Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH JARAK PANDANG TERHADAP TIMBULNYA GEJALA PADA COMPUTER VISION

SYNDROME (CVS)

Teknologi saat ini berkembang dengan cepat dan telah memberikan berbagai keuntungan
bagi manusia, termasuk kemudahan dalam pekerjaan manusia. Manusia menggunakan
teknologi komputer sebagai alat bantu dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan komputer
di tempat kerja semakin meningkat karena memberikan efisiensi baik tenaga kerja maupun
waktu. Monitor komputer tidak hanya menampilkan gambar dan teks, tetapi juga
memancarkan gelombang radiasi yang tidak terlihat, termasuk sinar ultraviolet (UV) dan
sinar X, yang dapat menyebabkan kerusakan pada badan, mata, kepala, dan badan.
Penggunaan komputer dalam durasi yang lama dapat menimbulkan Computer Vision
Syndrome. Computer Vision Syndrome, yang mempengaruhi 65-70% dari semua pengguna
komputer, merupakan salah satu risiko pekerjaan yang sangat penting pada abad ke-21.

Computer vision syndrome adalah suatu kondisi yang terjadi ketika beban visual akibat
interaksi layar komputer dan lingkungan sekitar melebihi kapasitas visual orang yang
melakukan tugas. Ada banyak faktor yang memengaruhi terjadinya Computer Vision
Syndrome, waktu penggunaan komputer, jarak mata terhadap layar komputer, tinggi dan
kemiringan layar, pengaturan lampu layar komputer dan kondisi lingkungan, jenis komputer,
serta penggunaan kacamata atau lensa kontak dan penutup anti silau.

Kemampuan mata yang normal dapat menangkap fokus pada gambar dengan sudut yang
tajam dihadapan latar belakang dengan warna yang kontras, menjadikan tulisan terlihat
jelas. Menampilkan gambar di layar komputer berbeda dengan menampilkan gambar yang
dicetak di atas kertas. Ini karena layar komputer menggunakan piksel yang lebih kecil. Setiap
piksel memancarkan cahaya terang di bagian tengah, tetapi menjadi gelap di bagian tepinya.
Artinya mata normal tidak bisa mengatur lensa untuk melihat gambar, melainkan fokus ke
belakang layar yang disebut area posisi istirahat (RPA), yang merupakan "refleks gelap".
Pekerjaan yang melibatkan aktivitas mata seperti ini dapat menyebabkan Computer Vision
Syndrome muncul secara terus-menerus.

Secara umum, gejala Computer Vision Syndrome dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori
utama. Pertama, ini adalah gejala yang berkaitan dengan mata seperti mata kering, robek,
sakit mata, dan mata terbakar. Kedua, gejala yang berkaitan dengan penglihatan seperti
ketegangan mata, ketegangan mata, sakit kepala, penglihatan buram atau kebingungan, dan
penglihatan ganda. Ketiga, adanya gejala posisional atau ekstrafasial seperti nyeri leher, nyeri
bahu, dan nyeri punggung. Gejala-gejala ini dapat dianggap bergejala (seperti yang diklaim
pasien) atau serius (seperti yang ditentukan oleh dokter). Menurut studi tahun 2008 oleh
Sheedy dan rekannya, gejalanya meliputi sakit mata, sakit kepala, penglihatan buram, mata
kering, dan kepekaan terhadap cahaya terang, dan silau, penglihatan ganda, nyeri leher,
nyeri punggung, dan nyeri bahu serta perubahan warna.

Mata tegang atau eyestrain adalah keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh pengguna
komputer, seperti rasa tidak nyaman, sakit, atau iritasi pada mata. Gejala kelopak mata ialah
tanda paling umum dari Computer vision syndrome. Masalah mata dapat meningkatkan
kebutuhan penglihatan akan akomodasi dan koordinasi saat menggunakan komputer
dengan ketajaman penglihatan tinggi. Beberapa penelitian menemukan bahwa Sakit kepala
adalah gejala yang paling sering dilaporkan. Sakit kepala sering terjadi pada bagian depan
atau salah satu sisi kepala, pada siang hingga malam hari. Masalah lainnya adalah
penglihatan ganda akibat lemahnya otot mata dan kerusakan saraf kranial ke-3, ke-4, dan
ke-6. Gangguan pada sambungan neuromuskular, kerusakan otot wajah dan jaringan parut
di sekitar mata. Salah satu kunci untuk mengurangi ketegangan mata saat menggunakan
komputer adalah dengan memperhatikan jarak pandang. Pasalnya, pengguna komputer
tidak memperdulikan jarak antara mata dan layar monitor. Disarankan untuk menempatkan
layar monitor lebih dekat ke lensa mata, yang kurang dari jarak pandang yang disarankan
(>50 cm), yang dapat menyebabkan Computer Vision Syndrome. Saat mata melihat layar
komputer dari jarak dekat, mereka melakukan akomodasi agar cahaya tepat jatuh di retina
sehingga objek terlihat jelas. Menurut penelitian lain, meletakkan monitor lebih jauh (90-
100 cm) dapat mengurangi keluhan penglihatan. Hal ini terjadi karena jarak mata dengan
layar monitor terlalu dekat sehingga membuat mata sulit melihat jauh dalam waktu lama.
Fungsi utama mata bukanlah untuk melihat dari dekat.

Untuk mendiagnosis Computer Vision Syndrome, kita perlu melakukan pemeriksaan mata
yang komprehensif, termasuk memeriksa riwayat pasien, penglihatan tajam, dan visus
koreksi. Gejala asthenopia, seperti mata lelah, dan mata kering, dapat dideteksi dengan
oftalmoskopi dan tes akomodasi. Adapun dalam hal gangguan penglihatan, seperti
penglihatan kabur, kesulitan menemukan lensa yang tepat, penglihatan ganda, dan
presbiopia dapat diketahui melalui tes penglihatan binokular, rotasi, dan akomodasi.
Perawatan yang diberikan tidak hanya sebatas perawatan mata, namun juga mencakup
perubahan lingkungan kerja, seperti pencahayaan, ruang laptop, waktu istirahat, obat tetes
mata, dan penggunaan kacamata saat bekerja menggunakan laptop. Pencahayaan sebaiknya
diatur agar tidak terlalu terang dan tidak menyebabkan ketegangan mata. Menggunakan
layar anti-silau dapat membantu mengurangi pantulan pada layar. Untuk kenyamanan,
letakkan laptop 35 hingga 40 inci dari mata, dengan layar 10 hingga 20 derajat di bawah
ketinggian mata. Saat rileks, mata mengalihkan fokus dan rileks.

Melihat ke kejauhan dua kali dalam satu jam juga membantu mencegah ketegangan mata.
Dalam kasus mata kering, penggunaan obat tetes mata dapat bermanfaat. Untuk mengatasi
Computer Vision Syndrome, dapat melakukan perawatan mata secara teratur dan
mengubah posisi melihat layar monitor. Bagi yang sering menggunakan komputer, dapat
melindungi mata dengan rutin memakai kacamata khusus dan lensa kontak serta melakukan
latihan untuk meningkatkan pergerakan, konsentrasi, dan koordinasi mata.

Referensi

Ciputra, Fredy & Dwipayani, Ni Made. 2022. COMPUTER VISION SYNDROME: SEBUAH
TINJAUAN PUSTAKA. Al-Iqra Medical Journal, 5(1)

Darmawan, Dicky & Wahyuningsih, Anik Setyo. 2021. Keluhan Subjektif Computer Vision
Syndrome Pada Pegawai Pengguna Komputer Dinas Komunikasi dan Informasi. Indonesian
Journal of Public Health and Nutrition, 1(2)

Faturahman, Yuldan & Purwanto, Anto. 2023. DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) (Studi pada
Karyawan Universitas Siliwangi). Jurnal Kesehatan komunitas Indonesia, 19(1)

Nurhikma, Gita (dkk). 2022. Pengaruh Pemberian Metode 20-20-20 terhadap Penurunan
Gejala Computer Vision Syndrome (CVS). Faletehan Health Journal, 9(3)
Pratiwi, Arum Dian (dkk). 2020. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) PADA PEGAWAI PT. MEDIA KITA SEJAHTERA KENDARI.
An-Nadaa, 7(1)

Putri, Dian Utami (dkk). 2022. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN COMPUTER VISION
SYNDROME (CVS) PADA PENGGUNA KOMPUTER DI PT. WASKITA KARYA. Window of Public
Health Journal, 3(5)

Rohaya, Syarifah & Shidqi, Hafizh. 2023. Pencegahan Computer Vision Syndrome. KLINIK,
2(3)

Anda mungkin juga menyukai