Anda di halaman 1dari 8

Kebebasan Beragama Ditinjau Dari Hadits Bukhari No.

2930 dan UUD


1945 Pasal 29 Ayat (2)

PENDAHULUAN

Hak asasi manusia adalah salah satu hak asasi manusia yang paling penting dalam
masyarakat, dan kebebasan beragama adalah hak asasi manusia yang mendasar. 1 Hak untuk
menaati aturan agama, termasuk tidak mengubah atau mencabut aturan agama, merupakan
aspek penting dalam kebebasan beragama. Tidak mudah mengendalikan kebebasan beragama
seseorang tanpa merugikan kebebasan beragama orang lain. Pada titik ini, etika hukum harus
jelas. Hukum harus menjadi perantara antara kebebasan seseorang/kelompok dengan
kebebasan orang lain.2

Pemahaman agama yang menganggap agama lain di dunia juga terhormat adalah salah satu
bentuk kebebasan beragama. Selain itu juga menunjukkan pemahaman yang mendalam akan
adanya keberagaman. Menurut David E. Apter, makna kebebasan beragama pada mulanya
adalah, dalam masyarakat yang majemuk. 3 Masyarakat majemuk ditandai dengan tidak
seragamnya jumlah penduduk yang terbagi dalam berbagai kelompok etnis, agama, budaya,
dan suku. Hal ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat di Indonesia yang merupakan
suatu kelompok, yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari dua unsur atau lebih yang hidup
mandiri dan tidak saling bersatu, tanpa adanya kesamaan kepentingan dalam kesatuan agama,
sosial, dan politik, nilai-nilai yang berbeda, kurangnya kohesi budaya antar anggota
masyarakat dan kurangnya pemahaman dasar di antara mereka. Kebebasan beragama
mempengaruhi hasil dari toleransi beragama, yaitu integrasi dan perpecahan suatu kelompok
terhadap kelompok sosial lainnya.

Penting bagi bangsa dan masyarakat untuk menyadari pentingnya kebebasan beragama,
karena kebebasan beragama memainkan peran penting dalam membentuk nilai-nilai mereka.
Oleh karena itu, prinsip-prinsip kebebasan yang semakin digalakkan perlu dipertahankan
dalam ruang lingkup dan konteks hukum yang berlaku di Indonesia. Posisi ini mengharuskan

1
Puspitasari, Regita (dkk). 2021. Hak Asasi Manusia untuk Kebebasan Beragama. Jurnal Pendidikan Tambusai,
5(3)
2
Sodikin. 2013. Hukum Dan Hak Kebebasan Beragama. Jurnal Cita Hukum, 1 (2)
3
Ansari, Iqbal & Alzamzami, Mutaqin. 2022. MODERASI AGAMA PERSPEKTIF BUYA HAMKA DALAM TAFSIR AL-
AZHAR QS. AL-BAQARAH: 256. Al-Wasatiyyah, 1 (2)
semua pihak berpegang teguh pada prinsip supremasi hukum dan berhak menjunjung tinggi
supremasi hukum dan pemerintahan. Kebebasan beragama dan beribadah dijamin
sepenuhnya oleh undang-undang.4

Indonesia merupakan negara multietnik dengan suku, agama, dan ras yang berbeda-beda.
Agama yang dianut dan diterima masyarakat Indonesia adalah Islam, Kristen, Hindu, Budha,
dan Konghucu. Mengetahui hal tersebut, menghindari konflik antar agama satu dengan
agama lain dan mewujudkan kerukunan antar umat beragama memerlukan sikap terbuka dan
penerimaan terhadap keberadaan agama lain. Alasan menerima perbedaan dan tidak
memaksakan keyakinan pada orang lain sangatlah sederhana. Karena agama yang melekat
pada kehidupan orang lain yang mengklaim kebenarannya juga sama. 5 Aspek terpenting
dalam kehidupan seseorang adalah keyakinan agama, yang masih tersembunyi dan bersifat
pribadi, dengan kuasa Tuhan menjadi satu-satunya faktor yang dapat mendorong keimanan.
Dari pihak pemerintah diperlukan kebijakan dan strategi untuk menciptakan dan memelihara
suasana kebebasan beragama dan kerukunan umat beragama guna mewujudkan masyarakat
yang aman, damai dan sejahtera serta persatuan Indonesia. Tulisan ini ini bertujuan untuk
membahas bagaimana pandangan kebebasan beragama dari sudut pandang hukum dan hadits,
yakni yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 serta yang terdapat pada Hadits
Bukhari Nomor 2930.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif.Metode penelitian kualitatif


