Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

PROGRAM TERAPI AKTIVITAS BERMAIN


MEWARNAI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
(3-6 TAHUN) PADA MASA PANDEMI
COVID-19 SECARA ONLINE

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3B (GERBONG 3)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
PROPOSAL
PROGRAM TERAPI AKTIVITAS BERMAIN
MEWARNAI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
(3-6 TAHUN) PADA MASA PANDEMI
COVID-19 SECARA ONLINE

Disusun Oleh :
1. Ach. Syariful Rizal 2030002
2. Claudia Ayu 2030020
3. Galih Pandu P 2030039
4. Lailatus Syarofa 2030062
5. Putri Ayu S 2030091
6. Ringga Sena P 2030095
7. Rosiela Windy M 2030096
8. Tommy H 2030108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini adalah selaku ketua kelompok 3B stase anak :
Nama : Ach. Syariful Rizal, S.Kep
Nim : 2030002
Yang beranggotakan :
1. Claudia Ayu (2030020)
2. Galih Pandu P (2030039)
3. Lailatus Syarofa (2030062)
4. Putri Ayu S (2030091)
5. Ringga Sena P (2030095)
6. Rosiela Windy (2030096)
7. Tommy H (2030108)

Proram study : Profesi Ners


Judul Terapi Bermain : Program Terapi Aktivitas Bermain Mewarnai pada
Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Pada Masa
Pandemi Covid 19 Secara Online
Menyatakan bahwa makalah Satuhan Acara Penyuluhan ini yang berjudul
“Program Terapi Aktivitas Bermain Mewarnai pada Anak Usia Prasekolah (3-6
Tahun) Pada Masa Pandemi Covid 19 Secara Online ” telah disusun sesuai
dengan buku panduan evaluasi praktik klinik keperawatan anak yang berlaku di
STIKES Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 01 Juli 2021


Ketua Kelompok Mengetahui
CI Institusi Pendidikan

Ach. Syariful Rizal,S.Kep Qori’ila Saidah, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An


