Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH GADGET TERHADAP PERKEMBANGAN

MASA KANAK-KANAK AWAL

Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan I


Dosen Pengampu : Yanies Novira M.Psi,Psi

Disusun Oleh:
1. Tiyas Alfiatur Rohmania (5141111020)
2. Lindra Martomi (5141111045)
3. Amran Ghiffari Assagaf (5161111003)
4. Lina Sugiarti (5161111015)
5. M. Arrahman (5161111029)
6. Ambarwati (5161111041)
7. Wisnu Harjati (5161111089)

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I

A. Karakteristik Perkembangan Anak-Anak Awal

Masa kanak-kanak awal dimulai setelah melewati masa bayi yang sangat penuh
ketergantungan. Masa kanak-kanak awal berlangsung dari usia 2 sampai dengan 6 tahun. Di masa
ini, anak-anak sering sekali mengeksoplorasi berbagai topik didalam sebuah kelompok, cara ini
dinilai dapat mengembangkan rasa kebersamaan, menghargai perbedaan, dan kerjasama ketika
menghadapi sebuah persoalan (Hayson, Copple & Jones, 2006).

 Perkembangan Fisik

Di masa kanak-kanak awal rata-rata anak bertambah tinggi 2,5 inci dan bertambah berat 5-7
pon setiap tahunnya. Ada beberapa anak yang pendek karena masalah bawaan, kekurangan
hormon pertumbuhan, masalah fisik, atau masalah emosional.peningkatan ukuran otak dimasa
kanak-kanak sebagian terkait dengan peningkatan jumlah dan ukuran dendrit dan mielin. Selama
usia 3-6 tahun pertumbuhan otak paling banyak terjadi di lobus frontal.

Perkembangan Otak

Salah satu perkembangan fisik terpenting dimasa kanak-kanak awal adalah perkembangan
otak dan berbagai bagian lain dari sistem saraf secara terus menerus (Nelson,2011). Meskipun
perkembangan otak yang berlangsung dimasa kanak-kanak awal tidak secepat seperti yang
berlangsung dimasa bayi, perkembangan ini menghasilkan perubahan anatomi yang berarti.
Ketika anak-anak berusia 3 tahun, ukuran otak 3 per empat ukuran otak dewasa. Ketika berusia 6
tahun, otak telahmencapai sekitar 95 persen ukuran otak dewasa (Lenroof & Giedd 2006).
Sehingga, otak anak berusia 5 tahun hampir menyerupai ukuran otak anak tersebut ketika dewasa,
namun sebagai mana yang akan kita lihat di bab-bab selanjutnya, perkembangan yang terjadi
didalam otak terus berlangsung selama masa kanak-kanak dan remaja (Blakemore, 2010 ; Romer
dkk,2010).

Beberpa perubahan interior otak melibatkan peningkatan dalam koneksi dendrit sebagaimana
myelinasi, dimana sel saraf tertutup dan terhubung dengan lapisan sel lemak. Myelinasi penting
dalam perkembangan sejumlah kemampuan anak-anak (Diamond, Casey & Munakata, 2011).
Sebagai contoh myelinasi diarea otak yang terkait dengan koordinasi tangan-mata belum selesai
hingga sekitar usia 4 tahun.
Penelitian juga telah menemukan bahwa otak anak-anak mengalami perubahan anatomi
secara drastis antara usia 3 tahun hingga 15 tahun (Gogtay & Thompson, 2010) ; Thompson dkk,
2000). Dengan memindai otak beberapa anak secara berulang selama empat tahun, para peneliti
menemukan bahwa otak anak-anak mengalami pertumbuhan yang cepat dan tertentu
penyebarannya. Jumlah materi otak di beberapa area dapat meningkat hampir dua kali lipat
selama kurang dari satu tahun. Dilanjutkan dengan berkurangnya jaringan secara drastis ketika
sel-sel yang tidak diperlukan dibersihkan dan otak terus mengorganisasikan dirinya sendiri. Para
ilmuan telah mengungkapkan bahwa ukuran keseluruhan otak tidak menunjukan pertumbuhan
dramatis pada kisaran usia 3 tahun hingga 15 tahun. Namun, yang berubah secara dramatis pola
lokal didalam otak. Para peneliti telah menemukan pada usia hingga 6 tahun, pertumbuhan yang
paling cepat yang terjadi diarea lobus frontal melibatkan tindakan perencanaan dan
pengorganisasian, dan mempertahankan atensi terhadap tugas (Diamond, Casey & Munakata,
2011 ; Gogtay & Thompson, 2010.)