digunakan dalam konteks alam, dimana mereka menggunakan teknik ini untuk menangkap
signifikansi fenomena yang diamati. Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang
paling tepat digunakan dalam penelitian ini. Sebab dalam penelitian ini peneliti ingin
menunjukkan keadaan atau keadaan yang sedang terjadi saat ini. 6 Jenis penelitian ini disebut
studi kasus, yang difokuskan pada suatu kasus tertentu dan mempelajari secara detail dengan
cara menyelidiki informasi.

4
Handayani, Febri. 2009. KONSEP KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT UUD TAHUN 1945 SERTA KAITANNYA
DENGAN HAM. Toleransi, 1 (2)
5
Yudesman. 2013. KEBEBASAN BERAGAMA (Sebuah Analisis Perundang-Undangan Indonesia, HAM, dan
Hukum Islam). Jurnal Islamika, 13 (1)
6
Fadli, Muhammad Rijal. 2021. Memahami Desain Metode Penelitian Kualitatif. Humanika, 21 (1)
HASIL DAN DISKUSI

Pada dasarnya, dari perspektif hak asasi manusia, hak atas kebebasan beragama atau
berkeyakinan dapat diringkas dalam delapan bidang, yaitu7 :

1. Setiap orang mempunyai hak untuk berpikir, berkeyakinan, bahkan berspekulasi, yang
merupakan hakikat kebebasannya. Hak ini mencakup kebebasan untuk menganut dan
menetapkan suatu agama atau kepercayaan sesuai pilihannya, serta kebebasan untuk
berpindah agama atau kepercayaan.
2. Setiap orang berhak menyatakan agama atau kepercayaannya sesuai ajaran dan
keyakinannya, baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok, dalam pertemuan
umum, atau secara adil.
3. Kebebasan untuk mengamalkan atau menganut suatu agama atau kepercayaan tidak
dapat diperdebatkan.
4. Jangan mendiskriminasi negara mana pun dalam hal ras, warna kulit, jenis
kelamin/kelas menengah (termasuk pengungsi), bahasa atau agama dan pandangan
politik.
5. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk menghormati hak orang tua dan wali yang
sah untuk memastikan bahwa anak-anak mereka menerima pendidikan yang
berorientasi pada agama.
6. Kebebasan berserikat dan hak-hak hukum merupakan hal mendasar bagi komunitas
beragama, begitu pula kebebasan untuk berorganisasi dan berkumpul dengan agama
atau kepercayaan mereka.Dengan demikian, umat beragama diberikan kebebasan
untuk percaya atau tidak, serta otonomi dalam struktur organisasinya.
7. Pembatasan hukum terhadap kebebasan eksternal ditujukan untuk menjaga
keselamatan, kesehatan, dan ketertiban umum seseorang atau keyakinan agamanya.
8. Kebebasan beragama atau berkeyakinan tidak bisa dibatasi oleh pemerintah, dan tidak
ada pemisahan antara keduanya.

Kerangka kerja hak asasi manusia di Indonesia terhambat oleh pembatasan, sehingga
mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan untuk memastikan kepatuhan terhadap
kewajiban dan melindungi hak. Pembatasan ini diwajibkan oleh undang-undang untuk
menjaga ketertiban umum. Ketentuan kebebasan beragama melalui Konstitusi berfungsi

7
Asrianto, Benny. 2010. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 08 dan 09
Tahun 2006 Tentang Pendirian Rumah Ibadat (Kajian Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia). Toleransi, 2(1)
sebagai jaminan hukum bagi perlindungan kebebasan beragama dan sekaligus mencerminkan
tujuan undang-undang tersebut.8

