Disusun oleh:
Yolanda Rebecca Tambunan
190131189
Pembimbing:
dr. Ismiralda Siregar, M.Kes
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper berjudul “Pengaruh Work
from Home terhadap Kesehatan Mata: Computer Vision Syndrome” sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi
Dokter di Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada dr. Ismiralda Siregar, M.Kes selaku pembimbing, dengan demikian
diharapkan paper ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan
kesehatan secara optimal.
Penulis memahami sepenuhnya bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan paper ini. Akhir kata,
semoga paper ini dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi bahan rujukan bagi
penulisan ilmiah.
i
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan............................................................................................. 2
1.3 Manfaat........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Computer Vision Syndrome............................................................ 3
2.1.1 Definisi Computer Vision Syndrome..................................... 3
2.1.2 Epidemiologi Computer Vision Syndrome............................ 4
2.1.3 Faktor Risiko Computer Vision Syndrome............................ 5
2.1.4 Patofisiologi Computer Vision Syndrome............................. 6
2.1.5 Gejala Klinis Computer Vision Syndrome............................. 7
2.1.6 Tatalaksana Computer Vision Syndrome............................... 9
2.1.7 Pencegahan Computer Vision Syndrome............................... 9
2.2 Computer Vision Syndrome selama Work from Home................... 12
BAB III. KESIMPULAN............................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
digital eye syndrome (DES) atau computer vision syndrome (CVS)4. Gejala utama
CVS adalah mata lelah, sakit kepala, sensasi mata kering, penglihatan kabur, mata
terbakar, mata berair, fotofobia, mata merah, terbakar, gatal, nyeri leher dan bahu5,6.
Perangkat digital menyebabkan kerusakan dengan memancarkan gelombang pendek
energi tinggi yang dapat menembus mata dan pada akhirnya dapat menyebabkan
kerusakan fotokimia pada sel retina, membuat seseorang rentan terhadap berbagai
masalah mata mulai dari mata kering hingga degenerasi makula terkait usia5.
Selama pandemi COVID-19, penggunaan perangkat elektronik (e-device) dalam
aktivitas manusia sehari-hari menjadi meningkat, menggantikan kontak antar individu
Peningkataan penggunaan perangkat elektronik ini dapat berdampak pada fungsi
visual. Fungsi visual buruk menyebabkan jam kerja efektif berkurang, peningkatan
risiko kesalahan kerja, dan memiliki lebih sedikit waktu untuk perawatan pribadi dan
istirahat. Semua hal ini mengarah pada produktivitas yang berkurang 7. Oleh
karenanya, sangat dibutuhkan upaya untuk meminimalisir gangguan mata seperti
halnya computer vision syndrome terutama di masa work from home ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
gelombangnya merangsang fotoreseptor retina untuk menekan produksi
melatonin dari kelenjar pineal, sehingga menunda latensi onset tidur serta
mempengaruhi kualitas tidur9.
CVS/DES eksternal bermanifestasi dengan keluhan mata merah lelah,
iritasi, rasa seperti terbakar, mata berair, kering, sensitifitas terhadap
cahaya dan rasa ketidaknyamanan yang umum pada mata akibat screen
time yang lama. Gejala ini disebabkan oleh pengeringan permukaan
anterior mata, terutama kornea, karena tingkat berkedip yang berkurang.
Hal ini dapat juga diperparah dengan penggunaan AC yang dapat
mengeringkan mata9,11,12,13 .
4
Rahman dan Sanip (2014) menyebutkan bahwa perempuan memiliki risiko
2,69 kali lebih tinggi untuk terkena CVS dibandingkan laki-laki18.
Usia sebetulnya tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian
CVS namun dari penelitian didapatkan data prevalensi CVS pada subyek
berusia kurang dari 20 tahun adalah sebesar 58% 19. Namun, penelitian lain
menyebutkan bahwa usia lebih dari 40 tahun berpotensi lebih tinggi untuk
mengalami keluhan CVS disebabkan oleh terjadinya perubahan anatomi
dan penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan20.
