Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA GASTER

( KANKER LAMBUNG ) DI RUANG RAJAWALI 2B RSUP DR KAYADI

SEMARANG

DISUSUN OLEH:

Divasepti Uki Karisidiana

P1337420616049

PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2018
1. DEFINISI

kanker lambung merupakan bentuk neoplasma maligna gastrointestinal.


Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering
terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian akibat kanker (Cancer
Facts and Figures, 1991)
Kanker lambung adalah sejenis kanker saluran cerna dengan insidensi
paling tinggi. akhir tahun 1997 telah dibuktikan bahwa Helicobacter pylori
jugamemegang peranan kausal pada semua tumor ini. banyak pengidap kanker
lambung semula melalui gastritis kronis dan atrofia sel diduga berangsur-
angsurmenyebabkan berkembangnya tumor ganas. pembedahan dan radiasi kini
tidak diperlukan lagi karena kuman dapat dibasmi dengan antibiotika. (Tjay, Tan
Joan :2002)
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering
sebagai massa ireguler dengan penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke lumen
danmenyerang lumen dinding lambung. (Harnawatiah : 2008)
Kanker lambung merupakan bentuk neoplasma maligna gastrointestinal.
Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering
terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian akibat kanker (Cancer
Facts and Figures, 1991)

Kanker lambung adalah salah satu penyakit pembunuh manusia dengan


jumlah kematian 14.700 setiap tahun.Kanker lambung terjadi pada kurvatura kecil
atau antrum lambung dan adenokarsinoma. Factor lain selain makanan tinggi asam
yang menyebabkan insiden kanker lambung mencakup Inflamasi lambung, anemia
pernisiosa, aklorhidria ( tidak adanya hidroklorida ). Ulkus lambung, bakteri H,
plylori, dan keturunan.( Suzanne C. Smeltzer )
Kanker lambung atau tumor malignan perut adalah suatu adeno karrsinoma .kanker
ini menyebar ke paru –paru,nodus limfe dan hepar.faktor risiko meliputi gastritis
atrofik kronis dengan metaplasia usus anemia pernisiosa ,konsumsi alkohol tinggi
dan merokok .(Nettina sandra ,pedoman praktik keperawatan )
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi dilambung, sebagian besar
adalah dari jenis adenokarsinoma.Jenis kanker lambung lainnya adalah
leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih sering
terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker tertentu terjadi pada orang dibawah
usia 50 tahun (Osteen, 2003). Kanker lambung pada pria merupakan keganasan
terbanyak ketiga setelah kanker paru dan kanker kolorektal, sedangkan pada wanita
merupakan peringkat keempat setelah kanker payudara, kanker serviks dan kanker
kolorektal (Christian, 1999).

2. ANATOMI LAMBUNG

Sumber : (Aanatmoi lambung antonius, 2006)


3. FISIOLOGI LAMBUNG

Lambung terletak dibagian kiri atas abdomen tepat dibawah diafragma.


Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, badan, dan antrum pilorikum atau
pilorus. Sebelah kanan lambung terdapat cekungan kurvatura minor dan bagian kiri
bawah lambung terdapat kurvatura mayor.
Kapasitas normal lambung sebesar 1-2 L (Lewis, 2000). Volume lambung
akan meningkat pada saat makan, dan menurun pada saat cairan lambung (kimus)
masuk ke dalam usus halus. Pada saat lambung menglami relaksasi (kosong), mukosa
masuk ke dalam lipatan yang disebut rugae. Rugae merupakan tempat sementara dari
pembesaran lambung. Pada saat lambung di isi, maka rugae menyempit dan pada saat
lambung penuh maka rugae menghilang (simon, 2003).
Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan.
Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam
lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Di saat
sfingter pilorikum berelaksasi, makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika
berkontraksi, sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke
dalam lambung. Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat
mengalami stenosis (penyempitan pilorus yang menyumbat) sebagai komplikasi dari
penyakit tukak lambung. Stenosis pilorus atau pilorospasme terjadi bila serat-serat
otot di sekelilingnya mengalami hipertrofi atau spasme sehingga sfingter gagal
berelaksasi untuk mengalirkan makanan dari lambung ke dalam duodenum.
Tidak seperti pada daerah gastrointestinal lain, bagian otot-otot lambung tersusun dari
tiga lapis dan buka dua lapis otot polos:
1. Lapisan longitudinal dibagian luar
2. Lapisan sirkulasi di tengah
3. Lapisan oblik di bagian dalam
Susunan saraf otot yang unik akan memungkinkan berbagai macam kombinasi
kontraksi yang akan diperlukan untuk memecahkan makanan menjadi partikel-
partikel yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan
lambung, lalu mendorongnya ke arah duodenum.
Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk
lambung dan duodenum di hantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus.
Trunkus vagus mencabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik, dan seliaka. Persarafan
simpatis adalah melalui saraf splanknikus mayor dan ganglia seliakum. Serabut-
serabut aferan menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh perengangan,
kontraksi otot, dan peradangan, serta dirasakan didaerah epigastrium. Serabut-serabut
aferen simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf
mesenterikus (Auerbach) dan submukosa (Meissner) membentuk persarafan intrinsik
dinding lambung dan mengoordinasi aktivitas motorik dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai darah dilambung dan pankreas (serta hati, empedu, dan
limpa) terutama berasal dari arteri seliaka atau trunkus seliakus, yang
mempercabangkan cabang-cabang yang menyuplai kurvatura minor dan mayor. Dua
cabang arteri yang mmperdarahi yaitu arteri gastroduodenalis dan arteri
pankreatikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior
duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri ini dan
menyebabkan perdarahan.

