CASE REPORT
SINDROMA MATA KERING (DRY EYE)
Oleh:
Meidiana Devira Aristanti 011723143021
Pembimbing:
Ria Sandy Deneska, dr., Sp.M(K)
DAFTAR ISI
Cover Depan....................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................ii
Daftar Gambar................................................................................iii
Bab 1 : Latar Belakang.......................................................................1
Bab 2 : Tinjauan Pustaka.........................................................................2
2.1Definisi dan Klasifikasi............................................................................. 2
2.2Fisiologi............................................................................................... 3
2.3Gejala Klinis.......................................................................................... 5
2.4Pemeriksaan Fisik................................................................................... 5
2.4.1Segmen Anterior................................................................................. 5
2.4.2Schirmer test..................................................................................... 5
2.4.3Tear Film Break Up Time....................................................................... 6
2.4.4Pewarnaan Rose Bengal dan Lissamine.......................................................7
2.5Diagnosis Banding................................................................................... 7
2.6Tatalaksana........................................................................................... 7
2.7Komplikasi............................................................................................ 8
ii
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Klasifikasi Mata Kering.............................................................................2
Gambar 2.2 Lapisan air mata.........................................................................................4
Gambar 2.3 Schirmer test..............................................................................................6
Gambar 2.4 Dry spot pada TBUT.................................................................................6
Gambar 2.5 Pewarnaan Rose Bengal............................................................................7
1
BAB I
LATAR BELAKANG
Sindroma mata kering merupakan penyakit multifaktorial air mata dan
permukaan dan permukaan ocular yang ditandai dengan penglihatan tidak
nyaman, penglihatan kabur dan instabilitas air mata yang berpotensi
menimbulkan kerusakan permukaan ocular. Sindroma mata kering (PMK) ini
sendiri merupakan suatu kondisi morbiditas okular yang umum ditemui dan
berdampak pada kualitas hidup penderitanya berupa ketidaknyamanan dan
penurunan fungsi visual. Dua puluh lima persen pasien yang mengunjungi
klinik mata melaporkan gejala mata kering, menjadikannya masalah kesehatan
masyarakat yang berkembang dan salah satu kondisi paling umum yang dilihat
oleh praktisi mata. Di Indonesia, prevalensi mata kering adalah sekitar 27,5%,
dengan peningkatan prevalensi terkait dengan usia, merokok, dan pterygium.
(Gayton, 2009).
Mata kering terjadi ketika mata tidak dapat menghasilkan air mata
dengan baik atau ketika air mata tidak memiliki konsistensi yang benar dan
menguap terlalu cepat. Lapisan air mata dan permukaan air mata membentuk
suatu sistem yang kompleks dan stabil yang dapat kehilangan keseimbangan
oleh berbagai faktor. Selain itu, peradangan pada permukaan mata dapat terjadi
bersamaan dengan mata kering dan jika tidak diobati kondisi ini dapat
menyebabkan rasa nyeri, luka pada kornea, dan gangguan penglihatan.
Sindrom mata kering atau sering dikenal sebagai keratoconjuntivitis sicca
(KCS) adalah kondisi umum yang sering dikeluhkan oleh pasien yang berobat
ke dokter mata yang ditandai dengan inflamasi pada permukaan mata dan
kelenjar lakrimal. (Mohammad-Ali Javadi,2011) Gejala mata kering dapat
merupakan manifestasi berbagai macam kondisi, seperti penyakit sistemik,
infeksi bakteri maupun komplikasi dari pembedahan lasik. (Mohammad-Ali
Javadi, 2011)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
evaporative.
3
Pada mata kering jenis aqueous-deficient dibagi lagi menjadi sjogren syndrome dan
non- sjogren syndrome. Sjogren syndrome merupakan kelainan autoimun dengan gambaran
inflamasi pada limfositik dan kerusakan pada kelenjar air liur dan lakrimal. Trias dari
sjogren syndrome adalah mata kering, mulut kering, dan pembesaran kelenjar parotis.
Mata kering jenis evaporative selanjutnya dibagi menjadi faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi defisiensi kelenjar meibom (posterior blefaritis),
kelainan pada kelopak mata (retraksi kelopak mata, proptosis, kelumpuhan saraf facialis),
reflex kedip menurun (Parkinson, menggunakan computer dan menonton TV dalam waktu
lama), obat-obatan (antihistamin, beta bloker, antispasmodic, diuretic). Sedangkan faktor
ekstrinsik meliputi defisiensi vitamin A, penggunaan lensa kontak, konjungtivitis, dan lain-
lain (Kanski, 2016).
2.2 Fisiologi
Lapisan air mata (tear film) terdiri dari 3 lapis yaitu lipid, akuous, dan musin.
