SEMARANG
DISUSUN OLEH:
P1337420616049
TAHUN 2018
1. DEFINISI
2. ANATOMI LAMBUNG
Fungsi lambung:
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus,
menghancurkan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung dan
getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua cara
a. Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan
kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi seacara gerakperiistaltik
setiap 20 detik.
b. Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan
enzim enzim tergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara lain
pepsin asam garam,renin dan lapisan lambung.
1. Pepsin, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) agar
dapat diabsorbsi di intestinum minor.
2. Asam garam (HCL) mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan disenfektan
yang masuk kedalam makanan. Disamping itu mengubah pepsinogen menjadi
pepsin dalam suasana asam.
3. Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan membetuk kasein dab kaseinogen dari
protein.
4. Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk merangsang
sekresi getah lambung . Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang
makan apabila melihat,mencium,merasakan makanan maka sekresi lambung
akan terangsang, karena pengaruh saraf sehingga menimbulkan rangsangan
kimiawi yang menyebabkan dinding lambumg melepaskan hormon yang
disebut sekresi getah lambung mengalami 3 fase yaitu:
a. Fase serebral
Antisipasi dari makan menyebabkan stimulus merambat ke
otak ke nervus vagus sampai kelambung yang merupakan kelenjar yang
terstimulasi untuk mensekresi hormon gastrin yang disekresi oleh membran
mukosa kanalis pylorus yang menghsilkan getah lambung
b. Fase gatric
Pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi.
c. Fase intestinal
Masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi
getah lambung membentuk lebih banyak gastrin.
4. ETIOLOGI CA GASTER
Iinfeksi kronis bakteri Helicobacter pylori merupakan faktor risiko yang kuat
terkena kanker lambung. Beberapa studi menunjukkan bahwa bakteri ini mungkin
penyebab untuk 90 persen kanker lambung.
2. Umur
Penyakit ini jarang terjadi sebelum usia 40 tahun, tapi insiden penyakit
ini meningkat terus setelahnya.
3. Jenis Kelamin
Pria memiliki risiko dua kali lipat, dibandingkan dengan wanita.
4. Diet
Asupan makanan tinggi dari makanan asin, asap, dan acar diketahui
meningkatkan risiko. Kadar garam tinggi dapat merusak selaput lender
lambung dan usus.Asupan tinggi buah dan sayuran menurunkan risiko.
5. Penyakit lambung
Riwayat gastritis kronis, anemia pernisiosa, atau gastrektomi parsial
meningkatkan risiko.
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal
sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a. Faktor genetic
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki
hubungan genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya
mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung.Adanya
riwayat keluarga anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga dihubungkan
dengan kondisi genetik pada kanker lambung (Bresciani, 2003).
b. Faktor umur
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun,
tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1 %
kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996)
2 . Faktor presipitasi
a. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap atau yang diawetkan.
Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi
faktor utama peningkatan kanker lambung. Kandungan garam yang masuk
kedalam lambung akan memperlambat pengosongan lambung sehingga
memfasilitasi konversi golongan nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines di
dalam lambung. Gabungan kondisi terlambatnya pengosongan asam lambung
dan peningkatan komposisi nitrosamines didalam lambung memberi
kontribusi terbentuknya kanker lambung (Yarbro, 2005).
b. Infeksi H.pylori.
H.pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus duodenum dan 80%
tukak lambung (Fuccio, 2007). Bakteri ini menempel di permukaan dalam
tukak lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan
oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung
(Fuccio, 2009).
c. Sosioekonomi.
Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan meningkatkan risiko kanker
lambung, namun tidak spesifik.
e. NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengonsumsi NSAIDs
dalam jangkan waktu yang lama dan hal ini (polip lambung) dapat menjadi
prekursor kanker lambung. Kondisi polip lambung akan meningkatkan risiko
kanker lambung (Houghton, 2006).
f. Anemia pernisiosa.
Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi kobalamin
(vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor intrinsik sekresi lambung.
Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H.pylori memberikan kontribusi
penting terbentuknya tumorigenesis pada dinding lambung (Santacrose,
2008).
Muntah
Anoreksia
Disfagia
Nausea
Kelemahan
Hematemasis
Regurgitasi
Mudah kenyang
Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.