Perkembangan Motorik

Meningkat secara dramatis di masa kanak-kanak awal. Ketika ketrampilan motorik kasar
anak-anak meningkat, mereka menjadi lebih berani. Dimasa kanak-kanak awal, ketrampilan
motorik halus juga meningkat secara subtansial.

 Perkembangan Kognitif

Perkembangan Kognitif menurut Piaget di usia kanak-kanak awal termasuk pada tahap
Subtahap Prakonseptual (2-4 tahun). Subtahap prakonseptual disebut juga dengan pemikiran
simbolik, karena karakteristik anak di tahap ini ditandai dengan munculnya sistem-sistem
lambang symbol seperti bahasa. Kemunculan pemikiran simbolis, anak-anak dapat mengorganisir
dan memproses apa yang mereka ketahui. Anak akan dapat dengan mudah mengingat kembali
dan membandingkan objek-objek dan pengalaman yang telah diperolehnya jika objek dan
pengalaman tersebut mempunyai nama dan konsep yang dapat menggambarkan karakteristiknya.
Smbol-simbol juga membantu anak-anak mengkomunikasikan kepada orang lain tentang apa
yang mereka ketahui. Komunikasi yang didasarkan atas pengalaman pribadi akan membantu
perkembangan hubungan sosial di antara anak-anak. Komunikasi memungkinkan individu untuk
belajar dari symbol-simbol yang diperoleh melalui pengalaman orang lain (Seifert & Hoffnung,
1994).
Perkembangan Bahasa

Kemjampuan anak kecil dalam menangkap aturan-aturan bahasa meningkat. Dalam


batasan fonologi, kebanyakan anak-anak kecil menjadi lebih peka terhadap bunyi dari bahasa
yang diucap. Eksperimen klasik Berko memperlihatkan bahwa anak-anak kecil memahami
aturan-aturan morfologis. Ketrampilan percakapan anak-anak kecil meningkat, mereka
meningkatkan kepekaannya terhadap kebutuhan orang lain dalam percakapan, dan mereka belajar
mengubah gaya bicara agar sesuai dengan situasi.

 Perkembangan Sosioemosi

Menurut Zeman (2001) perkembangan emosi sebagi berikut :

Usia 2 tahun Anak mulai mengembangkan kemampuan berempati. Perkembangan empati


memerlukan kemampuan membaca tanda-tanda emosi seseorang, memahami bahwa orang lain
merupakan satuan (entitas) yang berbeda dari diri sendiri, dan menempatkan diri sendiri dalam
posisi orang lain.

3 tahun Anak belajar bahwa ekspresi kemarahan dan agresi dikendalikan dengan
hadirnyaorang dewasa. Namun, di sekitar teman sebaya, anak kurang mau menekan perilaku
emosi negatif.

4 tahun Anak mampu merubah ekspresi emosi. Pada usia ini, anak sudah mampu
menunjukkan ekspresi emosi eksternal yang tidak selalu sama dengan keadaan emosi internal.
Kemampuan ini mensyaratkan anak untuk memahami perlunya merubah tampilan emosi,
mengambil perspektif dari sudut pandang orang lain, mengetahui bahwa keadaan eksternal tidak
selalu sesuai dengan keadaan internal, dapat mengendalikan otot-otot untuk menghasilkan
ekspresi emosi, sensitif terhadap konteks sosial yang menyadarkan mereka untuk merubah
ekspresi mereka, dan memiliki motivasi untuk menunjukkan ekspresi yang berbeda tersebut
dalam cara yang meyakinkan.

