Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


CA COLON

KELOMPOK 6 :

1.Fifih Alamwiyah
2.Finanaila Sya Adah
3.Puguh Subekti Putri
4.Puji Astuti Retnoningsih
5.Putri Khunaezah
6.NurmaYuliani
7.Omega Alfionita
8.Rania Taufika Rahma
9.Ratna Kumala Dewi
10. YulviaDiah Bekti Utami
11. Wur Rahayu

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
A. PENGERTIAN
Kanker kolon adalah kanker yang terjadi di kolon yang berasal dari lapisan
mukosa. Kebanyakan kanker kolon berkembang dari polip, sebagian besar kanker
kolon secara histopatologis adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar) dan
memiliki kemampuan mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda-beda (Kelompok
Kerja Adenokarsinoma Kolorektal Indonesia, 2004; Syamsuhidayat R., 2006;
Abdullah M., 2012).
Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni
bagian akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal
dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi tumor
(Yayasan Kanker Indonesia, 2018). Kanker kolon adalah keganasan yang berasal
dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar)
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
Menurut PNPK KEMENKES RI, ca colon adalah keganasan yang berasal
dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan
atau rektum (bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus). Sebagian besar
terdapat di kolon ascendens (30%), diikuti oleh kolon sigmoid (25%), rektum
(20%), kolon descendens (15%) dan kolon transversum (10%) (John Hopkins
Medicine Colon Centre, 2015)
Adenokarsinoma adalah neoplasma ganas epitelial dengan sel-sel
penyusunnya identik secara struktural serta fungsional, dengan sel-sel epitel
kelenjar normal pasangannya apokrin, ekrin, endokrin dan kelenjar parenkim.
Tumor ini dapat menyebar melalui infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan,
seperti ke dalam kandung kemih, melalui pembuluh limfe perikolon dan
mesokolon, dan melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan
darah ke sistim portal (Kresno SB., 2014).
B. ANATOMI
C. ETIOLOGI
Penyebab dari kanker kolon ini belum diketahui pasti tetapi berdasarkan American
Cancer Society tahun (2014), faktor resikonya dibagi menjadi dua yaitu yang dapat
dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi
1. Tidak Dapat Dimodifikasi
a. Keturunan dan riwayat keluarga
Seseorang dengan orang tua, saudara atau anak yang memiliki
kanker kolorektal memiliki 2 sampai 3 kali risiko mengembangkan
penyakit dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai
riwayat kanker kolorektal di keluarga (American Cancer Society,
2014). Jika terdapat riwayat keluarga yang didiagnosis pada usia
muda atau jika ada anggota keluarga lebih dari satu orang yang
terkena, risiko meningkat hingga 3 sampai 6 kali. Sekitar 20% dari
semua pasien kanker kolorektal memiliki saudara dengan riwayat
kanker kolorektal. Dan sekitar 5% dari pasien kanker kolorektal
mempunyai sindrom genetik yang menyebabkan penyakit ini.Yang
paling umum adalah Lynch syndrome (juga dikenal
sebagaihereditary non polyposis colorectal cancer) (American
Cancer Society, 2014).
b. Riwayat polip adenomatus
Riwayat polip adenomatous adalah salah satu penyebab yang
meningkatkan risiko ca colon. Hal ini terutamanya apabila ukuran
polip besar atau jika lebih dari satu. Seseorang dengan
inflammatory bowel disease, kondisi dimana terjadi peradangan usus
selama jangka waktu yang panjang, memiliki risiko lebih tinggi
terkena kanker kolorektal (iagnost cancer society, 2014).
Inflammatory bowel disease yang paling umum adalah ulcerative
colitis dan penyakit crohn (American Cancer Society, 2014).
2. Dapat dimodifikasi
a. Aktifitas fisik
Sebuah tinjauan literatur ilmiah telah menemukan bahawa seorang
yang aktif dari segi fisik mempunyai risiko 25% lebih rendah terkena
kanker usus berbanding seseorang yang tidak aktif.Sebaliknya pada
pasien ca colon yang kurang aktif mempunyai risiko kematian
yang lebih tinggi berbandingkan mereka yang lebih aktif (American
Cancer Society, 2014).
b. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi
terjadinya kanker kolorektal pada laki-laki dan kanker usus pada
perempuan (american iagno society, 2014). Obesitas perut (diukur
keliling pinggang) merupakan faktor risiko yang lebih penting
berbanding obesitas keseluruhan baik pada laki- laki dan
perempuan(American Cancer Society,2014)
c. Diet
Konsumsi daging merah atau daging diproses secara berlebihan akan
meningkatkan risiko terjadinya kanker di usus besar dan juga
rektum. Alasan untuk ini belum jelas tetapi mungkin terkait dengan
karsinogen (zat penyebab kanker) yang terbentuk ketika daging
merah dimasak pada suhu yang tinggi selama jangka waktu yang
panjang atau aditif nitrit yang digunakan untuk pengawetan
(American Cancer Society, 2014).
d. Merokok
International agency for research on cancer melaporkan bahwa
ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa tembakau dalam
rokok dapat menyebabkan kanker kolorektal. Asosiasi tampaknya
lebih kuat pada rektum dari ca colon (American Cancer Society,
2014).
e. Alkohol
Ca colon dikaitkan dengan konsumsi alkohol berat dan sedang.
Seseorang yang mempunyai purata hidup dengan konsumsi
alkohol 2 hingga 4 minuman per hari memiliki risiko 23% lebih
tinggi terkena Ca colon dibandingkan dengan mereka yang
mengkonsumsi 1 minuman per hari (American Cancer Society,
2014).

