Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

VERUKA VULGARIS

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat dalam mengikuti

Program Pendidikan Profesi Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Disusun oleh:

Gabrina Watari, S.Ked

206100802001

Pembimbing:

dr. Budi Satria, Sp.DV

KEPANITERAAN KLINIK KSM KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

RSUD dr. DORIS SYLVANUS

PALANGKA RAYA

2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Veruka Vulgaris

Gabrina Watari, S.Ked

206100802001

Pembimbing:

dr. Budi Satria, Sp.DV

Laporan Kasus ini disahkan oleh :

Nama Tanggal Tanda Tangan

dr. Budi Satria, Sp.DV ................................ ............................

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, penyusunan laporan kasus yang berjudul “Veruka Vulgaris” dapat diselesaikan
dengan baik. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk dapat
mengikuti ujian akhir di bagian/SMF Kulit dan Kelamin di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan ini banyak mengalami kendala, namun
berkat dan bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala
yang dihadapi tersebut dapat diatasi.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada dr. Budi Satria, Sp.
DV, dr. Nyoman Yudha Santosa, Sp. KK, dr. Aris Aryadi Tjahjadi Oedi, Sp. KK, dan dr.
Sulistyaningsih, Sp. KK yang juga turut membimbing dan membantu saya dalam penyusunan
laporan kasus ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Kiranya laporan kasus ini dapat berguna dan
membantu dokter-dokter muda selanjutnya maupun mahasiswa jurusan kesehatan lain yang
sedang menempuh pendidikan. Laporan kasus ini berguna sebagai referensi dan sumber bacaan
untuk menambah ilmu pengetahuan.

Palangka Raya, Februari 2023

Gabrina Watari, S.Ked

206100802001

iii
DAFTAR ISI

Halaman Depan ............................................................................................... i


Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................ iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
Daftar Gambar .................................................................................................. iv
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1
BAB II Laporan Kasus .................................................................................... 2
BAB III Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5
3.1. Definisi ..................................................................................................... 5
3.2. Etiologi ...................................................................................................... 5
3.3. Epidemiologi ............................................................................................ 5
3.4. Patogenesis ............................................................................................... 6
3.5. Diagnosis .................................................................................................. 6
3.6. Diagnosis Banding ................................................................................... 11
3.7. Tatalaksana .............................................................................................. 13
3.8. Prognosis ................................................................................................. 17
BAB IV Pembahasan ....................................................................................... 18
BAB V Penutup ............................................................................................... 19
Kesimpulan ...................................................................................................... 19
Daftar Pustaka…………………………………………………………………20

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran papul pada olecranon dextra ................................... 3


Gambar 2.2 Gambaran papul pada Dorsum manus dextra...........................4
Gambar 3.1 Common wart………………......................................................9
Gambar 3.2 Veruka vulgaris........................................................................9
Gambar 3.3 plantar warts............................................................................10
Gambar 3.4 Filiform wart on forearm.........................................................10
Gambar 3.5 Gambaran histopatologi verruca vulgaris...............................11
Gambar 3.6 Klinis Tb kutis verukosa..........................................................12
Gambar 3.7 Gambaran klinis Prurigo Nodularis.........................................13

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Veruka vulgaris merupakan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh virus dari
kelompok human papiloma virus (HPV), dan banyak turunan HPV. Sebagian cenderung
menginfeksi daerah alat kelamin atau anus, menimbulkan kutil genital, sedangkan yang
lain mengkolonisasi jari dan tangan, menimbulkan kutil biasa. Kutil ditularkan melalui
kontak kulit ke kulit sedangkan kutil genital dianggap sebagai penyakit menular seksual.
Veruka vulgaris adalah papul jinak yang dapat timbul di bagian mana saja di kulit.
Veruka lebih sering ditemukan pada anak-anak atau dewasa muda, namun veruka juga
dapat terjadi pada orang tua. Veruka vulgaris dapat muncul dimana saja pada permukaan
kulit, khususnya pada jari, tangan dan lengan. Virus HPV penyebab veruka vulgaris ini
tidak memberikan gejala akut, namun pertumbuhan lesinya bersifat perlahan dan
menyebabkan perluasan fokal daripada sel epitel. Lesi dapat diam dalam periode subklinis
dalam waktu yang lama atau tumbuh menjadi sebuah massa yang secara awam dikenal
sebagai kutil. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya veruka vulgaris
adalah penggunaan tempat pemandian umum, trauma, dan seseorang dengan daya tahan
tubuh yang lemah
Tindakan penatalaksanaan adalah mengeradikasi kelainan yang timbul dan mengurangi
infeksi yang berulang, sehingga upaya pencegahan adalah suatu cara yang sangat
diandalkan dalam mencegah penyebaran infeksi HPV.

1.2 Tujuan
Penulisan laporan kasus ini bertujuan agar penyusun serta pembaca dapat menambah
pengetahuan mengenai penyakit veruka vulgaris dan sebagai salah satu persyaratan agar
dapat mengikuti ujian akhir di KSM Kulit dan Kelamin RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.