Permulaan usia 4-5 tahun Anak mengembangkan pemahaman yang sangat baik tentang
keadaan emosional orang lain. Meningkatnya perkembangan kognitif menjadikan anak pra
sekolah mampu sampai pada pemahaman yang lebih kompleks tentang emosi.
 Perkembangan Psikososial

Perkembangan permainan

Dalam masa kanak-kanak sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak,


pengertian dari bermain itu sendiri adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan pada
awal masa anak-anak awal. Sebab, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya diluar rumah
bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat dalam aktivitas lain. Karena itu, kebanyakan
hubungan sosial dengan teman sebaya dalam masa ini terjadi dalam bentuk permainan. Dalam hal
ini permaian mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan anak-anak.
Hetherington dan parke (1979), menyebutkan tiga fungsi utama dari permainan, yaitu (1) fungsi
kognitif permaina membantu perkambangan kognitif anak. melalui permainan, anak-anak
menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek disekitarnya, dan belajar memecahkan
masalah yang dihadapinnya. (2) fungsi sosial pemainan dapat meningkatkan perkembangan sosial
anak. khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran, anak belajar
memahami orang lain dengan peran yang akan ia mainkan dikemudian hari setelah tumbuh
menjadi orang dewasa. (3) fungsi emosi permainan memungkinkan anak untuk memecahkan
sebagian dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin.

Perkembangan Moral

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konfensi
mengenai apa yang seharusny dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain
(santrock,1995) anak-anak dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya
terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karna itu, melalui pengalamannya
berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua,saudara,dan teman sebaya) anak belajar
memahami tentang perilaku norma yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang
buruk, yang tidak boleh dikerjakan

Tentang Perkembangan Moral

Teori belajar sosial melihat tingkalaku moral sebagain respon atas stimulus. Dalam hal
ini, proses-proses penguatan, penghukuman, dan peniruan digunakan untuk menjelaskan perilaku
moral anka-anak. Bila anak diberi hadiah atas perilaku yang sesuai dengan aturan dan kontrak
social, mereka akan mengulangi perilaki tersebut. Sebalikny, bila mereka dihukum atas perilaku
yang tidak bermoral, maka perilaku itu akan berkurang atau hilang.
Gadget

Gadget adalah sebuah istilah berasal dari bahasa inggris yaitu perangkat elektronik kecil
yang memiliki tujuan dan fungsi khusus untuk mengunduh informasi-informasi terbaru dengan
berbagai teknologi maupun fitur terbaru, sehingga membuat hidup manusia menjadi lebih praktis.
Gadget sendiri dapat berupa komputer atau laptop, tablet pc, video game dan juga telephone
selular atau smartphone (Indrawan dan Triyono, 2016)

Kemajuan teknologi sekarang ini sangat pesat dan semakin cangih. Banyak teknologi
cangih yang telah banyak di ciptakan membuat perubahan yang begitu besar dalam kehidupan
manusia di berbagai bidang seperti gadget dapat memberikan dampak yang begitu besar pada
nilai-nilai kebudayaan dan perkembangan orang dewasa maupun anak-anak dalam mengunakan
gadget, diman banyak produk-produk gadget yang menjadikan anak-anak sebagai target pasar
mereka dan anak-anak kini telah menjadi konsumen aktif penguna gadget. gadget memiliki
pengaruh besar terhadap perkembangan manusia, demikian juga terhadap anak-anak. Jika masa
kanak-kanak sudah tercandu dan terkena dampak negatif oleh gadget, maka perkembangan anak
pun akan terhambat, (Wenda Oroh, 2008).

