Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

“COMPUTER VISION SYNDROME”

Pembimbing :

dr. Moh. Samsudin, Sp.M

Disusun oleh :

Anindita Dyah Setiawati 2019.04.2.0052

Wan Siswoko 2019.04.2.00??

ILMU KESEHATAN MATA


RSAL Dr. RAMELAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul “Computer Vision Syndrome” telah diperiksa dan


disetujui sebagai salah satu tugas baca dalam rangka menyelesaikan
studi kepaniteraan Dokter Muda di Bagian Ilmu Kesehatan Mata di RSAL
Dr. Ramelan Surabaya.

Surabaya, 18 November 2019

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Moh. Samsudin, Sp.M

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga referat Ilmu Kesehatan Mata yang berjudul “Computer
Vision Syndrome” dapat terselesaikan dengan baik. Adapun pembuatan
referat ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan
klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSAL Dr. Ramelan Surabaya.

Dalam menyusun referat ini penyusun telah banyak mendapatkan


bantuan serta dukungan baik langsung maupun tidak langsung dari
semua pihak. Ucapan terima kasih kepada dr. Moh. Samsudin, Sp.M
selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini serta kepada teman –
teman sejawat.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih belum


sempurna sehingga masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan referat ini. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan dalam penulisan berikutnya.

Demikian referat ini disusun dengan sebaik – baiknya. Semoga dapat


memberikan manfaat yang besar bagi pembaca pada umumnya dan
penyusun pada khususnya.

Surabaya, 18 November 2019

Penyusun

3
DAFTAR ISI

4
BAB 1

PENDAHULUAN
Kemajuan dunia industri dan cepatnya inovasi teknologi yang
semakin pesat membuat perusahaan menjadi lebih kompetitif dalam
menghadapi persaingan. Perusahaan selalu dituntut untuk dapat
mencapai tujuan dengan meningkatkan kinerja peusahaan secara optimal.
Kolaborasi yang baik penggunaan teknologi dan pengelolaan sumber
daya manusia akan bisa memberikan dampak yang signifikan bagi
perusahaan. Teknologi otomasi merupakan salah satu teknologi informasi
yang digunakan untuk optimasi produksi sehingga hasilnya akan lebih
cepat. Namun, penggunaan teknologi tersebut masih menggunakan
Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pengontrol. Tugas SDM tersebut
bertindak sebagai operator yang menjalankan dan mengendalikan proses
produksi. Oleh karena itu kualitas operator dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan.

DCS (Distributed Control System) merupakan suatu ruangan yang


dijadikan sebagai sistem control otomatis yang terpusat. Ruangan
tersebut adalah tempat kerja operator dimana operator bekerja dengan
menggunakan komputer sepanjang hari. Operator berperan penting dalam
pekerjaan ini, sehingga kualitas kerjanya harus diperhatikan. Untuk
mencapai kualitas kerja yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor – faktor tersebut meliputi faktor individu (usia, penggunaan
kacamata, lama bekerja dengan komputer, durasi bekerja dengan
komputer, lama istirahat setelah penggunaan komputer) dan faktor
eksternal (pencahayaan, suhu ruangan, posisi bagian atas monitor
terhadap ketinggian horizontal mata, jenis komputer dan polaritas monitor)
(Miller 2001; Izquerdo, 2011; Tho 1998; Bhanderi et al., 2008; Kanitkhar et
al., 2005; Rossignol et al., 1987. Hal - hal tersebut dapat mempengaruhi
kesehatan kerja. Komputer sebagai alat kerja operator merupakan salah
satu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan kerja. Penggunaan komputer
yang terus - menerus beresiko terjadinya Computer Vision Syndrome

5
(CVS). CVS adalah suatu kumpulan gejala yang berhubungan dengan
mata disebabkan karena penggunaan komputer (Wimalasundera, 2006).
Pada saat menggunakan komputer biasanya seseorang akan terfokus
pada layar komputer dalam waktu yang cukup lama, hal tersebut dapat
menyebabkan masalah pada mata seperti mata kering, kemerahan, iritasi,
mata lelah, mata tegang, pandangan kabur sementara, peka terhadap
rangsang cahaya dan masalah otot sebagai akibat penggunaan komputer
(Wimalasundera, 2006; Ansel, 2005).

