Anda di halaman 1dari 4

Pengertian VDT

• Visual Display Unit atau Visual Display Terminal adalah bagian dari komputer yang biasa
menyebabkan ketidaknyamanan pada operator komputer antara lain (Siswanto A, 1994) :
Kesilauan (glare)

• Kesilauan dapat disebabkan oleh permukaan yang mengkilap sehingga pantulan cahaya
mengenai mata operator serta penempatan lampu (sumber penerangan) yang tidak tepat.

Gejala VDT

1. Astenopia yang dapat mencapai 75 %–90 % yang dilaporkan WHO

2. Kelalahan mata, Mata kering (Dry eye)

3. Sakit kepala, kabur melihat dekat secara periodik, kadang–kadang kabur melihat jauh

4. Mata merah, terasa terbakar

5. Rasa panas

6. Silau

7. Pemakaian lensa kontak yang tidak nyaman

8. Perubahan persepsi warna

9. Nyeri leher dan bahu,

Faktor Penyebab

Faktor Lingkungan

1. Pencahayaan Ruangan Kerja Responden Tingkat pencahayaan shift sore pada kedua
percetakan < 50 lux. Pada tingkat pencahayaan yang kurang dari 300 lux dapat menyebabkan
gejala CVS. Pada shift pagi, semua responden mengaku merasa silau pada layar monitor
karena intensitas dari sumber cahaya yang terlalu kuat yaitu berasal dari sinar matahari.
Diketahui juga menurut data pengukuran peneliti pada percetakan I pencahayaan setempat
sebesar >2000 lux yaitu lebih tepatnya sebesar 2853 lux. Hal tersebut bisa dikatakan
merupakan faktor terjadinya CVS karena intensitas cahaya yang berlebih. Sesuai dengan
Gradjean yang membagi rekomendasi tingkat penerangan pada ruang kerja komputer yaitu
minimal sebesar 300 lux dan maksimal sebesar 700 lux.5

2. Kondisi Implementasi SOP Kerja Berdasarkan data penelitian dan triangulasi kepada
pimpinan percetakan tidak terdapat sama sekali SOP yang berisi tata cara berkomputer
secara ergonomis. tidak adanya SOP yang diterapkan secara tersurat bisa membuat
kurangnya pengetahuan responden tentang berkomputer secara ergonomis. Dan selain itu,
bisa membuat responden melakukan sikap dan kebiasaan menggunakan komputer dengan
tidak baik. Karena faktor tidak adanya SOP dalam penelitian ini sama dengan faktor
kurangnya pengetahuan responden terhadapa CVS dalam kaitannya dengan proses
menyebabkan CVS. Karena juga, fungsi SOP disini bisa selain sebagai peraturan juga sebagai
penjelasan dan menambah pengetahuan secara detail langkah – langkah berkomputer secara
ergonomis. Sehingga responden selain tidak adanya pengetahuan tentang CVS, juga tidak
adanya SOP bisa membuat responden masih seringkali melakukan sikap atau kebiasaan yang
bisa mempengaruhi kejadian CVS.

3. Supervisi dari Pimpinan atau Owner Percetakan Menurut data hasil penelitian semua
responden mengakui tidak adanya supervisi dari owner/pimpinan terhadap responden
terkait ergonomi berkomputer yang diterapkan percetakan. Faktor kurangnya supervisi
dalam penelitian ini hampir sama dengan faktor pengetahuan responden yaitu, faktor
penyebab tidak langsung. Dengan pengetahuan yang kurang dari owner, maka owner akan
jarang melakukan supervisi pada responden sehingga bisa membuat responden akan
melakukan sikap dan kebiasaan yang dapat menimbulkan atau memperparah kejadian CVS
pada responden. C. Faktor Durasi Kerja 1. Reflek Kedipan Mata Menurut hasil penelitian
semua responden mengaku merasa biasa – biasa saja atau merasa normal tentang intensitas
kedipan mata saat menatap komputer. Padahal, menurut Sitzman seorang yang sedang
menatap komputer mempunyai kebiasaan berkedip lebih sedikit daripada seorang yang
normal atau tidak sedang menatap komputer.

Semakin lama durasi kerja, akan semakin jarang frekuensi kedipan mata yang akan menyebabkan
mata pekerja merasa kering dan terbakar.4 2. Jangka Waktu Menatap Komputer Secara Terus –
Menerus Hampir semua responden mengaku rata – rata hanya 1 jam waktu menatap komputer
secara terus – menerus. Menurut peneliti, semua responden pada penelitian ini terindikasi gejala
CVS oleh juga disebabkan faktor jangka waktu menatap komputer secara terus – menerus.
Karena walaupun diketahui waktu untuk menatap komputer hanya 1 jam, namun hal tersebut
merupakan minimal waktu menatap komputer yang dapat menyebabkan gejala CVS. Dengan
demikian sebagian besar responden bisa terkena kejadian CVS dengan 1 jam menatap komputer
secara terus – menerus namun masih berada dalam kategori beban kerja ringan. D. Faktor
Komputer 1. Jenis Monitor Tidak ada perbedaan tanggapan dari responden yang memakai jenis
monitor CRT maupun LCD. Menurut peneliti responden pada penelitian ini mengalami CVS
karena faktor jenis monitor CRT yang digunakan. Tanggapan nyaman dari responden bisa
disebabkan ketidaktahuan bahaya kelelahan mata diakibatkan monitor CRT. 2. Layout Kerja Pada
percetakan I menurut observasi peneliti sebagai langkah triangulasi, jenis posisi monitor masuk
dalam kategori eye level condition yang bisa menyebabkan bertambahnya rasa tidaknya nyaman
pada leher dan kepala. Pada percetakan I juga terdapat responden mengeluhkan sinar matahari
yang terlalu banyak masuk ruang kerja sehingga menimbulkan pantulan pada layar monitor. Hal
tersebut terjadi berdasarkan observasi peneliti letak meja kerja yang dekat dengan kaca pintu
sehingga responden merasa silau.