 Gaya Pengasuhan Orang Tua

Gaya pengasuhan Baumrind ia mendeskripsikan empat tipe gaya pengasuhan:

1. Pengasuhan otoritarian adalah gaya yang bersifat membatasi dan menghukum dimana orang
tua mendesak anaknya agara mematuhi orang tua serta menghormati usaha dan jeripayah mereka.
Orang tua otoritarian menempatkan batasan-batasan dan kendali yang tegas pada anak serta tidak
banyak memberi peluang kepada anak-anaknya untuk bermusyawara.

2. pengasuhan otoritatif mendorong anaknya untuk mandiri namun masi tetap memberi batasn
dan kendali atas tindakan-tidakan anaknya.

3. pengasuhan yang melalaikan adalah gaya diman orang tua sangat tidak trlibat dalam kehidupan
anak. anak-anak yang orang tuanya lalali mengempangkan perasaan bahwa aspek-aspek lain dari
kehidupan orang tua lebih penting dari mereka anak-anakini cendrung tidak kompeten secar
sosial.
4. pengasuhan yang memanjakan adalah gaya diman orang tua sangat terlibat dengan anak-
anaknya namun kurang memberikan tuntunan atau kendali terhadap merekah orang tua semacam
ini membiarkan anak-anaknya melakukan apapun yang mereka inginkan.

B. Perkembangan Anak-Anak Awal yang Berkaitan dengan Gadget

Sering kita temui orang tua memberikan gadget yang cangih dengan model yang sesuai
dengan kenginan anak, sering kali orang tua membelokan gadget untuk mengalihkan perhatian
anak agar tidak menganggu aktifitas orang tua atau pekerjaan orang tua di rumah, pada awalnya
tujuan orangtua berhasil untuk komunikasi dan sebagai pengalih perhatian. Namun lama
kelamaan anak akan merasa bosan dan lebih aktif untuk mencoba fitur serta aplikasi lain yang
lebih menarik. Dimulai dari sini, anak lebih terfokus pada gadget nya dan mulai meningalkan
dunia bermainnya. Anak akan lebih induviduali dan tidak peka terhadap lingkungan disekitarnya.

C. Hubungan gadget dengan perkembangan anak-anak awal

beberapa faktor-faktor meliputi faktor fisik yaitu perkembangan motorik, faktor kognitif
yaitu tahap praoperasional, faktor bahasa yaitu perkembangan bahasa, memahami fonologi dan
morfologi, kemajuan dalam prakmatik.

Dalam faktor fisik misalnya anak lebih berfokus pada gadget yang menyebabkan anak
menjadi pasif, hanya duduk diam sibuk dengan gadgetnya sendiri. Semestinya pada
perkembangan kanak-kanak awal melakukan aktivitas gerakan sederhana, seperti melompat,
memanjat serta berlari ke depan dan ke belakang.

Pada periode perkembangan anak yang sangat sensitif adalah saat usia 1-5 tahun, sebagai
masa anak usia dini sehingga sering disebut the golden age. Pada masa ini seluruh aspek
perkembangan kecerdasaan, yaitu kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual mengalami
perkembangan yang luar biasa sehingga yang akan mempengaruhi dan menentukkan
perkembangan selanjutnyaa. Ketika anak berada pada the golden age semua informasi akan
terserap dengan cepat. Mereka jadi peniru yang handal, mereka lebih smart dari yang kita pikir,
lebih cerdas dari yang terlihat dan akan menjadi dasar terbentuknya karakter, kepribadian, dan
kemampuan kognitifnya. Maka jangan pernah kita anggap remeh anak pada usia terseb ut
(Muhibin Syah, 2013).
Sebenarnya gadget tidak hanya menimbulkan dampak negatif bagi anak, karena juga ada
dampak positif, diantaranya dalam pola pikir anak yaitu mampu membantu anak dalam mrngatur
kecepatan bermainnya, mengolah strategi dalam permainan, dan membantu meningkatkan
kemampuan otak kanan anak selama dalam pengawasan yang baik. Akan tetapi dibalik kelebihan
tersebut lebih dominan pada dampak negatif yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
salah satunya adalah radiasi dalam gadget yang dapat merusak jaringan saraf dan otak anak bila
anak sering menggunakan gadget. selain itu, juga dapat menurunkan daya aktif anak dan
kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Anak menjadi lebih individual dengan
zona nyamannya bersama gadget sehingga kurang memiliki sikap peduli terhadap teman bahkan
orang lain.
BAB II