1
2

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama penderita : Nn. M
Usia : 17 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pekerjaan : SMA
Alamat : Desa Tumbang Hakau

2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada hari Selasa 14 Februari 2023, pukul 10:00 WIB dengan
pasien sendiri di poliklinik kulit dan kelamin RS Bhayangkara Palangka Raya.
a. Keluhan Utama
Benjolan pada siku dan punggung tangan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan benjolan kecil pada siku sebelah kanan, benjolan ini
sudah dirasakan pasien sejak 2019, awalnya benjolan muncul hanya 1 dan kecil
kemudian lama kelamaan menjadi membesar dan bertambah banyak pada daerah siku
dan mulai muncul benjolan yang lainnya pada punggung tangan kanan. Benjolan ini
tidak disertai dengan rasa gatal ataupun sakit pada pasien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien baru pertama kali menderita seperti ini, pasien mengatakan tidak mempunyai
riwayat penyakit jantung dan DM sejak beberapa tahun yang lalu. Pasien juga tidak
mempunyai alergi makanan ataupun obat-obatan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien, Riwayat hipertensi disangkal,
riwayat atopi disangkal
e. Riwayat kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan mandi dua kali dalam sehari dan hanya dan mengganti baju
ketika sehabis mandi atau ketika badan sudah dirasa lembab.

2
3

f. Riwayat Pengobatan
Pasien membeli obat kutil dari online shop, obat digunakan 1 bulan tetapi dirasa tidak
ada perubahan

2.3 Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
b. Kesadaran : Compos mentis ( GCS : E4M6V5)
c. Tanda-tanda vital
▪ Tekanan darah : 120/87 mmHg
▪ Laju nadi : 87x/menit, kuat angkat, dan regular
▪ Laju napas (RR) : 20x/menit, pernapasan thorako-abdominal
▪ Suhu : 36,6oC (term-gun)
d. Pemeriksaan Generalisata
- Mata : Konjungtiva Anemis -/- dan Sklera ikterik -/-
- Hidung : Tidak ada deformitas
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
- Ekstremitas : Akral hangat +/+, CRT < 2 detik
- Status Dermatologis
a. Regio : Regio olecranon dextra, dorsum manus dextra
b. Efloresensi :
Papul bewarna putih keabuan, multiple, berbatas tegas dengan permukaan
verukos.

Gambar 2.1 Gambaran papul pada olecranon dextra


4

Gambar 2.2 Gambaran papul pada dorsum manus dextra

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan usulan yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan histopatologi

2.5 Diagnosis Banding


▪ Veruka vulgaris
▪ Tuberkulosis kutis verukosa
▪ Keratosis Seboroik

2.6 Diagnosa Kerja


Veruka Vulgaris

2.7 Tatalaksana
Dilakukan Elektrofulgurasi

2.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
5

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Veruka vulgaris adalah papul verukosa yang disebabkan oleh infeksi human papilloma
virus (HPV), adapun tipe dari HPV sendiri adalah HPV 1, 2, 4, 27, 57, dan 63. Virus ini
bereplikasi pada sel-sel epidermis dan ditularkan dari orang-orang. Penyakit ini juga menular
dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh pasien yang sama dengan cara autoinokulasi. Virus ini
akan menular pada orang tertentu yang tidak memiliki imunitas spesifik terhadap virus ini pada
kulitnya. Imunitas pada kutil ini belum jelas dimengerti.1,2,3
Veruka vulgaris dengan klinis lesi hiperkeratotik, eksopitik dan berbentuk kubah,
papula atau nodul terutama terletak pada jari, tangan, lutut, siku atau lainnya pada situs trauma.
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya hiperplasia dari semua lapisan epidermis.
Perubahan seluler yang disebut koilositosis, merupakan karakteristik infeksi HPV.1,4

3.2 Etiologi
Veruka vulgaris adalah jenis kutil yang banyak ditemukan dan disebabkan terbanyak
oleh HPV serotipe 2 dan 4 dapat menyebar karena autoinokulasi dan dalam masa 2 tahun 65%
dapat menghilang spontan . HPV sulit untuk dipahami karena tidak dapat dibiakkan pada kultur
jaringan. Namun kemajuan dalam biologi molekuler telah memungkinkan karakterisasi dari
genom HPV dan identifikasi beberapa fungsi gen HPV. Infeksi HPV tidak hanya umum
ditemukan tetapi juga sulit untuk diobati dan dicegah. Sering ada periode laten yang panjang
dan infeksi subklinis, dan DNA HPV dapat ditemukan pada jaringan normal orang dewasa.5,6,7

3.3 Epidemiologi
Veruka vulgaris merupakan gambaran infeksi HPV yang paling umum, terdapat paling
banyak pada usia 5-20 tahun dan hanya 15% yang terdapat pada usia di atas 35 tahun.13 Data
nasional prevalensi di Indonesia belum diketahui. Di negara-negara dengan layanan medis
yang sangat maju, tingkat rujukan kutil ke klinik dermatologi sudah sangat meningkat dalam
50 tahun terakhir. Semua kalangan usia dapat terkena penyakit ini, tetapi pada bayi dan anak
usia dini jarang ditemukan. Insiden terbanyak pada anak usia sekolah dan mencapai puncaknya
pada masa remaja dan dewasa muda dengan frekuensi kejadian yang sama pada laki-laki dan
perempuan. Veruka vulgaris tersebar luas di seluruh dunia dan diperkirakan terjadi pada 7-12%
dari seluruh populasi.1,9