2030002 NIP. 03026
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak usia prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal yaitu pada usia
3-6 tahun biasanya sering melakukan aktivitas yang menyebabkan anak
mudah lelah. Perkembangan sosial emosional saat ini semakin dipahami
sebagai sebuah krisis dalam perkembangan anak. Hal ini dikarenakan anak
terbentuk melalui sebuah perkembangan dalam proses belajar (Mifta, 2020)
Pada masa perkembangan awal, bayi akan mengeksplorasi itulah bayi akan
belajar. Sebaliknya jika bayi merasa tidak aman di dalam lingkungan keluarga,
maka bayi akan menghabiskan energinya untuk mengatur dirinya yang pada
akhirnya bayi tidak memiliki kesempatan untuk bereksplor yaitu bayi tidak
memiliki kesempatan untuk belajar. Proses belajar pada masa itulah yang
mempengaruhi perkembangan pada tahapan selanjutnya. Masa perkembangan
dari bayi hingga memasuki sekolah dasar akan menjadi “pondasi” belajar yang
kuat bagi anak untuk mengembangkan kemampuan sosial emosinya agar
menjadi lebih sehat dan siap untuk menghadapi tahapan perkembangan
selanjutnya yang lebih rumit lagi. Pada tahap krisis ini adalah waktu yang
tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan sosial emosi
(Mifta, 2020).
Anak pada fase tersebut mengalami banyak perubahan pada fase
kehidupan sebelumnya. Masa anak usia dini ini sering disebut dengan “golden
age” atau masa emas. Pada masa tersebut hampir seluruh potensi anak
mengalami masa peka yang tepat dan hebat dalam tumbuh kembangnya.
Setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda, karena setiap
individu memiliki perkembangan yang berbeda pula. Salah satu bentuk
pendidikan prasekolah yang ada di jalur pendidikan yaitu Taman Kanak
Kanak. Taman Kanak-Kanak memberikan layanan bagi anak usia dini sampai
memasuki tahapan pendidikan dasar.Dari sisi sosial emosional, kegiatan
bermain dapat melatih anak untuk memahami perasaan teman lainnya. Konflik
yang terjadi dalam interaksi keduanya akan membantu anak untuk memahami
bahwa ada orang lain yang memiliki cara pandang yang berbeda dengan
dirinya yaitu teman bermainnya.
Terapi bermain termasuk kegiatan yang digunakan untuk mengatasi
masalah emosi dan perilaku anak-anak. Hal ini dikarenakan terapi bermain
dinilai responsive terhadap kebutuhan beragam dan unik dalam perkembangan
mereka. Anak-anak pada dasarnya berbeda dengan orang dewasa yang dapat
berkomunikasi secara alami melalui kata-kata, anak-anak lebih alami
mengekpresikan diri melalui bermain dan beraktivitas (Nurmalitasari, 2015).
Mewarnai gambar merupakan salah satu permainan yang memberikan
kesempatan anak untuk bebas berekspresi. Dengan cara mewarnai gambar
anak dapat mengekspresikan perasaannya, ini berarti mewarnai bagi anak
merupakan suatu cara untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-
kata (Wowilling, 2014).
Adanya pandemi Covid-19 memberikan dampak pada bidang pendidikan
terutama pendidikan anak usia dini. Pembelajaran secara daring tentunya
dilakukan dengan berbagai media sebagai penunjang kegiatan belajar
mengajar. Media yang digunakan saat ini ialah dengan menggunakan video,
bisa belajar melalui youtube, acara televisi pendidikan dll.
1.2 Tujuan
1. Sebagai stimulasi bagi anak usia prasekolah agar tetap belajar dan tidak
mengalami jenuh karna adanya pandemic covid-19
2. Sebagai media bagi anak usia prasekolah untuk menghafal warna-warna
yang digunakan untuk mewarnai media gambar
3. Merangsang stimulasi motorik halus anak agar tetap baik
1.3 Manfaat
1. Anak-anak dapat lebih faham dan mengenal warna-warna
2. Anak dapat mengontrol emosi melalui coretan yang ada diatas gambar
saat mewarnai
3. Anak-anak mejadi senang dan merasa santai
4. Anak-anak dapat bersosialisasi dengan baik
5. Anak-anak bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan
penyembuh)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Terapi Bermain
Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik
fisik, emosi mental, intelektual, kreativitas maupun sosial (Soetjiningsih,
2014). Terapi merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip
belajar terhadap suatu kondisi atau tingkah laku yang dianggap
menyimpang dengan tujuan melakukan perubahan. Terapi bermain adalah
usaha mengubah tingkah laku yang bermasalah dengan menempatkan anak
dalam situasi bermain (Adriana, 2011).
Emmy Budiati (2008) Bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena
melalui bermain anak akan merasa senang, dan bermain adalah suatu
kebutuhan yang sudah ada dalam diri anak. Dalam redaksi yang lain
dijelaskan bahwa bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk
bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka
mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995).

2.2 Fungsi Terapi Bermain


Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk merangsang
perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi,
kreativitas, kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik.
1. Perkembangan sensorimotor
Aktivitas sensorimotor adalah komponen utama bermain pada semua
usia. Permainan aktif penting untuk perkembangan otot dan
bermanfaat untuk melepaskan kelebihan energi. Melalui stimulasi
taktil, auditorius, visual dan kinestetik, bayi memperoleh kesan.
Todler dan prasekolah sangat menyukai gerakan tubuh dan
mengeksplorasi segala sesuatu di ruangan.
2. Perkembangan intelektuai
Melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar mengenal
warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi objek-objek. Ketersediaan
materi permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah dua
variabel terpenting yang terkait dengan perkembangan kognitif selama
masa bayi dan prasekolah.
3. Sosialisasi
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui bermain, anak belajar membentuk hubungan
sosial dan menyelesaikan masalah, belajar pola perilaku dan sikap
yang diterima masyarakat.
4. Kreativitas
Anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain.
Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas tunggal, meskipun
berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok. Anak
merasa puas ketika menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
5. Kesadaran diri
Melaui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuan
diri dan membandingkannya dengan orang lain. Kemudian menguji
kemampuannya dengan mencoba berbagai peran serta mempelajari
dampak dari perilaku mereka terhadap orang lain.
6. Nilai moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama
dari lingkungan. Melalui aktivitas bermain anak memperoleh
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat
diterima di lingkungannya. Anak juga akan belajar nilai moral dan
etika, belajar membedakan sesuatu dan bertanggung jawab.
7. Manfaat terapeutik
Bermain bersifat terapeutik pad aberbagai usia. Bermain bersifat
terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan sarana untuk
melepaskan diri dari ketegangann dan stress yang dihadapi di
lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan
melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara yang dapat
diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu
mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan keinginan
mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan.