KASUS

Kasus Pertama
Melati 4 tahun. sudah diberi gadget usia 2 tahun Ibunya kerja jualan online ayahnya kerja di
bengkel. Melati jarang sekali keluar bermain di luar rumah bersama teman-teman sebayanya,
justru lebih sering bermain gadget di dalam rumah bermain gadget. Desa losari kecamatan pakis
magelang. 29 november 2018

Magelang 29 november 2018 Melati adalah anak berusia 4 tahun dari pasangan ibu
indaryati dan bapak rahmat yang tinggal di desa losari kecamatan pakis kabupaten magelang .
Melati diperkenalkan smartphone sejak usia 2 (dua) tahun karena orang tuanya sibuk, bapaknya
bekerja di bengkel mulai dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore sehingga jarang memiliki waktu
untuk bersama anaknya. Sedangkan ibunya bekerja sebagai reseler baju online shop sehingga
sering menggunakan smartphone sebagai sarana bekerja.

Melati sering bermain smartphone dan setiap ibunya bermain smartphone pasti Melati
akan langsung memintanya, Semenjak itu ibunya sering meminjamkan smartphone nya untuk
anaknya, Beliau merasa terganggu ketika berjualan. Sehingga ibunya membelikan smartphone
untuk Melati, agar tidak mengganggu pekerjaan ibunya sebagai reseler baju online shop. Setelah
Melati diberikan smartphone Melati selalu bermain dengan smartphonenya. sehingga pada usia 3
(tiga) tahun melati sudah mulai mengalami kecanduan smartphone.

Sejak Melati masuk sekolah di Taman kanak-kanak, setiap pulang sekolah Melati selalu
mencari dimana smartphonenya. Ibunya juga selalu membiarkan Melati saat Melati bermain
dengan smartphonenya. Pada saat jam makan Melati diberikan makanan oleh ibunya tapi Melati
cenderung mengabaikan makanan yang ada didepannya saat Melati sedang memegang
smartphonenya. Setiap kali ibunya meminta smartphonenya , Melati selalu menolak dan justru
Melati malah menangis. Dengan begitu ibunya selalu menyuapinya sembari Melati bermain
smartphone. Sehingga saat makan Melati sangat bergantung kepada ibunya.
Walaupun begitu, pada saat di sekolah Melati dapat membaur dengan teman sebayanya,
Melati juga ikut bermain dengan teman-temannya sehingga Melati dapat berinteraksi dengan
orang lain di lingkungan sekolah.

Kasus Kedua

Tingkat Kecanduan Gadget di Usia Dini Semakin Mengkhawatirkan

Philadelphia, CNN Indonesia. Kemajuan teknologi nyatanya tak hanya merambah ke para
penggiat yang disebut tech savvy, namun juga menyentuh hidup anak-anak di bawah umur yang
sudah memiliki gadget sendiri. Sebuah survei oleh Common Sense Media di Philadelphia
mengungkapkan bahwa anak-anak mulai usia 4 tahun sudah punya perangkat mobile sendiri
tanpa pengawasan orang tua. Survei ini diisi oleh 350 orang tua keturunan Afrika-Amerika yang
kebanyakan memiliki pendapatan rendah. Mereka mengisi pertanyaan saat sedang mengunjungi
Einstein Medical Center di Philadelphia Mengutip situs New York Times, 70 persen orang tua
mengaku memang mengizinkan anak-anak mereka yang usianya 6 bulan sampai 4 tahun bermain
perangkat mobile ketika mereka sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, serta 65 persen
melakukan hal yang sama untuk menenangkan si anak saat berada di tempat umum. Lalu satu
perempat orang tua mengaku meninggalkan anak-anak mereka sendiri dengan gadget saat
menjelang tidur, padahal layar terang sebetulnya mengganggu tidur. "Mereka berusaha
menidurkan anak-anak di lingkungan yang malah membuat sulit untuk tidur," tutur salah satu
peneliti, Michael Rich dari Center on Media and Child Health di Boston Children’s
Hospital.Sesuai catatan pimpinan penelitian Hilda Kabali, sepertiga orang tua yang anaknya
berusia 3-4 tahun mengaku anak-anak mereka doyan menggunakan lebih dari satu perangkat
mobile.