D. PATOFISIOLOGI
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya
masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian
besar tumbuh dalam waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika polip
membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai menginvasi dinding usus.
Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal dan besar, serta menyebabkan
nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor pada usus kiri bermula sebagai massa kecil
yang menyebabkan ulkus pada suplai darah (Black & Hawks, 2014).
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan
lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal
menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa,
dan dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor
lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan
dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar getah
bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi,
bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih normal.
Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau
sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal.
“Penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila
tumor meluas melalui serosa atau selama pemotongan pembedahan (Black &
Hawks, 2014).
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan
20–30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending. Kanker kolorektal terutama
adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor pada
kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih
banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):

1) Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara


langsung misalnya ke abdomen dari kolon transversum.
Penyebaran secara langsung juga dapat mengenai bladder,
ureter dan organ reproduksi.
2) Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga
bisa mengenai paru-paru, ginjal dan tulang.
3) Tertanam ke rongga abdomen

E. MANIFESTASI KLINIS
Sekitar 5-20% kasus kanker adalah asimptomatik dan diagnosa selama proses
skrining (American Cancer Society, 2014). Kanker dengan gejala obstruksi dan
perforasi mempunyai prognosis yang buruk (Hingorani, M. & Sebag-
Montefiore, D., 2011). Ca colon dini seringkali tidak menunjukkan gejala, itulah
sebabnya skrining sangat penting (American Cancer Society, 2014).Berdasarkan
Oxford Desk Reference: Oncology tahun (2011) antara gejala-gejala kanker
kolorektal adalah seperti berikut:
1. Perdarahan Rektal
Perdarahan rektal adalah keluhan utama yang penting dalam 20-50% kasus
kanker kolorektal. Pasien dengan perdarahan yang diamati dengan satu atau
lebih gejala dibawah harus segera dirujuk untuk pemeriksaan selanjutnya.
2. Perubahan Pola BAB
Perubahan pola BAB sering dijumpai pada banyak pasien ca colon sekitar
39-85%. Gejala dibawah meningkatkan probabiliti yang mendasari kejadian
kanker kolorektal.
a. Perubahan pola BAB terutamanya pada pasien lanjut usia.
b. Riwayat mencret darah atau lendir harus segera merujuk
pendapat spesialis.
c. Riwayat baru diare dengan frekuensi yang sering dan konsistensi cair.
3. Nyeri perut

a. Nyeri perut pada pasien kanker kolorektal mungkin tanda dari


obstruksi yang akan terjadi.

b. Nyeri kolik abdomen dengan gejala obstruksi lain seperti mual,


muntah harus segera diperiksa.

4. Gejala lain

Kehilangan darah kronis; anemia defiensi besi, kelelahan, lesu ; sering


dijumpai pada tumor sisi kanan.
a. Massa abdomen.
b. Pada pemeriksaan Digital Rectal Examination (DRE) mungkin
dijumpai massa yang dapat diraba pada kanker rektal.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kanker kolorektal
adalah sebagai berikut (Sayuti & Nouva, 2018)

