Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

PYELONEFRITIS AKUT

Pembimbing :

dr. Dina Herdiana Widyatami

Disusun oleh :

Danya Fatimah

INTERNSHIP PUSKESMAS TAMANSARI

PERIODE 17 AGUSTUS 2023 – 16 FEBRUARI 2024

JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul:

“Pyelonefritis Akut”

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program Internship

di Puskesmas Tamansari

Periode 17 Agustus 2023- 16 Februari 2024

Disusun oleh:

Danya Fatimah

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Dina Herdiana Widyatami selaku dokter pembimbing
Puskesmas Tamansari

Jakarta, November 2023


Pembimbing

dr. Dina Herdiana Widyatami

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas berkah dan nikmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul “Pyelonefritis
Akut” tepat pada waktunya. Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu persyaratan
untuk memenuhi tugas Program Internship Puskesmas Tamansari

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan laporan kasus ini:

1. dr. Dina Herdiana Widyatami selaku pembimbing laporan kasus dan yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan menjalani Program
Internship Puskemsas Tamansari
2. Staf yang bertugas di Puskemsas Tamansari
3. Serta rekan-rekan Internship tercinta

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Atas semua keterbatasan yang penulis miliki, maka semua saran dan kritik yang membangun
akan penulis terima untuk perbaikan diwaktu yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, November 2023

Danya Fatimah

iii
DAFTAR ISI
LAPORAN KASUS .................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iv
BAB I.................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................................. 2
LAPORAN KASUS............................................................................................................ 2
2.1. IDENTITAS....................................................................................................... 2
2.2. ANAMNESIS ..................................................................................................... 2
2.3. PEMERIKSAAN FISIK ..................................................................................... 3
2.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG ......................................................................... 5
2.5. DIAGNOSIS ...................................................................................................... 5
2.6. TATALAKSANA ............................................................................................... 6
BAB III ....................................................................................................................... 7
4.1. DEFINISI .................................................................................................. 7
4.2. EPIDEMIOLOGI ...................................................................................... 7
4.3. ETIOLOGI ............................................................................................... 7
4.4. FAKTOR RISIKO..................................................................................... 8
4.5. PATOFISIOLOGI ..................................................................................... 8
4.6. MANIFESTASI KLINIS ........................................................................... 9
4.7. PENEGAKKAN DIAGNOSIS ................................................................... 9
4.8. TATALAKSANA .................................................................................... 10
BAB IV ............................................................................................................................... 12
PEMBAHASAN............................................................................................................... 12
BAB V................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Pielonefritis akut adalah infeksi saluran kemih (ISK) berat pada saluran kemih atas,
tepatnya pada parenkim dan pelvis ginjal. Selama masa kanak-kanak, pielonefritis akut menjadi
salah satu infeksi bakteri paling serius.Secara klinis akan timbul gejala nyeri pinggang dan
nyeri tekan. Infeksi menimbulkan manifestasi inflamasi sistemik berupa demam, menggigil,
dan malaise serta inflamasi saluran kemih berupa frekuensi berkemih, urgensi, dan disuria.
Namun, beberapa pasien tidak mengalami keluhan berkemih atau tidak demam
Insiden akut pielonefritis di dunia mengalami peningkatan. Setiap tahunnya, diperkirakan 1
dari 830 orang di Inggris mengalami pielonefritis. Di korea, tingkat kejadian tahunan adalah
39,1 per 10.000 penduduk. Wanita berisiko lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit
dibdaningkan pria.

Penyebab infeksi dapat diketahui dari urinalisis yang menunjukkan bakteriuria atau
pyuria dan kultur urin yang menunjukkan uropatogen. Sekitar 80-90% kasus pielonefritis akut
disebabkan oleh Organisme lain penyebab infeksi antara lain Klebsiella pneumoniae,
Staphylococcus saprophyticus, Enterococcus sp., Cdanida sp., dan Pseudomonas aeruginosa.
Patogen yang terlibat mirip seperti penyebab sistitis tetapi frekuensi Staphylococcus
saprophyticus lebih rendah pada pielonefritis akut. Persentasi E. coli sebagai agen penyebab
infeksi lebih rendah pada lanjut usia yaitu 60%. Tindakan pemasangan kateter menjadi
predisposisi orang lanjut usia untuk terinfeksi bakteri gram negatif seperti Proteus, Klebsiella,
Serratia, atau Pseudomonas