2.3 Perkembangan Fase Bermain


Dalam bermaian, anak belajar untuk berinteraksi dengan lingkungan
dan orang yang ada di sekitarnya. Dari interaksi dengan lingkungan dan
orang di sekitarnya maka kemampuan untuk ber sosialisasi anak pun akan
semakin bertambah dan berkembang.pada usia 2 hingga 5 tahun, anak
memiliki perkembangan bermain dengan teman bermainnya.
Berikut ini ada enam tahapan perkembangan bermaian pada anak
menurut Parten dan Rogers dalam Dockettdan Fleer (1992: 62):
1. Unoccupied atau tidak menetap
Anak hanya melihat anak yang lain lagi bermain akan tetapi anak
tidak ikut bermain. Anak pada tahap ini hanya mengamati sekeliling
dan berjalan jalan, tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang lagi
bermain.
2. Unlooker atau penonton
Pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk bermain akan tetapi
anak sudah memolai untuk mendekaat dan bertanya pada teman yang
sedanh bermain dan anak sudah mulai muncul ketertarikan untuk
bermain setelah mengamati anak mampu mengubah caranya untuk
bermaian.
3. Solitary independent play atau bermain sendiri
Tahap ini anak sudah mulai untuk bermain akan tetapi seorang anak
bermain sendiri dengan mainannya, terkadang anak berbicara dengan
temannya yang sedang bermain, tetapi tidak terlibat dengan permainan
anak lain.
4. Parallel activiti atau kegiatan pararel
Anak sudah molai bermain dengan anak yang lain tetapi belum terjadi
interaksi dengan anak yang lainnya dan anak cenderung menggunakan
alat yang ada di sekelilingnya. Pada tahap ini, anak juga tidak
mempengaruhi dalam bermain dengan permainannya anak masih
senang memanipulasi benda daripada bermain dengan anak lain.
Dalam tahap ini, biasanya anak memainkan alat permainan yang sama
dengan anak yang lainnya. Apa yang dilakukan anak yang satu tidak
mempengaruhi anak yang lainnya.
5. Associative play atau bermain dengan teman
Pada tahap terjadi interaksi yang lebih komplek pada anak. Terjadi
tukar menukar mainan antara anak yang satu dengan yang lain nya
dan cara bermain anak sudah saling mengingatkan. Meskipun anak
dalam satu kelompok melakukan kegiatan yang sama, tidak terdapat
aturan yang mengikat dan belum memiliki tujuan yang khusus atau
belum terjadi dikusi untuk mencapai satu tujuan yang sama seperti
menyusun bangunan bangunan yang bernacam-macam akan tetapi
masing masing anak dapat sewaktu-waktu meninggalkan bangunan
tersebuat dengan semaunya tidak terikat untuk merusak nya kembali.
6. Cooperative or organized supplementary play atau kerja sama dalam
bermain
Saat anak bermain bersama dan lebih terorganisir dan masing masing
menjalannkan sesuai dengan job yang sudah mereka dapat yang saling
mempengaruhi satu sama yang lain. Anak bekerja sama dengan anak
yang lain nya untuk membangun sesuatu terjadi persaingan
memmbentuk permainan drama dan biasanya terpengaruh oleh anak
yang memimpin permainan.
Dari keenam tahap diatas tampak bahwa dalam suatu permaian akan
timbul rasa ingin tahu rasa ingin berinteraksi dan rasa untuk
bersosialisasi dengan anak yang lainnya. Bermain juga mengalami
perkembangan kemampuan yang berbeda bagi masing masing anak yaitu
sesuai dengan usia antara lain dari umur 0-2, 1-2, 2-3, 3-4, 4-5, 5-7, dan
7+. (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 146).
2.4 Karakteristik Permainan
Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan sekaligus
memiliki unsur pendidikan bagi anak. Sejalan dengan definisi sederhana
ini, bermain memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
1. Motivasional. Bermain dilakukan atas motivasi intrinsik dari seorang
anak atau berdasarkan keinginan sendiri serta untuk kepentingan
sendiri.
2. Emosional. Bermain adalah kegiatan yang melibatkan emosi-emosi
positif pada diri seorang anak. Hal ini tercermin seperti ketika
meluncur dari tempat yang tinggi secara berulang-ulan tanpa rasa
takut.
3. Fleksibilitas. Kegiatan bermain biasanya ditandai dengan mudahnya
melakukan permainan yang berbeda-beda atau beralih dari satu
permainan ke permainan dengan menyenangkan.
4. Enjoyable. Aktivitas bermain lebih mengutamakan proses bermain,
tanpa memperhatikan hasil akhir dari bermain. Anak bermain dengan
tanpa harus memperhatikan prestasi apa yang akan didapat apabila ia
dapat melakukan hal tersebut. Mereka cenderung terpusat pada proses
bermain, seperti anak bisa memasang gambar sesuai dengan
bentuknya.
5. Terbuka. Anak bebas memilih permainan atas kehendaknya tanpa ada
yang menyuruh atau memaksa. Ketika seorang anak menyusun balok
akan disebut bermain seandainya aktivitas tersebut atas kehendak
sendiri tanpa ada yang menyuruh atau memaksa.
6. Imajinatif. Bermain mempunyai daya imajinasi yang tinggi. Seorang
anak yang mempunyai daya imajinasi tinggi akan memungkinkan
anak bereksperimen pada hal-hal yang baru. Biasanya realitas internal
lebih diutamakan dari pada realitas eksternal, karena anak akan
memberikan makna baru terhadap obyek yang dimainkan, dan
mengabaikan keadaan obyek yang sesungguhnya. Misalnya anak yang
pura-pura membakar sate tapi yang sebenarnya hanya mengipasi
kepingan gambar yang berbentuk ayam, sapi, kuda, bebek, atau
menganggap guling sebagai seekor kuda.
7. Bebas. Bermain bebas dari aturan-aturan yang ditetapkan dari luar dan
hanya menuntut keterlibatan aktif dari sang anak.
8. Dimensional. Bermain mempunyai batasan tertentu. Tanpa
mengabaikan kebebasan dalam bermain, bermain memiliki dimensi
sebagai barometer sejauh mana aktivitas yang dilakukan anak bisa
dikategorikan ke dalam aktivitas bermain atau bukan aktivitas
bermain. Seandainya aktivitas tersebut dianggap bukan aktivitas
bermain lagi, biasanya anak tidak lagi bisa menikmati aktivitas yang
dilakukannya.