Komponen lipid, yang merupakan lapisan terluar, diproduksi oleh kelenjar Meibom,
mengandung lapisan lilin, kolestrol ester, dan trigliserida. Lipid berfungsi untuk mencegah
evaporasi berlebihan dari lapisan akuous dan menjaga ketebalan lapisan air mata.
Defisiensi dari ini dapat menyebabkan mata kering evaporasi. (Kanski, 2016)
Lapisan akuous diproduksi 95% oleh kelenjar lakrimal dan sisanya diproduksi
kelenjar aksesoris Krause dan Wolfring. Lapisan ini paling utama terdiri dari air dan
beberapa zat terlarut seperti sodium klorida, gula, urea dan protein, sehingga lapisan ini
5
bersifat basa dan rasanya asin. Lapisan ini juga berisi zat anti bakteri seperti lisozim,
laktoferin, dan IgA. (Kanski, 2016)
Lapisan musin, lapisan terdalam dan paling tipis yang terdiri dari musin berupa
glikoprotein yang disekresi oleh sel goblet konjungtiva. Lapisan ini berdekatan dengan
lapisan epitel kornea dan konjungtiva. Musin dapat terserap di epitel dan terikat oleh
mikrovili di lapisan epitel, sehingga lapisan aquous dapat membasahi permukaan epitel,
sehingga dapat dikatakan bahwa lapisan musin dapat membuat lapisan kornea yang
hidrofobik menjadi hidrofilik sehingga dapat dibasahi oleh lapisan aquous (Vaughnan,
2007).
Sekresi dari air mata berasal dari kelenjar aksesori (sekresi basal) dan kelenjar
lakrimal utama (sekresi reflek). Sekresi reflek adalah respon terhadap sensasi dari kornea
dan konjungtiva, yang mungkin berasal dari penguapan “break up” atau kerusakan air mata.
Hiperlakrimasi terjadi karena sensasi iritasi dari kornea dan konjungtiva. Jalur aferen
berasal dari nervus V dan eferen berasal dari saraf parasimpatis yang menginervasi kelenjar
lakrimalis (Khurana, 2007).
Sumber: https://entokey.com/diagnostic-techniques-in-ocular-surface-disease
2.6 Tatalaksana
Artificial tears adalah pengobatan utama pada mata kering, tersedia dalam bentuk
drop dan salep. Yang paling banyak adalah dalam bentuk sediaan drop yang berisi
derivate selulosa (0,25% - 0,7% metil selulosa dan 0,3% hipromellosa).
Menghemat air mata yang ada dengan menghambat penguapan dan drainase
Melakukan tatalaksana kausatif dari dry eye (setelah ditemukan underlying disease-
nya ), seperti :
o Tettrasiklin sistemik dan lid hygiene pada pasien dengan blefraritis posterior
kronis
2.7 Komplikasi
Pada tahap yang lebih lanjut, ulserasi kornea, penipisan kornea dan perforasi mungkin
dapat terjadi. Infeksi bakteri sekunder mungkin dapat terjadi sehingga menyebabkan ulkus
kornea yang dapat mengganggu kualitas penglihatan (Vaughan, 2007).
10
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama : Kedua mata sering berair
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli RSUD Dr. Soetomo dengan keluhan utama mata kanan
dan kiri sering berair sejak ± 1 bulan. Keluhan disertai dengan mata terasa gatal serta
mengganjal seperti ada pasir, perih dan terkadang seperti sensasi terbakar.. Menurut
pasien keluhan tersebut hilang timbul, namun muncul hampir setiap hari, terutama
saat malam hari. Selain itu pasien juga mengaku bila keluhan tersebut bertambah
berat apabila pasien membaca maupun menjahit dan keluhan berkurang saat pasien
mengedipkan mata beberapa kali ataupun meneteskan air mata buatan (cenfresh) pada
kedua matanya. Mata merah, pandangan kabur, nyeri, bengkak, keluar kotoran
disangkal. Mulut kering disangkal
Pasien pernah memiliki keluhan serupa 1 tahun lalu, dan membaik saat pasien
meneteskan air mata buatan (cenfresh)
Riwayat Diabetes Melitus, sejak ± 5 tahun yang lalu, terkontrol dengan insulin
Riwayat diabetes mellitus, hipertensi, maupun penyakit mata lainnya dalam keluarga
disangkal.
Riwayat Pengobatan :
Artificial tears (cenfresh) saat keluhan muncul, 1 tetes pada setiap mata
Riwayat Psikososial :
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan saat ini lebih banyak beraktifitas di rumah. Di
rumah pasien tidak menggunakan AC. Jarang menggunakan Handphone. Riwayat
merokok dan minum alkohol disangkal.
