nyata penulis hanya menemukan keluhan sulit menelan
karena klien merasa nyeri pada luka operasinya.
2. Pada teori pemeriksaan penunjang yang dilakukan ada 6, yaitu
Pemeriksaan sidik tiroid, Pemeriksaan radiologi, Pemeriksaan USG,
Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration /FNA),
Termografi, Petanda tumor. Namun pada kasus nyata penulis hanya
menemukan 3 hasil pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan usg
tiroid, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi
(thorax).
B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori dan pada kasus nyata penulis juga menemukan 3 diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus ini sesuai dengan
teori yang ada, berikut adalah diagnosa yang penulis dapatkan dilahan praktik :
1. Nyeri akut b.d Agen fisiologis (post op tiroidektomi)
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
3. Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keenganan untuk makan,
nyeri saat menelan).
Penulis tidak menemukan kesenjangan pada diagnosa.
C. Intervensi Keperawatan
Pada tahap rencana keperawatan semua rencana yang dibuat telah
disesuaikan dengan keadaan pasien, sarana dan prasarana yang ada. Dalam
perumusan rencana keperawatan ini terlebih dahulu adalah Nyeri akut b.d Agen
fisiologi (post tiroidektomi). Penulis memilih ini sebagai prioritas karena dianggap
paling urgen diantara diagnosa yang lain, lalu yang kedua adalah Resiko infeksi b.d
efek prosedur invasif, yang ketiga adalah Risiko Difisit Nutrisi b.d Faktor psikologis
(keengganan untuk makan, nyeri saat menelan.
Perencanaan keperawatan disesuaikan dengan teori dan keadaan pasien serta
difokuskan untuk mengatasi masalah sesuai dengan masalah yang ditentukan. Cara
mengenali kemungkinan penyebab atau etiologi dari permasalahan tersebut, maka
penulis menampilkan rumusan masalah yang berhubungan dengan penyebab yang
ditandai dengan tanda dan gejala yang relevan. Pada tahap perencanaan, kami
mengatur dengan sedemikian rupa sehingga tetap mengacu pada teori sekaligus
harus berdasarkan masalah, kondisi dan kemampuan klien.

D. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan tindakan pada umumnya telah sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah dibuat, akan tetapi tidak semua rencana dapat
dilaksanakan, karena keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Bagi penulis,
tahap pelaksanaan merupakan tahap yang paling penting dalam proses keperawatan
karena keahlian (skill dan pengetahuan) juga kreativitas caregiver, teruji dalam
situasi yang benar-benar penulis alami sendiri dengan segala kelebihan dan
kekurangan. Secara umum, dalam implementasi penulis tidak menemukan
hambatan karena kami membuat rencana keperawatan telah disesuaikan dengan
kondisi yang ada, sehingga diperlukan modifikasi yang mendekati kebenaran,
dengan demikian tetap sesuai dengan teori.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, penulis tidak
menemukan adanya perbedaan cara melakukan evaluasi pada teori dan pada kasus
nyata, dari 3 diagnosa keperawatan yang ditemukan, yaitu:
1. Nyeri akut b.d Agen fisiologis (post op tiroidektomi)
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
3. Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keenganan untuk makan, nyeri
saat menelan).
Penulis mengaplikasikan tata cara melakukan evaluasi secara teori pada kasus nyata,
yaitu evaluasi formatif yang berarti penulis langsung melakukan evaluasi hasil dari
tindakan yang dilakukan pada saat itu, dan evaluasi sumatif yang berarti penulis
melakukan evaluasi secara keseluruhan dari setiap masing-masing diagnosa
keperawatan yang ditegakkan.
BAB V
PENUTUP

BAB ini penulis akan memberikan kesimpulan dan hasil pembahasan yang telah
dibuat
dan memberikan saran yang bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien
dengan struma nodusa non toksik.
A. Kesimpulan
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran
kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan Oleh kurangnya
diet
iodium yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon tiroid. Terjadinya
pembesaran
kelenjar tiroid dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon yang
dihasilkan
(Smeltzer, 2015).

Berdasarkan hasil pengakajian penulis dilantai 4 paviliun eri sadewo


didapatkan klien tidak mengetahui tentang penyakit struma nodusa non
toksik, klien menyadari akan penyakit itu pada saat klien mengeluh nyeri
saat menelan dan tidak bisa berbicara dengan kencang.

B. Saran
Diharapkan penderita yang mengalami penyakit snnt agar peduli
terhadap penyakitnya. Gejala yang timbul jangan diabaikan dan harus dilakukan
pengobatan sejak dini serta konsultasikan kepada dokter. Untuk menghindari resiko
akibat snnt, pemerintah diharapkan agar menghimbau dan memberikan informasi
yang jelas kepada masyarakat mengenai penyakit snnt dan jelas bagaimana cara
penanganannya dengan cepat. Diharapkan untuk mengecek kondisi kesehatan jika
terdapat tanda dan gejala snnt.

DAFTAR PUSTAKA

Budiono. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Konsep Dasar


Keperawatan.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Diana Utri Sari, D. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST
OPERASI STRUMA NODUSA NON TOKSIK DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA KEAMANAN DAN KENYAMANAN.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, edisi Revisi Jilid 3. Jakarta: MediaAction.
Smeltzer, S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth,
Vol. 1 . Jakarta: EGC.
Suhardi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.A dengan Strauma Nodusa
Non
Toxic. Jogjakarta: Eprints Poltekes Jogja.
Scribd. (n.d.). Askep Struma. Scribd. Retrieved November 25, 2021, from
https://www.scribd.com/doc/250563267/Askep-Struma.
Scribd. (n.d.). ASKEP Struma Nanda. Scribd. Retrieved November 25, 2021, from
https://www.scribd.com/document/369890630/Askep-Struma-Nanda.
Suhardi. (2018, November 22). Asuhan Keperawatan Pada Klien TN.A dengan
struma
nodusa non toxic di Ruang Bougenvile rsud Kota Yogyakarta. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Retrieved November 24, 2021, from
http://www.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/41247.
Ziaurrahman, M. (2017). FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP
PENYAKIT
STRUMA. Makasar: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makasar.

Anda mungkin juga menyukai