Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA USIA 45 TAHUN DENGAN


EFUSI PLEURA

Disusun oleh:
Theresia Setiyani, S.Ked
226100802068

Pembimbing :
dr. Itna Warnida, Sp. P

KEPANITERAAN KLINIK
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

“SEORANG WANITA USIA 45 TAHUN DENGAN EFUSI PLEURA”

Theresia Setiyani, S.Ked


226100802068

LAPORAN KASUS
Diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam

Referat ini disahkan oleh :

Nama Tanggal Tanda Tangan

dr. Itna Warnida, Sp. P ……………. …………….

1
PERNYATAAN KEASLIAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Theresia Setiyani, S.Ked
NIM : 226100802068
Jurusan : Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangka Raya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Kasus yang berjudul


“SEORANG WANITA USIA 45 TAHUN DENGAN EFUSI PLEURA” ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan peniruan terhadap hasil
karya dari orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai
dengan cara-cara penulisan yang berlaku. Apabila dikemudian hari terbukti atau
dapat dibuktikan bahwa referat ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk
peniruan lain yang dianggap melanggar peraturan maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.

Palangka Raya, Mei 2023

Theresia Setiyani, S.Ked


226100802068

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Seorang Wanita Usia 48 Tahun dengan Efusi Pleura.” Laporan kasus ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu penyakit dalam
di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya. Penulis menyadari banyaknya kendala
dalam penyusunan laporan kasus ini, namun berkat bantuan, arahan dan motivasi
dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi kendala-kendala yang ada.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Itna
Warnida,Sp.P sebagai pembimbing saya yang telah meluangkan waktu, pikiran,
tenaga serta mencurahkan perhatian pada proses penyusunan laporan kasus ini,
serta orang tua dan saudara saya yang telah memberikan motivasi dan dukungan
kepada saya serta teman-teman saya yang telah memberikan semangat kepada
saya sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, kiranya laporan kasus ini
diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan ilmu pengetahuan baru bagi
dokter-dokter muda yang lain, maupun teman-teman yang sedang menempuh
jurusan kesehatan.

Palangka Raya, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN......................................................................iii

KATA PENGANTAR.................................................................................iv

DAFTAR ISI................................................................................................v

BAB I (PENDAHULUAN).........................................................................1

BAB II (LAPORAN KASUS)

2.1 IDENTITAS PASIEN.........................................................................2

2.2 ANAMNESIS.....................................................................................2

2.3 PEMERIKSAAN FISIK.....................................................................3

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG........................................................6

2.5 DAFTAR MASALAH........................................................................10

2.6 DIAGNOSIS KERJA..........................................................................11

2.7 TATALAKSANA...............................................................................11

2.8 PLANNING........................................................................................12

2.9 PROGNOSIS......................................................................................12

2.10 FOLLOW UP....................................................................................12

BAB III (TINJAUAN PUSTAKA)

3.1 DEFINISI EFUSI PLEURA...............................................................26

3.2 ETIOLOGI EFUSI PLEURA.............................................................26

3.3 FAKTOR RISIKO EFUSI PLEURA..................................................27


3.4 DIAGNOSIS EFUSI PLEURA..........................................................28

3.5 PATOFISIOLOGI EFUSI PLEURA..................................................29

3.6 TATA LAKSANA EFUSI PLEURA.................................................30

3.7 DEFINISI EFUSI PLEURA MALIGNANSI.....................................30

3.8 EPIDEMIOLOGI EFUSI PLEURA MALIGNANSI........................31

3.9 PATOFISIOLOGI EFUSI PLEURA MALIGNANSI........................31

3.10 DIAGNOSIS EFUSI PLEURA MALIGNANSI..............................32

3.11 TATA LAKSANA EFUSI PLEURA MALIGNANSI.....................33

BAB IV (PEMBAHASAN).........................................................................34

BAB V KESIMPULAN...............................................................................38

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN

Pleura adalah membran serosa yang terlipat di permukaan paru sehingga


membentuk struktur membranosa 2 lapis. Pleura terbagi menjadi pleura parietal
yang melekat pada dinding dada dan pleura visceral yang melekat pada paru dan
struktur lainnya. Kedua bagian ini akan terbentuk ruang yang disebut kavitas
pleura yang berisi cairan pleura dalan jumlah sedikit. Cairan pleura utamanya
diproduksi oleh pleura parietal dan di reabsorbsi melalui limfatik pleura melalui
stomata yang ada di pleura parietal. Normalnya, kavitas pleura berisi kira-kira 0,3
mL/kg cairan atau 10-20 mL dengan konsentrasi protein yang rendah.1
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan di kavitas pleura. Hal ini terjadi
karena berbagai penyebab seperti infeksi, keganasan, peradangan yang terjadi
pada jaringan parenkim atau gagal jantung kongestif. Penelitian di Jerman
menyatakan insidensi efusi pleura mencapai 400.000-500.000 per tahun. Pada
penelitian ini juga, penyebab umum efusi pleura adalah gagal jantung kongestif,
kanker, pneumonia dan embolisme pulmonal. Insidensi di Amerika juga mencapai
1,5 juta pertahun dengan mortalitas tertinggi dalam 12 bulan di asosisasikan
dengan keadaan seperti usia lansia, keparahan penyakit, keganasan maupun
penyakit pulmonal.1 Insidensi efusi pleura di Indonesia tidak diketahui hingga
kini. Prevalensi efusi pleura di Indonesia mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi
saluran napas lainnya dengan tuberkulosis sebagai penyebab utama pada negara
berkembang.2,3 Penderita efusi pleura seringkali ditemukan pada pasien yang
berusia 44 sampai 49 tahun keatas dengan laki-laki sebagai jenis kelamin yang
tersering.3

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. F
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Tahun
Alamat : Sampit
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SLTP
Agama : Islam
Ruangan : Gardenia
No RM : 42.01.45
Masuk Rumah Sakit : Jumat, 24 Maret 2023

2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Sesak napas sejak 2 bulan yang lalu dan memberat sejak 10 hari sebelum masuk
rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
(Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan suami
pasien pada tanggal 29 Maret 2023 di Ruang Perawatan Gardenia)
Pasien merupakan pasien rujukan dari rumah sakit di Sampit. Pasien datang
ke poli paru RS dr. Doris Sylvanus dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan
yang lalu dan memeberat sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak
dirasakan memberat saat melakukan aktivitas ringan dan berkurang saat istirahat,
duduk maupun berbaring. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, debu maupun
makanan. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur akibat sesak, sehingga pasien harus
tidur dengan posisi duduk dan mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Selain itu
pasien juga mengeluhkan batuk kering sejak bulan Oktober 2022 dan memberat 2
bulan yang lalu dan pasien mengakui semakin hari batuk yang dirasakan pasien
semakin memberat. Batuk tidak mengeluarkan dahak, dan disertai darah hanya di

