Anda di halaman 1dari 12

Skenario 4.

Mataku Kabur, Kerjaanku Mundur


Fulan, seorang laki-laki berusia 39 tahun datang ke puskesmas./ dengan keluhan
mata lelah sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai mata merah, mata berair
dan pandangan kabur. Kadang-kadang merasakan nyeri bahu dan leher. Keluhan
dialami kambuh-kambuhan sejak 3 bulan yang lalu. Pasien bekerja sebagai web
desainer. Order menumpuk selama 3 bulan ini, sehingga pasien merasa keluhan
tersebut. Dokter kebingungan saat akan melakukan pemeriksaan fisik kepada
pasien. Pasien tidak melakukan pekerjaan lain di luar pekerjaan utamanya. Dokter
hanya memberikan obat tetes mata xitrol dan memberikan edukasi seadanya.
Pasien menanyakan apa nama diagnosis penyakitnya dan dokter tidak dapat
menjelaskan secara detail.

Step 1 : Klarifikasi Istilah

1. Puskesmas :
Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan tingkat
pertama ddengan lebih mengutamakan upaya promotive dan preventif di
wilayah kerjanya.
(Permenkes No. 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat)
2. Xitrol :
Obat tetes mata yan mengandung Dexamethason dan dikombinasikan
dengan neomycin sulphate dan polymyxin B sulphate untuk mengobati
penyakit mata terutama dikarenakan radang atau infeksi bakteri.

Step 2 : Rumusan Masalah

1. Apa kemungkinan diagnosis kasus pada scenario ?


2. Bagaimana pemeriksaan fisik yang seharusnya dilakukan oleh dokter ?
3. Apa hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami Fulan ?
4. Apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkakn penyakit akibat kerja
pada scenario ?
5. Apa edukasi yan tepat sesuai kasus pada scenario ?
6. Apakah obat yang di resepkan oleh dokter sudah rasional ?

Step 3 : Brainstorming

1. Apa kemungkinan diagnosis kasus pada scenario ?


Berdasarkan keluhan yang ada pada scenario Fula mengalami Computer
Vision Syndrome (CVS). Menurut American Optometric Association CVS
adalah sekumpulan gejala pada mata dan leher yang disebabkan oleh
penggunaan computer atau layar monitor yang berlebihan. 1-3 Gejala yang
timbul seperti yang dikeluhkan oleh Fulan, antara lain :
a. Gejala astenopia : Mata Lelah, mata kering, mata tegang, mata
terasa sakit, nyeri kepala.
b. Gejala permukaan okuler : Mata berair, mata teriritasi.
c. Gejala visual : Penglihatan kabur, penglihatan ganda, kesulitas
memfokuskan penglihatan.
d. Gejala ekstraokuler : Nyeri bahu, nyeri leher dan nyeri punggung.
2. Bagaimana pemeriksaan fisik yang seharusnya dilakukan oleh dokter ?
Pemeriksaan fisik pada mata terutama yang dapat dilakukan :
a) Pemeriksaan visus . Untuk melihat apakah terjadi gangguan
penglihatan
b) Pemeriksaan refraksi. Untuk menentukan kekuatan lensa yang
dibutuhkan untuk memperbaiki kelainan refraksi yang ditemukan
c) Pemeriksaan dengan slitlamp Untuk mengevaluasi tear meniscus
dan pemulasan kornea. Pemeriksaan ini dilakukan untuk penilaian
mata kering yang dikeluhkan oleh penderita. Keadaan mata kering
ditunjukan dengan keadaan meniskus air mata yang terputus di
palpebra inferior. Pemulasan bisa dilakukan dengan Rose Bengal 1%
yang akan memulas sel epitel yang tidak tertutup oleh musin yang
mengering dari korne dan konjungtiva.
d) Pemeriksaan fungsi mata. Untuk dapat memfokuskan sinar, bergerak
dan bekerja secara sinergis
e) Tes Schirmer. Merupakan indikator tidak langsung untuk menilai
produksi air mata. Tes ini dilakukan dengan cara memasukan strip
Schrimer pada bagian kelopak bawah mata yaitu pada cul de sac
konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal dari
palpebra inferior. pemeriksaan ini dilakukan secara bersamaan pada
kedua mata. sebelum tes ini dilakukan cairan tetes mata yang
membuat mata menjadi kaku untuk mencegah mata teriritasi saat
dimasukan strip tersebut. Penderita diminta untuk menutup mata
secara perlahan selama lima menit. Setelah lima menit, pemeriksa
melakukan pengukuran pada bagian yang basah. Panjang bagian
basah yang kurang dari 10 mm tanpa anestesi dianggap abnormal.
f) Tes Break Up Time. Untuk melakukan penilaian stabilitas air mata
dan komponen lipid dalam cairan air mata. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara meletakan secarik kertas berfluorescein di
konjungtiva bulbi dan meminta pasien berkedip. Lapisan air mata
kemudian diperiksa dengan bantuan filter cobalt pada slitlamp,
sementara penderita diminta untuk tidak berkedip. Selang waktu
munculnya titik - titik kering pertama dalam lapisan flourescein
kornea adalah break up time dengan nilai normal berkisar lebih dari
15 detik. Selang waktu akan memendek pada individual yang
mengalami defisensi lipid pada air mata.
3. Apa hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami Fulan ?
Fulan sebagi pekerja web desainer tentu memakai perangkat laptop atau
semacamnya dalam durasi waktu tertentu. Ada kemungkinan durasi
penggunaan atau menatap layer monitor dalam waktu yang sangat lama
terlebih lagi tuntutan pekerjaan yang menumpuk selama 3 bulan terakhir.
The university of North Carolina at Asheville mengelompokkan beban
kerja pekerja computer atas dasar lama waktu kerja sebagai berikut :
a. Beban kerja berat : Durasi waktu kerja dngan menatap layer monitor >
4 jam.
b. Beban kerja sedang : Durasi waktu lama kerja menatap layer monitor
antara 2-4 jam.
c. Beban kerja ringan: Durasi waktu lama kerja menatap layer monitor <
2 jam.