Prevalensi dan gejala CVS banyak ditemukan pada kalangan pekerja.
Hasil penelitian Gowrisankaran (2015), melaporkan bahwa 64-90% pekerja
yang menggunakan komputer mengalami CVS. Hal ini juga dilaporkan
oleh Sa EC et al. (2012), bahwa pekerja operator di Sao Paulo, Brasil
mengalami CVS sebanyak 54,6%21. Selain dikalangan pekerja, CVS juga
banyak ditemukan dikalangan mahasiswa. Hasil penelitian Abudawood
(2020) prevalensi CVS diantara mahasiswa kedokteran di Saudi Arabia
sebanyak 95% dan melaporkan setidaknya satu gejala selama belajar
menggunakan komputer34. Gejala yang sering dilaporkan adalah mata
perih, nyeri leher, nyeri bahu, dan nyeri punggung sedangkan, menurut
hasil penelitian Logaraj et al. (2014), prevalensi CVS diantara mahasiswa
kedokteran ditemukan 78,6%. Mahasiswa yang menggunakan komputer
selama 4-6 jam secara signifikan lebih berisiko mengalami kemerahan,
sensasi terbakar, dan mata kering dibandingkan dengan mereka yang
menggunakan komputer kurang dari 4 jam16.
5
pengaruh lingkungan sekitar22. Jarak pandang telah terbukti sebagai faktor
risiko penting terjadinya CVS, karena semakin dekat mata ke layar, maka
semakin sulit mata bekerja untuk mengakomodasi. Jarak pandang yang
dekat menyebabkan akomodasi yang berlebihan mengakibatkan otot siliaris
bekerja terlalu keras yang dimanifestasikan sebagai mata lelah dan sakit
kepala23. Faktor seperti kecerahan layar yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi sulit untuk dilihat dan menambah ketegangan mata. Kecerahan layar
harus disesuaikan dengan pencahayaan sekitar24.
6
2.1.5 GEJALA KLINIS COMPUTER VISION SYNDROME
Gejala-gejala dibawah ini mungkin pernah dirasakan oleh penderita
Computer Vision Syndrome, yakni25:
1. Mata kering
2. Sakit kepala
3. Iritasi mata
4. Sensasi benda asing
5. Penglihatan yang kabur
6. Sensitif terhadap cahaya
7. Penglihatan ganda
8. Ketidakmampuan memfokuskan objek dalam jarak tertentu
(pseudomyopia)
9. Nyeri leher dan bahu
10. Tampak gambaran halo muncul pada monitor
Sedangkan menurut Yan et al., secara umum, gejala CVS dapat dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu gejala yang berkaitan dengan mata (mata kering,
mata berair, iritasi mata, dan rasa panas pada mata), gejala terkait
penglihatan (mata tegang, mata lelah, sakit kepala, penglihatan kabur atau
buram, dan penglihatan ganda), dan gejala terkait postur atau ekstraokular
(nyeri pada leher, nyeri bahu, dan nyeri punggung). Gejala-gejala tersebut
dapat dinilai baik sebagai gejala subjektif (gejala yang dilaporkan pasien)
maupun gejala objektif (gejala yang ditegakkan dari diagnosis dokter)26.
Sindrom mata kering diakibatkan oleh berkurangnya kualitas dan
kuantitas air mata untuk melembabkan, membersihkan, dan melindungi
mata saat mata melakukan refleks berkedip. Saat air mata berkurang, mata
dapat merasakan hal seperti permukaan mata yang kasar. Selanjutnya hal
ini menyebabkan keluhan lain, seperti rasa gatal dan rasa panas pada mata,
7
rasa tidak nyaman saat menggunakan kacamata, meningkatkan sensitivitas
terhadap cahaya, dan bahkan penglihatan kabur26.