Penegakan hak asasi manusia yang dilakukan pemerintah terhadap warga negara merupakan
salah satu komponen negara hukum. Kebebasan beragama dan berkeyakinan adalah salah
satu hak asasi manusia yang paling penting. Pasal 29 UUD 1945 dengan jelas mengatur
kewajiban pemerintah untuk menjamin kebebasan beragama dan beribadah bagi
penganutnya. Untuk menciptakan perdamaian, ketentraman, kerukunan dan persatuan dalam
masyarakat Indonesia, pemerintah harus berperan dalam menciptakan dan menjaga suasana
kebebasan beragama dan kerukunan beragama. Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 beserta sila
pertama Pancasila dan UUD menjadi dasar keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 9
Konsep Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan keyakinan yang sah dalam sistem hukum
Indonesia dan menjadi landasan berdirinya hukum. Dalam UUD 1945 pasal 29 disebutkan
Negara didirikan atas dasar ketuhanan Yang Maha Esa dan menjamin kebebasan setiap warga
negara untuk mengamalkan agamanya dan beribadah menurut keyakinan agamanya.10

Di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang untuk menjamin pengakuan


terhadap agama-agama yang sudah ada dan berkembang.Islam, Protestan, Katolik, Hindu,
Budha, dan Konghucu merupakan enam agama yang ada dan terus berkembang di Indonesia.
Namun keenam agama tersebut bukanlah satu-satunya yang bisa ada di Indonesia. Agama
lain, termasuk Yahudi, Zoroastrianisme, Shinto atau Taoisme, tidak dilarang di Indonesia.
Keberadaan agama-agama tersebut di Indonesia dimungkinkan apabila tidak bertentangan
dengan ketentuan undang-undang dan dilindungi oleh jaminan yang diberikan dalam Pasal 29
ayat (2) UUD 1945.11

Hal ini terkait dengan kebebasan beragama, seperti halnya Islam yang menganjurkan rasa
saling menghormati dan kesederhanaan di antara pemeluknya. Karena Islam merupakan
agama solusi penyelesaian permasalahan kehidupan manusia, salah satunya adalah
keberagaman agama.12 Ada banyak variasi kepercayaan sepanjang sejarah di dunia ini, namun

8
Prasetyani, Rurin Sisilia & Novina, Shally Saniyya. 2020. THE INTERPRETATION OF FREEDOM OF RELIGION
AND BELIEVE: HOW DO UNIVERSITY UNDERSTAND THIS TO SOCIETY?. The Indonesian Journal of International
Clinical Legal education, 2 (1)
9
Budiyono. 2013. POLITIK HUKUM KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEPERCAYAAN DI INDONESIA. Yustisia,
2(2)
10
Razak, Askari (dkk). 2022. Konstitusionalitas Perlindungan Hukum Terhadap Kebebasan Beragama dan
Beribadah di Indonesia. Justisi, 8(3)
11
Asy’ari, Hasyim. 2011. Politik Hukum Kebebasan Beragama di Indonesia. Pandecta, 6(1)
12
Yasin, Muhammad. 1997. lnsan yang Suci Konsep Fitrah dalam al-Qur'an. Bandung: Mizan
itulah hakikat Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Dalam Islam, hukum banyak ditemukan
dalam pandangan dunia dan ukrawi. Setiap orang memiliki keputusan dan jalan masing-
masing menuju individualisme.13

Selain Al-quran, autentikasi kebebasan beragama ada terdapat dalam Hadis Bukhari Nomor
2930, yakni : Telah bercerita kepada kami Qais bin Hafsh telah bercerita kepada kami 'Abdul
Wahid telah bercerita kepada kami Al Hasan bin 'Amru telah bercerita kepada kami Mujahid
dari 'Abdullah bin 'Amru radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa yang membunuh mu'ahad (orang kafir yang terikat perjanjian) maka dia tidak
akan mencium bau surga padahal sesungguhnya bau surga itu dapat dirasakan dari jarak
empat puluh tahun perjalanan". 14

