Anda di halaman 1dari 4

1.

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam


struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan. sebagai basil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel sel tubuh. jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan.

Perkembangan (development):

a) Perkembangan adalah proses yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan


(maturity) yang berlangsung secara sistematik (Lefrancois, 1975), progresif
(Witherington, 1952), dan berkesinambun gan (Hurlock, 1956) baik pada aspek
fisik maupun psikis. (Abin Syamsuddin, 1996)

b) Perkembangan menunjuk kepada proses perubahan yang bersi fat tetap dan tidak
dapat diputar (diulang) kembali. (Warner, 1969, dalam Moh. Surya)

c) Perkembangan merupakan perubahan secara progresif (maju) dalam diri


organisme dalam pola pola yang memungkinkan terjadinya fungsi fungsi baru.
(Moh. Surya, 1996)

d) Perkembangan adalah perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ
jasmaniah, bukan organ jasmaniahnya itu sendiri. (Muhibbin Syah. 1996)

e) Change in the shape and integration of bodily parts into functional parts.
(Dictionary of Psychology, 1972 dalam Muhibbin Syah, 1995)

2. Peran kematangan dan belajar dalam perkembangan


Perkembangan selama periode pralahir (prenatal) terutama berasal dari kematangan
dan sangat sedikit bergantung pada kegiatan. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa
kegiatan yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan motorik tertentu pada
kehidupan pasca lahir (postnatal) awal. Misalnya, bayi yang sangat aktif semasa janin
memperoleh kecakapan pada usia yang lebih awal daripada bayi yang kurang aktif.
Kematangan pascalahir dan belajar erat hubungannya; masing-masing saling
mempengaruhi. Terdapat korelasi yang erat antara perkembangan fisik secara umum
dan kemampuan untuk memanipulasi bagian-bagian tubuh yang telah tumbuh. Jadi,
perkembangan tergantung pada interaksi antara warisan yang diturunkan ini dan
faktor sosial serta budaya lingkungan.
Sejumlah fakta yang nyata dari nilai praktis dan teoritis berasal dari bukti antara
hubungan kematangan dan belajar yang ada sekarang.
Baberapa di antara fakta ini sangat penting sehingga memerlukan penjelasan lebih
lanjut. Terdapat bukti bahwa kematangan memang menimbulkan kendala pada apa
yang dapat dilakukan mu manjadikan seseorang. Kendala ini mungkin terjadi bila
pengaruh lingkungan selama kahidupan di dalam uterus atau pascalahir mengurangi
potensi genetik bagi perkembangan atau mungkin berasal dari kualitas warisan
genetik.
Kehilangan kesempatan belajar yang disebabkan oleh kemiskinan, penolakan orang
tua, perkembagaan atau kondisi lainnya, akan menghalangi perkembangan potensi
keturunan mereka. lni terutama benar dalam perkembangan kecerdasan. Study pada
anak anak yang dilembagakan telah mengungkapkan fakta bahwa hilangnya pengaruh
lingkungan mempengaruhi kemampuan mereka berkonseptualisasi sehingga
menghasilkan perbendaharaan kata yang terbatas dan menyebabkan mereka terganggu
sampai pada kadar tertentu, dimana mereka tadak mampu memadukan pengalaman
mereka.
Sebaliknya, rangsangan mendorong perkembangan potensi yang diwarisi. lni terutama
penting selama bulan-bulan awal kehidupan sebelum bayi dapat berjalan dan
melakukan sesuatu sendiri. Bahkan ketika anak bertambah besar, mereka memerlukan
rangsangan lingkungan untuk menyiapkannya dan responsif secara fisik dan mental.
Semakin sering mereka diajak bercakap-cakap, semakin cepat dan baik kemampuan
mereka berbicara dan semakin luas kosa katanya.
Meskipun rangsangan terhadap perkembangan potensi yang diwarisi biasanya timbul
dari lingkungan, hal ini mungkin juga berasal dari dalam. Misalnya, ketika anak
menetapkan tujuan bagi dirinya sendiri, mereka akan malakukan apa saja untuk
mencapai tujuan tersebut. lni seringkali berarti bahwa mereka akan mengolah seluruh
sumber yang ada padanya dan menggunakannya semaksimal mungkin, terutama blla
tujuannya sangat tinggi. Rangsangan dari dalam diri sama besarnya dengan
rangsangan dari luar, walaupun yang pertama kurang lazim pada masa awal kanak-
kanak daripada yang kedua. Hanya setelah mereka belajar betapa penting prestasi
dalam masyarakat. barulah mereka termotivasi untuk becita-cita tinggi.

3. Karakteristik perkembangan yang bersifat equilibrium dan disequilibrium


Apabila emosi paling kuat adalah yang tidak menyenangkan, apakah itu berupa
kemarahan, ketakutan, kecemburuan, atau rasa iri, maka seseorang dikatakan berada
dalam keadaan ”disequilibrium” atau tidak seimbang, antara lain uring-uringan ,
kesal, dan sedih. Jika tidak ada emosionalitas yang meninggi, yaitu jika emosi dalam
keadaan tenang , maka seseorang dikatakan berada dalam keadaan ”equilibrium” atau
seimbang.