Kebanyakan orang tua juga menyatakan, anakanak yang usianya di bawah 1 tahun
cenderung menggunakan gadget untuk bermain game, menonton video, dan bermain aplikasi.
Yang jelas, sebanyak 72 persen anak usia 8 tahun ke bawah sudah menggunakan perangkat
mobile seperti smartphone, tablet, dan iPod sejak 2013, di mana mayoritas usia 2 tahun lebih
suka pakai tablet atau ponsel pintar tiap harinya. Dibandingkan tahun 2011 angka tersebut masih
berada di 38 persen. Menurut profesor psikolog Temple University Kathy Hirsh-Pasek yang
tidak terlibat dalam penelitian, fenomena ini sungguh membahayakan. "Angka itu sangat besar.
Jika anak-anak tak bisa lepas dari 'permen digital', kami pun tak bisa menakar kira-kira apa
konsekuensinya terhadap perkembangan sosial mereka," ujarnya. Dokter Rich pun menduga
fenomena ini terjadi tak hanya di Philadelphia, namun di kebanyakan tempat juga.

Selain menganggap kebiasaan anak-anak yang lengket dengan gadget sebagai hal
berbahaya, tim peneliti juga menyayangkan sikap acuh tak acuh dari orang tua. "Kurangnya
pengawasan orang tua lebih mengkhawatirkan dibanding penggunaan gadget oleh anak-anak usia
muda," tulis timmenggunakan gadget untuk bermain game, menonton video, dan bermain
aplikasi. Yang jelas, sebanyak 72 persen anak usia 8 tahun ke bawah sudah menggunakan
perangkat mobile seperti smartphone, tablet, dan iPod sejak 2013, di mana mayoritas usia 2 tahun
lebih suka pakai tablet atau ponsel pintar tiap harinya. Dibandingkan tahun 2011 angka tersebut
masih berada di 38 persen. Menurut profesor psikolog Temple University Kathy Hirsh-Pasek
yang tidak terlibat dalam penelitian, fenomena ini sungguh membahayakan. "Angka itu sangat
besar. Jika anak-anak tak bisa lepas dari 'permen digital', kami pun tak bisa menakar kira-kira apa
konsekuensinya terhadap perkembangan sosial mereka," ujarnya. Dokter Rich pun menduga
fenomena ini terjadi tak hanya di Philadelphia, namun di kebanyakan tempat juga.

Selain menganggap kebiasaan anak-anak yang lengket dengan gadget sebagai hal
berbahaya, tim peneliti juga menyayangkan sikap acuh tak acuh dari orang tua."Kurangnya
pengawasan orang tua lebih mengkhawatirkan dibanding penggunaan gadget oleh anak-anak usia
muda," tulis tim menggunakan gadget untuk bermain game, menonton video, dan bermain
aplikasi. Yang jelas, sebanyak 72 persen anak usia 8 tahun ke bawah sudah menggunakan
perangkat mobile seperti smartphone, tablet, dan iPod sejak 2013, di mana mayoritas usia 2 tahun
lebih suka pakai tablet atau ponsel pintar tiap harinya. Dibandingkan tahun 2011 angka tersebut
masih berada di 38 persen.