Menurut Garg & Rosen (2008) beberapa orang berusia 30 - 40


tahun mengeluhkan penurunan kemampuan dalam memfokuskan obyek
dekat dalam waktu sementara dan dikemudian hari terjadi penurunan
akomodasi mata. Operator yang bekerja di unit Refinery Central Control
Room (RCCR) juga mengalami keluhan yang sesuai dengan CVS. Dari
latar belakang diatas muncul rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara usia dengan keluhan
CVS, penggunaan kacamata dengan keluhan CVS, lama bekerja dengan
keluhan CVS, durasi bekerja menggunakan komputer dengan keluhan
CVS, jarak lama istirahat dengan keluhan CVS, jarak penglihatan dengan
keluhan CVS.

Sebuah kondisi yang terjadi pada orangorang yang bekerja pada


monitor komputer. CVS disebabkan oleh penurunan refleks berkedip saat
bekerja dalam waktu yang lama dan fokus pada layar komputer. Frekuensi
berkedip normal adalah 16 - 20 kali per menit. Studi menunjukkan
frekuensi berkedip menurun hingga 6 - 8 kali per menit pada pekerja yang
menggunakan komputer. Sebagai tambahan, pemfokusan dalam jarak
dekat untuk durasi yang lama memaksa kerja dari otot siliaris pada mata.
Beberapa orang dengan umur sekitar 30-40 tahunan mengeluhkan
ketidak-mampuan dalam memfokuskan obyek - obyek dekat setelah
bekerja dalam waktu yang singkat, yang berakhir pada penurunan
mekanisme fokus akomodasi dari mata dan presbyopia (Garg & Rosen,
2008).

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Computer Vision Syndrome


Permulaan abad 20 dan 21 ditandai oleh penggunaan komputer, dan
secara global komputer personal menjadi peralatan kantor yang paling
umum digunakan. Hampir semua institusi, universitas, departemen
pemerintah dan rumah-rumah secara reguler menggunaakan komputer.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan komputer walaupun hanya 3
jam sehari dapat menyebabkan resiko kesehatan dari berkembangnya
sindroma klinis seperti CVS, nyeri punggung bawah, tension hedache dan
stress psikososial. CVS didefinisikan sebagai kombinasi masalah mata
dan visual yang berhubungan dengan penggunaan komputer.

Torrey (2003) dan Graeny (2011) menunjukkan bahwa masalah


pengelihatan pada pengguna komputer adalah masalaj kesehatan yang
paling sering dilaporkan yang terjadi pada lebih dari 70% dari pengguna
komputer. Mereka telah menyimpulkan bahwa CVS adalah gangguan
pengelihatan digambarkan sebagai bahaya pekerjaan nomor satu pada
abad ke-21. Anshel (2006) mendefinisikan CVS sebagai masalah mata
dan pengelihatan yang kompleks yang berhubungan dengan penggunaan
komputer The American Optometric Association (AOA) mendefiniisikan
CVS sebagai masalah mata dan pengelihatan yang kompleks yang
berhubungan dengan aktivitas, yang menekan pengelihatan jarak dekat
yang dialami selama menggunakan komputer.

Sekarang telah disimpulkan bahwa CVS ditandai oleh gejala visual


yang dihasilkan dari interaksi dengan layar komputer atau lingkungannya.
Pada kebanyakan kasus gejala muncul karena tuntutan visual melebihi
kemampuan visual dari individu untuk melakukan tugas dengan nyaman.

7
2.2 Etiologi Computer Vision Syndrome
Dari sindrom pengliatan computer : Sulit untuk menunjukkan faktor
etiologis tunggal yang menyebabkan sindrom penglihatan komputer tetapi
merupakan kombinasi dari beberapa faktor seperti jam kerja yang lama,
waktu istirahat yang tidak memadai terus-menerus menatap satu sumber
adalah beberapa penyebab penting dari sindrom penglihatan komputer.