2.5 Terapi Mewarnai Gambar


Mewarnai secara harfiah adalah membubuhkan warna atau cat pada
suatu gambar. Mewarnai adalah sebuah ketrampilan yang disukai oleh
anak.Dan sejauh ini, telah menjadi media bagi mereka untuk
memungkinkan segala imajinasi dan inspirasi tentang segala hal yang
mungkin pernah disentuh atau mereka alami. Dengan demikian, tidaklah
mengherankan apabila banyak orang tua, senantiasa berusaha untuk
memberikan rangsangan bagi buah hatinya untuk mewarnai sejak usia
sedini mungkin (Muhammad, 2009:11-12).
Mewarnai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti memberi
berwarna dari kata dasar warna yang berarti corak atau rupa. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa mewarnai gambar merupakan kegiatan
memberikan warna pada gambar atau tiruan barang yang dibuat dengan
coretan pensil/pewarna pada kertas. Salah satu permainan yang cocok
dilakukan untuk anak usia pra sekolah yaitu mewarnai gambar, dimana
anak mulai menyukai dan mengenal warna serta mengenal bentuk-bentuk
benda di sekelilingnya. Mewarnai merupakan salah satu permainan yang
memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (Paat, 2010).
2.6 Manfaat Terapi Mewarnai
Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”).
1. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan
motorik halus.
2. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena
menggunakan media kertas gambar dan crayon.
3. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada
anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
4. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena
proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress,
kognitifnya tidak akurat dan negative.
5. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk
meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman
dari rasa marah dan benci.
BAB 3
PELAKSANAAN
3.1 SASARAN
Anak-anak yang berada di sekitar lingkungan rumah mahasiswa anggota
kelompok 3B usia pra sekolah. Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah
anak usia 3-6 tahun
.
3.2 PENGORGANISASIAN
1. Waktu dan Tempat :
Hari/Tanggal : Sabtu, 03 Juli 2021
Metode : Online dengan google meeting
Sasaran : Anak usia 3-6 tahun
Tema : Mewarnai gambar
Jumlah anak : 8 orang
2. Tim Pelaksana
a. Pembimbing Pendidikan : Qori’ila Saidah, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An
b. Leader : A.S. Rizal
Tugas :
1. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain
sebelum kegiatan dimulai.
2. Menjelaskan Kegiatan ,mampu memotivasi anggota untuk aktif
dalam proses kegiatan bermain. Mampu memimpin Terapi
bermain dengan baik dan tertib, serta menetralisir bila ada
masalah yang timbul dalam kelompok.
b. Co. Leader : Putri Ayu S.
Tugas :
1. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
anak dan mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator : Rosiela Windy M., Galih Pandu, Tommy H., Ringga S.P.,
Lailatus Syarofa
Tugas :
1. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, memotivasi
anak yang kurang aktif, membantu leader memfasilitasi peserta
untuk berperan aktif dan memfasilitasi peserta.
d. Observer : Claudia Ayu
Tugas :
1. Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal
dan non verbal anak selama kegiatan berlangsung
3. Media (Alat dan Bahan)
a. Kertas bergambar
b. Pensil warna/krayon