 Fungsi lambung:
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus,
menghancurkan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung dan
getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua cara
a. Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan
kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi seacara gerakperiistaltik
setiap 20 detik.
b. Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan
enzim enzim tergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara lain
pepsin asam garam,renin dan lapisan lambung.
1. Pepsin, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) agar
dapat diabsorbsi di intestinum minor.
2. Asam garam (HCL) mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan disenfektan
yang masuk kedalam makanan. Disamping itu mengubah pepsinogen menjadi
pepsin dalam suasana asam.
3. Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan membetuk kasein dab kaseinogen dari
protein.
4. Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk merangsang
sekresi getah lambung . Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang
makan apabila melihat,mencium,merasakan makanan maka sekresi lambung
akan terangsang, karena pengaruh saraf sehingga menimbulkan rangsangan
kimiawi yang menyebabkan dinding lambumg melepaskan hormon yang
disebut sekresi getah lambung mengalami 3 fase yaitu:
a. Fase serebral
Antisipasi dari makan menyebabkan stimulus merambat ke
otak ke nervus vagus sampai kelambung yang merupakan kelenjar yang
terstimulasi untuk mensekresi hormon gastrin yang disekresi oleh membran
mukosa kanalis pylorus yang menghsilkan getah lambung
b. Fase gatric
Pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi.
c. Fase intestinal
Masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi
getah lambung membentuk lebih banyak gastrin.

4. ETIOLOGI CA GASTER

Penyebab kanker lambung adalah bakteri Helicobacter Pylori yang ditemukan


oleh dua warga Australia peraih hadiah Nobel Kedokteran pada tahun 2005, yakni J.
Robin Warren dan Barry J. Marshall. Akan tetapi, penyebab keberadaan bakteri
Helicobacter Pylori di dalam lambung masih belum diketahui dengan pasti. Banyak
hal yang menjadi penyebabnya. Misalnya pola makan yang tidak sehat, seperti kurang
mengkonsumsi buah dan sayur. Juga gaya hidup tidak sehat, seperti merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan makan makanan yang dibakar (barbeque). Polip
lambung, suatu pertumbuhan jinak yang berbentuk bundar, yang tumbuh ke dalam
rongga lambung, diduga merupakan pertanda kanker dan oleh karena itu polip selalu
diangkat. Selain itu juga terdapat factor genetic karena dapat terjadi jika ada anggota
keluarga lain yang juga mengalami kanker lambung. Frekuensi lebih besar timbul
pada individu dengan golongan darah A. Riwayat keluarga meningkatkan resiko
individu tetapi minimal, hanya 4% dari organ dgn karsinoma lambung mempunyai
riwayat keluarga.
Faktor makanan tertentu diperkirakan berperan dalam pertumbuhan kanker
lambung. Faktor-faktor ini meliputi :
a. Asupan garam yang tinggi.
b. Asupan karbohidrat yang tinggi.
c. Asupan bahan pengawet (nitrat) yang tinggi.
d. Asupan sayuran hijau dan buah yang kurang.
e. Ada kaitannya dengan : diet, genetic, komposisi tanah, lambung kronis

Faktor risiko dari ca lambung antara lain:


1. Infeksi Helicobacter pylori

Iinfeksi kronis bakteri Helicobacter pylori merupakan faktor risiko yang kuat
terkena kanker lambung. Beberapa studi menunjukkan bahwa bakteri ini mungkin
penyebab untuk 90 persen kanker lambung.
2. Umur
Penyakit ini jarang terjadi sebelum usia 40 tahun, tapi insiden penyakit
ini meningkat terus setelahnya.