KONTRAS RENDAH: Penelitian telah menunjukkan bahwa monitor


komputer adalah populasi yang dibentuk oleh titik-titik kecil yang disebut
piksel, layar pada komputer sulit bagi mata untuk fokus dan piksel ini tidak
seragam cerah dan menghasilkan sedikit perbedaan kontras sebagai hasil
dari resolusi yang tinggi pada ujung huruf yang terlihat kabur menambah
ketegangan pada mata dan merupakan salah satu penyebab penting
sindrom penglihatan komputer.

DURASI PENGGUNAAN: Sebagian besar orang bekerja 6-7 jam


sehari. Jika Anda mengambil istirahat makan siang 1 jam, ini masih
menyisakan periode 3,5-4 jam di mana Anda menatap layar komputer.
Memperluas tampilan layar komputer (lebih dari 2 jam), adalah penyebab
utama.

Pengurangan berkedip: Telah diamati bahwa dengan penggunaan


komputer dalam waktu lama, kecepatan berkedip berkurang. Tingkat
kedipan normal adalah sekitar 12 kali per menit. Karena berkedip penting
untuk hidrasi mata, kurangnya berkedip juga dianggap sebagai salah satu
penyebab mata kering dan Computer Vision Syndrome.

Mengurangi pergerakan mata: Selama aktivitas di mana mereka


tidak fokus pada layar komputer mata bergerak melalui rentang gerak
yang lebih lambat saat berkonsentrasi pada layar. Pengurangan gerakan
mata ini berfungsi untuk mendehidrasi mata, yang dapat, antara lain,
menyebabkan CVS. Masalah penglihatan yang tidak dikoreksi yang sudah
ada sebelumnya dapat meningkatkan keparahan sindrom penglihatan
komputer. Orang-orang yang menggunakan kacamata harus memiringkan

8
kepala mereka pada sudut yang aneh karena kacamata mereka tidak
dirancang untuk melihat komputer. Mereka mengadopsi postur untuk
melihat komputer yang mungkin tidak benar secara ergonomis. Postur
semacam itu dapat menyebabkan kejang otot atau nyeri di leher, bahu
atau punggung.

2.3 Faktor Resiko Computer Vision Syndrome


Literatur pada gejala CVS menunjukkan hubungan yang erat antara
pengguna komputer dan gejala. Beberapa penelitian menunjukkan
prevalensi dari gejala visual lebih tinggi pada individu yang menghabiskan
lebih dari empat jam bekerja di depan komputer. Temuan mirirp dilaporkan
di penelitian lain dan dapat disimpulkan bahwa durasi kerja komputer
berhubungan secara langsung dengan gejala pada mata, dan durasi kerja
komputer yang lebih lama cenderung menyebabkan keluhan yang
bertahan lama dan menetap, meskipun kerjanya telah selesai. Pada
penelitian kami yang terbaru, sekitar 62% dari karyawan menggunakan
komputer lebih dari enam jam sehari dan gejala CVS ditemukanpada
karyawan yang bekerja di depan komputer selama enam sampai delapan
jam sehari (48.9% dibandingkan dengan 23.7% dan 0.72% yang
menghabiskan tiga sampai lima jam dan satu sampai dua jam di depan
komputer, secara berurutan.

Penelitia tentang faktor CVS menunjukkan hubungan antara CVS


dengan penggunaan kacamata. Smita dkk (2013) menunjukkan bahwa
mata merah memiliki huungan yang signifikan dengan penggunaan
kacamata.