Dispepsia
6. PATOFISOLOGI
Pada stadium awal, karsinoma gaster sering tanpa gejala karena lambung
masih dapat berfungsi normal. Gejala biasanya timbul setelah massa tumor cukup
membesar sehingga bisa menimbulkan gangguan anoreksia, dan gangguan
penyerapan nutrisi di usus sehingga berpengaruh pada penurunan berat badan yang
akhirnya menyebabkan kelemahan dan gangguan nutrisi. Bila kerja usus dalam
menyerap nutrisi makanan terganggu maka akan berpengaruh pada zat besi yang akan
mengalami penurunan yang akhirnya menimbulkan anemia dan hal inilah yang
menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan penurunan pemenuhan kebutuhan
oksigen di otak sehingga efek pusing sering terjadi(Sjamsuhidajat , 1997).
1. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai
fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
2. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta
mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular.Dasar ulkus terlihat nekrotik
dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman.Mukosa sekitar ulkus
tampak sangat hiperemik.
3. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding
dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding
dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
8. KOMPLIKASI
Menurut Sudayo (2006 : 351) komplikasi dari tumor gaster adalah sebagai
berikut :
1. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akuta dan perforasi kronika
- Perforasi akut
AIRD 1935 menjumpai 35 penderita demean perforasi akut yang
terbuka dari karsinoma ventrikuli. Yang sering terjadi perfirasi yaitu: tipe
ulserasi dari kanker yang letaknya di kurvatura minor, diantrium dekat
pylorus. Biasanya mempunyai gejala-gejala yang mirip demean perforasi dari
ulkus peptikum. Perforasi ini sering dijumpai pada pria (Hadi, 2002).
- Perforasi kronika
Perforasi yang terjadi sering tertutup oleh jaringan didekatnya,
misalnya oleh omentum atau bersifat penetrasi.Biasanya lebih jarang dijumpai
jika dibandingkan dengan komplikasi dari ulkus benigna.Penetrasi mungkin
dijumpai antara lapisan omentun gastrohepatik atau dilapisan bawah dari
hati.Yang sering terjadi yaitu perforasi dan tertutup oleh pancreas. Dengan
terjadinya penetrasi maka akan terbentuk suatu fistul, misalnya gastrohepatik,
gastroenterik dan gastrokolik fistula (Hadi, 2002).
2. Hematemesis.
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas
lambung sehingga dapat menimbulkan anemia
- Hematemesis yang masif dan melena terjadi ± 5 % dari karsinoma
ventrikuli yang gejala-gejalanya mirip seperti pada perdarahan massif
maka banyak darah yang hilang sehingga timbullah anemia
hipokromik(Hadi, 2002).
- Hematemesis yang masif dan melena terjadi ± 5 % dari karsinoma
ventrikuli yang gejala-gejalanya mirip seperti pada perdarahan massif
maka banyak darah yang hilang sehingga timbullah anemia
hipokromik(Hadi, 2002).
3. Obstruksi.
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang
disertai keluhan muntah-muntah (Hadi, 2002).
4. Adhesi.
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan
infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut
(Hadi,2002)
C. Pemeriksaan makroskopis
Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini terbagi atas dua
golongan, yaitu tumor dengan ukuran < 5 mm disebut dengan minute dan tumor
dengan ukuran 6 – 10 mm disebut dengansmall (Lumongga, 2008).
Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan antrum (50-60%),
curvatura minor (40%), cardia (25%), curvatura mayor (12%).
D. Pemeriksaan fisis.
Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun
dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah
terjadi metastasis ke hati,teraba hati hati yang ireguler, dan kadang kadang kelenjar
limfe klavikula teraba.
E. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan sebagai evaluasi praoperatif dan untuk
melihat stadium dengan dan penyebaran ekstrak lambung yang penting untuk
penentuan intervensi bedah radikal dan pemberian informasi prabedah pada pasien.