3. Jenis Kelamin
Pria memiliki risiko dua kali lipat, dibandingkan dengan wanita.
4. Diet
Asupan makanan tinggi dari makanan asin, asap, dan acar diketahui
meningkatkan risiko. Kadar garam tinggi dapat merusak selaput lender
lambung dan usus.Asupan tinggi buah dan sayuran menurunkan risiko.
5. Penyakit lambung
Riwayat gastritis kronis, anemia pernisiosa, atau gastrektomi parsial
meningkatkan risiko.

Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal
sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi

a. Faktor genetic
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki
hubungan genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya
mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung.Adanya
riwayat keluarga anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga dihubungkan
dengan kondisi genetik pada kanker lambung (Bresciani, 2003).

b. Faktor umur
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun,
tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1 %
kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996)

2 . Faktor presipitasi
a. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap atau yang diawetkan.
Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi
faktor utama peningkatan kanker lambung. Kandungan garam yang masuk
kedalam lambung akan memperlambat pengosongan lambung sehingga
memfasilitasi konversi golongan nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines di
dalam lambung. Gabungan kondisi terlambatnya pengosongan asam lambung
dan peningkatan komposisi nitrosamines didalam lambung memberi
kontribusi terbentuknya kanker lambung (Yarbro, 2005).

b. Infeksi H.pylori.
H.pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus duodenum dan 80%
tukak lambung (Fuccio, 2007). Bakteri ini menempel di permukaan dalam
tukak lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan
oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung
(Fuccio, 2009).

c. Sosioekonomi.
Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan meningkatkan risiko kanker
lambung, namun tidak spesifik.

d. Mengonsumsi rokok dan alkohol.


Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari dan dikombinasi
dengan konsumsi alkohol kronik akan meningkat risiko kanker lambung
(Gonzales, 2003)

e. NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengonsumsi NSAIDs
dalam jangkan waktu yang lama dan hal ini (polip lambung) dapat menjadi
prekursor kanker lambung. Kondisi polip lambung akan meningkatkan risiko
kanker lambung (Houghton, 2006).
f. Anemia pernisiosa.
Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi kobalamin
(vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor intrinsik sekresi lambung.
Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H.pylori memberikan kontribusi
penting terbentuknya tumorigenesis pada dinding lambung (Santacrose,
2008).

5. MANIFESTASI KLINIS CA GASTER


Pada tahap awal kanker lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal, seperti nyeri yang hilang dengan
antasida, dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna. Gejala penyakit
progresif dapat meliputi:
 Nyeri

 Penurunan Berat badan

 Muntah

 Anoreksia

 Disfagia

 Nausea

 Kelemahan

 Hematemasis

 Regurgitasi

 Mudah kenyang

 Asites ( perut membesar)


 Keram abdomen

 Darah yang nyata atau samar dalam tinja

 Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.

 Dispepsia

6. PATOFISOLOGI

Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering sebagai


massa irregular dengan penonjolan ulserasi sentral ke lumen dan menyerang lumen
dinding lambung. Kanker mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan
lumen yang paling sering di antrum. Infiltrasi dapat melebar keseluruh lambung,
menyebabakan kantong tidak dapat meregang dengan hilangnya lipatan normal dan
lumen yg sempit, tetapi hal ini tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin timbul dan
menyebabkan sukar untuk membedakan dari polip benigna pada X-ray. Kanker
lambung mungkin timbul sebagai penyebaran tumor superficial yang hanya
melibatkan permukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walupun hal ini
jarang. Kira-kira 75% dari karsinom ditemukan pada 1/3 distal lambung, selain itu
menginvasi struktur local seperti bagian bawah dari esophagus, pancreas, kolon
transversum dan peritoneum. Metastase timbul pada paru, pleura, hati, otak dan
lambung.
Karsinoma gaster merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering
terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6 % dari semua kematian akibat kanker. Laki-laki
lebih sering terserang dan sebagian besar kasus timbul setelah usia 40
tahun(Sjamsuhidajat , 1997).
Penyebab kanker lambung tidak diketahui tetapi dikenal faktor-faktor
predisposisi tertentu. Faktor genetik memegang peranan penting, dibuktikan
karsinoma lambung lebih sering terjadi pada orang dengan golongan darah A. Selain
itu faktor ulkus gaster adalah salah satu faktor pencetus terjadinya karsinoma
gaster(Sjamsuhidajat , 1997).