4. Hukum arah perkembangan (chepalocaudal dan proximodistal)


Dari banyak bukti pola perkembangan fisik yang teratur dan dapat diramalkan semasa
kehidupan pra dan pascalahir, terdapat dua hukum rangkaian pengarahan
perkembangan: hukum cephalacaudal dan hukum proximodistal. Menurut hukum
cephalocaudal. perkembangan menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki. lni
berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi partama tama terjadi di bagian
kepala, kemudian badan dan terakhir di bagian kaki. Menurut hukum proximodistal.
perkembangan bergerak dari yang dekat ke yang jauh - keluar dari sumbu pusat tubuh
menuju keujung ujungnya. Pada janin, kepala dan badan berkembang cukup baik
sebelum tonjolan anggota tubuh yang lain secara bertahap, tonjolan lengan
memanjang dan kemudian berkembang menjadi tangan dan jari. Secara fungsional,
bayi dapat menggunakan tangannya sebagai satu unit sambelum mereka dapat
mengendalikan pergerakan jarinya.
Studi longitudinal mengenai kecerdasan telah mengungkapkan bahwa pola
perkembangan mental dapat diramalkan seperti halnya pola perkembangan fisik. hasil
beberapa studi longitudinal meliputi berbagai pangsa (segmen) dari hidup sejak bayi
hingga usia 50 tahun menunjukkan bahwa bagian utama dari pertumbuhan mental
muncul pada saat bayi berkembang paling cepat, yaitu selama16 hingga 18 Iahun
pertama. Juga terdapat pola perkembangan yang dapat diramalkan untuk berbagai
fungsi kecerdasan, seperti daya ingat dan penalaran, yang merupakan kecerdasan
umumnya. Studi tindak lanjut selama 40 tahun membawa Oden kepada kesimpulan
bahwa ”dengan sedikit pengecualian anak yang superior menjadi orang dewasa yang
superior. . . . Penelitian Therman telah menunjukkan bahwa sebagian terbesar anak-
anak berbakat memang sesuai dengan kemampuannya.

5. Resiko perkembangan
Pola perkembangan dapat terganggu oleh kondisi lingkungan atau fisik untuk
sementara atau permanen. Gangguan ini mungkin berbentuk kelambatan atau
meningginya kecepatan terjadinya pola perkembangan yang normal, atau mengubah
pola tersebut.
Bukti yang diperoleh dari studi longitudinal menuniukkan bahwa jika Pola
pertumbuhan fisik terganggu oleh kondisi lingkungan, seperti kekurangan gizi,
penyakit, musim, atau ketegangan emosional yang hebat. akan terdapat suatu periode
"mengejar" penumbuhan setelah kondlsi tersebut dihilangkan atau diperbaiki.
Kemudian anak akan kembali ke pola semula sebelum terjadinya gangguan.
Pola perkembangan fisik mungkin diubah secara permanen oleh kondisi lingkungan
yang tidak menguntungkan sebelum atau sesudah kelahiran. Sebagai contoh,
defisiensi kegiatan kelenjar thyroid selama periode pralahir menghalangi penumbuhan
fisik dan mental, sehingga menghasilkan anak cacat yang "kerdil" (cretin) atau idiot
yang tidak berbentuk. Kekurangan kalsium selama pralahir dan awal pascalahir
mengakibatkan penyakit rakhitis, di mana tulang tidak mengeras secara normal
dengan akibat gigi keropos, dada yang datar, kaki atau punggung bengkok, atau pelvis
yang cacat.
Gangguan dalam pola perkembangan mental bila terdapat kondisi yang tidak
diharapkan dalam lingkungan pralahir dan pascalahir awal sejelas pole perkembangan
fisik. Kekurangan gizi yang berat pada saat ini tidak saja mengakibatkan ukuran
keliling kepala yang lebih kecil dan kemampuan kognitif lebih rendah, tetapi juga
mempengaruhi kepribadian yang menyebabkan mereka apatis. Bahkan sesudah gizi
diperbaiki, telah dilaporkan adanya ketinggalan dalam kemampuan kognitif. Kebutaan
sejak lahir menyebabkan bayi dan anak kecil kehilangan rasa ingin tahu yang normal
pada saatnya. Hal ini tidak saja karena mereka tidak dapat melihat sesuatu yang baru
dan berbeda, tetapi juga karena kegiatan eksplorasi mereka terhalang oleh rasa takut.
Kehilangan rasa ingin tahu ini juga mempengaruhi pola perkembangan motorik
mereka.
Pola perkembangan juga terhambat oleh kondisi psikologis. Gangguan emosional
yang disebabkan oleh penolakan orang tua, kehilangan orang tua, atau dimasukkan
dalam lembaga dapat menghambat pola perkembangan fisik dan psikilogis.
DAFTAR PUSTAKA

JAHJA Y. (2011). PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. JAKARTA.


PRENADAMEDIA GROUP

HURLOCK E. B. (1978). PERKEMBANGAN ANAK: JILID 1. JAKARTA.


ERLANGGA

Anda mungkin juga menyukai