2
3

pagi hari. Keluhan disertai lemas, demam saat malam hari, namun keringat saat
malam hari disangkal pasien, mual dan muntah serta nyeri dada pada area kiri dan
kanan, berat badan menurun dari 70 kg menjadi 50 kg dalam waktu 4 bulan
terakhir.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Asma (-)
- Diabetes Melitus (-)
- Penyakit jantung (-)
- Penyakit paru (-)
- Hipertensi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat Asma : Ayah pasien serta 3 saudara pasien
- Penyakit jantung (-)
- Hipertensi (-)
- Penyakit paru (-)
Riwayat Pengobatan :
Pasien mendapatkan pengobatan durogesic patch 12µmg dan vitamin B kompleks di
Sampit.
Riwayat Sosial dan Kebiasaan :
- Pasien tinggal di daerah banyak pepohonan dengan ventilasi dan pencahayaan
baik.
- Pasien memiliki kebiasaan berjemur pagi dari jam 7 hingga jam 9 pagi
- Suami pasien merupakan perokok aktif dengan vape.
- Pasien rutin mengonsumsi buah (apel)
- Pasien jarang makan makanan berlemak dan bersantan
- Pasien tidak mengonsumsi minuman beralkohol

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


1. Kesan Umum
A. Keadaan Umum
- Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
- Berat badan : 50 kg
4

- Tinggi : 155 cm
IMT : 26,8 (Berat Ideal)
B. Tanda - Tanda Vital
- Tekanan darah : 127/91 mmHg
- Nadi : 94 x/menit, kuat angkat, reguler, isi cukup
- Frekuensi napas : 20x/ menit, retraksi (-) intercosta, penggunaan otot
bantu napas (-)
- Suhu : 35oC (Kepala)
- SpO2 : 90% -> Free air
2. Pemeriksaan Fisik
A. Kepala
- Ukuran : Normocephali
- Rambut : Berwarna hitam, terdistribusi rata, tidak mudah dicabut (+)
- Wajah : Pucat (-)
- Mata
● Konjungtiva : Anemis -/-
● Sklera : Ikterik -/-
● Palpebra : Edema -/-
● Pupil : Isokor kanan=kiri
- Telinga : Simetris (+/+), sekret (-/-)
- Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), tidak terpasang NGT, deviasi septum (-),
sekret (-)
- Lidah
● Mukosa : Basah, tidak pucat
● Permukaan : Tampak kemerahan, stomatitis (-)
● Rongga mulut : Tampak kemerahan

B. Leher
- Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
- Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran
- Tekanan Vena Jugularis : JVP 5±2 cmH2O, Refleks Hepatojugular (-)
- Kaku kuduk : (-)
5

C. Thorax
Tabel 2.1 Pemeriksaan paru
Pulmo Anterior Posterior

Inspeksi Simetris statis dan dinamis Simetris statis & dinamis,


Retraksi (-), otot bantu nafas massa (-)
(+/+), massa (-)
Palpasi  Fremitus vocal  Fremitus vocal
normal/menurun, menurun/normal,
 Ekspansi dada  Ekspansi melambat/normal,
normal/melambat  Krepitasi (-)
 Krepitasi (-)
Perkusi - +  Redup + -
- + + -
- + + -
 Redup
 Nyeri ketuk (-)

 Nyeri ketuk (-)


Auskultasi + - - +
+ - - +
+ - - +
 Vesikuler  Vesikuler

(menurun pada seluruh lapang (Menurun pada seluruh lapang paru


paru kiri) kiri)
 Rhonki -/-  Rhonki -/-
 Wheezing -/-  Wheezing -/-

Tabel 2.2 Pemeriksaan fisik jantung

Inspeksi Iktus kordis tidak terlihat


Palpasi Iktus kordis teraba di ICS 5 midklavikularis sinistra, thrill (-),
Perkusi Batas kanan jantung di Linea parasternalis dekstra setinggi ICS IV,
Batas kiri jantung di linea midklavikularis sinistra setinggi ICS V,
Auskultasi S1-S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).
6

D. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : Datar, distensi (-), Caput medusae (-), Venektasi vena (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 10x/menit
Palpasi : Massa (-), Nyeri tekan (-) regio epigastrium, Defans muskuler (-),
Ballotement (-), Hepatomegali (-) hepar tidak teraba. Splenomegali (-), Tidak
ditemukan pembesaran hepar, Tidak ditemukan pembesaran lien, Tidak
ditemukan pembesaran ginjal
Perkusi : Timpani pada 9 regio, ascites (-), Nyeri ketok CVA -/- ,
Ascites (-), shifting dullness (-), undulasi (-)
E. Ekstremitas
Clubbing Finger : Tidak ditemukan
Kulit : Akral hangat diseluruh ekstremitas, CRT < 2 detik
Tabel 2. 3 Pemeriksaan fisik ekstremitas
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Pemeriksaan
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Kekuatan 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Sensorik : Raba Halus, Rangsang Nyeri, dan Suhu dalam batas normal
Edema : Tidak ditemukan

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


2.4.1. Hematologi Klinik
Tabel 2.4 Pemeriksaan Hematologi Klinik 27 Maret 2023

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL


Hemoglobin 10.1 g/dL 13,5 - 18,0 g/dL
Leukosit 8.5 x 103/uL 4.50 - 11.00 x 103/uL
Eritrosit 4.1 x 106/uL 4 - 6 x 106/uL
Trombosit 302 x 103/uL 150 - 400 x 103/uL
Hematokrit 30 % 37 - 36%
MCV 75 fL 80 - 100 fL
7

MCH 25 fg 27 - 34 fg
MCHC 32 g/dl 32 - 36 g/dl

2.4.1. Kimia Klinik


Tabel 2. 5 Pemeriksaan Kimia Klinik 24 Maret 2023

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL


Glukosa Sewaktu 158 mg/dl <200 mg/dl
Ureum 22 mg/dl 21-53 mg/dl
Kreatinin 0,61 mg/dl 0,17 – 1,5 mg/dl
2.4.2. Elektrolit
Tabel 2. 6 Pemeriksaan Elektrolit 24 Maret 2023

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL


Natrium (Na) 136 mmol/l 135-148 mmol/l
Kalium (K) 3,1 mmol/l 3,5-5,3 mmol/l
Calcium (Ca) 1,21 mmol/l 0,98 – 1,2 mmol/l

2.4.3. Imunoserologi
Tabel 2. 7 Pemeriksaan HBs Ag pada 24 Maret 2023
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
HBs AG NEGATIF NEGATIF

2.4.4. Pemeriksaan Radiologi


Gambar 2. 3 Pemeriksaan Foto Thorax 28 Maret 2023
8

Interpretasi
1. Posisi : AP
2. Trakhea berdeviasi ke kanan
3. Bercak infiltrat di lapang paru kanan
4. Efusi pleura kiri masif
5. Cor tidak dapat dinilai
6. Sinus dan hemidiaphragma kanan baik, kiri mengabur
7. Tulang-tulang intak
Kesan:
- Efusi pleura sinistra
- Cor tidak dapat dinilai
- Bronkopneumonia kanan

Gambar 2.4 Pemeriksaan Foto Thorax 5 April 2023

Interpretasi :
9

1. Terpasang water seal drainage (WSD) di hemitorak kiri dengan tip


setinggi ICS 4 posterior kiri.
2. Cor batas kiri sulit dinilai, sinus kostofrenikus dan diafragma kiri tertutup
lesi opasitas homogen, sinus costofrenikus kanan tumpul, diafragma kanan
normal.
3. Trachea di tengah.
4. Tampak lesi opasitas homogen di hemithorak kiri atas sampai bawah,
tampak sedikit mendorong jantung.
5. Pulmo : hilus kanan normal, kiri tertutup jantung, corakan
bronkhovaskuler meningkat.
6. Tampak bercak infiltrat di perihiler kanan.
7. Tulang : tampak lesi osteolitik destruksi pada costa 4 posterior kiri.
8. Corpus vertebra Th 6-7, 9 tampak sklerotik, proses osteoblastik.
9. Jaringan lunak tidak tampak kelainan.
Kesan :
1. Efusi pleura massif, dekstra minimal -> Belum Perbaikan
2. Bronkhopneumonia DD/ Lymphangitic spread.
3. Lesi osteolitik destruksi pada costa 4 posterior kiri dan proses osteoblastik
Corpus vertebra Th 6-7, 9 ec proses metastase pada tulang.