Menurut hadits ini, orang yang disebut mu’ahad membuat perjanjian dengan Islam, meskipun
berbeda agama. Mu’ahad adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang
kafir yang berdamai dan tidak terlibat konflik dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Tentu
saja dalam hal ini pun ada orang yang harus dilindungi sebagaimana disebutkan dalam hadis.
Hadits tersebut menjadi inspirasi bagi Rasulullah dan umat lainnya untuk membuat Piagam
Madinah. Fazrull Rahman menyatakan, surat tersebut menawarkan jaminan kebebasan
beragama bagi umat Yahudi untuk mendorong kerja sama dengan umat Islam dan menjamin
persatuan timbal balik.15 Jadi membunuh seorang non-Muslim dengan kesepakatan damai,
apalagi membunuh seorang Muslim, adalah sebuah ancaman.16

Keyakinan Islam menekankan pentingnya fitrah manusia dalam memberikan kebebasan


beragama. Jika kita melihat konsep manusia menurut Al-Qur'an, kita dapat melihat bahwa
manusia dilahirkan sebagai makhluk yang bebas dan mandiri. Kebebasan dan otonomi
disebutkan dalam pengertian mengakui diri sebagai ciptaan Tuhan untuk memenuhi berbagai
kapasitas yang dimiliki. Manusia mempunyai kebebasan untuk memutuskan apakah akan
mengikuti jalan keimanan yang suci dan benar sesuai kesepakatan pertama dengan Tuhan
pada saat penciptaan, atau mengikuti jalan kesalahan yang jauh dari fitrah aslinya. 17 Konsep

13
Mantu, Rahman. 2018. ISLAM DAN KONSTITUSI: ANALISIS-KOMPARATIF ANTARA TEKS AL-QURAN DENGAN
PASAL 29 UUD 1945. Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah, 16(1)
14
Muhammad bin isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Barduzbah Al-ju’fi al-Bukhari, Shohih Bukhari, bab
bab dosa orang yang membunuh kafir muahad yang tidak punya kesalahan no 2930 Lidwa pustaka i-software 9
imam, versi 1, 2009
15
Rahman, Fazrul. 2000. Islam, terj. Ahsin Muhammad. Bandung: Pustaka Salman
16
Misrah. 2010. KEBEBASAN BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF HADIS. Miqot, 34(2)
17
Fadilah, Alif (dkk). 2022. Toleransi Beragama dalam Pandangan Hadis untuk Ketenangan Beribadah di
Nusantara: Studi Takhrij dan Syarah. Gunung Djati Conference Series, 8
Islam tentang kebebasan beragama mirip dengan hakikat agama karena mengajarkan bahwa
setiap individu mempunyai hak untuk memilih keyakinannya sendiri. 18 Apa pun yang terjadi,
memaksa orang untuk menganut suatu agama bukanlah hal yang baik; itu juga menyangkal
kebebasan individu untuk memilih. Kedua hal ini tidak bisa diterima sebagai akal sehat.Di
masa lalu, umat Islam mengikuti Rasulullah dan para pengikutnya, menunjukkan bahwa
Islam tidak dipaksakan kepada mereka.19 Saat ini, tidak ada argumen yang valid mengenai
kebebasan beragama dalam kaitannya dengan kebebasan non-Muslim untuk mengamalkan
Islam.

KESIMPULAN

Hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir. Hak asasi ini
memiliki banyak jenisnya, salah satunya adalah hak kebebasan beragama. Di Negara yang
memiliki beragama kepercayaan, tentu saja harus memperhatikan kedamaian antar umat
beragama. Negara harus memiliki peraturan hukum terkait menjaga kebebasan beragama bagi
masyarakat. Indonesia sendiri telah menetapkan peraturan perundang-undangan untuk
mengatur kebebasan beragama sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2.
Kemudian, dalam perspektif Islam, rupanya kebebasan beragama juga terdapat dalam hadis
Bukhari Nomor 2930. Disitu menjelaskan bahwa agama Islam tidak memaksakan ajarannya
kepada masyarakat. Fenomena kebebasan beragama seringkali menjadi topic hangat di
tengah masyarakat. Seringkali kita menjumpai berita tentang adanya pemaksaan memeluk
suatu agama dan menganggap agama lain sesat. Maka dari itu pentingnya kita harus memiliki
kesadaran diri bahwa tiap orang memiliki haknya sendiri. Kita tidak bisa memaksakan agama
kita kepada orang lain. Kita harus menghargai hak dan pilihan tiap orang.