Menurut Das dan Ghosh (2010) penyebab terjadinya keluhan mata
berair dan iritasi pada mata adalah pantulan cahaya dan bayangan yang
terbentuk pada monitor. Penyebab terjadinya mata berair selama
penggunaan komputer, yaitu refleks yang ditimbulkan akibat mata kering.
Permukaan mata yang kering akan merangsang nervus kranial 5 dan 7
untuk memproduksi air mata yang lebih banyak dengan komposisi yang
berbeda dengan air mata normal, yaitu memiliki lebih banyak kandungan
air dibandingkan musin untuk fungsi lubrikasi sehingga tidak dapat
mengontrol mata kering namun meningkatkan refleks produksi air mata20.
Mata tegang atau eyestrain didefinisikan sebagai keluhan subjektif
pengguna komputer berupa rasa tidak nyaman, rasa sakit, dan/atau rasa
iritasi pada penglihatan. Gejala mata tegang adalah gejala CVS yang paling
sering dilaporkan. Mata tegang timbul ketika beban visual untuk
melakukan fungsi akomodasi dan konvergensi melebihi kemampuan visual
normal saat penggunaan komputer26.
Gejala CVS tidak hanya berhubungan dengan okular, contohnya adalah
sakit kepala, sakit leher, nyeri pada punggung. Penyebab utama terjadinya
keluhan ini adalah karena posisi duduk yang tidak layak saat menggunakan
komputer. Letak layar komputer yang terlalu tinggi atau lebih rendah
dibandingkan dengan level mata meningkatkan risiko untuk terjadinya sakit
pada leher, punggung, dan bahu. Bahkan beberapa penelitian juga
menunjukkan sakit kepala sebagai gejala tersering yang dikeluhkan. Gejala
sakit kepala biasanya timbul pada bagian depan kepala atau salah satu sisi
kepala pada siang sampai malam hari26.
8
2.1.6 TATALAKSANA COMPUTER VISION SYNDROME
Computer Vision Syndrome (CVS) dapat ditangani secara non-
farmakologis dan farmakologis; Manajemen non-farmakologis mencakup
praktik ergonomis yang benar, menjaga kedipan normal, penggunaan
pencahayaan yang sesuai, posisi perangkat digital yang cermat,
menyesuaikan parameter gambar (resolusi, ukuran teks, kontras,
pencahayaan), dan istirahat, sementara strategi manajemen farmakologis
termasuk menggunakan air mata buatan3.
9
seperti suhu dan kelembaban juga mempengaruhi lamanya berkedip. Suhu
yang tinggi dan kelembaban yang rendah cenderung menyebabkan
penurunan frekuensi berkedip. Penurunan frekuensi berkedip
mengakibatkan terjadinya penurunan produksi air mata. Penurunan
produksi air mata dapat memicu gejala CVS5.
Perhatikan pula posisi duduk yang ergonomis misalnya
komputer/laptop diletakkan sejajar pandangan mata. Penelitian
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara jarak mata ke monitor dan
intensitas pencahayaan dengan kejadian CVS. Perlu dilakukan pengaturan
pencahayaan ruangan secara optimal karena penerangan yang baik
mendukung kesehatan mata. Kecerahan layar dan dan ruang sekitar harus
seimbang. Menurut penelitian intensitas penerangan yang dianjurkan
adalah sebesar 500-750 lux. Di samping itu, distribusi cahaya sebaiknya
merata sehingga mata tidak dipaksa untuk menyesuaikan terhadap
bermacam-macam kontras kilau yang menyebabkan kelelahan mata. Jarak
pandang mata ke komputer sebaiknya ≥ 45cm karena idealnya jarak
penglihatan mata terhadap layar komputer adalah sebesar 50-100 cm .
Sedangkan sudut antara layar komputer terhadap level mata sebaiknya
sekitar 15-20 derajat19. Dan untuk lebih memperhatikan aspek kesehatan
sebaiknya monitor komputer dipasang screen untuk mencegah pantulan
cahaya/silau28.