Pada stadium awal, karsinoma gaster sering tanpa gejala karena lambung
masih dapat berfungsi normal. Gejala biasanya timbul setelah massa tumor cukup
membesar sehingga bisa menimbulkan gangguan anoreksia, dan gangguan
penyerapan nutrisi di usus sehingga berpengaruh pada penurunan berat badan yang
akhirnya menyebabkan kelemahan dan gangguan nutrisi. Bila kerja usus dalam
menyerap nutrisi makanan terganggu maka akan berpengaruh pada zat besi yang akan
mengalami penurunan yang akhirnya menimbulkan anemia dan hal inilah yang
menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan penurunan pemenuhan kebutuhan
oksigen di otak sehingga efek pusing sering terjadi(Sjamsuhidajat , 1997).

Pada stadium lanjut bila sudah metastase ke hepar bisa mengakibatkan


hepatomegali. Tumor yang sudah membesar akan menghimpit atau menekan saraf
sekitar gaster sehingga impuls saraf akan terganggu, hal ini lah yang menyebabkan
nyeri tekan epigastrik(Sjamsuhidajat , 1997).
Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, teraba massa pada rektum, dan
kelenjar limfe supraklavikuler kiri (Limfonodi Virchow) yang membesar
menunjukkan penyakit yang lanjut dan sudah menyebar. Bila terdapat ikterus
obstruktiva harus dicurigai adanya penyebaran di porta hepatik(Sjamsuhidajat ,
1997).Kasus stadium awal yang masih dapat dibedah untk tujuan kuratif memberikan
angka ketahanan hidup 5 tahun sampai 50 %. Bila telah ada metastasis ke kelenjar
limfe angka tersebut menurun menjadi 10 %. Kemoterapi diberikan untuk kasus yang
tidak dapat direseksi atau dioperasi tidak radikal. Kombinai sitostatik memberikan
perbaikan 30-40% untuk 2-4 bulan(Sjamsuhidajat , 1997).

Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan paliatif. Untuk tujuan


kuratif dilakukan operasi radikal yaitu gastrektomi (subtotal atau total) dengan
mengangkat kelejar limfe regional dan organ lain yang terkena. Sedangkan untuk
tujuan paliatif hanya dilakukan pengangkatan tumor yang perforasi atau berdarah
(Sjamsuhidajat , 1997).
PATHWAY
7. KLASIFIKASI KANKER LAMBUNG
Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini). Berdasarkan hasil
pemeriksaan radiolog dapat dibagi atas:
1. Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa
yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan
dengan atau tanpa ulserasi.
2. Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
a. Tipe II.a. (Elevated type)
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung.Hampir seperti tipe I, terdapat
sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
b. Tipe II.b. (Flat type)
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat perubahan
pada warna mukosa.
c. Tipe II.c. (Depressed type)
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular)
hiperemik / perdarahan.
3. Tipe III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi
seperti tipe II c dan tipe III atau tipe III dan tipe II c, dan tipe II a dan tipe II c.
Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut). Menurut klasifikasi Bormann
dapat dibagi atas :

1. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai
fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.

2. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta
mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular.Dasar ulkus terlihat nekrotik
dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman.Mukosa sekitar ulkus
tampak sangat hiperemik.

3. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding
dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.

4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding
dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.

 9. Manifestasi klinis Kanker Lambung


Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan
tumor ini dikurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ganguan fungsi
lambung.Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti
nyeri yang hilang dengan antasida dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus
benigna.Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan,
anoreksia, dyspepsia, penurunan BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan
mual serta muntah (Harnawati, 200, KMB).
Gejala klinis yang ditemui antara lain(Davey, 2005):
1. Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit
metastasis lanjut.
2. Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya (impending) obstruksi aliran
keluar lambung.
3. Disfagia
4. Nausea
5. Kelemahan
6. Hematemesis
7. Regurgitasi
8. Mudah kenyang
9. Asites perut membesar
10. Kram abdomen
11. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
12. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan

8. KOMPLIKASI

Menurut Sudayo (2006 : 351) komplikasi dari tumor gaster adalah sebagai
berikut :

1. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akuta dan perforasi kronika
- Perforasi akut
AIRD 1935 menjumpai 35 penderita demean perforasi akut yang
terbuka dari karsinoma ventrikuli. Yang sering terjadi perfirasi yaitu: tipe
ulserasi dari kanker yang letaknya di kurvatura minor, diantrium dekat
pylorus. Biasanya mempunyai gejala-gejala yang mirip demean perforasi dari
ulkus peptikum. Perforasi ini sering dijumpai pada pria (Hadi, 2002).
- Perforasi kronika
Perforasi yang terjadi sering tertutup oleh jaringan didekatnya,
misalnya oleh omentum atau bersifat penetrasi.Biasanya lebih jarang dijumpai
jika dibandingkan dengan komplikasi dari ulkus benigna.Penetrasi mungkin
dijumpai antara lapisan omentun gastrohepatik atau dilapisan bawah dari
hati.Yang sering terjadi yaitu perforasi dan tertutup oleh pancreas. Dengan
terjadinya penetrasi maka akan terbentuk suatu fistul, misalnya gastrohepatik,
gastroenterik dan gastrokolik fistula (Hadi, 2002).

2. Hematemesis.
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas
lambung sehingga dapat menimbulkan anemia
- Hematemesis yang masif dan melena terjadi ± 5 % dari karsinoma
ventrikuli yang gejala-gejalanya mirip seperti pada perdarahan massif
maka banyak darah yang hilang sehingga timbullah anemia
hipokromik(Hadi, 2002).
- Hematemesis yang masif dan melena terjadi ± 5 % dari karsinoma
ventrikuli yang gejala-gejalanya mirip seperti pada perdarahan massif
maka banyak darah yang hilang sehingga timbullah anemia
hipokromik(Hadi, 2002).
3. Obstruksi.
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang
disertai keluhan muntah-muntah (Hadi, 2002).
4. Adhesi.
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan
infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut
(Hadi,2002)

9. PENATALAKSANAAN KANKER LAMBUNG


Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali
mengangkat tumornya.Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi
dilambung, pasien dapat sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang tidak
dapat dieksisi secara bedah penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan
pasien ini, paliasi efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi, dapat diperoleh
dengan reseksi tumor.
Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, punting ambung
dianastomosisikan pada jejunum, seperti pada gastrektomi ulkus. Bila gastrektomi
total dilakukan kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan anastomosis diantara
ujung esophagus dan jejunum. Bila ada metastasis pada organ vital lain, seperti hepar,
pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal.Pembedahan
paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi dan disfagia.
Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan,
pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan control lanjut terhadap penyakit
atau paliasi.Obat kemoterapi yang sering digunakan mencakup kombinasi 5-
fluorourasil (5FU), Adriamycin, dan mitomycin-C.Radiasi dapat digunakan untuk
paliasi pada kanker lambung.( brunner& suddart, 2001)

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering digunakan jenis penyakit ini adalah
endoskopi, endoskopi merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik untuk
mendiagnosa ca lambung. Endoskopi dengan resolusi tinggi dapat mendeteksi
perubahan ringan pada warna, relief arsitektur dan permukaan mukosa gaster yang
mengarah pada karsinoma dini gaster (Lumongga, 2008).
B. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi pada gaster dilakukan melalui sitologibrushing. Pada
keadaan normal, tampak kelompok sel-sel epitel superfisial yang reguler membentuk
gambaran seperti honey comb. Sel-sel ini mempunyai inti yang bulat dengan kromatin
inti yang tersebar merata (Lumongga, 2008).
Pada keadaan gastritis, sel tampak lebih kuboidal dengan sitoplasma yang
sedikit dan inti sedikit membesar.Pada karsinoma, sel-sel menjadi tersebar ataupun
sedikit berkelompok yang irreguler, inti sel membesarn hiperkromatin dan
mempunyai anak inti yang multipel atau pun giant nukleus (Lumongga, 2008).
Pemeriksaan sitologi brushing ini jika dilakukan dengan benar, mempunyai
nilai keakuratan sampai 85% tetapi bila pemeriksaan ini dilanjutkan dengan biopsi
lambung maka nilai keakuratannya dapat mencapai 96% (Lumongga, 2008).

C. Pemeriksaan makroskopis

Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini terbagi atas dua
golongan, yaitu tumor dengan ukuran < 5 mm disebut dengan minute dan tumor
dengan ukuran 6 – 10 mm disebut dengansmall (Lumongga, 2008).
Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan antrum (50-60%),
curvatura minor (40%), cardia (25%), curvatura mayor (12%).
D. Pemeriksaan fisis.
Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun
dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah
terjadi metastasis ke hati,teraba hati hati yang ireguler, dan kadang kadang kelenjar
limfe klavikula teraba.

E. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan sebagai evaluasi praoperatif dan untuk
melihat stadium dengan dan penyebaran ekstrak lambung yang penting untuk
penentuan intervensi bedah radikal dan pemberian informasi prabedah pada pasien.
CT Staging pada karsinoma lambung
1. Stage I : Massa intra luminal tanpa penebalan dinding.
2. Stage II : Penebalan dinding lebih dari 1 cm.
3. Stage III : Invasi langsung ke struktur sekitarnya.
4. Stage IV : Penyakit telah bermetastase.

F. Pemeriksaan darah pada tinja


Pada ca lambung sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood)
untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes benzidin.

11. PENATALAKSAAN MEDIS

a. Pencegahan

Kanker lambung dapat dicegah dengan cara-cara anatara lain

1. Makan lebih banyak buah dan sayuran.

2. Mengurangi jumlah makanan diasap dan asin yang dikonsumsi.

3. Berhenti merokok.

b. Pengobatan
1. Kemoterapi dan terapi radiasi

Bila karsinoma telah menyebar ke luar dari lambung, tujuan pengobatannya


adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup. Kemoterapi dan
terapi penyinaran bisa meringankan gejala.
- Reseksi bedah
Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik
adalah pembedahan. Pembedahan sudah dapat dilakukan sebagai tindakan
paliatif.
- Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, fluorosil,
mitomisin C, doksorubisin, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan hasil
18 – 30 %.
- Hiperalimentasi (nutrisi intravena).
Nutrisi intravena yag disuntikan melalui intravena yang berfunsi untuk
menggantikan nutrisi karena kanker lambung ini. Karena kanker lmbung
proses penyerapan nutrisi yang terjadi di lambung terganggu dan
mengakibatkan kekurangan nutrisi dari kebutuhan yang diperlukan. Maka
diberikan hiperalimentasi ini.
c. Perawatan
1. Klien dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien
harus tetap berbaring sampai beberapa hari setelah tanda dan gejala terjadi,
dan 7 hari setelah dilakukan operasi untuk mencegah terjadinya komplikasi
perdarahan usus atau perforasi usus.

2. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan-perubahan

posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik.

d. Diet

1. Pada mulanya klien diberikan makanan diet cair atau bubur saring
kemudian bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan
perforasi usus.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat secara dini
yaitu nasi, lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat
kasar) dapat diberikan dengan aman kepada klien.

12. FARMAKOLOGI

No Nama obat Golongan Dosis Indikasi Kontra


Indikasi

1. IVFD RL Isotonik 1:1 gtt Mengembalikan Hipertermi,


xx/menit keseimbangan kelainan ginjl,
Asering
elektrolit pada kerusakan sel
dehidrasi hati, laktat
asodosi

2. Infeksi saluran Hiposensitif


Ceftriaxone Antibiotik 1 gram
pernafasan, infeksi terhadap
saluran kemih,infeksi ceftriaxone
gornore, atau
sepsis,meningitis,infksi cefalosforin
tulang dan jaringan lainya
lunak, infeksi kulit

3. Campto Isotonik 2 mg/ml Terapi pilihan kedua Penyakit


dengan kanker ca inflamasi
lambung, perut kronik
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER LAMBUNG

A. PENGKAJIAN
Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien yang memfokuskan pada isu
seperti masukan tinggi makanan asap atau diasinkan dan masukan buah dan sayuran
yang rendah. Apakah pasien mengalami penurunan BB, jika ya seberapa banyak.
Apakah pasien perokok?Jika ya seberapa banyak sehari dan berapa lam?Apakah
pasien mengeluhkan ketidaknyamanan lambung selama atau setelah merokok?
Apakah pasien minum alcohol?Jika ya seberapa banyak?Perawat menanyakan pada
pasien bila ada riwayat kleuarga ttg kanker.Bila demikian anggota keluarga dekat atau
langsung atau kerabat jauh yang terkena?Apakah status perkawinan pasien?Adakah
seseorang yang dapat memberikan dukungan emosional?
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan palpasi massa. Perawat
harus mengobservasi adanya ansites. Organ diperiksa untuk nyeri tekan atau massa.
Nyeri biasanya gejala yang lambat.( Brunner& Suddart, 2001)
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).

1. Riwayat atau adanya faktor resiko


 Aklorhidria atau anemia pernisiosa
 Riwayat ulkus gastrik

2. Pemeriksaan fisik berdasarkan survei umum (Apendiks F) dapat menunjukkan:


 Keluhan awal dari perasaan tak enak karena rasa penuh dan
ketidaknyamanan setelah makan. Pasien sering menginterpretasikan
gejala ini sebagai “kacau lambung” dan menggunakan obat dan
antasida, yang memberi penghilangan sementara.
 Bila tumor membesar, pasien mengalami:
 Penurunan berat badan yang disebabkan oleh anoreksia, mual dan
muntah.
 Kelelahan dan kelemahan akibat anemia defisiensi nutrisi.
 Disfagia bila tumor terletak di lambung proksimal.
 Nyeri epigastrik yang disebabkan oleh distensi gastrik karena
pembesaran tumor.
 Massa epigastrik yang dapat teraba.
3.Pemeriksaan Diagnostik
 Seri GI atas menunjukkan massa padat
 Acan CT abdomen menunjukkan massa padat
 Pemeriksaan endoskopi memberi visualisasi langsung terhadap lesi
dan memungkinkan pengambilan spesimen untuk biopsi dan
pemeriksaan sitologi
 JDL menunjukkan anemia.
4. Kaji perasaan dan masalah pasien dan orang terdekat tentang penyakit.
5. Kaji pemahaman pasien dan orang terdekat tentang penyakit, pemeriksaan
diagnostik, dan tindakan.

1. Anamnesis (Hamsafir, 2010) :


- Nyeri
- Penurunan Berat badan.
- Muntah
- Anoreksia
- Disfagia
- Nausea
- Kelemahan
- Hematemasis
- Regurgitasi
- Mudah kenyang
- Asites ( perut membesar)
- Keram abdomen
- Darah yang nyata atau samar dalam tinja
- Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.

2. Pemeriksaan Fisik (Hamsafir, 2010) :


- Status hemodinamik : tekanan darah, nadi, akral dan pernafasan
- Berat badan kurang, kaheksia, konjungtiva kadang–kadang anemis
- Pemeriksaan Abdomen daerah epigastrium dapat teraba massa, nyeri
epigastrium. Pada keganasan dapat ditemukan hepatomegali, asites.
- Bila ada keluhan melena, lakukan pemeriksaan colok dubur.
- Keganasan → cari pembesaran kelenjar supraklavikula.
(Virchow’snode), kelenjar aksila kiri (Irish’s node), ke umbilikus
(Sister Mary Joseph’s node), teraba tumor daerah pelvis cul-de-sac
pada pemeriksaan colok dobur (Blumer’s shelf), pembesaran ovarium
(Krukenberg’s tumor)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien


dapat mencakup yang berikut ini :
1. Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan syok atau hemoragi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
5. Berduka diantisipasi dengan diagnosis kanker.

C. RENCANA KEPERAWATAN

1. D.P 1 : Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal


Data Penunjang Tujuan
Subyektif : Tidak mengalami atau mengurangi nyeri
Menyatakan nyeri yang ada.
Objektif : Kriteria :
Merintih dan meringis. Melaporkan nyeri berkurang, tak ada
merintih, ekspresi wajah relaks.

INTERVENSI
1. Anjurkan periode istirahat.
2. Tenangkan pasien bahwa anda mengetahui nyeri yang dirasakan adalah nyata
dan bahwa anda akan membantu pasien mengurangi nyeri tersebut.
3. Ajarkan pasien strategi baru untuk meredakan nyeri.
4. Melakukan tindakan kolaboratif untuk mengubah penatalaksanaan nyeri jika
diperlukan.
5. Berikan analgesik untuk meningkatkan peredaran nyeri optimal dalam batas
resep dokter.

2. D.P 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan syok atau


hemoragi.
Data Penunjang Tujuan
Subyektif : Tidak mengalami kekurangan volume
Haus cairan.
Objektif : Kriteria :
Penurunan tekanan darah, penurunan Tidak mengalami hemoragi, tanda vital
tekanan nadi, penurunan turgor kulit, dalam batas normal, memberi tahu perawat
penurunan keluaran urine, kulit membran tentang adanya tanda perdarahan, dan
mukosa mengering, hematokrit memberi tahu perawat tentang adanya
meningkat, suhu tubuh meningkat, pusing, peningkatan frekuensi jantung,
frekuensi nadi meningkat. kekacauan mental, kelelahan
yang berlebihan, dan kulit lembab.

INTERVENSI
1. Pantau terhadap tanda-tanda hemoragi.
2. Observasi aspirasi lambung terhadap bukti adanya darah.
3. Berikan produk darah sesuai program.
4. Kaji klien terhadap tanda-tanda syok.
5. Evaluasi drainase dari balutan dan penampung drainase
6. Evaluasi TD, nadi, dan frekuensi pernapasan.
3. D.P 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
Data Penunjang Tujuan
Subyektif : Mendapatkan dan mempertahankan status
Keluhan kelelahan menetap nutrisi yang optimal.
Objektif : Kriteria :
 Penurunan berat badan progresif Penurunan berat badan tidak berlanjut,
 Kemungkinan disfagia pemeriksaan kimia serum dalam rentang
normal, keluhan kelelahan berkurang.
 Kelemahan dan anemia

INTERVENSI
1. Pantau :

 Jumlah makanan yang dikonsumsi dalam setiap makan.