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012,


Halaman 731 - 737 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Dampak

1. Syndrom dry Eye


Keadaan mata yang kering atau disebut juga dengan sindrom mata kering
(Syndrom Dry Eye) merupakan gangguan akibat kurangnya produksi air mata atau
penguapan air mata berlebihan. sindroma dry eye adalah gangguan defisiensi air
mata baik kuantitas maupun kualitas.
SDE pada pengguna VDT terjadi karena mata terbuka lebar menatap layar
monitor terus-menerus. Keadaan tersebut akan mengakibatkan frekuensi
mengedip berkurang sehingga terjadi penguapan air mata yang berlebihan
akhirnya mata menjadi kering. Pada pekerja VDT reflek mengedip berkurang 66%
yaitu sekitar 3,6kali/menit dibandingkan saat tidak menggunakan VDT (normal
rata-rata 15-20kali/menit) Selain itu penguapan air mata lebih banyak terjadi
pada keadaan mata melihat lurus ke depan dibandingkan dengan keadaan
melihat ke bawah karena permukaan mata lebih luas pada saat melihat ke depan.
Air mata berfungsi :
a. Mempertahankan permukaan kornea agar tetap licin dan rata. Fungsi ini
memperbaiki tajam penglihatan terutama pada saat setelah mengedip
b. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang lembut
atau lubrikasi agar gerakan bola mata serta mengedip terasa nyaman dan
membersihkan kotoran yang masuk mata
c. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan mencegah kemungkinan infeksi
d. Memberi kornea substansi nutrient dan sebagai media transport produk
mikroorganisme.

http://www.ubaya.ac.id/ubaya/news_wu_detail/214/Syndrom--Dry--Eye--Pada-
-Penggunaan--Visual--Display--Terminal---VDT-.html

2. Computer Vision Syndrome


Adalah masalah yang dihadapi orang-orang yang banyak menghabiskan waktu bekerja
berjam-jam setiap harinya didepan layar komputer.
Pengaturan ulang lingkungan kerja membuat ergonomi lebih baik, yaitu mengurangi
ketegangan mata dan masalah pengelihatan yang berhubungan dengan CVS.
Kacamata minus atau plus bisa menangkal radiasi dalam porsi tertentu. Tetapi, tidak
seefektif jika menggunakan kacamata khusus sewaktu bekerja dengan komputer dalam
jangka waktu yang lama. Penggunaan lensa kacamata khusus untuk kebutuhan di depan
kmoputer mengalami perkembangan yang disempurnakan, yaitu penggunaan lensa
polikarbonat yang bisa meredam glare dari cahaya komputer, juga dapat memfilter sinar
berbahaya yang berasal dari monitor. Sumber : IT Ergonomics, Feri Sulianta, 2010.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
3. Dermatitis

Dermatitis pada muka merupakan salah satu gangguan kesehatan yang terbukti
diakibatkan oleh radiasi secara langsung. Tjon dan Rycroft melakukan penelitian
pengaruh radiasi pada kulit muka. Hasil penelitian mereka mengatakan bahwa
salah satu akibat dari radiasi adalah kemerahan pada kulit muka. Hal ini akan
terjadi setelah seorang operator bekerja selama 2-6 jam dan pada tempat yang
tingkat kelembabannya rendah. Setelah kemerahan, kemudian terjadi
pengelupasan kulit ari dan timbulnya benjolan pada kulit. Dermatitis ini akan
terjadi akibat adanya medan magnet antara monitor dengan operator. Medan
elektromagnet menyebabkan partikel-partikel yang melayang diudara menempel
pada kulit, sehingga menimbulkan iritasi pada kulit. Karena yang berhadapan
langsung pada layar monitor adalah bagian muka, mata. Muka lebih sering
mengalami iritasi. Timbunan elektrostatik ini dapat menyebabkan pipi merah
sehabis memakai monitor.

Solusi dan contoh kasus :

Seorang gammer (biasanya pelajar) yang gemar bermain game tanpa memperhatikan jarak

aman dan posisi yang benar ketika di depan layar monitor sehingga menimbulkan CVS

(Computer Vision syndrome) seperti (1) kelelahan mata yang merupakan gejala awal, (2)

mata terasa kering, (3) mata terasa terbakar, (4) pandangan menjadi kabur, (5)

penglihatan ganda, (6) sakit kepala, (7) nyeri pada leher, bahu dan otot punggung.

Solusi :

Pengaturan ulang lingkungan kerja membuat ergonomi lebih baik dengan :

1. Melengkapi komputer dengan non-reflective glass screen atau anti glare screen

overlay.
2. Meningkatkan brightness dari area yang mengelilingi sumber kesilauan.
3. Mengurangi brightness dari sumber kesilauan.
4. mengatur brightness dari screen oleh operator yang bersangkutan.
5. Screen sebaiknya berwarna hijau tua, karakter hijau lebih muda atau kuning atau

karakter berwarna hitam dan background berwarna putih dimana brightness dari

screen diatur dengan sebaik-baiknya.


6. Jarak antara mata operator dan VDT (Visual Display Terminal) tidak kurang dari 45 –

60 cm. (18 – 28 inches) dan tinggi angka atau huruf tidak kurang dari 4,5 mm.
7. Suhu ruang komputer hendaknya tidak lebih dari 21OC (suhu kering).

Anda mungkin juga menyukai