5
6

3.4 Patogenesis
Human papiloma virus ditularkan secara kontak langsung antara orang dengan orang (kulit
dengan kulit) atau secara tidak langsung dari benda-benda yang dapat menjadi sumber
penularan. Virus dapat bertahan pada lingkungan hangat dan lembab, misalnya lantai kamar
ganti kolam renang, lantai pinggir kolam renang, lantai tempat mandi pancuran dan sebagainya.
Autoinokulasi juga merupakan cara penularan yang penting peningkatan insiden dan resiko
infeksi berulang pada orang yang telah mendapat veruka vulgaris sebelumnya.
Transmisi virus biasanya terjadi pada tempat trauma atau bagian kulit yang terdapat abrasi,
maserasi atau fisura. Virus akan membuat inokulasi pada epidermis melalui defek pada
epitelium. Cara dari HPV menyebabkan infeksi virus memasuki sel punca atau merubah sel
yang terinfeksi menjadi menyerupai sel punca. Setelah masuk, sebuah salinan atau beberapa
salinan dari genom viral berperan sebagai plasmid ekstrakromosom atau episom di dalam
nukleus sel basal epitel yang terinfeksi.
Apabila virus tidak berhasil diinaktivasi oleh sistem imun, keratinosit basal sel inang akan
mengalami replikasi melalui protein E1 dan E2 HPV. Ketika sel ini membelah viral genom
juga bereplikasi dan mengambil tempat pada sel anakan, yang akan mengantarkan infeksi virus
ke lapisan-lapisan epitelium berikutnya.
Progresivitas replikasi akan mempengaruhi permukaan luar epitel yang diikuti dengan
peningkatan protein virus pada setiap sel yang mengalami diferensiasi. Jika kopian DNA virus
telah mencapai jumlah tertentu, keratinosit akan menghasilkan protein L1 dan L2 yang
berperan sebagai kapsid pembungkus virus. Kapsid akan membungkus DNA virus dengan
bantuan protein E2 yang membawa DNA HPV masuk ke inti dari sel inang. Partikel virus
kemudian akan dilepaskan dari keratinosit yang mengalami deskuamasi pada permukaan
veruka, masa inkubasi dari inokulasi hingga menimbulkan veruka bervariasi dari 1-6 bulan
atau lebih.1

3.5 Diagnosis
• Anamnesis
Veruka vulgaris biasanya tidak langsung menimbulkan gejala klinis, terdapat
periode infeksi subklinik yang panjang. Benjolan biasa muncul 2-9 bulan setelah
inokulasi. Biasanya pasien mengeluhkan terdapat benjolan kecil yang padat di daerah
tangan dan kaki, terutama pada jari dan telapak. Veruka vulgaris biasanya tidak disertai
7

dengan gejala-gejala prodromal. Gambaran klinis riwayat penyakit papul yang


membesar secara perlahan biasanya sudah sangat membantu untuk menegakan
diagnosis veruka vulgaris.8,9
Infeksi yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini terbatas pada
epitel dan tidak menyebabkan gangguan sistemik. Veruka vulgaris sering menyerang
anak usia sekolah, prevalensinya sekitar 10-20%. Veruka vulgaris jarang terjadi pada
bayi dan anak usia dini, peningkatan kejadian di antara anak usia sekolah, dan
puncaknya pada 12-16 tahun.8,9
Dari anamnesis ditanyakan mengenai keluhan pasien, meskipun sering tanpa
gejala, tetapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Biasanya berupa kelainan kulit
berupa papul padat verukosa, keratotik, dengan ukuran beberapa mm sampai dengan 1
cm, dan bila berkonfluensi daapat menjadi lebih besar. Lokasinya bisa dimana saja
tetapi sering di punggung, tangan, dan jari tangan. Biasanya asimtomatik, tetapi dapat
nyeri bila tumbuh di palmar atau plantar dan merusak kuku bila tumbuh pada lipatan
atau dibawah kuku.2
Riwayat khasnya yaitu baru didapat, berkembang perlahan, terus-menerus, dan
sering papul yang bersisik pada kulit. Selama beberapa minggu sampai ke bulan,
munculnya lesi tambahan terdekat menunjukkan adanya penyebaran lokal dan
menyimpulkan diagnosis infeksi HPV.1
• Pemeriksaan Fisik
Veruka vulgaris mempunyai ciri yang bersisik, kasar, papula atau nodul yang memutar.
Paling sering terletak di punggung tangan dan jari-jari, tetapi dapat terjadi di mana saja
pada kulit. Walaupun demikian penyebaran dapat ke bagian yang lain dari tubuh termasuk
mukosa mulut dan hidung. Kutil ini berbentuk bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular
atau kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa) dengan goresan
dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena kobner). Common wart sebagian
besar asimtomatik dan memiliki manifestasi klinis yang spesifik. 1,7,4
Secara umum, klasifikasi kutil berdasarkan morfologi dan lokalisasi anatomis. Namun,
studi terbaru menunjukkan bahwa histologis dan klinis karakteristik kutil terutama
ditentukan oleh genotipe virus. 1,2
8