1
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1.IDENTITAS
Nama : Ny. O
No. RM : 76835
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 29-03-1958
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Manga Besar IV R
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Buddha

2.2.ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Riwayat sering berkemih sedikit demi sedikit sejak 7 hari sebelum masuk Puskesmas

Keluhan Tambahan:
Nyeri pinggang belakang kanan kiri sejak 7 hari lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Puskesmas Tamansari pada tanggal 24 Oktober pada pukul 11.10
WIB, Pasien mengeluhkan sering berkemih tapi sedikit-sedikit, sekalinya berkemih
terasa panas, Pasien sering terbangun pada malam hari untuk berkemih, tetapi sulit
keluar, Pasien juga mengeluhkan terdapat nyeri pada pinggang belakang kanan kiri,
Pasien mengatakan saat masih bekerja sering menahan buang air kecil karena pasien
bekerja di bagian administraasi, pasien minum cukup hingga 2 liter perhari. Riwayat
demam, mual muntah, diabetes mellitus dimana rasa haus dan lapar terus menerus
disangkal, dan hipertensi disangkal.

2
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengatakan pernah terdiagnosa batu ginjal bilateral pada 6 tahun lalu, tetapi
tuntas dengan pengobatan, selanjutnya pasien sudah tidak pernah kontrol

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang mengalami hal serupa

2.3.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2023
Keadaan Umum:
● Kesan sakit: Tampak sakit sedang
● Kesadaran: Compos Mentis (E4V5M6)
Tanda vital:
● Tekanan Darah : 155/59 mmHg
● Frekuensi Nadi : 80x/menit
● Frekuensi Napas : 20 x/menit
● Suhu : 36,5 C
Status Gizi:
● BB: 65 kg
● TB: 150 cm
● Kesan gizi: gizi lebih
Status Generalis:
Kepala: Normosefali
Mata: conjungtiva anemis (-/-), pupil isokor
Kepala
Mulut: Mukosa mulut kering (-), bibir sianosis (-), gusi
berdarah (-)
Leher Pembesaran KGB (-) dan tiroid (-)
Inspeksi
Thorax Simetris kanan/kiri saat inspirasi maupun ekspirasi, retraksi
sela iga (-), Iktus cordis (-)

3
Palpasi
Paru: gerakan dinding dada simetris, vocal fremitus kanan dan
kiri sama
Jantung: iktus kordis teraba pada ICS V medial dari garis
midklavikularis sinistra
Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
Paru: suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung: Terdengar S1 dan S2, irama reguler, murmur (-),
gallop (-)
Inspeksi
Tidak tampak distensi pada abdomen.
Auskultasi
Terdengar bising usus sebanyak 1-3x/menit di seluruh kuadran
abdomen.
Abdomen
Palpasi
Abdomen teraba supel, nyeri tekan di regio lumbal (+/+),
epigastrik (+), nyeri ketok CVA (+/+).
Perkusi
Timpani di seluruh kuadran abdomen
Ekstremitas Atas:
Tidak tampak abnormalitas pada ekstremitas atas, CRT <2
detik
Ekstremitas
Ekstremitas Bawah:
Tidak tampak abnormalitas pada ekstremitas bawah. CRT <2
detik

4
2.4.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium urinalisa (24 Oktober 2023)
Parameter Hasil Nilai Normal
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jenih
Leukosit NEG NEG
Nitrit NEG NEG
Urobilinogen NEG NEG
Protein NEG NEG
Ph 5.0 4,6-7,4
Darah samar NEG NEG
Berat jenis 1.010 1.003-1.030
Keton NEG NEG
Bilirubin NEG NEG
Reduksi NEG NEG
Sedimen urin
Leukosit 10-12 1-5/LPB
Eritrosit 6-8 0-1/LPB
Epitel PENUH NEG
Silinder NEG NEG
Kristal NEG NEG
Bakteri PENUH NEG
Jamur NEG NEG

2.5.DIAGNOSIS
Diagnosis kerja:
Pyelonefritis Akut

Diagnosis banding:
Batu Saluran Kemih

5
2.6.TATALAKSANA
• Medikamentosa:
- Ciprofloxacin 2x500mg selama 14 hari
- Hyoscin 2x10mg

• Non Medikamentosa
- Minum air mineral 2liter/hari
- Jangan menahan buang air kecil
- Menjaga kebersihan genitalia
- Membersihkan genital dari arah depan ke balekanag