Gambar 2.5 Gambar Pemeriksaan CT Scan dengan Kontras tanggal 17 April


2023
10

Interpretasi :
1. Tampak gambaran lusent avascular pada lateral hemithoraks kiri dengan
kolaps paru kiri dan tampak struktur padat heterogen pada bagian paru
kiri yang kolaps yang mungkin merupakan massa padat paru yang
menyebabkan obstruksi total pada cabang bronkus kiri. Ukuran massa
kurang lebih 7,6 cm.
2. Tampak sisa jaringan paru normal pada lapang atas.
3. Tampak efusi pleura bilateral posterior.
4. Jantung masih letak sentral, trakhea sedikit terdesak ke kanan.
5. Terpasang WSD pada hemithoraks kiri.
6. Abdomen yang terscan dalam batas normal.
Kesan :
1. Hidropneumothoraks kanan dengan kolaps pru kiri yang disebabkan oleh
massa padat paru kiri yang mengobstruksi cabang bronkus kiri
2. Efusi pleura kanan posterior
3. Bronkopneumonia paru kanan bawah (parakardial kanan)
4. Kedudukan WSD baik

2.4.6 Pemeriksaan Sitopatologi cairan pleura pada 12 April 2023


Pemeriksaan makroskopis : 150 cc cairan pleura berwana orange
Pemeriksaan mikroskopis : Sediaan apus cairan pleura terdiri dari sel radang
PMN, limfosit dan histosit yang tersebar, tampak sel-sel mesotel dengan inti sel
dalam batas normal, tidak tampak sel tumor ganas
Kesimpulan : Peradangan non spesifik pada cairan pleura

2.5 DAFTAR MASALAH


1. Anamnesis
- Sesak dan nyeri dada kiri dan kanan
- Lemas
- Penurunan nafsu makan
- Perurunan berat badan 70 kg menjadi 50 kg
11

- Batuk tidak berdahak


- Demam hilang timbul > 1 bulan
- Mual dan muntah
- Pusing
2. Pemeriksaan fisik
- Tampak sakit sedang
- Redup (+) pada seluruh lapang paru kiri
3. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
 Anemia mikrositik hipokromik (10.1 g/dL, MCV 75 fl, MCH 25 fg)
 Penurunan hematokrit (30%)
 Hipokalemia ( 3,1 mmol/l)
 Hiperkalsemia (1,21 mmol/l)
- Rontgen Thorax : Efusi pleura sinistra, bronkopneumonia paru kanan
- CT scan kontras : gambaran massa paru pada paru kiri
2.6 DIAGNOSIS KERJA
 Efusi pleura sinistra
 Bronkopneumonia pulmo dextra
 Anemia mikrositik hipokromik
 Hipokalemia dan hiperkalsemia
 Sidrom dispepsia

2.7 TATALAKSANA
 IVFD RL 15 tpm
 Ceftazidime 2 x 1 mg IV
 Drip Aminophilin dalam RL 500 cc 150 mg
 Metilprednisolone 1 x 62,5 mg IV
 Ketorolac 3 x 30 mg IV
 Omeprazole 2 x 40 mg IV
Per Oral :
12

 Salbutamol 3x1 mg
 Codein 3 x 10 mg
 OBH Syrup (Ammonium klorida) 3 x 15 ml
 Nebulisais Ventolin (Salbutamol) / 8 jam
2.8 PLANNING
 Pro water seal drainage (WSD)
 Analisis cairan pleura
 Tes TCM untuk TB
2.9 PROGNOSIS
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

2.10 FOLLOW UP
Tabel 2.8 Pemeriksaan Follow Up
Tangg
S O A P Instruksi
al
13

30 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm Rencana


Maret berkura sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x WSD
2023 ng Kesadaran : Compos sinistra 62,5 mg
mentis (E4V5M6) Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
TTV : TD (138/84 Inj. Aminofilin dalam RL 500
mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(90x/menit, kuat
angkat, egular), Napas
(24x/menit), Suhu
(36.7oC) SpO2 : 97%
free air
Pulmo:
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-)

31 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm Rencana


Maret kadang sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x WSD
2023 - Kesadaran : Compos sinistra 62,5 mg
kadang mentis (E4V5M6) Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
TTV : TD (141/97 Inj. Aminofilin dalam RL 500
mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(85x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas
(23x/menit), Suhu
(37oC) SpO2 : 98% free
air
Pulmo:
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-)
31 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm Rencana
Maret berkura sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x WSD
14

2023 ng Kesadaran : sinistra dd 62,5 mg


Compos mentis TB dd Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
(E4V5M6) malignancy Inj. Aminofilin dalam RL 500
TTV : TD (149/96 ml 1 x 150 mg
mmHg), HR
(89x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas
(20x/menit), Suhu
(36.7oC) SpO2 : 95%
free air
Pulmo:
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-)

1 April Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm Rencana


2023 berkura sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x WSD
ng Kesadaran : Compos sinistra dd 62,5 mg
mentis (E4V5M6) TB dd Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
TTV : TD (149/96 malignancy Inj. Aminofilin dalam RL 500
mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(89x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas Per oral :
(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.7oC) SpO2 : 95% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-)
3 April Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm Rencana
23 berkura sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x WSD
ng Kesadaran : Compos sinistra dd 62,5 mg
mentis (E4V5M6) TB dd Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
15

TTV : TD (142/96 malignancy Inj. Aminofilin dalam RL 500


mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(86x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas Per oral :
(22x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.2oC) SpO2 : 97% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-)

4 April Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm Post


2023 berkura sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x pemasangan
ng Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg WSD.
mentis (E4V5M6) WSD hari 1 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg Alirkan
TTV : TD (139/97 Inj. Aminofilin dalam RL 500 cairan
mmHg), HR ml 1 x 150 mg maksimal
(92x/menit, kuat 2000 cc/ 24
angkat, reguler), Napas Per oral : jam
(21x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.7oC) SpO2 : 97% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-)
6 April Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm
2023 berkura sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
ng Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
mentis (E4V5M6) WSD hari 3 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
TTV : TD (121/75 Inj. Aminofilin dalam RL 500
mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(97x/menit, kuat
16

angkat, reguler), Napas Per oral :


(22x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.9oC) SpO2 : 98% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-)

Cairan yang dihasilkan


WSD : 500 m/24 jam

7 April Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


2023 berkura sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
ng, Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
Adanya mentis (E4V5M6) WSD hari 4 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
rasa TTV : TD (121/75 Inj. Aminofilin dalam RL 500
nyeri mmHg), HR ml 1 x 150 mg
pada (97x/menit, kuat
area angkat, reguler), Napas Per oral :
pemasa (22x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
ngan (36.9oC) SpO2 : 98% Codein 3 x 10 mg
WSD free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
Redup (+/-)

WSD : 300 mL/24 jam

8 April Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


2023 berkura sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
ng Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
mentis (E4V5M6) WSD hari 5 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
TTV : TD (144/95 Inj. Aminofilin dalam RL 500
17

mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(97x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas Per oral :
(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.7oC) SpO2 : 99% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-), WSD :
300 mL/24 jam

10 Nyeri KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April pada sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
2023 area Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
pemasa mentis (E4V5M6) WSD hari 7 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
ngan TTV : TD (126/71 Inj. Aminofilin dalam RL 500
WSD mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(90x/menit, kuat Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
angkat, reguler), Napas
(22x/menit), Suhu
(36.7oC) SpO2 : 98% Per oral :
free air Salbutamol 3 x 1 mg
Pulmo: Codein 3 x 10 mg
Inspeksi : massa (-), OBH Syr 3 x 15 ml
simetris (+), retraksi (-), Nebulizer ventolin / 8 jam
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-),WSD :
300 mL/24 jam
11 Nyeri KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm
April pada sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
2023 area Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
pemasa mentis (E4V5M6) WSD hari 8 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
ngan TTV : TD (138/81 Inj. Aminofilin dalam RL 500
WSD mmHg), HR ml 1 x 150 mg
18

(97x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas Per oral :
(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.5oC) SpO2 : 96% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-),WSD :
300 mL/24 jam

12 Nyeri KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April pada sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
2023 Area Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
WSD mentis (E4V5M6) WSD hari 9 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
TTV : TD (127/77 Inj. Aminofilin dalam RL 500
mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(90x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas Per oral :
(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.7oC) SpO2 : 98% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-),WSD :
300 mL/24 jam

13 Nyeri KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm ● Rencana


April pada sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x Bronkoskopi
2023 Area Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
WSD mentis (E4V5M6) WSD hari Inj. Ketorolac 3 x 30 mg ● CT scan
TTV : TD (128/83 10 Inj. Aminofilin dalam RL 500 dengan
mmHg), HR ml 1 x 150 mg kontras pada
(99x/menit, kuat Senin, 17
19

angkat, reguler), Napas Per oral : April 2023


(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.4oC) SpO2 : 95% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-),WSD :
500 mL/24 jam

14- Nyeri KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm ● Rencana


Apr- pada sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x Bronkoskopi
23 area Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
WSD mentis (E4V5M6) WSD hari Inj. Ketorolac 3 x 30 mg ● CT scan
TTV : TD (136/67 11 Inj. Aminofilin dalam RL 500 dengan
mmHg), HR ml 1 x 150 mg kontras pada
(94x/menit, kuat Senin, 17
angkat, reguler), Napas Per oral : April 2023
(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.5oC) SpO2 : 95% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-)
Produksi WSD : 700
cc/24 jam

15 Nyeri KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm ● Rencana


April pada sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x Bronkoskopi
2023 area Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
WSD, mentis (E4V5M6) WSD hari Inj. Ketorolac 3 x 30 mg ● CT scan
sesak TTV : TD (138/87 15 Inj. Aminofilin dalam RL 500 dengan
berkura mmHg), HR ml 1 x 150 mg kontras pada
ng (99x/menit, kuat Senin, 17
20

angkat, reguler), Napas Per oral : April 2023


(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.5oC) SpO2 : 95% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-),WSD :
500 mL/24 jam

17 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April (-), sedang Pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
2023 batuk Kesadaran : Compos Sinistra on 62,5 mg
(-), mentis (E4V5M6) WSD hari Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
demam TTV : TD (130/77 16 Inj. Aminofilin dalam RL 500
(-) mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(99x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas Per oral :
(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.5oC) SpO2 : 95% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-),WSD :
300 mL/24 jam

18 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April (-) sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
2023 Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
mentis (E4V5M6) WSD hari Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
TTV : TD (124/75 17 Inj. Aminofilin dalam RL 500
mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(99x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas Per oral :
21

(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg


(36.5oC) SpO2 : 95% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-),WSD :
500 mL/24 jam

19 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April (-), sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
2023 Nyeri Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
(-) mentis (E4V5M6) WSD hari Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
TTV : TD (122/74 18 Inj. Aminofilin dalam RL 500
mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(99x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas Per oral :
(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.5oC) SpO2 : 95% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-),WSD :
300 mL/24 jam

20 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April (-), sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
2023 Nyeri Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
(-) mentis (E4V5M6) WSD hari Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
TTV : TD (104/60 19 Inj. Aminofilin dalam RL 500
mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(99x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas Per oral :
(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
22

(36.5oC) SpO2 : 95% Codein 3 x 10 mg


free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-),WSD :
300 mL/24 jam

21 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April (-) sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
2023 Kesadaran : Compos sinistra on 62,5 mg
mentis (E4V5M6) WSD hari Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
TTV : TD (138/87 20 Inj. Aminofilin dalam RL 500
mmHg), HR ml 1 x 150 mg
(99x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas Per oral :
(20x/menit), Suhu Salbutamol 3 x 1 mg
(36.5oC) SpO2 : 95% Codein 3 x 10 mg
free air OBH Syr 3 x 15 ml
Pulmo: Nebulizer ventolin / 8 jam
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-)

Produksi WSD : 700 ml

22 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April (-) sedang pleura Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
2024 Kesadaran : Compos sinitra on Inj. Aminofilin dalam RL 500
mentis (E4V5M6) WSD hari ml 1 x 150 mg
TTV : TD (100/59 21
mmHg), HR Per oral :
(99x/menit, kuat Salbutamol 3 x 1 mg
angkat, reguler), Napas Codein 3 x 10 mg
(20x/menit), Suhu OBH Syr 3 x 15 ml
23

(36.5oC) SpO2 : 95% Nebulizer ventolin / 8 jam


free air
Pulmo:
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-), WSD :
500 mL/24 jam

24 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April (-), sedang pleura Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
2023 Nyeri Kesadaran : Compos sinistra on Inj. Aminofilin dalam RL 500
(-) mentis (E4V5M6) WSD hari ml 1 x 150 mg
TTV : TD (142/79 23
mmHg), HR Per oral :
(99x/menit, kuat Salbutamol 3 x 1 mg
angkat, reguler), Napas Codein 3 x 10 mg
(20x/menit), Suhu OBH Syr 3 x 15 ml
(36.5oC) SpO2 : 95% Nebulizer ventolin / 8 jam
free air
Pulmo:
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-),WSD :
300 mL/24 jam

25 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April (-), sedang pleura Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
2023 nyeri Kesadaran : Compos sinistra on Inj. Aminofilin dalam RL 500
hilang- mentis (E4V5M6) WSD hari ml 1 x 150 mg
timbul TTV : TD (153/77 24
mmHg), HR Per oral :
(99x/menit, kuat Salbutamol 3 x 1 mg
angkat, reguler), Napas Codein 3 x 10 mg
(20x/menit), Suhu OBH Syr 3 x 15 ml
(36.5oC) SpO2 : 95% Nebulizer ventolin / 8 jam
24

free air
Pulmo:
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/-),WSD :
300 mL/24 jam

26 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April (-) sedang pleura Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
2023 Kesadaran : Compos sinistra on Inj. Aminofilin dalam RL 500
mentis (E4V5M6) WSD hari ml 1 x 150 mg
TTV : TD (140/76 25
mmHg), HR Per oral :
(99x/menit, kuat Salbutamol 3 x 1 mg
angkat, reguler), Napas Codein 3 x 10 mg
(20x/menit), Suhu OBH Syr 3 x 15 ml
(36.5oC) SpO2 : 95% Nebulizer ventolin / 8 jam
free air
Pulmo:
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : Redup pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
Redup (+/-),WSD : 300
mL/24 jam

28 Sesak KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April (-) sedang pleura Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
2023 Kesadaran : Compos sinistra on Inj. Aminofilin dalam RL 500
mentis (E4V5M6) WSD hari ml 1 x 150 mg
TTV : TD (138/95S 26
mmHg), HR Per oral :
(99x/menit, kuat Salbutamol 3 x 1 mg
angkat, reguler), Napas Codein 3 x 10 mg
(20x/menit), Suhu OBH Syr 3 x 15 ml
(36.5oC) SpO2 : 95% Nebulizer ventolin / 8 jam
free air
25

Pulmo:
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : sonor pada
seluruh lapang paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), wheezing (-/-),
vesikuler (+/+)

Produksi WSD : -

29 WSD KU : Tampak sakit Efusi IVFD RL 500 ml 15 tpm


April terlepas sedang pleura Inj. Metilprednisolone 2 x
2023 sendiri, Kesadaran : Compos sinistra 62,5 mg
tidak mentis (E4V5M6) Inj. Ketorolac bila perlu
produk TTV : TD (121/84 Inj. Aminofilin dalam RL 500
si WSD mmHg, HR (99x/menit, ml 1 x 150 mg
selama kuat angkat, reguler), Inj. Asam tranexamat 3 x 1
2 hari. Napas (20x/menit), ampul
Suhu (36.5oC) SpO2 : Inj. Vit K 3 x 1 ampul
95% free air
Pulmo: Per oral :
Inspeksi : massa (-), Salbutamol 3 x 1 mg
simetris (+), retraksi (-), Codein 3 x 10 mg
penggunaan otot bantu OBH Syr 3 x 15 ml
napas (-) Nebulizer ventolin / 8 jam
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-) Pengencangan jahitan WSD
Perkusi : sonor pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : vesikuler
(+/+), Ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)

Produksi WSD : -

2 Mei Sesak KU : Tampak sakit Efusi Per oral : Kontrol poli


2023 (-) sedang pleura Salbutamol 3 x 1 mg paru dengan
Kesadaran : Compos sinistra Codein 3 x 10 mg membawa
mentis (E4V5M6) OBH Syr 3 x 15 ml hasil PA
TTV : TD (154/99 Cefixime 2 x 200 mg
mmHg), HR
(99x/menit, kuat
angkat, reguler), Napas
(20x/menit), Suhu
(36.5oC) SpO2 : 95%
free air
26

Pulmo:
Inspeksi : massa (-),
simetris (+), retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Palpasi : ekspansi dada
(+/-), fremitus (+/-)
Perkusi : sonor pada
seluruh lapang kiri paru
Auskultasi : Ronkhi
(-/-), vesikuler
(+/+)wheezing (-/-),
WSD : -
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Efusi Pleura


Efusi pleura adalah akumulasi cairan di antara pleura parietal dan
visceral (kavitas pleura). Hal ini dapat terjadi karena infeksi, keganasan, atau
peradangan yang terjadi pada jaringan parenkim atau karena gagal jantung
kongestif. Akumulasi ini menandakan adanya ketidakseimbangan antara produksi
dengan drainase cairan pleura.1

3.2 Etiologi Efusi Pleura


Ketidakseimbangan produksi dan drainase caian pleura ini secara
patofisiologi terjadi karena adanya peningkatan tekanan kapiler pulmonal,
penurunan tekanan onkotik plasma, peningkatan permeabilitas membran pleura,
penurunan kemampuan drainase limfatik pleura, dan obstruksi bronkus dengan
tingginya tekanan negatif intrapleural. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi karena
adanya kelainan yang ada pada paru, pleura, atau kelainan sistemik.1
Efusi pleura transudat umumnya terjadi akibat adanya perubahan tekanan
hidrostatik atau onkotik pada ruang pleura akibat gagal jantung kiri kongestif,
sindrom nefrotik, sirosis hepatis, hipoalbuminemia, kelebihan cairan atau
perikarditis. Penyebab umum dari efusi pleura eksudatif ialah pneumonia atau
tuberkulosis, keganasan, penyakit inflamatorik (misal, lupus dan arthritis
rheumatoid), infeksi virus, kilotoraks (karena obstruksi limfatik), hemotoraks
(darah pada kavitas pleural), asbestosis benigna, atau sindrom Dessler. 1 Negara
Amerika Serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita efusi
pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia
bakteri. Kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas
lainnya.Etiologi tersering adalah tuberkulosis (44,2%) diikuti tumor paru
(29,4%). Ada lebih dari 55 penyebab efusi pleura yang telah dicatat.
Sedangkan insidensi berdasarkan penyebabnya sendiri bervariasi bergantung
dari area demografik serta geografisnya. Menilai jenis efusi pleura, apakah

26
27

transudat atau eksudat merupakan langkah awal yang penting dalam


menentukan etiologi efusi pleura itu sendiri.2

3.3 Faktor Risiko Efusi Pleura


Umur merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadi efusi
pleura, karena semakin bertambahnya umur maka semakin tinggi resiko terkena
pajanan terhadap zat karsinogen semakin banyak baik melalui makanan dan
minuman yang diawetkan, radiasi, terhirup ataupun terkontaminasi zat bersifat
karsinogenik yang mulai menimbulkan efek pada usia tua.2 Penderita dengan efusi
pleura banyak ditemui pada kelompok umur 44 hingga 49 tahun keatas.3
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadi efusi
pleura, disebabkan laki–laki lebih banyak kontak dengan masyarakat terkhusus
pasien TB dibandingkan perempuan dan cenderung lebih aktif sehingga
menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun dan memudahkan terjadinya infeksi
penyakit. Faktor kebiasaan seperti merokok dan mengonsumsi alkohol diduga
juga mempengaruhi hal tersebut.2
Riwayat penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyebab
terjadinya efusi pleura karena penyakit ini mudah menular kepada orang
lain baik melalui nafas maupun sputum pasien TB terutama bila orang
yang tertular memiliki daya imun yang lemah. Selain itu dapat juga
disebabkan karena pasien TB tidak patuh minum obat anti tuberkulosis
(OAT) selama waktu yang telah ditentukan sehingga pengobatannya tidak tuntas
akibatnya penyakit ini sering berulang dan sering menimbulkan resistensi
terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) yang telah diberikan.2

3.4 Diagnosis Efusi Pleura


Identifikasi efusi pleura umumnya dilakukan dengan menemukan gejala
yang dirasakan oleh pasien. Gejala yang timbul pada pasien dirasakan karena
adanya proses - proses seperti respon inflamasi pada pleura, resktriksi mekanis
pulmonal, atau adanya gangguan dalam pertukaran gas. Efusi dalam jumlah
sedikit dapat tidak menunjukkan gejala apapun (asimptomatik). Seiring
28

bertambahnya jumlah efusi, gejala seperti dispneu, trepopnea (dispneu posisional


dimana dispneu dirasakan saat berbaring pada salah satu sisi), nyeri dada, atau
batuk.1
Beratnya gejala dispneu kadang tidak berhubungan dengan ukuran efusi
pleura. Pasien dengan efusi pleura akibat gangguan pada paru (misal, chronic
obstructive pulmonary disease, limfangitis karsinomatosa dan emboli pulmonal)
dengan gambaran efusi yang sedikit mungkin mengalami dispneu berat.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan efusi pleura dengan volume
efusi < 300 ml umumnya tidak memberikan informasi yang baik. Efusi besar
(>1.500 mL) baru dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisik lewat temuan
berupa ekspansi dinding dada yang asimetris dan adanya tonjolan pada spatium
interkostal.1
Pemeriksaan rontgen toraks standar posteroanterior dan lateral merupakan
metode penting dalam diagnosis efusi pleura. Opasitas pada sudut kostofrenikus
dan lengkungan batas atas menjadi temuan klasik efusi pleura. Penumpulan sudut
kostofrenik mulai dapat terlihat saat terjadi efusi 200 mL. Temuan atipikal seperti
lamellar dan fissural juga dapat menandakan efusi pleura.1
Identifikasi etiologi efusi pleura segera dilakukan setelah diagnosis efusi
pleura ditegakkan melalui gambaran rontgen toraks. Usaha untuk menemukan
etiologi dimulai dengan memastikan pasien tidak mengalami gagal jantung
kongestif. Jika sudah dipastikan tidak, lakukan pemeriksaan lanjutan dengan
menganalisis cairan pleura dengan metode pungsi pleura dengan bantuan
ultrasonografi.1
29

Gambar 3.1 Alur Diagnosis Efusi Pleura1

3.5 Patofisiologi Efusi Pleura


Bila terjadi peningkatan tekanan kapiler di jaringan paru, maka cairan dari
darah akan masuk ke jaringan interstitial paru yang selanjutnya akan menembus
pleura visceralis dan masuk ke rongga pleura. Bila produksi cairan pleura oleh
pleura visceralis ini tidak dapat diimbangi oleh absorbsi cairan pleura oleh pleura
parietalis, maka terjadi penumpukan cairan pleura di rongga pleura, sehingga
30

terjadi efusi pleura. Pada keadaan normal absorbsi cairan pleura oleh pleura
parietalis dapat meningkat sampai hampir 30 kali.1
31

Gambar 3.2 Patofisiologi Efusi Pleura4

3.6 Tata Laksana Efusi Pleura


Penatalaksanaan efusi pleura antara lain tirah baring, thorakosentesis,
chest tube, pleural drain, pleudesis, operasi atau pembedahan untuk
mengeluarkan cairan, pemberian antibiotik, insersi selang dada, pleurodesis,
Water seal drainage (WSD), memberikan diet tinggi kalori, aktivitas sesuai
toleransi.3

3.7 Definisi Efusi Pleura Malignansi


Efusi pleura malignansi adalah efusi yang dicirikan adanya sel-sel ganas.
Efusi pleura malignant adalah sebuah manifestasi umum pada pasien dengan
penyakit keganasan dan dapat terjadi pada 15% pasien dengan kanker. Yang
paling umum adalah kanker paru, diikuti kanker payudara, limfoma, kanker
ginekologi dan keganasan mesothelioma.4
32

3.8 Epidemiologi Efusi Pleura Malignansi


Sebanyak 150.000 kasus baru keganasan efusi pleura pertahun di Amerika
Serikat dan 100.000 di Eropa. Pasien memiliki rata-rata hidup 3-12 bulan setelah
diagnosis awal efusi pleura malignant.4

3.9 Patofisiologi Efusi Pleura Malignansi


Adanya peningkatan pemasukan dan/atau pengurangan pengeluaran
cairan. Kedua mekanisme tersebut berkontribusi pada efusi pembentukan yaitu,
peningkatan tingkat masuk yang terisolasi, kecuali besar dan berkelanjutan, tidak
mungkin menyebabkan efusion yang signifikan secara klinis karena limfatik
pleura penyerap memiliki kapasitas cadangan yang besar untuk mengatasi
kelebihan cairan pleura. Selain itu, penurunan tingkat keluar yang terisolasi juga
tidak mungkin terjadi penggunaan elektronik yang besar karena tingkat
pemasukan normal rendah. Alasan penurunan resorpsi bias dibedakan menjadi
faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor intrinsik dapat mengganggu atau
menghambat kemampuan limfatik untuk berkontraksi (misalnya, infiltrasi kanker
ke dalam limfatik, ketidakseimbangan hormon, anatomi kelainan, dll). Ketika
fungsi limfatik terganggu, tetapi bukan karena kerusakan langsung dari pembuluh
darah, gangguan tersebut berasal dari faktor ekstrinsik (misalnya, pembatasan
gerakan pernapasan, kompresi mekanis limfatik, penyumbatan stomata limfatik,
dll.)4
Mekanisme yang sama berlaku untuk pembentukan malignant pleural
effusion. Sel tumor menyusup ke rongga pleura melalui penyebaran hematogen,
langsung atau limfatik. Akumulasi cairan di rongga pleura dapat berupa
konsekuensi dari pertumbuhan tumor memblokir drainase limfatik. Hanya 55-
60% pasien dengan metastasis pleura atau metastasis limfatik berkembang
menjadi malignant pleural effusion. Harus ditekankan bahwa dampak interaksi
sel inang-tumor menjadi jelas dengan pengembangan kedokteran molekuler.
Peneliti mengusulkan bahwa hiperproduksi cairan pleura dari pembuluh
hiperpermeabel menghadirkan mekanisme pembentukan malignant pleural
effusion yang signifikan. Array yang memiliki sel dan molekul berbeda terlibat
33

dalam proses ini. Efek ini dapat dibagi menjadi tiga kategori: Kelompok molekul
pertama merangsang peradangan pleura (misalnya, interleukin 2-IL2; nekrosis
tumor faktor—TNF dan interferon—INF); kelompok molekul kedua merangsang
angiogenesis tumor (misalnya, angiopoietin 1 (ANG-1), angiopoietin 2 (AGN-2);
kelompok molekul ketiga yang memalignant pleural effusionngaruhi pembuluh
darah hiperpermeabilitas (misalnya, faktor pertumbuhan endotel vaskular—
VEGF, matriks metalloproteinase—MMP, chemokine (c-c motif) ligand 2—CCL,
osteopontin—OPN, dll.). Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa mastosit
memiliki efek yang signifikan terhadap pembentukanmalignant pleural effusion.
Pelepasan tryptase alpha/beta 1 dan interleukin-1 meningkatkan permeabilitas
pembuluh paru dan menginduksi aktivasi Faktor transkripsi NF-B, yang
mendorong akumulasi cairan dan pertumbuhan tumor. 4