1. Common warts adalah dengan gambaran hiperkeratosis, papula exophytic dan


berbentuk kubah atau nodul biasanya pada tipe HPV-1, -2 atau -4. Tipe ini yang paling
sering terletak di jari, permukaan dorsal tangan, dan situs trauma seperti lutut atau siku,
tetapi dapat terjadi pada setiap lokasi anatomi. Keterlibatan lipatan-kuku (eponychium)
dan terapi ablatif yang dapat merusak matriks, sehingga terjadi onychodystrophy.
Autoinokulasi oleh menggaruk dapat menyebabkan susunan linear kutil.
2. Palmar dan plantar warts muncul dengan ciri yang tebal, papula endofit pada telapak
tangan, telapak kaki, dan bagian lateral tangan dan kaki. Terasa sakit jika berjalan
karena pertumbuhannya ke dalam. Plantar warts yang bergabung menjadi plak besar
disebut kutil mosaik.. jenis plantar dan palmar warts adalah yang jenis HPV 4, 60, 63
dan 65. Dalam sebuah studi besar dari Eropa, mayoritas kutil palmoplantar disebabkan
oleh jenis HPV 2, 27 dan 57
3. Kutil datar, atau veruka planae, adalah kulit yang berwarna atau merah muda,
permukaan licin, sedikit lebih tinggi dan papula datar, paling sering terletak di
punggung tangan, lengan atau wajah,.D isebabkan oleh HPV tipe 3 atau 10, dan kurang
sering oleh 28 dan 29.
4. Filiform warts Memiliki penampilan panjang, penonjolan kecil, tipis dengan diameter
beberapa milimeter terjadi pada daerah, kepala wajah atau leher.1
5. Butcher’s warts , timbul sebagai papula luas verrucous atau lesi seperti kembang kol
di punggung, palmar atau aspek periungual dari tangan dan tangan tukang daging dan
ikan. Butcher warts terkait dengan HPV-7. 2
6. Epidermodysplasia verruciformi (EV) biasanya bermanifestasi pada masa kanak-kanak
dengan kutil persisten dan sering meluas yang tidak surut karena kerentanan yang unik
pada jenis HPV tertentu. Lesi individu yang khas biasanya memiliki gambaran kutil
yang datar atau bersisik datar makula coklat merah yang menyerupai pitiriasis
versikolor, terutama jika terjadi pada batang. Adanya kutil pada sebagian besar tubuh
tetapi tidak untuk pertimbangkan diagnosis. Keterlibatan serviks dan orofaring jarang
terjadi. Kegagalan untuk menghilangkan lesi meskipun pengobatan sudah memadai
merupakan indikasi lain berpotensi menjadi EV. Karena kutil pada EV hampir selalu
kambuh setelah pengobatan, ini berarti adanya kegagalan dalam membentuk respon
imun yang efektif untuk infeksi HPV. Individu dengan EV biasanya tidak memiliki
infeksi bakteri atau virus lainnya. individu immunocompromised, seperti infeksi HIV,
mungkin mempunyai beberapa kutil yang mengandung EV dan β-HPV jenis lainnya
dan sulit untuk diberantas, tapi kelemahan ini diperoleh. SCCs di EV dan imunosupresi
9

biasanya timbul seperti lesi pitiriasis pada daerah yang terkenana matahari. metastasis
regional dan distatnt metastasis dapat terjadi. Meskipun lesi pityriasis-seperti yang
disebabkan oleh jenis EV beresiko untuk menjadi ganas, memiliki resiko tinggi yang
disebabkan oleh HPV-5 dan -8.1

Gambar 3.1 Common wart; (a) digiti manus, (b) hand..

Gambar 3.2 Verruca vulgaris: (a) pada daerah yang sering trauma, (b) doughtnut wart
10

Gambar 3.3 Plantar warts

Gambar 3.4 Filiform wart on forearm

• Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histologis. Verruca terdiri dari epidermis yang akantotik dengan
papillomatosis, hiperkeratosis, dan parakeratosis. Rete ridges yang memanjang seringkali
tertuju langsung pada pusat kutil. Pembuluh darah kapiler dermis ialah prominen dan mungkin
mengalami trombosis. Sel-sel mononuklear mungkin ada. Keratinosit besar dengan nukleus
piknosis eksentrik dikelilingi oleh halo perinukleus (sel koilositotik atau koilosit) merupakan
karakteristik dari papilloma yang dikaitkan dengan HPV. Koilosit yang divisualisasikan
dengan pengecatan Papanicolaou (Pap) menggambarkan tanda terjadinya infeksi HPV. Sel
yang terinfeksi PV mungkin memiliki granul-granul eosinofilik kecil dan kelompok padat
granul-granul keratohialin basofilik. Granul-granul tersebut dapat terdiri dari protein HPV E4
(E1-E4) dan tidak menunjukkan banyaknya partikel-partikel virus. Kutil yang datar kurang
11

memiliki akantosis dan hiperkeratosis dan tidak memiliki parakeratosis atau papillomastosis.
Sel koilositotik biasanya sangat banyak, menunjukkan sumber lesi virus.1
Anogenital kutil mungkin memiliki acanthosis ringan atau luas dan parakeratosis: tidak
memiliki lapisan granular karena berada di dalam atau berdekatan dengan permukaan mukosa.
Rete ridges sering membentuk band tebal memanjang secara luas mendasari vaskular dermis.1

Gambar 3.5 Gambaran histopatologi verruca vulgaris.


Proses ini adalah salah satu contoh hyperplasia yang ekstensif,
dan sel hiperplastik mengandung intranuklear dan intracytoplasmic inclusion body.