1. Digital Rectal Examination (DRE), adalah pemeriksaan yang sederhana dan


dapat dilakukan oleh semua dokter dengan memasuki jari yang sudah dilapisi
sarung tangan dan zat lubrikasi kedalam dubur kemudian memeriksa bagian
dalam rektum. B ila ada tumor di rektum akan teraba dan diketahui dengan
pemeriksaan ini (Wendy, Y.M., 2013).
2. Pemeriksaan laboratorium klinis
Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa untuk
menegakkan diagnosa maupun monitoring perkembangan atau
kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini antara lain pemeriksaan
darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang merupakan pemeriksaan rutin.
Anemia dan hipokalemia kemungkinan ditemukan oleh karena adanya
perdarahan kecil. Perdarahan tersembunyi dapat dilihat dari pemeriksaan tinja,
selain pemeriksaan rutin diatas, dalam menegakkan diagnosa karsinoma
kolorektal dilakukan juga skrining CEA (Carcinoma Embrionic Antigen).
Carcinoma Embrionic Antigen merupakan pertanda serum terhadap adanya
karsinoma kolon dan rektum. Carcinoma Embrionic Antigen adalah sebuah
glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam
peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor
status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke
hepar. Carcinoma Embrionic Antigen terlalu insensitif dan nonspesifik untuk
bisa digunakan sebagai skrining kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA
serum, bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya
nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari
penyakit dan adanya metastase ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA
serum merupakan faktor prognostik independen. Nilai CEA serum baru dapat
dikatakan bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah pembedahan.
3. Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi
Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada kanker kolorektal adalah
terhadap bahan yang berasal dari tindakan biopsi saat kolonoskopi maupun
reseksi usus. Hasil pemeriksaan ini adalah hasil histopatologi yang merupakan
diagnosa definitif. Dari pemeriksaan histopatologi inilah dapat diperoleh
karakteristik berbagai jenis kanker maupun karsinoma di kolorektal ini.
4. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos abdomen atau
menggunakan kontras. Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai
double kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam
mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-
sama sigmoidoskopi, merupakan cara yang hemat biaya sebagai alternatif
pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien
yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi
dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02 %. Jika
terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air harus digunakan
daripada barium enema. Computerised Tomography (CT) scan, Magnetic
Resonance Imaging (MRI), Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian
dari teknik pencitraan yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak
lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi teknik ini bukan merupakan skrining
tes
5. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa
kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan saluran pencernaan dengan
menggunakan alat kolonoskopi, yaitu selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5
cm dan dilengkapi dengan kamera. Kolonoskopi merupakan cara yang paling
akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan
keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik daripada
barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%. Kolonoskopi juga dapat
digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari
striktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana
komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul
kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat
berguna untuk mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory bowel disease,
non akut divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon
non toksik, striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada
kolonoskopi terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan
komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan
komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik

6. Double-contrast barium enema, adalah pemeriksaan radiologi dengan sinar


rontgen pada kolon dan rektum. Penderita diberikan enema dengan larutan
barium dan udara yang dipompakan ke dalam rektum Kemudian difoto. Dan
dilihat seluruh lapisan dinding dapat dilihat apakah normal atau ada kelainan
(Hingorani, M., & Sebag- Montefiore, D., 2011).
7. Fecal Occult Blood Test (FOBT), kanker maupun polip dapat menyebabkan
pendarahan dan tes FOB dapat mendeteksi adanya darah pada tinja. Bila tes
ini mendeteksi adanya darah, harus dicari dari mana sumber darah tersebut,
apakah dari rektum, kolon atau bagian usus lainnya dengan pemeriksaan yang
lain. Penyakit wasir juga dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja. Tes
Singlestool sample pada FOBT (Fecal Occult Blood Test) hasilnya tidak
memuaskan sebagai skrining kanker kolorektal dan tidak direkomendasikan
(Levin, 2008).