18
Mastori (dkk). 2022. Konsep Kebebasan Beragama dan Implementasinya dalam Dakwah Islam (Tinjauan QS
Al Baqarah 256). El Madani: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam, 3(1)
19
Hakim, Lukmanul. 2017. KEBEBASAN BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Majalah Ilmu Pengetahuan dan
Pemikiran Keagamaan Tajdid, 20(1)
REFERENSI

Ansari, Iqbal & Alzamzami, Mutaqin. 2022. MODERASI AGAMA PERSPEKTIF BUYA
HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR QS. AL-BAQARAH: 256. Al-Wasatiyyah, 1 (2)

Asrianto, Benny. 2010. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 08 dan 09 Tahun 2006 Tentang Pendirian Rumah Ibadat (Kajian Dalam Perspektif
Hak Asasi Manusia). Toleransi, 2(1)

Asy’ari, Hasyim. 2011. Politik Hukum Kebebasan Beragama di Indonesia. Pandecta, 6(1)

Budiyono. 2013. POLITIK HUKUM KEBEBASAN BERAGAMA DAN


BERKEPERCAYAAN DI INDONESIA. Yustisia, 2 (2)

Fadilah, Alif (dkk). 2022. Toleransi Beragama dalam Pandangan Hadis untuk Ketenangan
Beribadah di Nusantara: Studi Takhrij dan Syarah. Gunung Djati Conference Series, 8

Fadli, Muhammad Rijal. 2021. Memahami Desain Metode Penelitian Kualitatif. Humanika,
21 (1)

Hakim, Lukmanul. 2017. KEBEBASAN BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM.


Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid, 20(1)

Handayani, Febri. 2009. KONSEP KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT UUD TAHUN


1945 SERTA KAITANNYA DENGAN HAM. Toleransi, 1 (2)

Mantu, Rahman. 2018. ISLAM DAN KONSTITUSI: ANALISIS-KOMPARATIF ANTARA


TEKS AL-QURAN DENGAN PASAL 29 UUD 1945. Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah, 16(1)

Mastori (dkk). 2022. Konsep Kebebasan Beragama dan Implementasinya dalam Dakwah
Islam (Tinjauan QS Al Baqarah 256). El Madani: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam,
3(1)

Misrah. 2010. KEBEBASAN BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF HADIS. Miqot, 34(2)


Muhammad bin isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Barduzbah Al-ju’fi al-Bukhari,
Shohih Bukhari, bab bab dosa orang yang membunuh kafir muahad yang tidak punya
kesalahan no 2930 Lidwa pustaka i-software 9 imam, versi 1, 2009

Prasetyani, Rurin Sisilia & Novina, Shally Saniyya. 2020. THE INTERPRETATION OF
FREEDOM OF RELIGION AND BELIEVE: HOW DO UNIVERSITY UNDERSTAND
THIS TO SOCIETY?. The Indonesian Journal of International Clinical Legal education, 2
(1)

Puspitasari, Regita (dkk). 2021. Hak Asasi Manusia untuk Kebebasan Beragama. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(3)

Rahman, Fazrul. 2000. Islam, terj. Ahsin Muhammad. Bandung: Pustaka Salman

Razak, Askari (dkk). 2022. Konstitusionalitas Perlindungan Hukum Terhadap Kebebasan


Beragama dan Beribadah di Indonesia. Justisi, 8(3)

Sodikin. 2013. Hukum Dan Hak Kebebasan Beragama. Jurnal Cita Hukum, 1 (2)

Siringoringo, Martin P. 2022. PENGATURAN DAN PENERAPAN JAMINAN


KEBEBASAN BERAGAMA SEBAGAI HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF
UUD 1945 SEBAGAI HUKUM DASAR NEGARA. Nommensen Journal of Legal Opinion,
3 (1)

Yasin, Muhammad. 1997. lnsan yang Suci Konsep Fitrah dalam al-Qur'an. Bandung: Mizan

Yudesman. 2013. KEBEBASAN BERAGAMA (Sebuah Analisis Perundang-Undangan


Indonesia, HAM, dan Hukum Islam). Jurnal Islamika, 13 (1)

Anda mungkin juga menyukai