Jarak monitor komputer dengan mata merupakan faktor resiko


yang penting untuk CVS karena lebih dekat monitor komputer dengan
mata maka lebih sulit kerja mata untuk akomodasi dengan hal tersebut.
Penjelasan fisiologis dalam tantangan untuk akomodasi adalah bahwa
jarak yang dekat menyebabkan akomodasi berlebihan yang menyebabkan
kerja berlebihan dari otot siliaris mata yang bermanifestasi sebagai mata

9
lelah dan sakit kepala. Mirip dengan hal tersebut, konsentrasi dari monitor
komputer cendrung untuk menurunkan jumlah kedipan sehingga
mengekspos mata pada udara yang kering sehingga menyebabkan
kemerahan, kekeringan, dan ketegangan mata. Penelitian
merekomendasikan melihat komputer dengan jarak antara 30 dan 70 cm
untuk menurunkan gejala visual.

Faktor resiko lain untuk CVS termasuk ketinggian dan kemiringan


daro monitor. Penelitian telah menunjukkan hubungan antara gejala CVS
dan faktor resiko dimana peningkatan rasio untuk gejala mata tertentu
diobservasi ketika pengguna komputer menjaga monitor komputer setinggi
mata daripada dibawahnya. Telah direkomendasikan untuk menurunkan
ketidaknyamanan, monitor komputer harus setidaknya 5-6 inch dibawah
garis lurus dari pengelihatan pengguna. Hal ini menunjukkan dapat
menurunkan tidak hanya mata kering, tapi juga keparahan dari spasme
otot leher. Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
merekomendasikan bahwa pusat dari monitor komputer normalnya
terletak 15-20 cm dibawah tingkat horizontal mata dan seluruh area
pengelihatan dari layar harus terletak dengan sudut pengelihatan kearah
bawah lebih dari 60 derajat.

Istirahat ketika menggunakan komputer menunjukkan peningkatan


efisiensi karena istirahat dapat merelaksasi sistem akomodatif mata
sehingga menurunkan mata lelah dan sakit kepala.

2.4 Patofisiologi Computer Vision Syndrome


Mekanisme pemfokusan mata pada manusia nampaknya tidak
diperuntukkan karakter yang dihasilkan secara elektronik pada komputer,
tetapi merespon dengan baik untuk gambar yang memiliki tepi yang jelas
dengan latar belakang dan kontras antara latar belakang dan tulisan yang
baik. Karena itu, kerja pengelihatan pada suatu komputer diperlukan dan
termasuk pergerakan mata sakadik (motilitas okular), akomodasi

10
(pemfokusan) dan vergence (keselarasan), seluruh hal tersebut
melibatkan aktivitas muskular yang berlanjut.

Karakter pada layar komputer dibuat melalui titik-titik yang disebut


pixel. Pixel merupakan hasil dari sinar elektronik yang permukaan
belakangnya berlapis fosfor. Setiap pixel terang di bagian tengahnya dan
dengan kecerahan yang menurun di bagian luar. Oleh karena itu, karakter
elektronik lebih buram di bagian tepinya dibandingkan dengan tulisan
yang memiliki tepi yang tajam. Hal ini membuat mata manusia sangat sulit
untuk tetap fokus pada karakter pixel karena usaha untuk fokus pada
komputer, mata gagal mempertahankan fokusnya, oleh karena itu terjadi
relaksasi untuk fokus di belakang layar.titik ini disebut sebagai Resting
Point of Accommodation (RPA) atau tergakdang disebut sebagai fokus
gelap. Oleh karena itu mata secara konstan berelaksasi pada RPA dan
berusaha untuk fokus kembali pada layar sehingga menyebabkan
ketegangan dan lelah pada mata.