Imunohistokimia dengan antibodi dapat mendeteksi protein kapsid ini dalam materi
klinis, termasuk jaringan formalin yang terfiksasi, tetapi tidak sensitif dan tidak rutin dilakukan.
Hibridisasi in situ menggunakan HPV probe jauh lebih sensitif dan dapat digunakan pada
spesimen patologis. 1
Teknik PCR atau jenis EV HPV untuk mendeteksi kulit tetapi umumnya terbatas pada
penelitian dan laboratorium diagnostik. Tes hibridisasi diagnostik yang sangat sensitif dan
spesifik untuk mengidentifikasi jenis-jenis HPV mukosa genital yang tersedia secara umum
(Digene Hybrid Capture 2; Roche Amplicor HPV dan Linear Array HPV Genotyping Tes). 1

3.6 Diagnosis Banding


• Tuberkulosis kutis verukosa
Tuberkulosis kutis adalah manifestasi TB ekstraparu pada kulit. Penyebab
utama tuberkulosis kutis di RSCM ialah Mycobacterium tuberculosis berjumlah 91,5%
sisanya (8.5%) disebabkan oleh mikobakteria Infeksi pada tuberkulosis kutis verukosa
terjadi secara eksogen, jadi kuman langsung masuk ke dalam kulit, oleh sebab itu
tempat predileksinya pada tungkai bawah dan kaki, tempat yang lebih sering mendapat
12

trauma, yang tersering di lutut. Gambaran klinisnya khas sekali, biasanya berbentuk
bulan sabit akibat penjalaran secara serpiginosa, yang berarti penyakit menjalar ke satu
jurusan diikuti penyembuhan di jurusan yang lain. Ruam terdiri atas papul-papul
lentikular di atas kulit yang eritematosa. Pada bagian yang cekung terdapat sikatriks.
Selain menjalar secara serpiginosa, juga dapat menjalar ke perifer sehingga terbentuk
sikatriks di tengah .12
Pada pemeriksaan histopatologi umumnya semua tuberkulosis kutis akan
memberikan gambaran yang serupa dimana didapatkan limfosit, histiosit epiteloid dan
sel raksasa. Perbedaan dari gambaran histopatologi beberapa bentuk tuberkulosis kutan
dipengaruhi oleh variasi dari kemampuan untuk pejamu dalam membentuk
granuloma.12

Gambar 3.6 Klinis TB kutis verukosa

• Keratosis Seboroik
Keratosis seboroik (KS) adalah tumor jinak yang biasanya berpigmen dan umumnya
pada orang tua dan serta berasal dari keratinosit. Keratosis seboroik dapat tumbuh di bagian
tubuh mana saja, paling banyak terdapat di daerah wajah dan badan atas. Lesi yang
ditemukan berupa plak verukosa, papul, atau nodus menempel pada kulit dan
hiperpigmentasi wama cokelat sampai hitam , dengan skuama di atasnya. Papul atau nodus
dapat berupa kubah , permukaan licin tidak berkilat dengan sumbatan pada lubang folikel.
Bentuk lesi sering oval berukuran 1 mm sampai beberapa cm dan bila multipel lesi tersusun
searah lipatan kulit di kelopak mata atau daerah lipatan, lesi dapat bertangkai, biasanya
keratosis seboroik asimtomatik walaupun kadang-kadang dapat gatal dan biasanya berobat
karena keluhan kosmetik.12
13

Biopsi kulit untuk pemeriksaan histopatologis yang secara um um memperlihatkan


pertumbuhan dengan dasar rata setinggi epidermis. Sel keratinosit proliferasi dan
membentuk pseudokista keratin yang jika berhubungan dengan permukaan, terlihat sebagai
lubang dengan sumbat keratin . Terlihat akantosis, papilomatosis, dan hiperkeratosis dalam
berbagai tingkat. Keratosis seboroik yang iritasi menunjukkan proliferasi sel keratinosit,
squamous eddies, dan infiltrat limfositik dalam dermis sehingga harus dibedakan dari
karsinoma sel skuamosa.12

Gambar 3.6 Gambaran keratosis Seboroik14

3.7 Penatalaksanaan
Sebenarnya, sebagian veruka dapat mengalami involusi (sembuh) spontan dalam masa 1
atau 2 tahun. Pengobatan dapat berupa tindakan bedah atau non bedah. Tindakan bedah antara
lain cryoteraphy, bedah listrik, dan bedah laser. Cara non bedah antara lain, asam salisilat,
glutaraldehida, cimetidin oral, bleomycin
• Asam Salisilat
Produk yang mengandung asam salisilat dengan atau tanpa asam laktat sangat efektif
untuk pengobatan veruka vulgaris yang dimana efikasinya sebanding dengan cryotheraphy.
Efek keratolitik asam salisilat membantu untuk mengurangi ketebalan kutil dan dapat
merangsang inflamasi respon. Sebuah persiapan yang mengandung 12-26 % salisilat asam,
mungkin dengan tambahan asam laktat, dalam collodion dasar atau akrilat, pengobatannya
pilihan pertama untuk kutil umum dan plantar.
14