Pada pekerja computer terjadi pekerjaan mata yang selalu berulang dan
terus-menerus akan membuat mata selalu berupaya untuk memfokuskan
pandangan pada bidang layar monitor. Hal ini disebabkan karena otot mata
harus bekerja keras untuk melihat objek tersebut. Oleh karena itu, durasi
atau lamanya mata digunakan untuk melihat computer juga menjadi salah
satu faktor dalam mempercepat terjadinya gangguan atau kelelahan mata.
CVS dapat muuncul segera setelah pemakaian computer dalam jangka
waktu lama atau lebih dari 4 jam.

Menurut Suhendi 2013, Komputer dan semacamnya dapat


menyebabkan mata Lelah karena pancaran radiasi elektromagnetik yang
dihasilkan oleh layer monitor. Radiasi tersebut yang dapat menyebabkan
mata menjadi berair, dan mata Lelah.

Selain itu penyebab CVS karena ada perbedaan anatara huruf dan
gambar di kertas biasa, dengan huruf dan gambar pada layar computer.
Huruf dan gambr pada layer computer tersusun atas titik-titk/pixels.
Sehingga mata harus berakomodasi dan terjadilah eye strain atau
ketegangan pada mata. Pencahayaan ruangan yang kurang baik dan kurang
jarang berkedip dapat menyebabkan kondisi tersebut.