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

4.1.Definisi
Pielonefritis akut adalah infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan pada
parenkim dan pelvis ginjal yang berlangsung akut. Pielonefritis terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi saluran kemih yang menyebar melalui jalur asenden dari
kandung kemih ke ginjal

4.2. Epidemiologi
Pielonefritis akut di Amerika Serikat ditemukan pada angka 15 hingga 17 kasus
per 10.000 wanita dan 3 hingga 4 kasus per 10.000 pria setiap tahunnya. Wanita muda
yang aktif secara seksual merupakan pasien yang paling sering terkena pielonefritis
akut. Kelompok dengan usia ekstrem, seperti lansia dan bayi, juga berisiko karena
kelainan anatomi dan perubahan hormon. Sedangkan Prevalensi infeksi saluran kemih
di Indonesia mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahun atau 180.000
kasus baru per tahun

4.3. Etiologi
Penyebab utama pielonefritis akut adalah bakteri gram negatif, yang paling
umum adalah Escherichia coli. Bakteri gram negatif lain yang menyebabkan
pielonefritis akut termasuk Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter. Pada kebanyakan
pasien, organisme yang menginfeksi berasal dari flora tinja. Bakteri dapat mencapai
ginjal melalui 2 cara: penyebaran hematogen dan melalui infeksi asendens dari saluran
kemih bagian bawah. Penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi dan biasanya
terjadi pada pasien dengan obstruksi ureter atau pasien dengan sistem kekebalan tubuh
lemah dan lemah. Kebanyakan pasien akan terkena pielonefritis akut melalui infeksi
asendens.
Obstruksi saluran kemih yang disebabkan oleh sesuatu seperti batu ginjal juga
dapat menyebabkan pielonefritis akut. Obstruksi aliran keluar urin dapat menyebabkan
pengosongan urin tidak tuntas dan stasis yang menyebabkan bakteri berkembang biak
tanpa dikeluarkan. Penyebab pielonefritis akut yang lebih jarang terjadi adalah refluks

7
vesikoureteral, yaitu suatu kondisi bawaan di mana urin mengalir mundur dari kandung
kemih ke ginjal

4.4. Faktor Risiko


● Usia
Usia muda yang aktif secara seksual merupakan pasien yang paling sering
terkena pielonefritis akut. Kelompok dengan usia ekstrem, seperti lansia dan
bayi, juga berisiko karena kelainan anatomi dan perubahan hormon
progesterone yang meningkat
● Jenis kelamin
Wanita memiliki faktor risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya infeksi saluran
kemih karena uretra yang lebih pendek, dekat dengan anus sehingga
memudahkan E-colli untuk menginfeksi, serta pada kehamilan
● Obstruksi
Adanya penyakit obstruksi urologi yang mendasari seperti tumor, striktur, batu
saluran kemih dan pembesaran prostat.
• Koitus perektal
Menyebakan tejadinya infeksi yang disebabkan E-colli
• Pemasangan kateter

4.5.Patofisiologi
E. coli adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut karena
kemampuannya yang unik untuk menempel dan berkoloni di saluran kemih dan
ginjal. E.coli memiliki molekul perekat yang disebut P-fimbriae, yang berinteraksi
dengan reseptor di permukaan sel uroepitel. Ginjal yang terinfeksi E. coli dapat
menyebabkan respon inflamasi akut yang dapat menyebabkan jaringan parut pada
parenkim ginjal. Meskipun mekanisme terjadinya jaringan parut ginjal masih kurang
dipahami, terdapat hipotesis bahwa adhesi bakteri ke sel ginjal mengganggu
penghalang pelindung, yang menyebabkan infeksi lokal, hipoksia, iskemia, dan
pembekuan dalam upaya membendung infeksi. Sitokin inflamasi, toksin bakteri, dan
proses reaktif lainnya selanjutnya menyebabkan pielonefritis total dan, dalam banyak
kasus, gejala sistemik sepsis dan syok.