Dalam studi banding penggunaan harian selama 3 bulan mencapai angka kesembuhan
dari 67 % untuk kutil tangan, 84% untuk kutil plantar sederhana dan 45 % untuk kutil mosaik
plantar, membandingkan baik dengan metode lain. Penghapusan permukaan keratin dan sisa-
sisa dari aplikasi sebelumnya dengan menggunakan batu apung, amril papan adalah awal
membantu dalam semua kutil dan penting dalam kutil plantar hiperkeratotik. Namun, abrasio
verenthusiastic merupakan kesalahan yang mungkin meningkatkan penyebaran virus dengan
inokulasi ke dalam kulit yang berdekatan. Setelah kutil kering, deposit keputihan menetap.
Penetrasi ketebal keratin, seperti ditingkatkan oleh oklusi plester perekat, yang menyebabkan
maserasi lapisan keratin dan penurunan fungsi penghalang. Oklusi dapat meningkatkan tingkat
respon untuk pengobatan dengan asam salisilat. Namun dapat sangat iritasi pada kulit wajah,
meskipun sangat berhati-hati aplikasi atau penggunaan formulasi lemah, seperti asam salisilat
4% dicollodion fleksibel, mungkin bisa berhasil. Retinoic acid pula sering digunakan
terutamanya untuk flat warts, dan kemungkinan memiliki mekanisme kerja yang sama.1
Podofilin resin topikal juga merupakan antara pengobatan yang sering digunakan,
terutamanya untuk veruka pada mukosa. Namun Podofilin tidak diberikan pada pasien yang
hamil kerna potensi dari obat ini bisa berubahubah. Bleomycin intralesi bisa menghilangkan
virus HPV sekaligus tetapi harus digunakan dengan berhati-hati karena bisa menyebabkan
nekrosis jaringan yang berlebihan.1
• Glutaraldehida
Sifat virucidal dari glutaraldehida dapat digunakan dalam pengobatan kutil. Sediaannya
berupa glutaraldehid dalam etanol 10 % berair atau dalam formulasi gel. Fakta bahwa
glutaraldehida mengering ke dalam kulit tanpa permukaan deposito berguna aplikasi untuk
kutil pada kaki. Sebuah sediaan Glutaraldehida 20% dalam larutan air menghasilkan 72%
angka kesembuhan untuk berbagai kutil kulit yang berbeda dalam 25 individu. Dermatitis
kontak alergi untuk glutaraldehida yang terjadi sesekali dan nekrosis kulit adalah komplikasi
yang jarang terjadi.4
• Cimetidin
Cimetidin oral dengan dosis 30-40 mg/kgBB/hari telah dilaporkan mampu meresolusi
veruka vulgaris. Dalam sebuah studi terbuka 18 pasien yang diobati dengan 30-40 mg/kg setiap
hari selama 3 bulan, dua pertiga dari mereka menunjukkan resolusi lengkap kutil tanpa
kekambuhan setelah 1tahun. Namun, dalam plasebo terkontrol dari 54 pasien ,tidak ada
manfaat yang signifikan terapi simetidin diamati, dengan sekitar sepertiga merespon baik
pengobatan dan kelompok plasebo. Cimetidin juga telah digunakan pada anak dengan dosis
15

kecil untuk mengobati common wart setelah pengobatan gagal dengan sensitisasi kontak
menunjukkan respon berpotensi.4

• Intralesional bleomycin.
Bleomycin memiliki efikasi yang tinggi dan penting untuk pengobatan veruka vulgaris
terutama yang kronik. Bleomycin yang digunakan memiliki konsentrasi 1 U/mLyang
diinjeksikan di dekat bagian bawah veruka hingga terlihat memucat. Protocol bervariasi, tetapi
biasanya bleomycin sulfat 0.25-1 mg/mL disuntikkansampai tiga kali untuk maksimum dosis
total 4 mg; atau 1000 unit/mL sampai dua suntikan dan total dosis maksimum 2000 unti.
Seorang yang lebih endah konsentrasi 500 unit/mL tampak efektif. Suntikan ke dalam kutil itu
sendiri, dikonfirmasi dengan mengamati blanching dalam lesi, volume per lesi disuntikkan
berkisar antara 0,2 dan 1,0 mL. suntikan sangat menyakitkan dan anastesi local sebelumnya
atau bersamaan harus dipertimbangkan, terutama untuk situs-situs sensitive seperti jari-jari dan
telapak. Sebuah eschar berdarah berkembang 2-3 minggu kemudian; itu dikelupas kebawah,
jika belum mengelupas secara spontan.Studi ini meloprkan tingkat obat untuk kutil sebelumnya
refraktori kutil antara 30100%. Komplikasi local suntikan kuku termasuk kehilangan kuku atau
distropi periungual, seperti pada Fenomena Raynaud.Risiko penyerapan sistemik merupakan
kontrindikasi untuk bleomycin intralesi dalam kehamilan.1,4
• Cryotherapy
Pengobatan ini merupakan lini pertama yang selalu digunakan pada kasus veruka vulgaris.
Cryotherapy merupakan nitrogen cair umum digunakan di praktek rumah sakit. Instrument
canggih yang tersedia untuk memproduksi aliran tipis cairan yang akan diarahkan pada lesi,
dapat juga dengan aplikasi cotton bud yang dicelupkan ke dalam cairan. Setiap keratin yang
tebal harus dikupas. Hal ini akan meningkatkan tingkat penyembuhan kutil plantar yang dalam.
Permukaan mukosa harus akan kering untuk menghindari pembentukan es permukaan, maka
ujung kuncup tidak harus emperan permukaan kutil. Dalam pengobatan standar, aplikasi
dilanjutkan sampai tepi jaringan es (mudah dilihat sebagai warna putih) lebar sekitar 1 mm
berkembang dalam posisi kulit normal sekitar kutil. Hal ini dapat merangsang pengembangan
respon imun.
Setelah pencairan, kedua siklus beku akan meningkatkan angka kesembuhan di kutil
plantar, meskipun manfaat kurang ditandai dalam kutil tangan. Respon terhadap pengobatan
dengan cryotherapy sebanding dengan yang dicapai dengan asam salisilat. Pengobatan diulang
setiap 3 minggu memberikan angka kesembuhan 30-70% untuk kutil tangan setelah 3 bulan.
16