Menurut profesor psikolog Temple University Kathy Hirsh-Pasek yang tidak terlibat
dalam penelitian, fenomena ini sungguh membahayakan. "Angka itu sangat besar. Jika anak-anak
tak bisa lepas dari 'permen digital', kami pun tak bisa menakar kira-kira apa konsekuensinya
terhadap perkembangan sosial mereka," ujarnya. Dokter Rich pun menduga fenomena ini terjadi
tak hanya di Philadelphia, namun di kebanyakan tempat juga. Selain menganggap kebiasaan
anak-anak yang lengket dengan gadget sebagai hal berbahaya, tim peneliti juga menyayangkan
sikap acuh tak acuh dari orang tua. "Kurangnya pengawasan orang tua lebih mengkhawatirkan
dibanding penggunaan gadget oleh anak-anak usia muda," tulis tim peneliti.
Analisis Kasus

Dari kasus diatas maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak mengalami dampak positif
dan negative dari smartphone. Dari teori yang dikemukakan oleh beberapa tokoh dalam
perkembangan anak usia dini, memaparkan bahwa perkembangan anak usia dini meliputi
beberapa factor yaitu :

1. Fisik
Motorik kasar, kemampuan anak menggunakan otot besar seperti digunakan
untuk berlari dan melompat. Pada kasus melati Di lingkungan rumah aktivitas melati
terbatas dikarenakan melati lebih memilih bermain gadget.
Motorik halus, kemampuan anak menggunakan otot halus spt digunakan untuk memungut
benda-benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk. Melati mengalami keterlambatan
perkembangan motori halusnya ketika memegang sendok ataupun crayon.
Memang di gadget ada pengenalan warna atau game di dalamnya video animasi misalnya
terdapat tokoh karakter yang melompat. Namun kemampuan anak untuk berinteraksi
secara langsung dengan objek nyata di dunia.
2. Kognitif
Masa dimana anak mulai mempresentasikan dunianya melalui kata-kata,
bayangan, gambar, dan pemikiran simbolik. Pemikiran simbolik sperti kasus yang ada,
melati melihat karakter tokoh kartun di video game. Dan ia mengaplikasikanya pada
dunia nyata. Missal : melati melihat tokoh supermen di video game, kemudia melati
meniru gaya berpakaian layaknya seperti supermen.

3. Bahasa
Pada masa ini penguasaan kosa kata anak juga meningkat pesat. Melati mengikuti
tingkatan perkembangan bahasa dengan baik, mampu menirukan bahasa yang di
dengarnya.
4. Otak
Ditinjau dari sisi neurofisiologis otak anak berusia dibawah 5 tahun masih dlm
taraf perkembangan. Perkembangan otak anak akan lebih optimal jika anak diberi
rangsangan sensoris secara langsung. Misalnya, meraba benda mendengar suara, dan
berinteraksi dengan orang. Jika anak usia dibawah 5 tahun dikasih gadget secara
berkelanjutan apalagi tidak didampingi orang tua, akibatnya anak hanya focus ke gadget
dan kurang berinteraksi dengan dunia luar. Dapat dikatakan bahwa kecanduan gadget
dapat mempengaruhi perkembangan otak anak karena produksi hormone dopamine yang
berlebihan mengganggu kematangan fungsi prefrontal korteks yaitu mengontrol emosi,
control diri, tanggung jawab, pengambilan keputusan dan nilai-nilai moral lainnya.

Ditinjau Dari Perkembangan Psikososial

1. Permainan Anak dengan rekan sebaya atau lingkungan sekitarnya.


Menurut parten menjelaskan terdapat enam kategori permainan anak-anak :
a. Permainan unoccupied
Anak Gerakan bebas atau berperilaku bebas sesuka hatinya atau bentuk tingkah laku
yang tidak terkontrol (hiperaktif)
b. Solitary
anak berkelompok bermain sendiri-sendiri dengan mainan masing-masing tidak peduli
apapun yang terjadi disekitarnya
c. Parallel
Anak bermain dengan permainan yang sama tetapi tidak terjadi komunikasi
d. Cooperative
Anak bermain sesuai dengan apa yang diarahkan oleh ibu guru atau yang disekitarnya.