CT Staging pada karsinoma lambung
1. Stage I : Massa intra luminal tanpa penebalan dinding.
2. Stage II : Penebalan dinding lebih dari 1 cm.
3. Stage III : Invasi langsung ke struktur sekitarnya.
4. Stage IV : Penyakit telah bermetastase.
a. Pencegahan
3. Berhenti merokok.
b. Pengobatan
1. Kemoterapi dan terapi radiasi
d. Diet
1. Pada mulanya klien diberikan makanan diet cair atau bubur saring
kemudian bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan
perforasi usus.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat secara dini
yaitu nasi, lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat
kasar) dapat diberikan dengan aman kepada klien.
12. FARMAKOLOGI
A. PENGKAJIAN
Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien yang memfokuskan pada isu
seperti masukan tinggi makanan asap atau diasinkan dan masukan buah dan sayuran
yang rendah. Apakah pasien mengalami penurunan BB, jika ya seberapa banyak.
Apakah pasien perokok?Jika ya seberapa banyak sehari dan berapa lam?Apakah
pasien mengeluhkan ketidaknyamanan lambung selama atau setelah merokok?
Apakah pasien minum alcohol?Jika ya seberapa banyak?Perawat menanyakan pada
pasien bila ada riwayat kleuarga ttg kanker.Bila demikian anggota keluarga dekat atau
langsung atau kerabat jauh yang terkena?Apakah status perkawinan pasien?Adakah
seseorang yang dapat memberikan dukungan emosional?
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan palpasi massa. Perawat
harus mengobservasi adanya ansites. Organ diperiksa untuk nyeri tekan atau massa.
Nyeri biasanya gejala yang lambat.( Brunner& Suddart, 2001)
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI
1. Anjurkan periode istirahat.
2. Tenangkan pasien bahwa anda mengetahui nyeri yang dirasakan adalah nyata
dan bahwa anda akan membantu pasien mengurangi nyeri tersebut.
3. Ajarkan pasien strategi baru untuk meredakan nyeri.
4. Melakukan tindakan kolaboratif untuk mengubah penatalaksanaan nyeri jika
diperlukan.
5. Berikan analgesik untuk meningkatkan peredaran nyeri optimal dalam batas
resep dokter.
INTERVENSI
1. Pantau terhadap tanda-tanda hemoragi.
2. Observasi aspirasi lambung terhadap bukti adanya darah.
3. Berikan produk darah sesuai program.
4. Kaji klien terhadap tanda-tanda syok.
5. Evaluasi drainase dari balutan dan penampung drainase
6. Evaluasi TD, nadi, dan frekuensi pernapasan.
3. D.P 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
Data Penunjang Tujuan
Subyektif : Mendapatkan dan mempertahankan status
Keluhan kelelahan menetap nutrisi yang optimal.
Objektif : Kriteria :
Penurunan berat badan progresif Penurunan berat badan tidak berlanjut,
Kemungkinan disfagia pemeriksaan kimia serum dalam rentang
normal, keluhan kelelahan berkurang.
Kelemahan dan anemia
INTERVENSI
1. Pantau :
INTERVENSI
a. Dorong psien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
b. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara.
c. Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh
pasien bila tepat.
d. Sadari efek-efek isolasi pada pasien bila diperlukan untuk
imunosupresi dan impian radiasi.
e. Bantu pasien/orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa
takut untuk memulai mengembangkan strategi koping unuk
menghadapi rasa takut ini.
f. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
g. Izinkan ekspresi marah tanpa konfrontasi dan diekpresikan secara
tepat.
h. Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang.
INTERVENSI
a. Dorong mengungkapkan ketakutan, kekhawatiran, pertanyaan
mengenai penyakit, pengobatan, dan implikasinya dimasa mendatang.
b. Berikan dorongan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga dalam
keputusan perawatan dan pengobatan.
c. Sisihkanw aktu untuk periode menangis dan mengekspresikan
kesedihan.
d. Identifikasi aspek positif dari situasi.
e. Sadari perasaan sendiri tentang kanker, ancaman kematian. Terima
metode apapun yang dipilih pasien/orang terdekat untuk saling
membantu selama proses.
f. Rujuk pada konselor yang tepat sesuai kebutuhan.
g. Rujuk pada program komunitas, bila perlu.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan
perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan, rencana perawatan,
pemenuhan kriteria hasil dan tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif.
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi dari masing-masing
diagnosa tersebut di atas.
Sumber : Bararah, Jauhar, 2013 : 153
F. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA