Anda di halaman 1dari 7

Universitas Terbuka

UPBJJ : Padang Nama : Karmila Saputri Zulhamli


Prog. Studi : PGSD BI NIM : 856224349
Kode Mata Kuliah : PDGK 4301 Kelas/ Semester : A/I
Nama Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran Pokjar : Lima kaum

1. Jelaskan beserta contoh tahapan perkembangan siswa sekolah dasar:


Jawaban :
a. Perkembangan Fisik
Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada
usia 10 tahun baik laki‐laki maupun perempuan tinggi dan berat badannya
bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12 ‐13 tahun anak
perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki‐laki, Sumantri dkk (2005).
1) Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan
dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan
yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun
tahun di SD.
2) Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang
lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih
pendek dan lebih langsing dari anak laki‐laki.
3) Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami
masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat.
4) Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat
dan lebih kuat daripada anak laki‐laki. Anak laki‐laki memulai lonjakan
pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun.
5) Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati
puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai
dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12‐13 tahun. Anak laki‐laki
memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13‐16 tahun.
6) Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa
ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu
bereproduksi menjadi mampu bereproduksi.

Hampir setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini.
Anak pubertas awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda

1
dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi
badan serta perkembangan ciri‐ciri seks primer dan sekunder.

Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, waktu
terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata‐rata anak
perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak
laki‐laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga
2 tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang
memerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan‐perbedaan ini ada anak
yang telah matang sebelum anak yang sama usianya mulai mengalami pubertas.