Ditinjau Dari Pola Asuhnya

1. Gaya pengasuhan peemmmisive indulghent cenderung membiarkan anak-anak mereka


melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya anak-anak tidak pernah belajar
menegendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapka agar semua
kemauannya dituruti
2. Gaya pengasuhan permissive-indifferent, yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua
sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua
yang permissive-indifferent cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri dan rasa
harga diri yang rendah
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh gadget terhadap perkembangan
masa kanak-kanak awal mempengaruhi perkembangan anak. seharusnya anak di usia 5 tahun
kebawah berada pada masa the golden age merupakan masa terbaik untuk fisik dan otak anak.
kini kehdupan sosial anak-anak lebih terpengaruh oleh teknologi. Lebih sering anak usia dini
berinteraksi dengan gadget mempengaruhi daya pikir anak terhadap sesuatu diluar hal tersebut, ia
juga merasa asing dengan lingkungan sekitar karena kurangnya interaksi sosial. Namun kemajuan
teknologi juga dapat membantu daya kreatifitas anak jika pemanfaatanya diimbangi dengan
interaksi anak-anak dengan lingkungan sekitarnya. Mereka tahu bagaimana cara memanfaatkan
teknologi untuk memuaskan hasrat bermain mereka. Sebaiknya orang tua mengawasi ketika
anak-anaknya bermain gadget agar mereka tidak terlalu tergantung dengan gadget dan tidak
melupakan untuk bersosialisali dengan lingkungan sekitarnyla

Orang tua yang terlalu membebaskan anak di bawah umur menggunakan teknologi yang terlalu
canggih seperti gadget maka itu dapat mengubah perilaku seorang anak, untuk itu peran orang tua
sangat penting. Orang tua harus tegas atau tidak boleh memanjakan anaknya yang umurnya
dibawah 12 tahun untuk menggunakan gadget. karena lebih banyak dampak negatif yang timbul
apabila seorang anak di bawah umur telah diberikan gadget. salah satu dampak negatif yang
terjadi ialah dapat membuat anak menjadi malas bersosial, mengganggu kesehatannya, dan juga
dapat menyalahgunakan fungsi gadget.

Dampak positif dan negatif pengunaan gadget. gadget memiliki banyak manfaat apalagi
digunakan dengan cara yang benar dan semestinya di perbolehkan orang tua mengenalkan gadget
pada anak usia dini, memang perlu tetapi harus di ingat terdapat dampak fositif dan negatif pada
gadget tersebut.

Menurut handriyanto, (2013). Mengatakan bahwah gadget memiliki dampak fositif dan negatif,
adapun dampak fositif pengunaan gadget yaitu:

1. Bergembangnya imajinasi (melihat gambar kemudian mengambarkannya sesuai


imajinasinya yang melatih dayafikir tanpa dibatasi oleh kenyataan).
2. Melatih kecerdasan (dalam hal ini anak dapat terbasa dengan tulisan, angka, gambar yang
membantu melatih peroses belajar).

Kemudian beberapa dampak negatif dari gadget yaitu:

1. Penurunan konsenterasi saat belajar (tidak fokus) dan hanya teringat dengan gadget
2. Malas menulis dan membaca (hal ini di akibatkan dari pengunaan gadget misalnya pada
saat anak membuka vidio di aflikasi youtube anak cenderung melihat gambarnya saja)
3. Penurunan dalam kemampuan bersosialisasi misalnya anak kurang bermain dengan teman
di lingkungan sekitarnya.
4. Kecanduan (anak akan sulit dan akan ketergantungan dengan gadget karena sudah
menjadi suatu hal yang menjadi kebutuhan untuknya.
Daftar Pustaka

Desmita. 2015. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Santrock. 2012. Perkembangan Masa Hidup. Bandung: Erlangga

Setianingsih, dkk. 2018. Dampak Penggunaan Gadget pada Anak Usia Prasekolah dapat
Meningkatkan Resiko Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Gaster 2, 16

Anda mungkin juga menyukai