10
Gambar 2.1 Posisi yang Tepat Saat Menggunakan Komputer29.
11
Saat mengistirahatkan mata disarankan melakukan aktivitas fisik di luar
ruangan agar terpapar oleh sinar matahari. Mengistirahatkan mata dapat
pula dengan memejamkan mata. Kita perlu juga menjaga kesehatan mata
dari dalam dengan mengonsumsi makanan bergizi dan bervitamin,
misalnya sayur dan buah-buahan berwarna. Dan untuk seseorang yang
memang dalam kesehariannya menggunakan kacamata karena gangguan
refraksi dianjurkan tetap memakainya saat menatap layar monitor28.
12
selama work from home (WFH) dan study from home (SFH). Pada penelitian ini
juga diamati faktor risiko terjadinya CVS yaitu jarak layar monitor, tingkat
penerangan, penyakit mata (dalam penelitian ini yaitu mata minus, silinder, plus,
glakuoma, dan hipertensi okular), dan jenis kelamin (1).
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Babu et al (2020), dari
sebanyak 584 orang yang berpartisipasi dalam penelitian, terdapat lebih dari 86%
melaporkan setidaknya satu gejala dari CVS selama periode lockdown. Ponsel
pintar dan komputer adalah platform utama yang digunakan oleh peserta
terutama untuk pembelajaran dan hiburan. 31% peserta terus menggunakan layar
digital selama> 2 jam. Seperempat peserta menggunakan layar selama> 9 jam
dan 20% menggunakan layar dalam gelap ruangan atau cahaya redup selama> 5
jam. 66% mengalami gejala ringan dan 2,2% mengalami gejala berat. Gejala
umum yang ditemukan adalah sakit kepala diikuti oleh nyeri mata dan nyeri leher
/ bahu / sendi. Wanita ditemukan lebih rentan untuk mengembangkan CVS. Sakit
kepala, mata merah, rasa terbakar, dll berhubungan dengan durasi penggunaan31.
Dari penelitian Bakhir dan Grandee (2020), dari 407 responden, 93,6%
responden melaporkan peningkatan waktu layar mereka sejak lockdown
diberlakukan. Peningkatan rata-rata penggunaan perangkat digital dihitung
sekitar 4,8 ± 2,8 jam per hari. Total penggunaan per hari ditemukan 8,65 ± 3,74
jam. 95,8% responden pernah mengalami setidaknya satu gejala mata terkait
penggunaan perangkat digital, dan 56,5% mengatakan bahwa frekuensi dan
intensitas gejala tersebut meningkat sejak lockdown dilakukan32.
Niveditha dan Dheepak (2020), melakukan penelitian dengan menggunakan
kuesioner untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah dan frekuensi paparan
waktu layar sebelum dan sesudah lockdown dan pengaruh lockdown terhadap
gejala CVS. Di antara 250 mahasiswa kedokteran selama periode lockdown ini,
diamati waktu layar atau jam yang dihabiskan untuk menggunakan layar digital
oleh responden meningkat secara signifikan dalam kategori 2-3 jam dan 3-4 jam.
Tidak ada perubahan signifikan yang diamati pada jenis dan pencahayaan gadget
13
yang digunakan. Hampir 82,3% siswa mengalami satu atau lebih gejala CVS.
Gejala yang paling sering dilaporkan adalah sakit kepala yang melonjak setelah
lockdown menjadi 51,6% dari 32,7%. Kemudian diikuti oleh ketegangan mata
dan mata kering, yang masing-masing meningkat dari 19,5% menjadi 40,3% dan
10% menjadi 21% setelah jam malam. Selama lockdown pandemi COVID-19,
tampaknya ada peningkatan gejala CVS yang semakin parah di antara mahasiswa
kedokteran, salah satu alasan utamanya adalah peningkatan waktu layar.
Hubungan yang signifikan ditemukan antara peningkatan gejala dan lockdown
intensif33.