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kanker kolon
a. Pembedahan
Salah satu penatalaksanaan surgery pada pasien kanker kolon adalah operasi
kolostomi (pembuatan stoma)(Grace & Borley, 2007). Kolostomi adalah suatu
prosedur pembedahan pengalihan feses dari usus besar dengan menarik bagian
usus melalui sayatan perut lalu menjahitnya di kullit yang sering disebut
stoma. Pembuatan stoma ini dapat bersifat permanen atau sementara
tergantung tujuan dari tindakan dan kondisi kanker yang dialami (White et al.,
2012). Letak stoma tergantung dari letak massa. Ada tiga tempat pembuatan
stoma menurut Daniels & Nicoll (2012), yaitu:
1) Asending colostomy
Jika letak massa pada usus desenden. Konsistensi feses yang keluar
bertektur lebih lembut karena enzyme pencernaan masih keluar pada
bagian ini. Pengeluaran feses tidak dapat diprediksi waktunya.
2) Tranverse colostomy
Jika letak massa pada usus transversedan sigmoid. Konsistensi feses yang
keluar bertektur lembut sedikit padat karena enzyme pencernaan sudah
mulai berkurang pada bagian ini. Pengeluaran feses waktunya tidak
terduga.
3) Desending colostomy
Jika letak massa pada usus bagian desenden, rektal dan sigmoid.
Konsistensifeses yang keluar berbentuk lebih padat dan berwarna coklat.
Pengeluaran feses lebih teratur. Drainase dari kolostomi ini lebih baik
dibandingkan dengan kolostomi transverse. Pada bagian ini enzyme
pencernaan sudah tidak keluar.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan kanker secara farmakologi menggunakan obat
yang bersifat toksik yang dimsukkan melalui pembuluh darah. Obat
kemoterapi ini masuk ke dalam tubuh bersifat sistemik, mengalir melalui
pembuluh darah menuju sel kanker dan organ tubuh yang sehat. Pemberian
obat kemoterapi ini berdasarkan stadium kanker kolon yang diderita serta
kondisi klien dalam pemberian obat kemoterapi (Billiau, 2013).
1) Definisi dan tujuan
Kemoterapi secara harfiah berarti penggunaan bahan kimia untuk
melawan, mengendalikan atau menyembuhkan penyakit. Namun dalam
maknanya yang sekarang lebih banyak digunakan sebagai penggunaan
obat untuk pengobatan kanker (Miller, 2008). Kemoterapi adalah terapi
anti kanker untuk membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi
dan reproduksi seluler.
Tujuan dari kemoterapi adalah penyembuhan, pengontrolan dan paliatif
sehingga realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan medikasi yang
digunakan dan keagresifan rencana pengobatan. Obat yang digunakan
untuk mengobati kanker menghambat mekanisme proliferasi sel, obat ini
bersifat toksik bagi sel tumor maupun sel normal yang berproliferasi
khususnya pada sumsum tulang, epitel gastrointestinal, dan folikel rambut
(Neal, 2009).
2) Jenis kemoterapi
Menurut Ganiswarna (2010) pemberian kemoterapi dapat diberikan dapat
diberikan dengan satu macam atau dengan kombinasi, sehingga dikenal
tiga macam bentuk kemoterapi kanker yaitu :
a) Monoterapi (Kemoterapi Tunggal).
Monoterapi yaitu kemoterapi yang dilakukan dengan satu macam
sitostatika. Sekarang banyak ditinggalkan, karena polikemoterapi
memberi hasil yang lebih memuaskan.
b) Polikemoterapi (kemoterapi Kombinasi).
Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi adalah obat-obat yang
diberikan sudah diketahui memberikan hasil yang baik bila diberikan
secara tunggal, tetapi masing-masing obat bekerja pada fase siklus
sel yang berbeda, sehingga akan lebih banyak sel kanker yang
terbunuh. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker adalah untuk
mendapatkan sinergisme tanpa menambah toksisitas. Kemoterapi
kombinasi juga dapat mencegah atau menunda terjadinya resistensi
terhadap obat-obat ini.
c) Kemoterapi Lokal.
Kemoterpi lokal digunakan untuk: pengobatan terhadap efusi akibat