2.5 Prevalensi Computer Vision Syndrome


Penelitian sebelumnya memperkirakan bahwa prevalensi CVS
berkisar antara 64% sampai 90% pada pengguna komputer. Telah
diperkirakan bahwa mendekati 60 juta orang mengalami CVS secara
global dan sekitar 1 juta kasus baru terjadi setiap tahunnya. Sekita 70%
pekerja komputer diseluruh dunia melaporkan memiliki masalah
pengelihatan dan hal tersebut merupakan peringkatan meningkatnya
jumlah orang yang terkena. Penelitian pada pelajar menunjukkan
prevalensi CVS pada pelajar teknik sebesar 81,9% dibandingkan dengan
pelajar kesehatan yang sebesar 78,6%. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa angka yang tinggi dari pelajar teknik yang menggunakan komputer
(40%) antara 4 sampai 6 jam jika dibandingkan dengan pelajar kesehatan
yang hanya 10%. Pada suatu penelitian yang dilakukan pada mahasiswa
universitas dilaporkan sebesar 89,9% dari 795 mahasiswa memiliki gejala

11
CVS dan sakit kepala. Observasi yang sama menemukan gejala CVS
dilaporkan pada 90% dari populasi pelajar.

CVS dilaporkan lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan


perempuan. Laki-laki dilaporkan memiliki resiko yang lebih tinggi dari
berkembangnya gejala kemerahan, sensasi terbakar, pandangan kabur,
dan mata kering dibandingkan dengan sakit kepala, nyeri leher dan bahu
pada wanita.

Pada tahun-tahun pertama adanya komputer, pengguna komputer


hampir seluruhnya adalah usia dewasa. Namun, sekarang komputer
menjadi peralatan rumah dan jutaan anak-anak mengunakan komputer
disekolah dan rumah untuk tujuan pendidikan dan rekreasi. Beberapa
penelitian tentang prevaensi CVS pada anak-anak dilaporkan bahwa pada
anak-anak, seperti dewasa dapat mengalami gejala yang sama yang
berhubungan dengan penggunaan komputer. Melihat dan fokus pada
layar komputer dalam waktu yang lama dapat menyebabkan mata menjadi
tidak nyaman, lelah, pandangan kabur, sakit kepala, mata kering dan
tegang pada mata.

2.6 Gejala Computer Vision Syndrome


Kebanyakan penelitian mengindikasikan bahwa CVS adalah suatu
sindroma yang ditandai gejala seperti tegang pada mata, sensasi
terbakar, pandangan kabur, sensasi berpasir, sakit kepala dan nyeri leher.
Beberapa pengguna komputer dapa mengalami penurunan kemampuan
pegelihatan seperti pandangan kabur bahkan setelah berkerja. Gejala
dapat diperparah oleh pencahayaan yang buruk, silau, tempat kerja yang
tidak sesuai dan gangguan refraksi yang tidak dikoreksi.

 Sakit kepala
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa salah
satu gejala yang muncul pada banyak penguna komputer. Bali dkk.
(2007) melaporkan 82,1% dari populasi penelitian mengeluhkan

12
sakit kepala diantaranya 43,3% dan 45% pada pelajar kesehatan
dan teknik secara berturut-turut. Prevalensi yang lebih rendah dari
sakit kepala (29,9%) dilaporkan oleh Talwar dkk. (2009), 17% oleh
Kasavachandra (2006) pada karyawan teknologi informasi. Sebuah
penelitian deskriptif cross-sectional kuantitatif digunakan untuk
menentukan tingkat pengetahuan dari CVS pada penguna
komputer di Nigeria. Kuisioner diberikan pada 100 pengguna
komputer (laki-laki dan perempuan) berusia antara 18 sampai 40
tahun. Dilaporkan bahwa kebanyakan responden (45%)
mengahabiskan antara 6-8 jam didepan komputer dan hanya 6%
menggunakan komputer kurang dari 1 jam. Sekitar 40% dari
responden peduli pada CVS dan 74% dari mereka mengalami
setidaknya satu gejala CVS. Sakit kepala merupakan salah satu
gejala paling umum dilaporkan oleh 30,9% dari populasi penelitian.