8
4.6.Manifestasi klinis

- Nyeri pinggang dan nyeri tekan disertai piuria menandakan pielonefritis dan
membedakannya dengan infeksi saluran kemih lainnya,
- Demam biasanya muncul namun bukan merupakan gejala universal.
- Gejala saluran kemih bagian bawah (misalnya frekuensi, urgensi, disuria)
mungkin tidak ada pada 20% pasien
- Tanda dan gejala potensial pielonefritis lainnya adalah sebagai berikut
- Gejala konstitusional (misalnya demam, menggigil, malaise)
- Mual, muntah, dan sakit perut
- Nyeri tekan di perut atau suprapubic
- Takikardia atau hipotensi

4.7. Penegakkan Diagnosis

Tampilan klinis tiap pasien dapat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga
menunjukkan tanda dan gejala menyerupai sepsis. Pemeriksaan fisik menunjukkan
tanda-tanda di bawah ini:

- Demam dengan suhu biasanya mencapai >38,5oC


- Takikardi
- Nyeri ketok pada sudut kostovertebra, unilateral atau bilateral
- Ginjal seringkali tidak dapat dipalpasi karena adanya nyeri tekan dan spasme
otot
- Dapat ditemukan nyeri tekan pada area suprapubic
- Distensi abdomen dan bising usus menurun (ileus paralitik)

Pemeriksaan Penunjang Sederhana

- Urinalisis, Urin porsi tengah (mid-stream urine) diambil untuk dilakukan


pemeriksaan dip-stick dan mikroskopik. Temuan yang mengarahkan kepada
PNA adalah:
- Piuria, yaitu jumlah leukosit lebih dari 5 – 10 / lapang pandang besar
(LPB) pada pemeriksaan mikroskopik tanpa / dengan pewarnaan Gram,
atau leukosit esterase (LE) yang positif pada pemeriksaan dengan dip-
stick.

9
- Silinder leukosit, yang merupakan tanda patognomonik dari PNA, yang
dapat ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik tanpa/dengan pewarnaan
Gram.
- Hematuria, yang umumnya mikroskopik, namun dapat pula gross.
Hematuria biasanya muncul pada fase akut dari PNA. Bila hematuria terus
terjadi walaupun infeksi telah tertangani, perlu dipikirkan penyakit lain,
seperti batu saluran kemih, tumor, atau tuberkulosis.
- Bakteriuria bermakna,yaitu > 104 koloni/ ml, yang nampak lewat
pemeriksaan mikroskopik tanpa /dengan pewarnaan Gram. Bakteriuria
juga dapat dideteksi lewat adanya nitrit pada pemeriksaan dengan dip-
stick.
- Kultur urin dan tes sentifitas-resistensi antibiotic, Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui etiologi dan sebagai pedoman pemberian antibiotik dan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan lanjutan.
- Darah perifer dan hitung jenis, Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya
leukositosis dengan predominansi neutrofil.
- Kultur darah, Bakteremia terjadi pada sekitar 33% kasus, sehingga pada kondisi
tertentu pemeriksaan ini juga dapat dilakukan.
- Foto polos abdomen (BNO) Pemeriksaan ini dilakukan menyingkirkan adanya
obstruksi atau batu di saluran kemih

4.8. Tatalaksana

Penatalaksanaan pielonefritis mencakup tiga pilar, yaitu perawatan suportif,


terapi antibiotik, dan kontrol.

– Perawatan suportif, resusitasi cairan dapat mengurangi keluhan malaise, mual,


dan muntah. Pasien yang diperbolehkan untuk langsung pulang mendapatkan
cairan bolus intravena awal. Sementara itu, pasien yang perlu mendapat
perawatan sementara di unit gawat darurat membutuhkan lebih banyak terapi
cairan dan pasien yang membutuhkan perawatan rumah sakit akibat sepsis atau
syok septik harus mendapatkan resusitasi cairan secara agresif. Resusitasi pada
pasien sepsis atau syok septik dapat menggunakan kristaloid 30 ml/kgBB dalam
3 jam serta obat vasopresor.Obat-obatan juga diberikan untuk mengurangi

10
keluhan. Beberapa jenis obat yang dapat diberikan seperti analgesik, anti piretik,
dan anti mual.
– Terapi antibiotik. Fluorokuinolon dan trimethoprim-sulfametoksazol mencapai
konsentrasi tinggi dalam urin dan jaringan ginjal, dan bekerja sangat baik.
Sefalosporin spektrum luas (dan bila tersedia, pivmecillinam) lebih reliabel
daripada fluorokuinolon atau trimethoprim- sulfametoksazom tapi lebih rendah
bioavaibilitasnya dan bukti yang mendukung untuk penggunaannya pada kasus
pielonefritis akut Durasi terapi untuk mencapai hasil yang sukses berbeda-beda:
Fluorokuinolon atau aminoglikosida dalam 5-7 hari, trimethoprim-
sulfametoksazol dalam 14 hari, ciprofloxacin dalam 14 hari, sefalosporin
spektrum luas dan mecillinam-pivmecillinam dalam 10-14 hari