Lebih sering pengobatan dapat meningkatkan respon tetapi akan menyebabkan rasa sakit, dan
interval yang lebih panjang. Jika ini gagal, sebagaimana dapat terjadi selama tonjolan tulang di
kaki, lebih lama aplikasi, biasanya sampai 30 detik, mungkin diulang setelah pencairan, dapat
digunakan untuk mencapai efek destruktif yang lebih besar. Kerugian utama dari pembekuan
adalah nyeri. Hal ini tak terduga dan mengejutkan variable antara pasien, tetapi dalam beberapa
kasus, terutama dengan waktu pembekuan lebih lama, itu bisa berat dan menetap selama
beberap jam atau bahkan beberapa hari.Aspirin oral dan steroid topical yang kuat dapat
membantu. Kulit melepuh, kadang-kadang berdarah, mungkin terjadi dalam satu atau dua hari
namun tidak prasyarat untuk resolusi kutil dan biasanya mengikuti over treatment. Setelah
waktu pembekuan biasa singkat, reaksiakan cenderung diselesaikan dalam waktu 2-3 minggu.
Kadang-kadang, kerusakan jaringan dibawahnya bisa terjadi, misalnya untuk tendon atau
matriks kuku, dan berlebihan kali pembekuan harus dihindari. Depigmentasi mungkin terjadi,
dan bisa menjadi kelemahan kosmetik yang signifikan pada pasien dengan kulit gelap
berpigmen.1,4,9
• Laser
Merupakan pengobatan yang mahal, dan hanya diperuntukkan untuk veruka besar atau
refrakter. Beberapa perawatan mungkin diperlukan. Anestesi lokal atau umum mungkin
diperlukan. Sebuah potensi risiko infeksi nosokomial juga ada di petugas kesehatan, karena
HPV dapat diisolasi pada bulu-bulu dan dapat terhirup. Laser Karbon dioksida telah berhasil
dilakukan, namun prosedur dapat menyakitkan dan meninggalkan jaringan parut. Satu studi
retrospektif mengungkapkan angka kesembuhan dari 64% pada 12 bulan dengan laser karbon
dioksida.1,4,8
• Terapi bedah listrik
- Elektrofulgurasi: penggunaan elektroda mono terminal yang mampu menghasilkan
bunga api tanpa menyentuh jaringan. Indikasi: veruka, skin tag, atau keratosis seboroik
yang berada pada lapisan epidermis (superfisial).1,4
- Elektrodesikasi: pada prinsipnya sama dengan elektrofulgurasi kecuali elektrodanya
kontak dengan jaringan dan tidak menghasilkan bunga api. Walaupun kerusakan
jaringan yang ditimbulkan lebih jika dibandingkan elektrofulgurasi, namun tetap pada
lapisan epidermis (superfisial). Indikasi: keratosis, veruka. Meskipun elektrodesikasi
dan kuretase mungkin lebih efektif daripada cryosurgery, tapi dapat terasa lebih sakit
dan berperan dalam pengumpulan HPV pada kulit.
17

Hindari menggunakan eksisi bedah di sebagian besar keadaan karena risiko jaringan
parut. Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah
komplikasi.1,4,11

3.8 Prognosis
Veruka vulgaris merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, namun juga dapat
menimbulkan komplikasi berupa penyebaran lesi ke bagian tubuh lain, rekurensi, serta
timbulnya bekas berupa jaringan parut. Penyakit ini seringkali bersifat residif walaupun
pengobatan yang diberikan sudah adekuat.2
18