4. Apa saja faktor risiko yang dapat menyebabka keluhan Fulan ?


A. Faktor Ergonomis/fisiologis
a. Faktor perangkat kerja
i. Jarak layer monitor dengan mata. Jarak pandang
monitor jangan terlalu jauh atau dekat. Jarak pandang
yang salah dapat mengakibatkn mata cepat Lelah. Jarak
antara layar monitor dan mata yang terlalu dekat dapat
menyebabkan mata menjadi tegang, cepat Lelah karena
terus berakomodasi, dan berpontensi mengalami
keluhan penglihatan.4 Idealnya jarak minimal antara
mata pengguna dan layer monitor adalah 20 inci atau 50
cm. Kemudin posisi monitor diatur agar bagian tertinggi
dari layer berada pada posisi yang sejajar dengan mata.
Menurut AOA, layer computer sebaiknya berada pada
sudut 15-20 derajat terhadap level mata.
b. Faktor lingkungan
i. Tingkat pencahayaan. Menurut SNI 03-6575-2001,
tingkat pencahayaan minimum untuk ruang computer
adalah 350 Lux. Menurut Permenkes No. 70 tahun 2016
suatu lingkungan kerja atau aktivitas kerja dikatakan
memenuhi syarat tingkat pencahayaan apabila
mempunyai perbedaan maksimal 10% dari nilai tingkat
pencahayaan yang dipersyaratkan. Berikut rekomendasi
tingkat pencahayaan pada tempat kerja dengan
computer : (Grandjean tahun 1988)
1. Kegiatan computer dengan sumber dokumen
terbaca jelas : <400 Lux.
2. Kegiatan computer dengan sumber dokumen
yang tidak terbaca jelas : 400-500 lux.
3. Tugas memasukkan data : >500-700 lux.
B. Faktor fisik : Radiasi yang dipancarkan oleh layer monitor
C. Durasi penggunaan computer/laptop dan semacamnya
5. Apa edukasi yang tepat sesuai kasus pada scenario ?
Keluhan pada CVS dapat dicegah dengan perawatan mata yang tepat dan
pengarahan pada penderita mengenai ergonomik computer. Pencegahan
yang dapat dilakukan adalah :
a. menggunakan filter anti glare pada monitor VDT.
b. Filter anti-reflective (AR) pada pengguna lensa kacamata yang
akanmembantu memfokuskan penglihatan.
c. Jarak monitor 35-40 ichi yang menjaga mata dalam keadaan
istirahat atau tidak melakukan akomodasi.
d. Monitor komputer memiliki posisi 15% lebih rendah dari
bidang horisontal mata untuk mencegah keluhan
muskuloskeletal.
e. Intirahatkan mata secara berkala dengan prinsip 20/20/20 yaitu
setelah 20 menit menggunakan komputer, pandangan dialihkan
pada obyek yang berada pada jarak 20 feet, selama 20 detik.
f. Mempertahankan posisi duduk yang baik selama bekerja di
depan VDT.
g. Menggunakan kacamata yang ukurannya sesuai pada penderita
kelainan refraksi.
h. Pengaturan kuat cahaya, kontras dan kecerahan monitor
dilakukan secara optimal sebelum melakukan aktifitas di depan
VDT. Pencahayaan ruangan kerja tidak lebih dari 3 kali rata-
rata pencahayaam monitor.
i. Berkedip lebih sering untuk mencegah mata kering.
j. Setiap jammelakukan latihan melihat objek pada jarak yang
jauh selama 10-15 detik kemudian melihat dekat selama 10-15
detik, lakukan 10 kali. Pada saat bekerja di depan VDT dalam
jangka waktu lama, berhentilah sesaat agar mata dapat
beristirahat.
6. Apakah obat yang di resepkan oleh dokter sudah rasional ?

Peresapan obat tetes mata Xitrol kurang tepat pada kaus Fulan. Karena
keluhan mata Fulan bukan disebabkan infeksi bakteri atau punraksi
inflamasi, sedangkan Obat tetes mata Xitrol di indikasikan pada mata yang
mengalami inflamasi baik pada okuler, palpebra, konjungtiva bulbar dan
kornea. Bila hendak memberikn tatalaksana medikamentosa sebaiknya
adalah tetes mata yang bersifat menganti air mata, karena pada kasus serta
meresapkan NSAID untuk keluhan nyeri bahu dan lehernya.

Step 4 : Skema

CVS

Hirarki
Hazard Manajemen
pengendalian AIK
Occupational Pelayanan Prima
bahaya okupasi