kanker, pengobatan langsung intra dan peri tumor serta pengobatan
intratekal.
3) Cara pemberian kemoterapi
Menurut (Miller, 2008) obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara :
a) Oral
Obat kemoterapi diberikan secara oral, yaitu dalam bentuk tablet
atau kapsul, harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan
b) Intramuskuler
Caranya dengan menyuntikkan ke dalm otot, pastikan untuk pindah
tempat penyuntikan untuk setiap dosis, karena tempat yang sudah
pernah mengalami penusukan membutuhkan waktu tertentu dalam
penyembuhannya.
c) Intratekal
Caranya obat dimasukkan ke lapisan sub arakhnoid di dalam otak
atau disuntikkan ke dalam cairan tulang belakang.
d) Intrakavitas
Memasukkan obat ke dalam kandung kemih melalui kateter dan
atau melalui selang dada ke dal rongga pleura.
e) Intravena
Diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena perifer, cara
ini paling banyak digunakan.
4) Siklus Kemoterapi
Dalam pemberian kemoterapi ada yang disebut dengan istilah “siklus
kemoterapi”. Siklus kemoterapi adalah waktu yang diperlukan untuk
pemberian satu kemoterapi. Untuk satu siklus umumnya setiap 3 atau 4
minggu sekali, namun ada juga yang setiap minggu. Sudah ditentukan
untuk masing-masing jenis kanker berapa siklus harus diberikan dan
berapa interval waktu antar siklusnya. Sebagai contoh, kanker kolon
umumnya diberikan 6 siklus kemoterapi dengan interval antar siklus
adalah setiap 3 minggu. Ini artinya penderita kanker payudara tersebut
harus menjalani 6 kali kemoterapi sampai kemoterapinya selesai
diberikan. Misalkan kemoterapi pertama diberikan pada tanggal 1 Okober
2017, maka penderita tersebut harus dilakukan kemoterapi kedua pada
tanggal 22 Oktober 2017, demikian pula seterusnya untuk kemoterapi ke
3, 4, 5, 6, penderita harus datang setiap 3 minggu sekali ke rumah sakit
(Heriyadi, 2010).
Jumlah pemberian kemoterapi juga sudah ditetapkan untuk
masingmasing kanker. Ada yang 4 kali, 6 kali, 12 kali, dsb. Jumlah
pemberian ini tidak boleh ditawar-tawar, misalkan hanya diberikan satu
atau dua kali saja lalu berhenti. Hukumnya dalam pemberian kemoterapi
adalah diberikan semuanya atau tidak sama sekali. Bila diberikan hanya
satu atau dua kali saja, tidak ada manfaatnya, karena kanker tidak akan
dapat disembuhkan bahkan menjadi lebih tahan atau resisten terhadap
pemberian kemoterapi berikunya, selain itu efek sampingnya juga hebat
namun tidak memberikan manfaat, juga secara ekonomi memboroskan
biaya yang tidak perlu dan hanya membuang-buang waktu saja (Heriyadi,
2010).
5) Efek samping kemoterapi
Umumnya efek samping kemoterapi meliputi gangguan saluran
cerna, mulut, lambung dan usus menyebabkan sariawan, mual, muntah,
dan diare. Penekanan sumsum tulang belakang memberi pengaruh tehadap
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Pada kulit dan rambut
pemberian kemoterapi menyebabkan hiperpigmentasi kulit, kering dan
gatal, rambut rontok. Sedangkan dampak pada bagian genetalia biasanya
berpengaruh terhadap menstruasi dan kesuburan pada wanita, dan
berpengaruh terhadap spermatogenesis dan menurunkan nafsu seksual
pada pria. Akibat dari dampak yang tidak diinginkan atau dampak yang
tidak menguntungkan dari pemberian kemoterapi, maka pasien akan
mengalami gangguan fisik atau kelelahan fisik sehingga akan lebih mudah
mengalami stres atau kecemasan (Gale & Charette, 2009).
c. Radioterapi
Radioterapi bertujuan membunuh sel kanker dengan menggunakan ionizing
irradiation. Radioterapi mempunyai peran yang tidak begitu besar dalam
pengobatan kanker kolon, karena berpotensi melukai pembuluh darah
abdominal. Raditerapi diberikan sesuai dengan stadium kanker kolon dan
kondisi klien. Radioterapi dapat diberikan dengan terapi tunggal atau
dikombinasikan dengnan pemberian kemoterapi (Billiau, 2013).