 Timbang berat badans setiap dua hari atau setiap minggu.
 Hasil pemeriksaan kimia darah.
2. Berikan diet sering tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral.
3. Jamin lingkungan yang nyaman dan bebas bau saat makan.
4. Berikan antiemetik yang diberikan sedikitnya 30 menit sebelum
makan bila mual.
5. Berikan sedikitnya 250 mL cairan setiap hari

4. D. P 4 : Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan


yang diantisipasi.
Data Penunjang Tujuan
Subyektif : Menurunkan ansietas.
Insomnia, takut, berkemih tidak lampias, Kriteria :
khawatir, marah, dan mengekspresikan Pasien dapat mengekspresikan rasa takut,
keluhan karena perubahan kejadian masalah, dan kemungkinan rasa marah
kehidupan. akibat diagnosis dan prognosis dan
Objektif : memfasilitasi. Tampak rileks dan mende-
Gelisah, kesulitan untuk berkonsentrasi, monstrasikan penggunaan mekanis- me
mudah lupa, peningkatan berkeringat, koping efektif dan partisipasi aktif dalam
ketegangan wajah, muka merah, dilatasi aturan pengobatan.
pupil, excitation kardiovaskular.

INTERVENSI
a. Dorong psien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
b. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara.
c. Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh
pasien bila tepat.
d. Sadari efek-efek isolasi pada pasien bila diperlukan untuk
imunosupresi dan impian radiasi.
e. Bantu pasien/orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa
takut untuk memulai mengembangkan strategi koping unuk
menghadapi rasa takut ini.
f. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
g. Izinkan ekspresi marah tanpa konfrontasi dan diekpresikan secara
tepat.
h. Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang.

5. D.P 5 : Antisipasi berduka berhubungan dengan penerimaan kemungkinan


kematian pasien, perubahan fungsi tubuh.
Data Penunjang Tujuan
Subyektif : Dapat melewati proses berduka dengan
 Menyangkal tentang potensial baik.
kematian Kriteria :

 Menyangkal perasaan tersedak Mengidentifikasi dan mengekspresikan


dan perasaan marah. perasaan dengan tepat, melanjutkan
aktivitas kehidupan normal, dan
Objektif :
mengungkapkan pemahaman tentang
 Perubahan pada kebiasaan makan,
proses mejelang ajal dan perasaan didukung
pola tidur, tingkat aktivitas, dan
dalam melalui berduka.
pola komunikasi.

INTERVENSI
a. Dorong mengungkapkan ketakutan, kekhawatiran, pertanyaan
mengenai penyakit, pengobatan, dan implikasinya dimasa mendatang.
b. Berikan dorongan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga dalam
keputusan perawatan dan pengobatan.
c. Sisihkanw aktu untuk periode menangis dan mengekspresikan
kesedihan.
d. Identifikasi aspek positif dari situasi.
e. Sadari perasaan sendiri tentang kanker, ancaman kematian. Terima
metode apapun yang dipilih pasien/orang terdekat untuk saling
membantu selama proses.
f. Rujuk pada konselor yang tepat sesuai kebutuhan.
g. Rujuk pada program komunitas, bila perlu.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan
perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan, rencana perawatan,
pemenuhan kriteria hasil dan tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif.
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi dari masing-masing
diagnosa tersebut di atas.
Sumber : Bararah, Jauhar, 2013 : 153

F. EVALUASI

Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai respon pasien atas tindakan


keperawatan yang di lakukan dan menilai seberapa besar keberhasilan tindakan yang
dilakukan . hal ini dilakukan untuk mengetahui intervensi keperawatan apa yang
harus di lanjutkan dan intervensi keperawatan apakah yang harus di berhentikan guna
menolong pasien dari sakit menjadi sehat

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.


Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC :
Jakarta.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Kerperawatan Medikal Bedah
Vol.1.Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3, Cet. 1. Jakarta :
Media Aesculapius
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddarth Ed.8 . Vol.3. EGC : Jakarta.
Tjay, tan Joan dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat Penting, Khasiat,
Penggunaan , dan Efek Sampingnya. Jakarta : Elex Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai