RINGKASAN
Background: Sindroma Mata Kering (SMK) adalah penyakit multifaktorial pada permukaan mata.
Hal ini ditandai dengan hilangnya homeostasis film air mata dan disertai dengan gejala okular di
mana film air mata tidak stabil dengan hiperosmolaritas, inflamasi dan kerusakan permukaan
okular, dan abnormalitas neurosensorik. Studi epidemiologi besar telah menunjukkan bahwa
prevalensi SMK pada wanita dan pria meningkat setiap 5 tahun, dan tingkat prevalensi perempuan
lebih tinggi dari itu laki-laki. SMK akan terus menjadi salah satu alasan utama untuk pengobatan
mata. Gejala yang dihasilkan dari ketidaknyamanan okular dan pengaburan visual dapat berdampak
(PubMed, Google Scholars, Proquest, dan ScienceDirect) dalam 5 tahun terakhir untuk mencari
artikel pada tinjauan sistematis ini. Jurnal memuat topik berbagai faktor resiko terjadinya Sindroma
Result: Dari 33 jurnal menyebutkan bahwa merokok, aktivitas outdoor, Visual Display Terminal,
gangguan afek, penggunaan lensa kontak, alergi mata merupakan hal yang berperan dalam faktor
Discussion: Merokok, aktivitas outdoor, alergi mata, gangguan afek, penggunaan Visual Display
gangguan afek, alergi mata, aktifitas outdoor menjadi faktor risiko terjadinya Sindroma Mata
Dry Eye Syndrome, Dry Eye Disease, Risk Factor, Screen Time
PENDAHULUAN Studi epidemiologi besar telah
Sindroma Mata Kering (SMK) adalah menunjukkan bahwa setelah usia 50,
penyakit multifaktorial pada permukaan mata. prevalensi SMK pada wanita dan pria
Hal ini ditandai dengan hilangnya meningkat setiap 5 tahun, dan tingkat
homeostasis film air mata dan disertai dengan prevalensi perempuan lebih tinggi dari itu
gejala okular di mana film air mata tidak laki-laki. Dengan penuaan populasi dan
stabil dengan hiperosmolaritas, inflamasi dan peningkatan kehidupan harapan, SMK akan
kerusakan permukaan okular, dan terus menjadi salah satu alasan utama untuk
memainkan peran etiologis. Gejala SMK pemahaman yang lebih baik tentang SMK
meliputi mata kering, nyeri mata, sensasi terkait usia dan pengobatan untuk populasi
mata, kepekaan terhadap cahaya dan mata sebelumnya telah menunjukkan bahwa
kondisi mata, dan bervariasi antara 14,6% dan dunia. Di Cina daratan, tingkat prevalensi
30% tergantung pada metode diagnostik yang orang lanjut usia di atas 60 jelas lebih tinggi,
mengungkapkan bahwa salah satu dari lima proporsi lansia regional populasi di Australia,
orang Asia mengalami SMK. Oleh karena itu, Taiwan, Korea Selatan dan Jepang masing-
SMK telah dianggap sebagai penyakit etiologi masing 57,5%, 33,7%, 33,2%, dan 21,6%
komorbiditas tertentu pada organ sistemik (2). SMK merupakan penyakit pada air
kerusakan pada permukaan mata. Gejala- yang digunakan adalah: 1) Artikel atau jurnal
gejala ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penelitian tanpa teks lengkap dan abstrak,
dan aktivitas hidup sehari-hari (5). laporan anonim, duplikat, atau laporan
Gejala yang dihasilkan dari editorial. Tujuan dari penelitian ini untuk
Metode penelitian menggunakan database dengan kriteria inklusi dan eksklusi serta
online internasional maupun nasional relevan dengan penelitian ini. Semua artikel
(PubMed, Google Scholars, Proquest, dan yang digunakan adalah artikel dalam bahasa
ScienceDirect) dalam 5 tahun terakhir untuk Inggris. Dari semua jurnal yang kami ulas,
mencari artikel pada tinjauan sistematis ini. sebagian besar menunjukkan bahwa fakto
Kata kunci yang digunakan adalah “Dry Eye risiko Sindroma Mata Kering pada Usia
Syndrome”, “Dry Eye Disease”, “Risk factor” Produktif seperti , merokok, aktivitas luar
“Screen Time”. Semua jurnal yang digunakan ruangan, alergi mata, gangguan afek, dan
diambil dari dokumen yang diterbitkan 2018- penggunaan lensa kontak. Review ini terdiri
Kriteria inklusi dan yang digunakan adalah : Observasi, 5 Sistematik review. dari 33
1) Artikel yang termasuk dalam penelitian ini jurnal menyebutkan bahwa kebiasaan seperti
adalah artikel penelitian, tinjauan literatur merokok, merupakan perilaku yang berperan
dalam penelitian kuantitatif, kualitatif atau dalam faktor resiko terjadinya Sindroma
Mata Kering pada usia produktif. Hanya 2 2011, prevalensi perokok di Indonesia
dari 33 jurnal yang menyebutkan bahwa menempati urutan kedua terbanyak di dunia,
tidak terdapat hubungan antara merokok dengan jumlah tertinggi yang aktif perokok
dengan kejadian sindroma mata kering. Pada dengan prevalensi 67% laki-laki dan 2,7%
14 jurnal membahas bahwa faktor resiko pada wanita atau 34,8% dari populasi (sekitar
terbesar terjadinya Sindroma Mata Kering 59,9 juta orang) dan 85,4% dari orang yang
pada usia produktif yaitu lamanya Visual terpapar asap rokok di tempat umum yaitu
Display Time, sedangkan untuk pengaruh restoran, 78,4% terpapar asap rokok di rumah
penggunaan kontak lensa dibahas pada 13 dan 51,3% adalah terpapar asap rokok di
pada 12 jurnal. Aktivitas luar ruangan Pada penelitian yang dilakukan oleh Bala
jurnal yang memuat topik masalah kesehatan Hasil studi cross sectional pada penelitian
tentang faktor-faktor dari Sindroma Mata Alexandra dkk. menunjukkan bahwa menjadi
Kering pada usia produktif secara signifikan perokok pasif dapat meningkatkan kerentanan
seperti, merokok, aktivitas luar ruangan, terhadap Sindroma Mata Kering. Analisis
terminal, penggunaan kontak lensa, dan alergi signifikan antara adanya sindrom mata kering
korelasi yang signifikan secara statistik antara dua kali lipat lebih tinggi untuk memiliki
merokok dan SMK. Namun, satu penelitian di mata kering (15). Merokok memiliki efek
Turki yang melibatkan perokok wanita dan merugikan pada kebanyakan penyakit mata
meta-analisis yang dilakukan selama sepuluh anterior (12). Asap rokok dapat merusak
tahun terakhir pada populasi umum lemak lapisan film air mata precorneal dengan
menunjukkan bahwa merokok dapat menjadi proses lemak peroksidase yang menyebabkan
faktor risiko. Peserta penelitian menghabiskan sindrom mata kering dan kerusakan pada
ruangan dan oleh karena itu mereka memiliki 2. Penggunaan Visual Display
antara merokok dan mata kering dalam berhubungan secara signifikan (p<0,05)
penelitian ini (13). dengan SMK adalah lebih dari 3,71 jam
bukan hanya merokok yang menjadi faktor Terminal) (p<0,001). Pada penelitian yang
risiko itu sendiri, tetapi paparan asap dilakukan oleh Rossi GC et al., terhadap
gejala mata kering (14). Merokok bahwa penggunaan VDT lebih dari empat
meningkatkan kerentanan seseorang terhadap jam per hari merupakan risiko utama
mata kering dengan mengurangi TBUT (Tear dalam mengembangkan SMK dengan
Break Up Time). Sherry et al. (2020) rata-rata durasi penggunaan VDT pada
melaporkan adanya hubungan antara SMK mereka yang mengalami SMK adalah
memiliki kemungkinan 1,22 kali lebih Qian dkk. menemukan bahwa hanya 7
tinggi untuk mengalami gejala mata pengguna VDT (6,7%) yang memiliki
kering yang parah dibandingkan dengan meja yang diterangi sesuai standar.
mereka yang mengistirahatkan matanya. Namun, gejala mata kering yang parah
filter layar memiliki kemungkinan 1,90 pengguna VDT yang meja kerjanya
kali lebih tinggi untuk mengalami gejala berada dalam rentang standar kecerahan.
mata kering yang parah (16). Hal ini dapat berkaitan dengan beberapa
Kecerahan VDT kurang dari 400 Lux faktor lain yang dapat mempengaruhi
memiliki kemungkinan 2,27 kali lebih gejala mata kering, termasuk 1) cahaya
tinggi untuk mengalami gejala mata terpantul, seperti cahaya yang datang dari
kering yang parah dibandingkan dengan jendela atau pintu yang memantul dari
rentang kecerahan standar (400-500 Lux). layar komputer dan kemudian dipantulkan
(56,16%) yang bekerja dengan layar seperti cahaya langsung dari layar
komputer selama 5-7 jam per hari komputer ke mata; 3) suhu rendah dan
memiliki gejala mata kering yang berat. kelembaban rendah di tempat kerja yang
Penggunaan VDT selama 5-7 jam per dapat menyebabkan penguapan air mata
hari terkait dengan gejala mata kering yang lebih tinggi. Semua faktor di atas
dengan nilai yang signifikan secara juga dapat menjadi faktor kontribusi
statistik (nilai p = 0,01). Hasil ini sesuai dalam terjadinya gejala mata kering.
dengan studi oleh Rossi G. et al. yang Untuk pekerjaan dengan intensitas cahaya
diterangi kurang dari 400 Lux. Hasil ini mata dan menyebabkan terjadinya
konsisten dengan hasil studi lain di berbagai gejala mata kering. (19)
yang mengungkapkan bahwa 72,9% VDT dapat disebabkan oleh fokus yang
pengguna VDT memiliki kecerahan meja terus-menerus pada monitor yang dapat
kurang dari 400 Lux. Selain itu, juga menyebabkan penurunan frekuensi
kurang dari 150 Lux, yang merupakan peningkatan penguapan air mata dan
Ketika menggunakan VDT, pupil dan paparan polusi udara luar ruangan
menyempit dari aksi otot sfingter iris (OR = 1,92, CI 95% 1,47-2,52, p <0,001)
melingkar (18). Tindakan simultan kedua dan merokok pasif (OR = 1,13, CI 95%
usaha menatap layar untuk mencoba Polusi udara adalah campuran dari
cahaya yang dihasilkan oleh layar sangat sulit untuk menentukan dampak
dan film air mata pada orang-orang yang 2022). Polusi udara, seperti yang
tinggal di daerah perkotaan. Polutan yang tercermin dari NO2 dan PM10,
berbeda mempengaruhi mata dengan cara berhubungan dengan lebih banyak kasus
positif antara konsentrasi SO2 dan Pada penelitian Zahra dkk. dijelaskan
diagnosis sindrom mata kering (OR 1,092; bahwa penggunaan kontak lensa memiliki
CI 95% 1,011-1,179) serta gejala sindrom resiko untuk terjadi SMK sebesar 2.14
mata kering pada orang-orang yang kali lipat dibandingkan dengan yang
tinggal di daerah perkotaan (OR 1,092; CI bukan pemakai kontak lensa (OR = 2.14
sindrom mata kering yang serupa Pada penelitian Yang dkk. dijelaskan
oleh Wiwatanadate dkk. Penelitian lain resiko untuk terjadi SMK sebesar 1.59
yang dilakukan di Korea secara kuat kali lipat dibandingkan dengan yang
mengonfirmasi korelasi antara tingginya bukan pemakai kontak lensa (OR= 1.59
kadar ozon dan nitrogen dioksida dengan 95%CI 1.240 – 2.04). Prevalensi SMK
penurunan TBUT dan kerapatan sel goblet menggunakan lensa kontak 1,62 kali
air mata (26). Orang yang memakai lensa juga mempengaruhi kestabilan film air
kontak berada pada peningkatan risiko mata. Secara signifikan, beberapa studi
keratitis menular. Memakai lensa harus mengenai kestabilan film air mata pada
antara alergi mata dan penurunan waktu mengalami penurunan kestabilan film air
pecah film air mata (tear film break-up mata di luar musim serbuk sari. (22)
time/BUT). Fenomena ini lebih terlihat Hasil analisis regresi logistik Wan
seperti yang disarankan oleh sebuah studi alergi dan penyakit permukaan mata
al. yang melaporkan BUT sebesar 3,1 ± yang mirip dengan SMK, namun dalam
1,6 detik vs. 4,5 ± 1,0 detik vs. 11,4 ± 1,0 beberapa penelitian, mereka dianggap
detik (P < 0,01), masing-masing pada sebagai entitas klinis yang terpisah.
AKC, VKC, dan kelompok kontrol sehat. Terdapat bukti bahwa penyakit alergi,
beresiko 1.6 kali lipat menderita SMK mengevaluasi kelenjar meibomian dalam
daripada yang tidak (OR=1.637 95% CI bentuk-bentuk alergi mata yang berbeda,
for OR 1.00–2.67 P-value 0.049) (1). termasuk AKC, VKC, dan PAC. Mereka
memiliki tingkat SMK yang signifikan peradangan permukaan mata dan sebagian
lebih tinggi dibandingkan dengan mereka lagi dengan tekanan mekanis yang terus-
yang tidak memiliki riwayat infeksi menerus pada jaringan tarsal akibat
< 0,001) (31,9% vs 11,7%). Selain itu, dari perubahan morfologi ini telah
tingkat SMK yang signifikan lebih tinggi lebih dari 10 tahun yang lalu oleh Suzuki
yang tidak memiliki riwayat tersebut (p lipid film air mata pada alergi mata.
Alergi mata terjadi ketika seseorang ketebalan lapisan lipid pada pasien
alergi terhadap zat tertentu yang dengan SAC dan melaporkan korelasi
tipis yang melapisi mata dan bagian dalam ketebalan lapisan lipid dan BUT. (22)
kelopak mata (30). Menggosok mata Dampak alergi mata pada mukin yang
secara kuat dan berkepanjangan dapat disekresikan dan terkait membran telah
diteliti secara lebih mendalam, setidaknya karena disfungsi film air mata dan
pada bentuk yang parah. Studi praklinis perubahan yang diamati dalam
histamin, leukotrien, dan prostaglandin antara SMK dan tingkat stres dapat
goblet, sedangkan sitokin peradangan interleukin-1, -2, -6, -8, dan TNF-alfa.
efek yang berlawanan pada regulasi peradangan pada permukaan mata serta
ini. Beberapa studi in-vivo dari Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa
MUC5AC pada pasien dengan AKC dan secara signifikan terkait dengan risiko
VKC, terutama pada mata dengan ulkus yang lebih tinggi untuk DES (OSDI:
air mata dari mukin pembentuk gel ini DEQ-5: masing-masing, p = 0,005 dan p
secara luas diterima sebagai fitur dari = 0,127, yang mendekati tingkat
SMK dapat dipengaruhi oleh stres. <0,001 dan p = 0,039). Hasil ini sejalan
dirasakan dan gejala mata kering hubungan antara SMK dan gangguan
dari penelitian ini. Dijelaskan bahwa stres PTSD, demensia, gangguan bipolar, dan
mengakibatkan SMK yang lebih berat hanya terkait dengan gejala subjektif
SMK dan bukan gejala objektif. Patut antidepresan dan ansiolitik. Satu studi
reseptor serotonin terdapat pada epitel permukaan mata dalam penyakit mata
lebih tinggi untuk menderita SMK. Peran potensial depresi dan PTSD
dalam analisis univariat, namun tidak serotonin dalam air mata manusia dan
dalam analisis multivariat. Oleh karena manusia. depresi (OR: 1,83; P<0,001) (5).
antara SMK dan ansiolitik (31). Termninal, gangguan afek, alergi mata,
Ideasi bunuh diri menunjukkan resiko aktifitas outdoor menjadi faktor risiko
1,4 kali lebih besar daripada yang tidak terjadinya Sindroma Mata Kering pada
memilikinya (aOR, 1,414; 95% CI, 1,070- wanita usia produktif. hilangnya
1,870). Seseorang dengan ideasi bunuh homeostasis film air mata dan disertai
diri mungkin memiliki masalah psikiatrik dengan gejala okular di mana film air
lain, seperti stres, depresi, dan insomnia, mata tidak stabil dengan hiperosmolaritas,
gejala mata kering dapat terkait dengan inflamasi dan kerusakan permukaan