14
BAB 3
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Zaman, Badru dkk. 2005, Media dan Sumber Belajar T, Universitas Terbuka,
Jakarta.
2. Setyowati, D. L. Nuryanto, M. K. Sultan, M. Sofia, L. Gunawan, S. & Wiranto, A.
2021, ‘Computer Vision Syndrome Among Academic Community In
Mulawarman University, Indonesia During Work From Home In COVID-19
Pandemic’, Annals of Tropical Medicine and Public Health, vol. 24, no. 1.
3. Bhattacharya, S. Saleem, S. M. & Singh, A. 2020, ‘Digital Eye Strain in The Era of
COVID-19 Pandemic: An Emerging Public Health Threat’, Indian Journal
of Ophthalmology, vol. 68, no. 8, pp. 1709.
4. Lakshmi, V. 2020, ‘Progress of Medical Undergraduates to an Era of Computer
Vision Syndrome and Insomnia as an Aftermath of Increased Digitalization
during COVID-19 Pandemic’, European Journal of Molecular and Clinical
Medicine vol. 7, no. 11, pp. 8225-8233.
5. Loh, K. Y., & Reddy, S. C. 2008, Understanding and Preventing Computer Vision
Syndrome In Malaysian Family Physician.
6. Hazarika, A.K. & Singh, P.K., 2014. Computer Vision Syndrome. Sikkim Manipal
University,1(2), pp.132 -138.
7. Arif, K. M., & Alam, M. J. 2015, Review Article: Computer Vision Syndrome.
Faridpur Med.
8. Rosenfield, M., & Mcoptom, M. R. 2016, ‘Computer Vision Syndrome (a.k.a.
Digital Eye Strain’, Optometry in Practice.
9. Sheppard, A. L., & Wolffsohn, J. S. 2018, ‘Digital Eye Strain: Prevalence,
Measurement and Amelioration’, BMJ Open Ophthalmology, 3(1),
e000146. doi:10.1136/bmjophth-2018-000146.
10. American Optometric Association. Computer Vision Syndrome. 2017, [Internet].
Available from: https://www.aoa.org/patients-and-public/caring-for-your-
vision/protecting-your-vision/computer-vision-syndrome?sso=y.
11. Sheedy J. E., Hayes J. N., & Engle J. 2003, ‘Is All Asthenopia the Same?’ Optom
Vis Sci; 80:732–doi:10.1097/00006324-200311000-00008.
12. Coles‐Brennan C., Sulley A., & Young G. 2019, ‘Management of Digital Eye
Strain’, Clin Exp Optom; 102(1):18-29. https://doi.org/10.1111/cxo.12798.
13. Rosenfield M. 2011, ‘Computer Vision Syndrome: A Review of Ocular Causes
and Potential Treatments’, Ophthalmic Physiol Opt; 31(5):502–15.
14. Mersha, G. A. et al., 2020, ‘Knowledge about Computer Vision Syndrome among
Bank Workers in Gondar City, Northwest Ethiopia’, Occupational Therapy
International, pp. 1-5. doi: 10.1155/2020/2561703.
15. The Vision Councill, 2016, Eyes Overexposed: The Digital Device Dilemma,
2016 Digital Eye Strain Report - The Vision Council.
16. Logaraj, M., Madhupriya, V., & Hegde, S. 2014, ‘Computer Vision Syndrome
and Associated Factors among Medical and Engineering Students in
16
Chennai’, Annals of Medical and Health Sciences Research.
https://doi.org/10.4103/2141- 9248.129028.
17. Shantakumari, N. Eldeeb, R. Sreedharan, J. & Gopal, K. 2014, ‘Computer use and
vision related problems among university students in Ajman, United Arab
Emirate’, Ann Med Heal Sci Res, 4(2):258–63.
18. Rahman, Z. A. & Sanip, S. 2011, ‘Computer User: Demographic and Computer
Related Factors that Predispose User to Get Computer Vision Syndrome’,
Int J Bus Humanit Technol, vol. 1, pp. 84–91.