11
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien perempuan berinisial O usia 65 tahun datang ke puskesmas tamansari


dengan keluhan selalu berkemih sedikit demi sedikit dan dirasakan panas saat berkemih, sering
terbangun pada malam hari sebanyak 4-5x untuk berkemih tetapi sulit untuk mengeluarkanya,
keluhan dirasakan sejak 7 hari lalu, Pasien juga terdapat nyeri pinggang belakang bilateral,
yang dirasakan terus menerus, nyeri tidak menjalar dan di dapatkan VAS 7
Gejala polakisuria, frequency, nokturia dan susah buang air kecil mengarah pada
sistitis, dimana onset 7 hari termasuk dalam katagori akut, nyeri pinggang belakang bilateral
dapat merupakan gejala dari adanya inflamasi pada organ tersebut, seperti pyelonephritis atau
batu ginjal
Pada pemeriksaan fisik abdomen di dapatkan nyeri tekan di regio lumbal (+/+),
epigastrik (+), nyeri ketok CVA (+/+), dan pada pemeriksaan penunjang urinalisa di dapatkan
leukosit 10-12/LPB, eitrosit 6-8/LPB, epitel penuh, bakteri penuh, dimana piuria, yaitu jumlah
leukosit lebih dari 5 – 10 / lapang pandang besar (LPB) pada pemeriksaan mikroskopik tanpa
/ dengan pewarnaan Gram, atau leukosit esterase (LE) yang positif pada pemeriksaan dengan
dip-stick, dimana Silinder leukosit merupakan tanda patognomonik dari PNA, yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik tanpa/dengan pewarnaan Gram. Hematuria, yang
umumnya mikroskopik, namun dapat pula gross. Hematuria biasanya muncul pada fase akut
dari PNA. Bakteriuria bermakna,yaitu > 104 koloni/ ml, yang nampak lewat pemeriksaan
mikroskopik tanpa /dengan pewarnaan Gram.
Pada pasien ini diberikan penatakalsanaan berupa antibiotik ciprofloxacin 2x500mg
selama 14 hari dimana ciprofloxacin adalah antibiotik bakterisidal spektrum luas, kelas
fluorokuinolon. Ciprofloxacin bekerja dengan cara berikatan dengan enzim pada bakteri yaitu
DNA gyrase dan topoisomerase. Ciprofloxacin akan menginhibisi replikasi DNA
diberikan Hyoscin 2x10mg apabila terdapat nyeri abdomen yang sangat mengganggu
dimana Hyoscin Akan terikat di reseptor-reseptor muskarinik dan menghalangi reseptor-
reseptor ini terhadap aktivitas asetilkolin yang berlokasi pada akhir saraf parasimpatik post
ganglionik dan pada sel-sel otot polos. Keadaan tersebut akan menghasilkan efek
antispasmodik berupa relaksasi otot-otot polos traktus gastrointestinal, traktus urinarius,

12
uterus, dan bilier. Serta diberikan edukasi mengenai Edukasi minum air mineral 2 liter/hari
menjaga higenitas genital dan membersihkan genitalia dari arah depan kebelakang.

13
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Johnson JR, Russo TA. Acute pyelonephritis in adults. N Engl J Med.


2018;378(1):48–59
2. Nikolaidis P, Dogra VS, Goldfarb S, Gore JL, Harvin HJ, Heilbrun ME, et al. ACR
appropriateness criteria. acute pyelonephritis. J Am Coll Radiol. 2018;15(11):232–
9.
3. Morello W, La Scola C, Alberici I, Montini G. Acute pyelonephritis in children.
PediatrNephrol. 2016;31(8):1253–65
4. Nurislami Salsabila, Hardibrata Exsa, Pramesona B,A, Oktarlina R,Z. Pielonefritis
Akut: Diangosis dan Tatalaksana. Majority. 2023;11(2): 82-85
5. Belyayeva M, Jeong JM. Acute Pyelonephritis. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022.
6. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta. 2017:380-384

14

Anda mungkin juga menyukai