3.3 PROSES PELAKSANAAN


No. Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka 1.Menjawab salam
kegiatan dengan
mengucapkan
salam.
2.Mendengarkan
2. Memperkenalkan
diri
3.Memperhatikan
3. Menjelaskan
tujuan dari terapi
bermain
4.Memperhatikan
4. Kontrak waktu
anak dan orang
tua
2. 30 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tata 1. Memperhatikan
cara pelaksanaan
terapi bermain
mewarnai kepada
anak
2. Memberikan 2. Bertanya
kesempatan
kepada anak untuk
bertanya jika
belum jelas
3. Antusias saat
3. Membagikan
menerima peralatan
kertas bergambar
dan crayon
4. Memulai untuk
4. Fasilitator
mewarnai gambar
mendampingi anak
dan memberikan
motivasi kepada
anak
5. Menjawab
5. Menanyakan
pertanyaan
kepada anak
apakah telah
selesai mewarnai
gambar 6. Mendengarkan
6. Memberitahu anak
bahwa waktu yang
diberikan telah
selesai 7. Memperhatikan

7. Memberikan
pujian terhadap
anak yang mampu
mewarnai gambar
sampai selesai
Evaluasi :
1. Memotivasi anak
untuk
menyebutkan apa   Menceritakan dan
yang diwarnai Gembira
2. Mengumumkan 
nama anak yang
dapat mewarnai
dengan contoh
3. Membagikan
reward kepada
seluruh peserta
3. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan 1. Memperhatikan
motivasi dan
pujian kepada
seluruh anak yang
telah mengikuti
program terapi
bermain
2. Gembira
2. Mengucapkan
terima kasih
kepada anak dan
orang tua 3. Menjawab salam
3. Mengucapkan
salam penutup

3.4 EVALUASI
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 3 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di salah satu ruaangan
rumah sakit
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sesuai dengan tugas
masing-masing
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak  terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3. Evaluasi Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
c. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Dian, 2011. Tumbuh Kembang dan Therapy Bermain pada anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Mifta. 2020. Peningkatan Perkembangan Sosial Dan Emosional Melalui
Pemberian Terapi Bermain Pada Usia Prasekolah. Surabaya; Jurnal
Psikodidaktika.
Nurmalitasari (F). 2015. Perkembangan Sosial Emosi Pada Anak Usia Prasekolah.
Buletin Psikolog, Volume 23, No 2, Desember 2015: 103-111.
Paat, T. C. (2010). Analisis Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Prilaku
Kooperatif Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Menjalani
Perawatan Di Ruangan Ester Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM
Manado. Manado : Universitas Sam Ratulangi. Skripsi.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1995
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Indeks
Wowiling, F. E., Ismanto, A. Y., & Babakal, A. (2014). Pengaruh Terapi Bermain
Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah
Akibat Hospitalisasi Di Ruang Irina EBlu RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou.
Manado. Jurnal Keperawatan, Vol. 2 No. 2.
Yuliani Nurani Sujiono, 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT. Indeks.

Anda mungkin juga menyukai