b. Perkembangan Sosial : perkembangan sosial individu ditandai dengan pencapaian


kematangan dalam interaksi sosialnya, bagaimana ia mampu bergaul, beradaptasi
dengan lingkungannya dan menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok
(Retno Pangestuti, 2013). Robinson A (1981) mengartikan sosialisasi sebagai proses
yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadian sosial sehingga mampu
menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Perkembangan sosial
seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada, baik keluarga,
teman sebaya, guru, dan masyarakat sekitarnya.
c. Perkembangan Bahasa : menurut para ahli, bahasa merupakan media komunikasi
yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat dan perasaan) dengan
menggunakan simbolsimbol yang disepakati berrsama, kemudian kata dirangkai
berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau
tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997;
Semiawan, 1998). Lenneeberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat
terkenal (1996) mengatakan bahwa perkembangan bahasa tergantung pada
pematangan otak secara biologis. Sementara itu, Tarigan (2009) menjabarkan
perkembangan bahasa menjadi beberapa tahapan, yaitu tahap meraban (pralinguistik)
pertama dan tahap meramban (pralinguistik) kedua. Pada tahap meraban pertama,
selama berbulan-bulan awal kehidupan, bayi menagis, mendekut, mendenguk,
menjerit, dan tertawa. Mereka seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis bunyi yang
mungkin dibuat. Pada tahap meramban kedua, tahap ini disebut juga tahap omong
kosong atau tahap kata tanpa makna. Awal tahap meraban kedua ini biasanya dimulai
2
pada permulaan kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak menghasilkan suatu kata
yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolaholah mengatur ucapan mereka sesuai
dengan pola suku kata.
d. Perkembangan Kognitif : perkembangan kognitif berkaitan dengan potensi intelektual
yang dimiliki individu, yakni kemampuan untuk berfikir dan memecahkan masalah.
Aspek kognitif juga dipengaruhi oleh perkembangan sel-sel syaraf pusat di otak.
Penelitian mengenai fungsi otak (Woolfolk, 1995) dapat dibedakan berdasarkan ke-
dua belahan otak, yakni otak kiri dan otak kanan. Otak kiri berkaitan erat dengan
kemampuan berfikir rasional, ilmiah, logis, kritis, analitis, dan konvergen (memusat).
Dengan demikian kegiatan yang banyak melibatkan fungsi otak kiri adalah membaca,
berhitung, belajar bahasa dan melakukan penelitian ilmiah. Sedangkan otak kanan
berkaitan erat dengan kemampuan berfikir intuitif, imajinatif, holistik dan divergen
(menyebar). Kegiatan yang dominan menggunakan otak kanan diantaranya adalah
melukis, bermain music, kerajinan tangan. Ahli psikologi yang memberikan
kontribusi teori penting mengenai perkembangan kognitif adalah Jean Piaget (1952).
Menurutnya, tahap perkembangan kognitif menurut periode usia adalah adalah
sebagai berikut: sensori-motori, usia 0-2 tahun, ra-operational, usia 2-7 tahun,
operational konkrit, usia 7-12 tahun, dan operational formal, usia diatas 12 tahun.
Selain berhubungan erat dengan aspek perkembangan fisik dan motorik,
perkembangan kognitif juga dipengaruhi dan memengaruhi aspek perkembangan
lainnya, seperti moral, dan penghayatan agama, aspek bahasa, sosial, emosional.
Sebagai contoh, peserta didik yang memiliki perkembangan kognitif yang baik,
diharapkan mampu memahami nilai dan aturan sosial,memiliki penalaran moral yang
baik dan mampu menggunakan bahasa secara tepat dan efisien (Retno, 2013).
e. Perkembangan Moral : Istilah moral berasal dari bahasa latin mos/moris yang dapat
diartikan sebagai peraturan, nilai-nilai, adat istiadat, kebiasaan dan tatacara kehidupan
(Retno, 2013). Sedangkan moralitas lebih mengarah pada sikap untuk menerima dan
melakukan peraturan, nilai dan prinsip moral (Yusuf, 2011). Perkembangan moral
berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh
individu dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 1995). Menurut kacamata
teori psikoanalisa, perkembangan moral adalah proses internalisasi norma-norma
3
masyarakat dan dipengaruhi oleh kematangan biologis individu. Sedangkan dari sudut
pandang Teori behavioristik, perkembangan moral dipandang sebagai hasil rangkaian
stimulus-respons yang dipelajari oleh anak, antara lain berupa hukuman dan pujian
yang sering dialami oleh anak. Menurut Wiliam James, salah satu kelebihan manusia
sebagai makhluk adalah fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah dan
melakukan ajaran-Nya (Murphy, 1967). Dengan kehalusan dan fitrah tadi, seseorang
setidaktidaknya pasti mengalami, mempercayai bahkan menyakini dan menerimanya
tanpa keraguan, bahwa di luar dirinya ada suatu kekuatan yang Maha Agung yang
melebihi apapun termasuk dirinya, yang demikian itu disebut sebagai pengalaman
religi atau keagamaan.
f. Perkembangan Ekspresif : Menurut Retno (2013), emosi adalah perasaan intens yang
ditujukan kepada seseorang atau suatu kejadian. Ragam emosi dapat terdiri dari
perasaan senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap
sesuatu. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat beralu daripada suasana
hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah.
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik,
sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi
mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock dalam
Retno, 2002). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti
tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan
berfungsinya system endokrin. Keatangan dan belajar terjalin erat satu sama lainnya
dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Untuk mencapai kematangan emosi,
remajaharus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan
reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah
pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi
dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh
tingkat kesukaannya pada orang sasaran (Hurlock dalam Retno, 2002).
2. Jelaskan hakikat mempelajari Karakteristik Perkembangan Siswa baik bagi guru maupan
bagi siswa !
Jawaban :
Empat pokok hal dominan dari karakteristik siswa yang harus dipahami oleh guru yaitu :
4
a. Kemampuan dasar seperti kemampuan kognitif atau intelektual.
b. Latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi, agama dll.
c. Perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dll
d. Cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan diri, daya tahan,dll

Mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik mempunyai tujuan


yaitu : a) Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan
serta karakteristik awal siswa sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu. b)
Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta didik
berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti
mereka. c) Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang
perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik. Seorang guru jika
ingin mengetahui karakteristik kemampuan awal dari peserta didik, dapat dilakukan
dengan pemberian tes (pre – test). Tes yang diberikan dapat berkaitan dengan materi ajar
sesuai dengan panduan kurikulum.