19. Sari, F. T. A. & Himayani, R. 2018, ‘Faktor Risiko terjadinya Computer Vision
Syndrome’, Jurnal Majority, 7(2):278-82. Available at:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/
article/view/1890/1858.
20. Das B, & Ghosh T. 2010, ‘Assessment of Ergonomical and Occupational Health
Related Problems among VDT Workers of West Bengal, India’, Asian
Journal Med, Sci.1:26–31.
21. Sa E. C., Ferreira, J. M., & Rocha, L. E., 2012, Risk Factors for Computer Visual
Syndrome (CVS) among Operators of Two Call Centers in São Paulo,
Brazil. Work. 2012;41 Suppl 1:3568-74. doi: 10.3233/WOR-2012-0636-
3568. PMID: 22317263.
22. Hayes, J. R., Sheedy, J. E., Stelmack J. A., & Heaney C. A., 2007, ‘Computer
Use, Symptoms, and Quality of Life’, Optom Vis Sci; 84(8):E738–55.
23. Akinbinu, T. R., & Mashalla, Y. J. 2014, ‘Medical Practice and Review Impact of
Computer Technology on Health : Computer Vision Syndrome (CVS)’,
Academic Journals. https://doi.org/10.5897/MPR.2014.0121.
24. Seegehalli, P. J. 2016, Digital Eye Strain Reduction Techniques : A Review.
International Journal on Computer Science and Engineering (IJCSE).
25. Rosen, E., & Garg, A., 2009, Instant Clinical Diagnosis in Opthalmology Anterior
Segment Diseases. New Delhi: Jaypee brothers medical publishers.
26. Yan, Z. Hu, L. Chen, H. & Lu, F., 2008, ‘Computer vision syndrome: a widely
spreading but largely unknown epidemic among computer users’, Comput
Human Behav. 24(5):2026–42.
27. Lee, J. W. et al., 2019, ‘Effects of Prolonged Continuous Computer Gaming on
Physical and Ocular Symptoms and Binocular Vision Functions in Young
Healthy Individuals’, PeerJ. 7050. doi: 10.7717/peerj.7050.
28. Kartini, K. H., A. A., Z. N. Yenny, Y. & C., A. 2020, ‘Penyuluhan Menjaga
Kesehatan Mata Anak Selama Pembelajaran Daring di Masa Pandemik
COVID-19’, Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera, vol. 2, no. 1, pp. 9-32.
29. American Optometric Association. 2020, Computer Vision Syndrome. St. Louis:
American Optometric Association.
30. Király, O. Potenza, M. N. Stein, D.J. King, D.L. Hodgins, D.C. Saunders, J.B. et
al. 2020, Preventing problematic internet use during the COVID-19
pandemic: Consensus guidance. Compr Psychiatr. 2020; 100: 152180.
17
31. Babu, J. V., Abraham, S. Biju, M. J., & Jose, J. 2021, ‘Impact of Digitalization in
the Eye Strain during COVID-19 Lockdown Period: An Epidemiological
Study’, Journal of Drug Delivery and Theurapetics, 2021; 11(1-s):7-14.
32. Bakhir, F. A. & Grandee, S. S. 2020, ‘Impact of the COVID-19 Lockdown on
Digital Divice-Related Ocular Healt’, Indian Journal of Ophthalmology, vol.
68, no. 11, pp. 2378-2383.
33. Niveditha, K. P. & Dheepak, S. M. 2020, Digital Vision Syndrome among
Medical Students during COVID-19 Pandemic Curfew, doi:
https://doi.org/10.26452/ijrps.v11iSPL1.3557 .
34. Abudawood, G. A., Ashi, H. M., & Almarzouki, N. K. 2020, ‘Computer Vision
Syndrome among Undergraduate Medical Students in King Abdulaziz
University, Jeddah, Saudi Arabia’, Journal of Ophthalmology.
https://doi.org/10.1155/2020/2789376.
18