 Pengelihatan kabur
Kamus kedokteran mendefinisikan pengelihatan kabur
sebagai pandangan yang tidak jelas, kabur atau pengelihatan yang
tidak tajam yang menyebabkan ketidakmampuan untuk melihat
detail kecil. Pengelihatan kabur dapat disebabkan oleh
abnormalitas yang muncul saat lahir seperti rabun dekat atau rabun
jauh yang memerlukan lensa korektif (kacamata) atau hal tersebut
menandakan adanya penyakit mata. Hubungan antara pengguna
komputer dan pengelihatan kabur sekit 10,1% dilaporkan pada
karyawan di Nigeria. Laporan sebelumnya juga mengindikasikan
hubungan dari pengelihatan kabur dengan penggunaan komputer.
Pengelhatan kabur dilaporkan pada 16,4% pelajar kesehatan
dimana 7,8% termasuk dalam katagori parah dibandingkan dengan
37,9% dala kategori ringan. Rosenfiled (2011) melaporkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai median dari
pengelihatan kabur ketika membandingkan penggunaan komputer
dan hardcopy.

13
 Ketegangan mata (Eyestrain)
Terdapat kebingungan dari populasi penelitian ketika
melaporkan ketegangan mata karena ketegangan mata dilaporkan
sebagai sendai terbakar. Ketegangan mata atau asthaenopia
adalah suatu kondisi opthalmologis yang muncul dengan gejala non
spesifik seperti lelah, nyeri di atau sekitar mata yang disebabkan
oleh membaca atau melihat layar komputer terlalu lama The
American Heritage Dictionary mendefinisikan ketegangan mata
sebagai rasa nyeri dan lelah dari mata, sering disertai sakit kepala
yang disebabkan penggunaan mata yang lama, gangguan
pengelihatan yang tidak dikoreksi, atau ketidakseimbangan otot
mata. Hubungan ketegangan mata dengan penggunaan komputer
telah dilaporkan dan prevalensinya bervariasi. Logaraj dkk. (2014)
melaporkan bahwa 32,3% dan 42,8% dari pelajar kesehatan dan
teknik berurutan mengeluh sensasi terbakar.

 KEMERAHAN
Mata merah dilaporkan sebagai gejala CVS. Prevalensi mata
merah bervariasi dari 13,9% dan 23,3% pada pelajar kesehatan
dan teknik, secara berurutan. Prevalensi yang rendah (4,3%) dari
mata merah juga dilaporkan pada populasi penelitian ini, dan
terdapat beberapa faktor yang menyebabkan variasi dari frekuensi
mata merah mulai dari variasi metodelogi sampai lingkungan.

 PENGELIHATAN GANDA
Secara klinis, pengelihatan ganda (diplopia) mengidikasikan
kelemahan dari 1 atau lebih otot ekstra okular dan beberapa
penyebab termasuk lesi neurologis dari saraf kranial ke 3,4,6,
kelainan neuromuscular junction, penyakit atau injury dari otot
marah dan lesi orbital. Diplopia terjadi secara monokular atau
binokular. Diplopia binokular dapat disebabkan oleh lesi yang
mengancam nyama seperti tumor intrakcanial. Penyebab lain

14
seperti aneurisma, kelumpuhan saraf , myasthenia gravis atau
trauma. Diplopia monokular adalah ketika pengelihatan ganda
berlanjut ketika mata yang tidak terkana ditutup. Pada monokular
diplopia (lebih jarang), gambar tambahan dapat terlihat sebagai
“gambar hantu”. Penyebab binokular diplopia termasuk mata
kering, gangguan refraksi, katarak, film air mata yang tidak stabil
dan opasitas media.
Penglihatan ganda dilaporkan sebagai salah satu gejala
CVS dan prevalensinya berkisar dari rendah sampai tinggi.
Penglihatan ganda dilaporkan sebesar 12,9% dalam populasi
penelitian ini. Dalam tidak adanya lesi neurologis atau penyakit dari
otot mata, diplopia pada CVS kemungkinan disebabakan kelelahan
otot ekstraokular karena melihat silauan pada monitor komputer
untuk periode waktu yang lama.