Status Generalis
Kepala-leher : tidak anemis, tidak ikterik, tidak cyanosis, tidak dyspnea
Thorax : gerak dada simetris, tidak ada retraksi
Paru : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing maupun rhonki
Cor : S1S2 tunggal, tidak ada murmur maupun gallop
Abdomen : supel, bising usus normal
12
OD OS
6/10 Visus naturalis 6/12
14,6 mmHg TIO 14,6 mmHg
Normal ke segala arah Ocular Motility Normal ke segala arah
Segmen Anterior
Normal (edema-, spasme-, Palpebra Normal (edema-, spasme-,
laghophtalmos-) laghophtalmos-)
Hiperemi- Konjungtiva Hiperemi-
Jernih Kornea Jernih
Dalam Bilik Mata Depan Dalam
Radier, tidak didapatkan Iris Radier, tidak didapatkan
kelainan kelainan
Bulat+, reflek cahaya +, Pupil Bulat+, reflek cahaya +,
3mm 3mm
Jernih Lensa Jernih
Fundus reflex +, papil nII Funduskopi Fundus reflex +, papil nII
batas tegas +, elevasi-, batas tegas +, elevasi-,
perdarahan retina-, perdarahan retina-,
eksudat-, macula reflek + eksudat-, macula reflek +
OD = 2 mm Schimmer Test 1 OS = 3 mm
OD = 1 mm Schimmer Test 2 OS = 3 mm
13
OD OS
OD OS
OD OS
14
3.6 Assessment
ODS dry eye
3.7 Planning
Terapi
Artificial tears (Lyteers) ed 6 dd gtt I ODS (dapat ditetesi setiap mata tidak
nyaman)
Monitoring
- Keluhan
- Visus
Pasien dianjurkan kontrol kembali setelah 2 bulan atau bila keluhan tidak
membaik dan bertambah parah.
Edukasi
- Menjelaskan terapi, tujuan terapi dan komplikasi terapi yang dapat terjadi
pada pasien. Pasien diharapkan mematuhi pengobatan yang sudah
ditentukan dan segera menemui dokter jika mengalami efek samping yang
tidak diharapkan.
- Menjaga suhu dan kelembaban ruangan agar tidak terlalu panas dan kering
untuk mencegah penguapan air mata.
16
BAB IV
ANALISIS
Kerangka Berpikir
♀, 55 tahun
Mata berair
Pembahasan
beberapa kali ataupun meneteskan air mata buatan (cenfresh) pada kedua matanya.
Mata merah, nyeri, bengkak, keluar kotoran disangkal. Pasien juga disertai dengan
riwayat diabetes mellitus, hipertensi dan spondylo arthritis Dari hasil pemeriksaan
fisik dan penunjang didapatkan hasil bahwa tekanan intra ocular dextra et sinistra
serta segmen anterior dalam batas normal dan pada pemeriksaan schimmer 1 OD/OS
= 2/3 dan schimmer 2 OD/OS = 1/3.
Berdasarkan dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosa
dengan sindrom mata kering. Pada pasien ini direncanakan untuk diberikan artificial
tears / C.Lyteers ed 6 dd gtt I ODS atau dapat ditetesi pada setiap mataapabila
keluhan muncul. Monitoring yang dilakukan pada pasien ini meliputi keluhan, visus,
segmen anterior-posterior. Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi penyakit
yang diderita, pemeriksaan yag dilakukan, rencana terapi yang akan diberikan,
anjuran yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan pasien, komplikasi beserta
prognosisnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, S., & Galor, A. (2018). What's new in dry eye disease diagnosis? Current advances
and challenges. F1000Research, 7, F1000 Faculty Rev-1952.
doi:10.12688/f1000research.16468.1
Craig JP, et al., TFOS DEWS II Report Executive Summary, The Ocular Surface (2017),
http://dx.doi.org/10.1016/ j.jtos.2017.08.003
Denniston, A. and Murray, P. (2014). Oxford handbook of ophthalmology. 3rd ed. United States
of America, p.928.
Gayton, J. (2009). Etiology, prevalence, and treatment of dry eye disease. [online] PubMed
Central (PMC). Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2720680/
Khurana, 2007. Comprehensive Ophthalmologi 4th ed New Age International New Delhi
Mohammad-Ali Javadi, S. (2011). Dry Eye Syndrome. [online] PubMed Central (PMC).
Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3306104/
The Definition and Classification of Dry Eye Disease: Report of the Definition and
Classification Subcommittee of the International Dry Eye Workshop (2007). (2007). The
Ocular Surface, 5(2), pp.75-92.
Vaughnan D.G, Asbury T., Eva P.R: General Ophthalmology 17 Ed 2007