Keselamatn
Pasien

Komunikasi
efektif

Pengobatan
rasional

Step 5 : Sasaran Belajar

1. Etiologi dan Faktor Risiko

2. Patofisiologi

3. Pencegahan dan farmakologi

4. Penegakan diagnosis

5. AIK
STEP 7 :

1. Etiologi dan Faktor Risiko


Etiologi :
a. Biasanya orang kurang berkedip ketika bekerja dengan komputer sedangkan
berkedip penting untuk menjaga mata tetap lembab dan rileks. Kurang
berkedip menyebabkan penguapan airmata berlebihan dan mata menjadi
kering.
b. Beberapa orang sudah mempunyai masalah seperti koordinasi mata dan
pemfokusan yang tidak jelas terlihat pada aktivitas lain, tetapi menjadi masalah
besar ketika menggunakan computer.
c. Komputer sering dipasang sedemikian rupa sehingga membuat mata bekerja
terlalu keras. i) Jenis huruf komputer yang dipakai mungkin terlalu kecil ii)
Pantulan dari sumber cahaya di dekatnya ataudari jendela mungkin terlalu
terang iii) Monitor mungkin diletakkan terlalu tinggi untuk penglihatan normal
mata.
d. Orang yang berusia lebih dari 40 tahun dan memakai kacamata bifokal atau
kacamata baca sering mengalami masalah karena kacamata mereka terlalu
disetel untuk melihat buku yang dipegang 40 cm jauhnya, dibandingkan dengan
layar monitor yang biasanya terletak 60 cm dari mata pengguna komputer.

Faktor Risiko :

a. Alergi dan Riwayat atopi


b. Penggunaan lensa kontak
c. Diabetes
d. Riwayat operasi pada mata
e. IBS
f. Migraine
g. Osteoarrthritis
h. Sjogren’s disease
i. Merokok
(Sumber : Lurati AR. Computer Vision Syndrome: Implications for the
Occupational Health Nurse. Workplace Health Saf. 2018;66(2):56-60.
doi:10.1177/2165079917731790 )
Menurut Del Castilo tahun 2013 :
a. Faktor Lingkungan
a. Tingkat pencahayaan
b. Suhu udara
b. Frekuensi berkedip
c. Jenis kelamin
d. Usia
e. Durasi penggunaan computer
f. Durasi istirahat setelah penggunaan computer
g. Penggunaan kacamata
h. Penggunaan lensa kontak
i. Faktor computer
a. Jarak dan posisi monitor
b. Alat pelilndung mata
c. Filter screen
d. Tampilan layer
e. Ukuran objek pada layer
2. Patofisiologi
Gangguan permukaan mata sering terjadi pada pengguna VDT yaitu
berupa penyakit mata kering, gangguan mengedip dan gangguan fungsi
kelenjar meibom menjadi faktor utama penyebabnya. Lapisan lipid selain
dihasilkan oleh kelenjar meibom juga di sekresikan oleh kelenjar Moll dan
Zeis. Penutupan dari kelopak mata sangat penting untuk distribusi lapisan
film air mata, dimana saat kelopak mata menutup terjadi pembersihan debris
dan saat kelopak mata terbuka terjadi pendistribusian lapisan aquos diikuti
penyebaran lapisan lipid. Chu dkk, mempelajari rata-rata kedipan saat
membaca dari VDT dan kertas, dimana tidak terdapat perbedaan yang
signifikan diantara keduanya tetapi terdapat peningkatan signifikan 7.02%
kedipan tidak sempurna pada VDT dan 4.33% pada kertas yang berkaitan
dengan efek pengeringan pada permukaan mata. Sekresi kelenjar Meibom
berkontribusi terhadap lapisan lipid dari film air mata, yang berfungsi
mencegah penguapan oleh udara sekitar. Wu dkk, mempelajari efek disfungsi
kelenjar meibom pada tingkat keparahan gangguan mata kering pada
pengguna VDT, menemukan bahwa kelainan penutupan kelopak mata, dan
penurunan fungsi kelenjar meibom berkorelasi positif dengan VDT yang
memiliki waktu kerja lebih dari 4 jam per hari.
Penglihatan kabur saat meihat dekat atau jauh setelah penggunaan
komputer dalam jangka waktu lama adalah gejala yang sering dihubungkan
dengan CVS. Hal ini merupakan hasil dari berkurangnya respon akomodasi
atau kegagalan untuk relaksasi respon akomodasi saat melihat VDT. Untuk
mendapatkan dan menjaga penglihatan jelas dan binokular pada target yang
kecil saat melihat VDT dibutuhkan fokus bayangan pada retina yang tepat,
kelainan seperti miopia, hipermetropia dan astigmatisme dapat
mengakibatkan meningkatnya gejala dari penglihatan kabur pada CVS.

Sumber : Afdal R. Sindrom Penglihatan Komputer (CVS). [Internet]. Disitasi


pada 3 September 2020. Tersedia di : http://perpustakaanrsmcicendo.com/wp-
content/uploads/2020/01/Sindrom-Penglihatan-Komputer-CVS.Afdal-Riza.pdf

3. Pencegahan dan farmakologi


Pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a. menggunakan filter anti glare pada monitor VDT.
b. Filter anti-reflective (AR) pada pengguna lensa kacamata yang
akanmembantu memfokuskan penglihatan.
c. Jarak monitor 35-40 ichi yang menjaga mata dalam keadaan
istirahat atau tidak melakukan akomodasi.
d. Monitor komputer memiliki posisi 15% lebih rendah dari
bidang horisontal mata untuk mencegah keluhan
muskuloskeletal.
e. Intirahatkan mata secara berkala dengan prinsip 20/20/20 yaitu
setelah 20 menit menggunakan komputer, pandangan dialihkan
pada obyek yang berada pada jarak 20 feet, selama 20 detik.
f. Mempertahankan posisi duduk yang baik selama bekerja di
depan VDT.
g. Menggunakan kacamata yang ukurannya sesuai pada penderita
kelainan refraksi.
h. Pengaturan kuat cahaya, kontras dan kecerahan monitor
dilakukan secara optimal sebelum melakukan aktifitas di depan
VDT. Pencahayaan ruangan kerja tidak lebih dari 3 kali rata-
rata pencahayaam monitor.
i. Berkedip lebih sering untuk mencegah mata kering.
j. Setiap jammelakukan latihan melihat objek pada jarak yang
jauh selama 10-15 detik kemudian melihat dekat selama 10-15
detik, lakukan 10 kali. Pada saat bekerja di depan VDT dalam
jangka waktu lama, berhentilah sesaat agar mata dapat
beristirahat.
Tatalaksana medikamentosa :
1. Artificia tears eye drop seperti cendo lyteers. Cendo lyteers mengandung
sodium chloride 4,4 mg dan kalium chloride 0,8 mg dengan indikasi
untuk melumasi dan menyejukkan pada mata kering akibat kekurangan
sekresi mata, iritasi, penggunaan contact lens.
2. Obata analgetik / NSAID untuk meringankan keluhan musculoskeletal
seperti nyeri bahu, nyeri leher.
4. Penegakan Diagnosis
5. AIK
Daftar Pustaka

1. American Optometric Association. Computer vision syndrome, 2011. Di


unduh pada Agustus 31, 2020 dari http://www.aoa.org/patients-and-
public/caring-for-yourvision/protecting-your-vision/computer-
visionsyndrome?sso=y
2. Affandi ES. Sindrom penglihatan komputer. Majalah Kedokteran
Indonesia, 2005; 55 (3) : 297-300. Diunduh pada April 8, 2015 dari
http://masrip.sarumpaet.net/wpcontent/uploads/2010/03/SindromPenglihat
anKomputerComputerVisionSyndro me.pdf
3. Blehm C, Vishnuh S, Khattak A, Mitra S, Yee RW.Computer vision
syndrome : a review, J Surv Opthal, 2005 ; 50 (3) : 253-262. Di akses pada
Agustus 31, 2020
dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 5850814
4. Amalia H. Computer vision syndrome. J Biomedika Kesehat [Internet].
27Sep.2018 [cited 31Aug.2020];1(2):117-8. Available from:
https://jbiomedkes.org/index.php/jbk/article/view/48
5. Sari, F. Rani H. Faktor risiko terjadinya computer visio syndrome.
Majority.2018;7(2):279-80.
6. Muchtar, H. Nita S. Hubungan lama penggunaan laptop dengan timbulnya
keluhan computer vision syndrome pada mahasiswa fakultas kedokteran
umum. Jurnal MEdika Malahayati. 2016;3(4): 198-99.
7. Farras P. Faktor-faktor yang berpengaruh dengan keluhan mata
padapekerja pengguna computer. [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
8. Dinda P, Artini I, Aman I. Pola penggunaan obat tetes mata pada
karyawan IT penderita computer vision syndrome di lingkungan Pt.
Telkom Indonesia. Jurnal Medika Udayana. 2018;7(5):239.
9. Lurati AR. Computer Vision Syndrome: Implications for the Occupational
Health Nurse. Workplace Health Saf. 2018;66(2):56-60.
doi:10.1177/2165079917731790

Anda mungkin juga menyukai