3.10 Diagnosis Efusi Pleura Malignasi


Gejala yang terjadi pada kebanyakan pasien meliputi sesak, batuk dan
nyeri dada. Tingkat keparahan gejala bergantung pada volume efusi pada kondisi
cardio-pulmonal pasien. Secara klinis, dispnea dan batuk adalah gambaran
malignant pleural effusion yang paling umum. Tingkat dispnea memiliki korelasi
positif dengan ukuran efusi pleura dan thoracentesis terapeutik biasanya
menghasilkan pengurangan dispnea. Beberapa pasien mungkin juga memiliki
gejala konstitusional yang tidak jelas, namun tidak satu pun dari gejala ini yang
lolos dari lokalisasi tumor primer. Dari catatan, hingga 25% pasien dengan
malignant pleural effusion tidak menunjukkan gejala pada saat diagnosis. Pada
pencitraan dada, mayoritas malignant pleual effusion hadir sebagai efusi
ipsilateral meskipun 10-13% bisa bilateral. 3/4 Mmalignant pleural effusion
berukuran sedang hingga besar, dengan volume berkisar antara 0,5–2 L. Efusi ini
dapat menyebabkan kekeruhan total pada hemitoraks dan disebut sebagai efusi
pleura masif. Bila ada, efusi pleura ini bisa menjadi indikasi kuat keganasan.
34

3.11 Tatalaksana Efusi Pleura Malignansi


Tujuan pengobatan yang paling penting adalah meredakan dispnea dengan
cara invasif minimal. Penting juga untuk meminimalkan prosedur berulang,
memberikan pasien dengan intervensi pleura definitive dan mengurangi perawatan
rawat inap. Pendekatan pengobatan tergantung pada status fisik pasien, jenis
tumor itu sendiri dan pasien yang diharapkan. Penggunaan tanpa gejala, terlepas
dari ukuran, tidak memerlukan tindakan khusus. Pada kebanyakan pasien dengan
malignant pleural effusion diobati dengan thorasentesis, efusi pleura berulang
terjadi selama perkembangan penyakit. Oleh karena itu, pada pasien dengan
prognosis buruk, intervensi pleura lengkap diindikasikan. Hal ini memastikan
bantuan gejala pleural dalam penggunaan jangka panjang, termasuk pleurodesis
dengan bahan kimia (tetrasiklin, doksisiklin dan bleomycin), bedah pleurodesis
melalui torakoskopi (poudrage) atau tabung dada, mekanik pleurodesis pada
operasi, pleurektomi dan pemasangan kateter pleura.4
BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke Rumah Sakit Doris Sylvanus


dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan yang lalu dan memberat 10 hari SMRS.
Sesak napas makin memberat apabila batuk dan beraktivitas serta membaik bila
beristirahat.Sesak yang dialami pasien tidak dipengaruhi oleh cuaca maupun debu.
Pasien juga mengeluhkan sulit tidur akibat sesak dan mengganggu aktvitas pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi napas yang meningkat, penurunan
taktil paru kiri pada pemeriksaan fremitus, penurunan bunyi napas vesikuler pada
paru kiri serta suara redup pada pemeriksaan perkusi pada seluruh lapang kiri
paru. Pada paru kanan ditemukan suara sonor pada perkusi dan bunyi vesikuler
pada auskultasi. Hal ini menunjukkan adanya penumpukan cairan pada area paru
kiri yang didukung dengan pemeriksaan penunjang foto thoraks PA dengan
gambaran radiopak pada paru sebelah kiri. Pasien juga kesulitan tidur dan
beraktivitas akibat penumpukan cairan dalam jumlah banyak di rongga pleura.
Pasien juga mengeluhkan batuk kering sejak Oktober 2022, hal ini
menunjukkan adanya reaksi hipersensitivitas dan inflamasi di paru sebagai bentuk
pertahanan paru. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri dada di seluruh lapang
dada yang merupakan salah satu gejala efusi pleura. Lemas dan penurunan berat
badan disebabkan oleh nafsu makan menurun akibat sesak napas, menyebabkan
pemasukan nutrisi menurun dan bila terjadi dalam waktu lama, berakibat pada
penurunan berat badan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan anemia
normositik mikrositik serta hipokalemia dan hiperkalsemia. Berdasarkan kondisi
pasien diatas, pasien didiagnosis efusi pleura sinistra.
Untuk mengetahui etiologi efusi pleura, dilakukan pemeriksaan yang lebih
lanjut. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan sitologi cairan pleura dengan hasil
adanya sel-sel peradangan non spesifik yang memungkinkan adanyakemungkinan
keganasan yang ditandai adanya peradangan. Pemeriksaan radiologi dengan CT
scan diperlukan untuk mengetahui gambaran paru yang lebih jelas. Pasien telah

34
35

dilakukan pemeriksaan radiologi dengan CT scan dan didapatkan kesan massa


pada paru kiri.
Tatalaksana yang diberikan kepada pasien adalah infus RL 15 tpm,
ceftazidime 2 x 1 mg IV, drip aminophilin dalam RL 500 cc 150 mg,
metilprednisolone 1 x 62,5 mg IV, ketorolac 3 x 30 mg IV serta obat yang
diberikan dengan rute oral yaitu salbutamol 3x1 mg, codein 3 x 10 mg, OBH
Syrup 3 x 15 ml dan nebulisasi dengan salbutamol setiap 8 jam. Ceftazidime
merupakan anti bakteri generasi ke 3 dari golongan cephalosporin. Ceftazidime
bekerja dengan menghambat biosintesis peptodoglikan dinding bakteri, sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri atau melisiskan sel dan mati. Bakteri gram
negatif yang rentan terhadap ceftazidime antara lain Escherichia coli,
Haemophilus influenza, Klebsiella pneumoniae, Moxarella catarrhalis, Proteus
mirabilis, P. vulgaris, dan Providencia stuartii. Gram negatif lainnya termasuk
Salmonella, Shigella dan Neisseria Spp. Pada gram positif, Kebanyakan
streptococci rentan pada ceftazidime.5 Ceftazidime dipilih sebagai terapi pada
pasien dengan efusi pleura sebagai terapi antibiotik.
Aminophilin adalah obat kombinasi dari theophilin dan ethilemediamin
dalam rasio 2:1. Obat ini digunakan untuk pengobatan obstruksi jalan napas
dikarenakan asma maupun penyakit paru kronik lainnya. Mekanisme kerja
aminophilin tidak dapat dimengerti keseluruhannya. Saat memasuki tubuh,
aminophilin mengelarkan theophilin yang bertanggung jawab untuk efek
bronkodilator.6 Pada pasien ini tidak dapat diberikan diberikan aminophilin drip
dikarenakan tidak adanya indikasi obstruksi jalan napas maupun riwayat asma dan
penyakit paru kronik pada pasien. Sesak yang dialami pasien dikarenakan
penumpukan cairan di pleura.
Metilprednisolon adalah obat golongan kortikosteroid sintetis dengan efek
anti inflamasi dan immnomodulasi. Metilprednisolon mengikat dan mengaktifkan
reseptor nuklir, sehingga terjadi penghambatan produksi sitokin proinflamasi. 7
Ketorolac adalah obat yang digunakan untuk mengobata rasa nyeri sedang dan
berat yang termasuk dalam golongan nonstreodal anti-inflamatory drug (NSAID).
Mekanisme aksi ketorolac tidak diketahui, namun seperti NSAID lainya,
36