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus kali ini dibahas mengenai pasien di Poli klinik Kulit dan Kelamin
di RS Bhayangkara atas nama nn. M usia 17 tahun dengan diagnosis Veruka Vulgaris.
Berdasarkan anamnesis pasien datang dengan keluhan benjolan kecil pada siku sebelah
kanan, benjolan ini sudah dirasakan pasien sejak 2019, awalnya benjolan muncul hanya 1 dan
kecil pada lama kelamaan dirasa membesar dan menjadi banyak pada daerah siku dan mulai
muncul benjolan yang lainnya pada punggung tangan kanan. Benjolan ini tidak disertai dengan
rasa gatal ataupun sakit pada pasien.
Diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan pada pemeriksaan fisik, berbentuk bulat
berwarna abu-abu, besarnya lenticular atau jika berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan
kasar (verukosa), dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena
kobner). Pada pasein ini sudah dapat di diagnosis dengan veruka vulgaris karena pada
pemeriksaan fisik pasien didaptkan papul bewarna putih keabuan, multiple, berbatas tegas
dengan permukaan verukos.
Pada veruka vulgaris penyakit ini dapat sembuh sendiri dimana veruka vulgaris ini akan
mengalami proses regresi, tatalaksana yang dapat diberikan non bedah antara lain, asam
salisilat, glutaraldehida, cimetidin oral, bleomycin, tindakan bedah antara lain cryoteraphy,
bedah listrik, dan bedah laser. Pada pasien ini dilakukan tindakan elektrofulgurasi, ini
efektivitasnya tinggi dalam menghancurkan jaringan yang terinfeksi dan HPV, penggunaan
elektroda mono terminal yang mampu menghasilkan bunga api tanpa menyentuh jaringan.
KIE juga sangat berperan penting untuk mencegah rekurensi, ataupun penyebaran
veruka vulgaris KIE yang diberikan kepada pasien ini yaitu menganjurkan penderita agar tidak
menggaruk lesi sehingga dapat mencegah menyebarnya lesi ke daerah lain, jangan menyikat,
menjepit, menyisir atau mencukur daerah yang memiliki veruka vulgaris, untuk menghindari
penyebaran virus, jangan menggunakan pemotong kuku yang sama pada veruka vulgaris selagi
menggunakan pada kuku yang sehat, jangan menggigit kuku jika memiliki kutil di dekat kuku.
Pertimbangkan menutupi kutil dengan perban perekat untuk mencegah pencungkilan, jaga
tangan agar kering sebisa mungkin, karena kutil lebih sulit untuk dikendalikan di lingkungan
lembab. cucilah tangan dengan baik setelah menyentuh veruka vulgaris

18
19

BAB V
KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus veruka vulgaris pada pasien Nn. M berusia 17 tahun yang
diperiksa di poliklinik kulit dan kelamin RS Bhayangkara pada tanggal 14 Februari 2023.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan maka diduga
bahwa pasien mengalami veruka vulgaris. Hal ini dikonfirmasi dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Anamnesis yang didapatkan benjolan kecil pada siku sebelah kanan,
benjolan ini sudah dirasakan pasien sejak 2019, awalnya benjolan muncul hanya 1 dan kecil
pada lama kelamaan dirasa membesar dan menjadi banyak pada daerah siku dan mulai muncul
benjolan yang lainnya pada punggung tangan kanan. Benjolan ini tidak disertai dengan rasa
gatal ataupun sakit pada pasien.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan papul bewarna putih keabuan, multiple,
berbatas tegas dengan permukaan verukos. Terapi yang dilakukan pada pasien ini dilakukan
elektrofulgurasi untuk mengangkat veruka vulgaris. Penegakan diagnosa melalui anamnesis
dan pemeriksaan fisik serta pemberian terapi sudah sesuai dengan teori.

19
20

DAFTAR PUSTAKA
1. Androphy, Elliot J., Rowy, Douglas R. Wart: Human Papiloma Virus, Common Wart
edited by Klaus Wolff, Lowell A. Goldsmith, etc. in Fitzpatrick’s Dermatology In
General Medicine, 7 Ed. McGraw-Hill: New York; 2008, p.1914-1922.
2. Cipto Herman. Veruka vulgaris. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ketujuh Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015: Bab
2 .p. 131-32
3. Sylvia A. Price and Lorraine M. Wilson. Pathophysiology: Clinical Concepts od
Disease Processes, E/6, Vol. 2. Elsevier Science Inc. New York; 2006, p.1443.
4. Sterling, J.C. Viral Infection: Human Papiloma Virus, Common Wart in Rook’s
Textbook of Dermatology 7 Ed. Blackwell Publishing Inc. USA:2010, p.25.43-25.45.
th
5. A. Guerra, E. Gonzalez, C. Rodriguez. Common Clinical Manifestations of Human
Papilloma Virus (HPV) infection in The Open Dermatology Journal Vol. 3. Bentham
Open; 2009. p.103-110.
6. G. Fabbrocini, S. Cacciapuoti, G. Monfrecola. Human Papillomavirus Infection in
Child in The Open Dermatology Journal Vol. 3. Bentham Open; 2009. p.111-116.
7. James, William D., Timothy G. Berger, and Dirk M. Elston. Viral Disease: Papovarirus
Group in Andrew’s Diseases of The Skin Clinical Dermatology,10th Ed. Saunders
Elsevier Inc. Canada; 2006, p.403-412.
8. Janik M P, Heffernan M P. Warts. 2008. Dalam : Freedeberg I M et al. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. Ed 7. Vol 2. New York : McGraw Hill Book Co.
2008: 1822-1828
9. Shenefelt P D. 2011. Non Genital Warts. Available from: URL: http://
emedicine.Medscape.com/ article/1133317-overview#a0101. Diakses pada tanggal 12
desember 2012
10. Handoko RP. 2010. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam.
Jakarta : Badan Penerbit FKUI. Hal : 110 – 118.
11. Ammad I. Case Report: Can Periungual Verrucae be Totally Recovered with Single
Long Pulse 1064 nm Nd: YAG Laser Shot?. American Journal of Dermatology and
Venereology. Journal 2015
12. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016.
13. Veruka Vulgaris. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
456789/41474/4/Chapter%20II.pdf. 2014
14. Manaka L, Kadono S, Kawashima M, et al. The mechanism of hyperpigmentation in seborrhoeic
keratosis involves the high expression of endothelinconverting enzyme-1alpha and TNF-alpha, which
stimulate secretion of endothelin 1. Br J Dermatol. 2001;145(6):895-903.

20

Anda mungkin juga menyukai