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013).
a. Identitas
Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
perkerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawaban juga terdiri dari
nama, umur penanggung jawab, hub.keluarga, dan perkerjaan. Pada ca
colon lebih sering terjadi pada usia 40 tahun, pada wanita sering
ditemukan ca colon dan pada laki-laki lebih sering terjadi kanker rekti.

b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri dibagian abdomen karena sudah
melakukan tindakan laparatomi juga kolostomi, jadi klien
merasakan tidak nyaman dengan kondisinya yang sekarang, lagi
pula kalau klien ada tindakan kolostomi maka klien akan sangat
merasakan tidak nyaman karena bisa jadi akibat anusnya di tutup
maka klien BAB dan flatus di bagian abdomen. Klien juga tidak
bisa bergerak banyak dan susah untuk tidur, tubuh klien biasanya
terasa lemas dan letih, dan nafsu makan akan menurun

2) Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan
kolotis ulseratif yang tidak teratasi, ada infeksi dan obstruksi pada
usus besar, dan diet dan konsumsi diet tidak baik, tinggi protein,
tinggi lemak, tinggi serat.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga klien adanya riwayat kanker, diindetifikasi
kanker yang menyerang tubuh atau ca colon adalah turunan yang
sifatnya dominan
c. Pengkajian Pola Fungsional
1) Aktivitas dan Istirahat
Biasanya kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa
gelisah dan ansietas, tidak tiduran semalaman karena akibat
reaksi nyeri sudah pembedahan.
2) Pernafasan
Biasanya klien nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri
yang dirasakan) yang ditandai dengan takipnea dan frekuensi
menurun.
3) Sirkulasi
Biasanya takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
imflamasi dan nyeri), ada perubahan pada tanda- tanda vital
misalnya tekanan darah meningkat, nadi takikardi, pernafasan
cepat, suhu meningkat.
4) Intergritas ego
Biasanya ansietas ketakutan, emosi kesal, missal : perasaan tak
berdaya /tak ada harapan.
5) Eliminasi
Biasanya fasesnya terlihat cair atau lunak karena dipasang
kolostomi di bagian area abdomen.
6) Makan /cairan
Biasanya mual dan muntah juga sering dirasakan oleh klien
setelah dilakukan operasi, maka dari itu akan menimbulkan
penurunan berat badan pada klien tapi itu hanya pada awal-awal
post operasi tetapi lama kelamaan sudah terbiasa.
7) Muskulosketal
Biasnya klien mengalami penurunan kekuatan otot akibat sudah
insisi pembedahan itu hanya untuk sementara saja.
8) Seksualitas
Biasanya tidak bisa melakukan hubungan seksual/ fekuensi
menurun.
9) Hubungan social
Biasanya ketidak efektifan ber interaksi dan besosialitas dengan
masyarakat karena sakit
d. Pemeriksaan Fisik

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre Kemoterapi
1) Ansietas (D.0080)
2) Nyeri akut (D.0077)
3) Intoleransi Aktivitas(D.0056)
b. Intra Kemoterapi
1) Risiko infeksi (D.0142)
2) Risiko gangguan integritas jarigan/kulit (D.0139)
c. Post Kemoterapi
1) Nausea (D.0076)
2) Gangguan citra tubuh (D.0083)
3) Risiko defisit nutrisi (D.0032)
3. RENCANA KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI

Pre Kemoterapi

Ansietas (D.0080) Tingkat ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)


Definisi :kondisi emosi (L.09093)
dan pengalaman subjektif - Perilaku gelisah Observasi
individu terhadap objek diturunkan
- Identifikasi saat tingkat
yang tidak jelas dan - Frekuensi nadi
ansietas berubah (misal
spesifik akibat antisipasi diturunkan
kondisi, waktu, stressor
bahaya yang - Diaforesis
- Monitor tanda-tanda
memungkinkan individu diturunkan
ansietas (verbal dan
melakukan tindakan untuk - Pola berkemih
nonverbal)
menghadapi ancaman ditingkatkan
Gejala dan tanda mayor Terapeutik
Subjektif
- Ciptakan suasana
- Merasa bingung terapeutik untuk
- Khawatir menumbuhkan
- Sulit berkonsentrasi kepercayaan
Objektif - Temani pasien untuk
- Tampak gelisah mengurangi kecemasan,
- Tampak tegang jika memungkinkan
- Sulit tidur - Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
cemas
Gejala dan tanda minor Edukasi
Subjektif
- Mengeluh pusing - Jelaskan prosedur,
- Anoreksia termasuk sensasi yang
- Palpitasi mungkin dialami
- Merasa tidak berdaya - Anjurkan keluarga untuk
Objektif tetap bersama pasien, jika
- Frekuensi napas perlu
meningkat - Latih terapi relaksasi
- Frekueni nadi Kolaborasi
meningkat - Kolaborasi pemberian obat
- Tekanan darah antiansietas, jika perlu
meningkat
- Muka pucat Terapi relaksasi (I.09326)
- Kontak mata buruk
Definisi : menggunakan teknik
peregangan untuk mengurangi
tanda dan gejala
ketidaknyamanan seperti
nyeri, ketegangan otot, atau
kecemasan
Observasi
- Identifikasi penurunan
energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang menganggu
kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
Terapeutik
- Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
- Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman
- Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
- Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
- Anjurkan mengambil
posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi
Nyeri Akut (0077) Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Definisi : (L.06063) (I08238)
pengalaman sensorik Kriteria hasil : Definisi : mengidentifikasi
atau emosional yang - Melaporkan dan mengelola
nyeri
berkaitan dengan terkontrol pengalaman
kerusakan jaringan - Kemampuan sensorik atau emosional
aktual atau mengenali yang berkaitan dengan
fungsional dengan penyebab nyeri kerusakan jaringan atau
onset mendadak atau - Kemampuan fungsional dengan onset
lambat dan berintensitas menggunakan mendadak atau lambat dan
ringan hingga berat teknik non- berintegritas ringan hingga
yang berlangsung farmakologis berat dan konsisten
kurang dari 3 bulan - Dukungan Observasi
orang
a. Penyebab terdepat - Identifikasi lokasi,
Agen cedera - Keluhan nyeri karakteristik,
fisiologis - Pengunaan durasi, frekuensi,
b. Gejala dan tanda analgesik kualitas, intensitas nyeri.
mayor - Identifikasi skala nyeri
- Tampak meringis Tingkat Nyeri - Identifikasi faktor yang
- Bersikap (L.08066) memperberat nyeri.
protektif Kriteria hasil - Identifikasi pengetahuan
- Gelisah - Keluhan nyeri dan keyakinan tentang
- Nadi meningkat - Meringis nyeri
- Sulit tidur - Sikap protektif Terapeutik
c. Gejala dan tanda - Gelisah - Berikan teknik non
mninor - Kesulitan tidur farmakologis
- Nafsu makan - Mual untuk mengurangi rasa
berubah - Muntah nyeri.
- Berfokus pada Nafsu makan - Kontrol lingkungan
diri sendiri yang memperberat rasa
nyeri.
- Fasilitasi istirahat dan
tidur. Edukasi
- Ajarkan teknik non
farmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri


Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian
analgetik

Intoleransi Toleransi Terapi Aktivitas


Aktifitas(D.0056) Aktivitas (I.05186) Definisi :
Gejala dan tanda mayor (L.05047) Menggunakan aktivitas
- Subjektif Definisi: Respon fisik, Kognitif,sosial, dan
Mengeluh lelah fisiologis terhadap spiritual tertentu untuk
- Objektif aktivitas yang memulihkan keterlibatan,
Frekuensi jantung membutuhkan frekuensi atau durasi
meningkat >20% tenaga. aktivitas invidu atau
dari kondisi Kriteria Hasil : kelompok Tindakan :
istirahat - Frekuensi nadi Observasi
Gejala dan tanda minor - Saturasi oksigen - Identifikasi defisit
Subjektif - Kemudahan tingkat aktivitas
- Merasa tidak nyaman dalam - Identifikasi
setelah beraktivitas melakukan kemampuan
- Merasa lemah aktiivtas berpartisipasi dalam
Objektif sehari-hari aktiivtas tertentu
- Sianosis - Keluhan lelah - Identifikasi strategi
meningkatkan
- Tekanan darah - Dispnea saat
partisipasi dalam
berubah >20% dari aktivitas
aktivitas
kondisi istirahat - Sianosis
- Monitor respon
emosional, fisik, sosial
terhadap aktivitas
Teraupetik :
- Fasilitasi fokus
kemampuan bukan
defisit yang dialami
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas
- Berikan penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
- Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari-
hari
Kemoterapi

Risiko Infeksi Kontrol Resiko Pencegahan Infeksi


Definisi : berisiko (L.14128) (I.14539):
mengalami peningkatan
terserang organisme Setelah dilakukan Observasi
Patogenik tindakan diharapkan
pasien dapat - Monitor tanda dan gejala
Faktor risiko mengontrol resiko infeksi sistemik dan local
- Penyakit kronis infeksi dengan
Terapeutik
- Malnutrisi criteria hasil:
- Peningkatan - Batasi jumlah pengunjung
- Kemampuan
paparan - Cuci tangan sebelum dan
mencari informasi
sesudah kontak dengan
organism tentang factor
pasien dan lingkungan
patogen risiko
pasien
ligkungan - Kemampuan
Edukasi
melakukan
- Ketidakadekuata - Jelaskan tanda dan gejala
strategi control
n pertahanan infeksi
resiko
tubuh - Ajarkan cara mencuci
- Kemampuan
tangan
mengubah
perilaku Kolaborasi
- Komitmen
terhadap strategi - Kolaborasi pemberian
- Kemampuan antibiotik, jika perlu
menghindari
factor resiko

Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Perawatan integritas kulit


Kulit/Jaringan (D.0129) Jaringan (L.14125) (I.11353)
Definisi : Kerusakan kulit kriteria hasil : Observasi
(dermis dan/ epidermis)
atau jaringan (membran - Elastisitas - Identifikasi penyebab
mukosa, kornea, fasia, - Perfusi jaringan gangguan integritas kulit
otot, tendon, tulang, - Nyeri
- Kemerahan Terapeutik
kartilago, kapsul sendi
dan/atau ligamen). - Jaringan parut
- Gunakan barang berbahan
ringan, atau alami dan
Gejala dan tanda mayor
hipoalergi pada kulit
Objektif : Kerusakan sensitif
jaringan dan/atau lapisan - Hindari produk berbahan
kulit dasar alkohol pada kulit
kering
Gejala dan tanda minor Edukasi
Objektif : - anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma

Post Kemoterapi

Nausea (D.0076) Tingkat Nausea Manajemen Mual (I.03117)


(L.08065)
Definisi : Perasaan tidak Observasi
nyaman pada bagian Setelah dilakukan
belakang tenggorok atau tindakan diharapkan - Identifikasi factor
lambung yang dapat pasien dapat penyebab mual
mengakibatkan muntah mengetahui tingkat - Monitor asupan nutrisi dan
rasa tidak nyaman kalori
Gejala dan tanda mayor akbat muntah dengan
Terapeutik
kriteria hasil:
Subjektif :
- Kurangi atau hilangkan
- Nafsu makan
- Mengeluh mual keadaan penyebab mual
- Keluhan mual
- Merasa ingin - Berikan makan dalam
- Perasaan ingin
muntah jumlah kecil dan menarik
muntah
- Tidak berminat
- Perasaan asam di Edukasi
makan
mulut
Objektif : (tidak tersedia) - Pucat - Anjurkan istirahat dan
tidur yang cukup
Gejala dan tanda minor - Anjurkan penggunaan
teknik nonfarmakologi
Subjektif : untuk mengatasi mual
- Merasa asam di Kolaborasi :
mulut
- Sensasi - Kolaborasi pemberian
panas/dingin antiemetic, jika perlu
- Sering menelan
Objektif :
- Saliva meningkat
- Pucat
- Diaforesis
- Takikardia
- Pupil dilatasi

Gangguan Citra Tubuh Citra Tubuh Promosi Citra Tubuh


(D.0083) (L.09067) (I.09305)
Definisi : Perubahan Setelah dilakukan Observasi
persepsi tentang tindakan diharapkan - Identifikasi harapan citra
penampilan,, struktur dan pasien dapat percaya tubuh berdasarkan tahap
fungsi fisik individu. diri tentang perkembangan
penampilannya
Gejala dan tanda mayor dengan kriteria hasil: Terapeutik
Subjektif : - Melihat bagian - Diskusikan perubahan
tubuh tubuh dan fungsinya
- Mengungkapkan - Diskusikan kondisi stress
- Verbalisasi
kecacatan/kehilangan yang mempengaruhi citra
perasaan negative
bagian tubuh tubuh
tentang perubahan
tubuh - Diskusikan persepsi pasien
Objektif :
- Verbalisasi dan keluarga tentang
- Kehilangan bagian kekhawatiran perubahan citra tubuh
tubuh pada
Edukasi
- Fungsi/struktur tubuh penolakan/reaksi
berubah/hilang orang lain - Anjurkan kepada keluarga
- Verbalisasi tentang perawatan
Gejala dan tanda minor perubahan gaya perubahan citra tubuh
Subjektif : hidup - Anjurkan menggunakan
- Focus pasa alat bantu
- Tidak mau penampilan masa - Latih fungsi tubuh yang
mengungkapkan lalu dimiliki
kecacatan/kehilangan - Latih peningkatan
bagian tubuh penampilan diri
- Mengungkapkan
perasaan negative
tentang perubahan
tubuh
- Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan/reaksi
orang lain
- Mengungkapkan
perubahan gaya hidup
Objektif :
- Menyembunyikan/me
nunjukkan bagian
tubuh secara
berlebihan
- Menghindari melihat
dan/atau menyentuh
bagian tubuh
- Focus berlebihan
pada perubahan tubuh
- Respon nonverbal
pada perubahan dan
persepsi tubuh
- Focus pada
penampilan dan
kekuatan masa lalu
- Hubungan social
berubah

Risiko Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Gangguan


(D.0032) (L.03030) Makan (I.03111):
Definisi : Beresiko Setelah dilakukan Observasi
mengalami asupan nutrisi tindakan diharapkan
tidak cukup untuk dapat mengetahui - Monitor asupan dan
memenuhi kebutuhan status nutrisi pasien keluarnya makanan dan
metabolism dengan kriteria hasil: cairan serta kebutuhan
kalori
Faktor risiko : - Porsi makan yang
dihabiskan Terapeutik
- Ketidakmampuan - Kekuatan otot
menelan makanan - Diskusikan perilaku
pengunyah
- Ketidakmampuan makan dan jumlah
- Berat badan
mencerna makanan aktivitas fisik
- Indeks massa
- Ketidakmampuan tubuh (IMT) Edukasi
mengabsorbsi - Nafsu makan
nutrient - Membrane - Anjurkan membuat catatan
- Peningkatan mukosa harian tentang perasaan
kebutuhan dan situasi pemicu
metabolisme pengeluaran makanan
- Factor ekonomi - Ajarkan ketrampilan
- Factor psikologis koping untuk penyelesaian
masalah perilaku makan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target badan,
kebutuhan kalori dan
pilihan makan

Anda mungkin juga menyukai