 MATA KERING
Mata kering adalah gejala yang menyertai CVS. Mata kering
pada CVS berbeda dari sindroma mata kering yang umumnya
terlihat pada orang tua. Hal tersebut dapat disebabkan karena
jumlah kedioan yang menurun sampai 60% pada seseorang yang
duduk di depan monitor komputer dalam periode waktu yang lama.
Penurunan jumlah kedipan dapat menyebabkan produksi air mata
menurun yang secara temporer menyebabkan stress pada kornea,
dan menghasilkan mata kering. Mata kering lebih sering dilaporkan
pada wanita, usia tua dan yang memakai lensa kontak, dan lebih
jarang pada kelompok usia muda dan bukan pengguna lensa
kontak.

 MATA BERAIR
Kontras dengan mata kering yang terjadi pada CVS,
pengguna komputer lain melaporkan mata berair pada keluhan
mereka. Dalam penelitian pada mahasiswa, dilaporkan bahwa

15
4,3% populasi penelitian mengeluh mata berair. Pada penelitian ini
didapatlan 10.8% dari populasi penelitian yang mengalami mata
berair.
Salah satu penjelasan tentang mata berair selama
menggunakan komputer dapat berhubungan dengan mata kering
dimana refleks air mata dihasilkan. Kekeringan permukaan okular
merangsang refleks saraf kranial 5 dan 7 untuk menghasilkan air
mata yang berlebih. Refleks air mata berebeda secara komposisi
dari air mata normal yang diperlukan untuk melubrikasi permukaan
mata. Air mata refleks lebih aqueous/cair dan mengandung mucin
dan minyak yang lebih rendah daripada air mata normal untuk
membentuk film air mata yang normal; air mata refleks tidak
membantu mengontrol kekeringan, jadi mata dapat bereaksi dan
menghasilkan lebih banyak air mata refleks.
Perlu diketahui penyakit mata lain yang dapat menyebabkan
mata berair seperti blepharitis kronis, trichiasis, abrasi kornea,
konjungtivitis virus/alergi, ectropion, obstruksi kanalikuli, exposure
keratopathy dan lebih penting eyestrain karena gangguan refraksi
yang tidak dikoreksi.

2.7 Menejemen Computer Vision Syndrome


Diagnosa CVS harus dibuat berdasar hubungan dengan gejala
pasien yang menggunakan komputer. Oleh karena itu, riwayat pasien
harus ditanya termasuk usia, keluhan utama dan onset dari gejala.
Kuesioner diberikan untuk mendapatkan informasi tentang riwayat
pengunaan komputer, kebiasaan kerja, tipe dan posisi komputer.
Penggunaan kacamata dan tetes mata harus dievaluasi. Anamnesa
termasuk riwayat penyakit seperti xerostomia, penyakit thyroid,
menopause, arthritis, carpal tunnel syndrome, Parkinson’s disease; dan
penggunaan obat sistemik (antikolinergik, antihistamin, antidepresan dan
diuretik) yang dapat memicu gejala mata kering.

16
Terdapat variasi dalam rekomendasi untuk menurunkan gejala CVS
dan kebanyakan dokter merekomendasikan untuk meningkatkan
lingkungan kerja termasuk menurunkan kesialuan dengan mengatur
cahaya pada lingkungan kerja, mengatur posisi yang baik dari komputer,
setidaknya 20 sampai 28 inch dan setelah melihat komputer selama 20
menit, alihkan pandangan ke objek berjarak 20 kaki selama 20 detik.
Melihat pada objek jauh ini dapat dilakukan setidaknya dua kali dalam
satu jam untuk mencegah gejala CVS.

Beberapa penelitian merekomendasikan pendekatan yang berebeda


untuk mengobati CVS. Untuk orang yang melihat komputer dengan jarak
20 inch, direkomendasikan untuk menggunakan kacamata khusus untuk
menurunkan ketidak nyamanan. Modifikasi dari lensa progresif
okupasional didesain untuk melihat objek (komputer) jarak menengah dan
dekat.