ketorolac menghambat cyclooxygenes (COX) yang merupakan enzim yang


mengubah asam arachidonik menjadi prostaglandin, prostasilin dan thromboxane.
Penghambatan ini mengurangi rasa nyeri, demam dan inflamasi.8 Pada pasien ini
diberikan metilprednisolon dan ketorolac sebagai penghambat inflamasi di pleura,
yang mengakibatkan rasa nyeri di dada maupun saat nyeri di area pemasngan
WSD berkurang.
Salbutamol diberikan untuk pasien yang memiliki indikasi pengobatan dan
pencegahan bronkospasme pada pasien dengan jalan napas obstruktif. 9 Pada
pasien ini menunjukkan gejala sesak sebagai akibat penumpukan cairan pada
pleura, sehingga tidak dapat diberikan salbutamol dengan jalur peroral dan
nebulisasi untuk membuka jalan napas dikarenakan tidak ada indikasi
bronkspasme pada pasien.
Codein merupakan obat yang digunakan untuk nyeri kronik dan termasuk
pada golongan opioid. Codein juga memliki kegunaan pada batuk, diare persisten
dan restless leg syndrome. Ketika opioid mengikat reseptor ini, serangkaian
peristiwa intraseluler terjadi, mengakibatkan penurunan cAMP intraseluler,
hiperpolarisasi sel dan sel saraf, dan penurunan pelepasan neurotransmitter. 10 Pada
pasien ini diberikan codein untuk mengurangi aktivitas batuk dikarenakan
keluarnya bercak darah dan nyeri dada yang dialami pasien saat batuk.
Omeprazole adalah obat golongan proton pump inhibitor (PPI). Obat ini
adalah benzimidazole tersubtitusi yang termasuk ke dalam senyawa antisekretori.
Omperazole bekerja dengan menghambat pompa sel parietal H+/K+ ATP, yang
merupakan langkah terakhir produksi asam lambung. Efek omeprazole terjadi
dengan cepat dalam 1 jam pemberian dan efek maksimum dalam 2 jam. 12 Pada
paisen ini diberikan omeprazole secara injeksi atas indikasi sindrom dispepsia
yang ditandai dengan keluhan mual dan muntah pada pasien.
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, salah satu tindakan
invasif pada pengobatan efusi pleura adalah insersi water sealed drainage (WSD).
Pada pasien, telah dilakukan pemasangan water sealed drainage (WSD) yang
digunakan untuk mengevakuasi cairan pleura keluar paru.
37

Berdasarkan paparan sebelumnya, pemberian terapi medikamentosa pada


pasien tidak sesuai teori. Terapi medikamentosa berguna untuk mengurangi gejala
yang dirasakan pasien beserta tindakan invansif berupa pemasangan WSD
mengobati secara signifikan dibandingkan saat pasien pertama kali masuk RS.
Gejala sesak napas mulai membaik sehingga diperbolehkan pulang.
BAB V
KESIMPULAN

1. Efusi pleura adalah akumulasi cairan di antara pleura parietal dan visceral
(kavitas pleura). Hal ini dapat terjadi karena infeksi, keganasan, atau
peradangan yang terjadi pada jaringan parenkim atau karena gagal jantung
kongestif. Efusi pleura malignansi adalah efusi yang dicirikan adanya sel-sel
ganas. Efusi pleura malignansi adalah sebuah manifestasi umum pada pasien
dengan penyakit keganasan dan dapat terjadi pada 15% pasien dengan kanker.
2. Pada pasien efusi pleura perlu dilakukan analisis cairan pleura untuk
menentukan etiologi penyakit serta menentukan perencanaan tata laksana
sesuai etiologi yang mendasari efusi pleura. Salah satu tindakan pengobatan
yang dilakukan adalah insersi selang dada untuk mengeluarkan cairan berlebih
dalam pleura. Selain itu, dapat diberikan pengobatan simtomatik diperlukan
untuk mengurangi gejala yang dialami pasien.
3. Pada pasien ini telah diberikan terapi sedikit sesuai sesuai teori, sehingga
kondisi pasien lebih baik dari sebelumnya dan pasien dapat diperbolehkan
pulang dan kontrol ulang di poli paru.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Hayuningrum D fitri. Diagnosis Efusi Pleura. J Penelit Perawat Prof.


2020;2(4):529–36.
2. Admin, Oscar Ari Wiryansyah. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Efusi
Pleura Di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017. J Kesehat dan
Pembang. 2019;9(17):78–87.
3. Tristianti IZ, Gumilang TJ. Seorang Perempuan 61 Tahun Dengan Efusi
Pleura Masif Hemoragik Sinistra. C Fk Ums. 2022;930–50.
4. Rozak F, Clara H. Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Efusi
Pleura. Bul Kesehat Publ Ilm Bid Kesehat. 2022;6(1):87–101.
5. Skok K, Hladnik G, Grm A, Crnjac A. Malignant pleural effusion and its
current management: A review. Med. 2019;55(8):1–21.
6. Rains CP, Bryson HM, Peters DH. Ceftazidime. Drugs 1995 494 [Internet].
2012 Oct 13 [cited 2023 May 3];49(4):577–617. Available from:
https://link.springer.com/article/10.2165/00003495-199549040-00008
7. Gondal AZ, Zulfiqar H. Aminophylline. xPharm Compr Pharmacol Ref
[Internet]. 2022 Dec 24 [cited 2023 May 3];1–4. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545175/
8. NCI Thesaurus [Internet]. [cited 2023 May 3]. Available from:
https://ncithesaurus.nci.nih.gov/ncitbrowser/ConceptReport.jsp?
dictionary=NCI_Thesaurus&ns=ncit&code=C647
9. Mahmoodi AN, Kim PY. Ketorolac. Essence Analg Analg [Internet]. 2022
Apr 9 [cited 2023 May 3];235–7. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545172/
10. Johnson DB, Merrell BJ, Bounds CG. Albuterol. Encycl Toxicol Third Ed
[Internet]. 2022 Sep 24 [cited 2023 May 3];112–5. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482272/
11. Peechakara B V., Tharp JG, Gupta M. Codeine. xPharm Compr Pharmacol
Ref [Internet]. 2023 Feb 13 [cited 2023 May 3];1–4. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526029/

39
40

12. Shah N, Gossman W. Omeprazole. Profiles Drug Subst Excipients Relat


Methodol [Internet]. 2023 Feb 7 [cited 2023 May 11];35:151–262.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539786/

Anda mungkin juga menyukai