Selain itu pendidik dapat melakukan wawancara, observasi dan memberikan


kuesioner kepada peserta didik, guru yang mengetahui kemampuan peserta didik atau
calon peserta didik, serta guru yang biasa mengampu pelajaran tersebut. Teknik untuk
mengidentifikasi karakteristik siswa adalah dengan menggunakan kuesioner, interview,
observasi dan tes, latar belakang siswa. Karakteristik siswa merupakan mencerminkan
pola kelakuan dan kemampuan hasil dari pembawaan dan lingkungan sosial sehingga
menentukan pola dari kegiatan aktivitas. Karakter seseorang anak sering dipengaruhi
oleh orang yang berada di lingkungan sekitarnya maupun orang-orang yang dekat
dengannya, sehingga seringkali kita lihat anak kecil menirukan tingkahlaku dari orang-
orangkat dengannya seperti : orang tua, pengasuhnya atau teman bermain. tidak jarang
anak sering juga meniru tingkahlaku dari tokoh yang di tontonnya di televisi. Tetapi
karakter berbeda dengan kepribadian, seorang psikolog berpendapat bahwa karakter
berbeda dengan kepribadian, karena kepribadian merupakan sifat yang dibawa sejak
lahir dengan kata lain kepribadian bersifat genetis.

5
Manfaat pemahaman peserta didik bagi guru mata pelajaran adalah
mempermudah sang guru dalam memberikan materi pembelajaran sehingga dapat
diterima dengan mudah oleh peserta didik dan diharapkan proses pembelajaran itu
berhasil. Kepada para Guru disampaikan untuk senantiasa bersikap terbuka terhadap
inovasi dan merespon secara aktif dan kreatif setiap perkembangan pendidikan, sehingga
apa yang dilakukan terhadap siswa benar-benar dapat berguna, baik bagi kehidupannya
sendiri maupun orang lain, Apabila guru tidak memahami karakteristik peserta didik
maka peserta didik tidak akan mengalami perkembangan, potensi belajarnya melemah,
dan mobilitas perkembangan anak monoton atau tidak bervariasi. Akhirnya karena
potensi peserta didik merupakan dasar dalam menentukan masa depan maka harus
diperhatikan, karena menurut sebuah penelitian mutakhir menunjukan bahwa otak
manusia terdiri atas bermilyar-milyar sel aktif. Karakteristik siswa mempunyai hubungan
positif dengan hasil pembelajaran. Artinya, semakin baik karakteristik siswa maka hasil
belajar akan cenderung semakin baik atau meningkat. Sebaliknya, karakteristik siswa
yang tidak baik akan menyebabkan hasil belajar tidak baik atau menurun. Perlunya
pemahaman terhadap perkembangan peserta didik dimaksudkan untuk merancang
pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan sehingga mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa Pola perilaku yang dimiliki siswa yang masing-masing memiliki
perbedaan menyebabkannya mereka akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda
antara satu dan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan yang ada merupakan hal yang sudah
pasti, tidak ada satupun siswa yang mempunyai kesamaan dengan lainnya. Masing-
masing perbedaan tersebut memiliki keunikan sendiri, satu aspek yang sama maka aspek
yang lainnya belum tentu sama. Perbedaan tersebut merupakan salah satu faktor yang
menjadi pendukung untuk mewujudkan kualitas sesuai dengan karakteristik yang
dimiliki. Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin suatu interaksi antara peserta
didik dengan guru atau antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi ini sesungguhnya
merupakan interaksi antara dua kepribadian, yaitu kepribadian guru sebagai orang
dewasa dan kepribadian peserta didik sebagai anak yang belum dewasa dan sedang
mencari bentuk kedewasaan. Peserta didik diartikan sebagai anggota msyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jejang dan jenis
pendidikan tertentu. Guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan dari
6
guru sebagai pribadi. Kepribadian guru sangat berpengaruh peranannya sebagai pendidik
dan pembimbing. Guru mendidik dan membimbing peserta didik tidak hanya dengan
bahan yang disampaikan, tetapi harus bisa menguasai karakteristik individu peserta
didik. Cara penguasan guru terhadap karakteristik peserta didik yaitu memerlukan
pemahaman tentang dirinya sendiri (Self Understanding), dan juga pemahaman tentang
orang lain (Under Standing the Other).

Tanpa pemahaman yang meluas dan mendalam tentang diri sendiri dan orang lain
maka guru tidak akan memahami karakteristik peserta didik, jadi harus dilakukannya
penguasaan secara menyeluruh. Apabila guru tidak memahami karakteristik peserta didik
maka peserta didik tidak akan mengalami perkembangan, potensi belajarnya melemah,
dan mobilitas perkembangan anak monoton atau tidak bervariasi. Pemahaman individu
pada dasarnya merupakan pemahaman terhadap keseluruhan kepribadiannya dengan
segala latarbelakang.

Anda mungkin juga menyukai