Penggunaan agen farmakologi dalam mengobati CVS masih tidak


meyakinkan. Pada penelitian Bali dkk. (2007) dilaporkan bahwa 97,8%
dokter sepakat untuk bahwa pengobatan utama untuk CVS adalah air
mata artifisial. Tetes mata elastoviscous lebih efektif dalam menurunkan
ketidaknyamanan daripada larutan salin biasa. Pada penelitian lain, tetes
mata herbal (tetes mata Itone) menunjukkan efek yang menguntungkan
dalam menurunkan gejala CVS daripada air mata artifisial pengganti.
Agen farmakologi lain yang digunakan untuk mengobati CVS mulai dari
analgesik (NSAID topikal) sampai steroid (steroid topikal, cycoplegic
topikal). Agen farmakologi yang bermacam ini menunjukkan bahwa
seluruh obat tersebut bertujuan untuk meringankan gejala yang
berhubungan dengan permukaan okular dan kompleksisitas dalam
mengobati CVS. Dapat disimpulkan bahwa, selain menggunakan lubrikan
permukaan okular, kacamata untuk komputer dan konseling untuk
meningkatkan kondisi lingkungan kerja, masih belum ada langkah-langkah
perbaikan untuk prevensi dan pengobatan CVS dalam pengobatan
modern. Perkembangan terbaru dalam pencarian pengobatan untuk CVS
merekomendasikan sistem alternatif dari pengobatan termasuk Ayuverda,

17
telah diketahui selama bertahun-tahun di India dalam meningkatkan
homeostasis dan kekuatan okular. Penelitian lain masih diperlukan dalam
menentukan efikasi dari modalitas alternaitf pengobatan CVS.

18
BAB 3

KESIMPULAN

Dengan perkembangan teknologi dan ketergantungan pada


teknologi informasi, komputer menjadi alat yang umum digunakan di
sekolah, kampus, universitas dan tempat kerja. Sekarang lebih banyak
karena pada tahun 200, dilaporkan bahwa lebih dari 75% aktivitas sehari-
hari dari semua pekerjaan melibatkan penggunaan komputer. Literatur
mengindikasikan bahwa melihat komputer terlalu lama berhubugan gejala
visual dan muskuloskeletal. Gejala visual merupakan sindroma yang
terdiri dari sakit kepala, eyestrain, mata lelah, penglihatan kabur, iritasi
dan sensasi terbakar pada mata, mata merah, dan penglihatan ganda.
Pengingkatan ketergantungan pada komputer di dunia yang sedang
berkembang menunjukkan bahwa CVS merupakan masalah kesehatan
publik yang sedang tumbuh yang masih belum terlalu jelas dipahami.

CVS telah dilaporkan mempengaruhi semua kalangan dan anak-


anak sama-sama terpengaruh. Sementara sebagian besar kementerian
pendidikan dalam pengembangan menganjurkan modernisasi
perpustakaan, membangun dan melengkapi laboratorium komputer dan
meningkatkan penerapan TIK dalam pengajaran dan pembelajaran,
sehingga tidak banyak literatur tentang dampak komputer pada
penglihatan anak-anak negara berkembang, khususnya di Afrika.
Demikian pula halnya dengan semakin banyak penggunaan komputer
sebagai strategi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas di tempat
kerja memungkinkan memengaruhi efek kesehatan karyawan.

CVS secara signifikan mengganggu produktivitas dan mengurangi


kualitas hidup dengan menempatkan ketegangan yang tidak biasa pada
fisik seseorang. Tidak banyak penelitian tersedia untuk pengobatan CVS.
Karena itu, strategi intervensi diperlukan untuk meminimalkan dampak
epidemi pada produktivitas, efisiensi dan kualitas hidup pengguna
komputer. Penelitian lebih lanjut direkomendasikan untuk dilakukan pada

19
orang dewasa di tempat kerja, di antara anak-anak di sekolah dan
mahasiswa di universitas untuk tujuan memberi informasi pengembangan
langkah-langkah yang dapat diterapkan dan efektif untuk mengurangi
dampak kesehatan kesehatan teknologi komputer.

20

Anda mungkin juga menyukai