Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

LB:

1. Indonesia merupakan sebuah bangsa yang multikultural yang bersifat kemajemukan


2. Indonesia bukan negara agama
3. Adanya intoleransi
4. Adanya radikalisme yang merusak sendi-sendi kesatuan bangsa dan negara

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan sebuah bangsa yang multikultural yang bersifat kemajemukan


budaya.1 Terbentuknya Indonesia sebagai negara kesatuan merupakan kesadaran seluruh
komponen bangsa tanpa mempermasalahkan latarbelakang agama, suku dan bangsa. 2 Harus
dipahami bahwa sejak semula Indonesia merupakan bangsa yang berdaulat yang memiliki
semangat nasionalisme tanpa harus diatur dan dikendalikan oleh agama tertentu. Inilah
merupakan modal dasar yang dimiliki bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju.

Latar belakang keberagaman budaya, agama, ras dan suku dengan letak geografis yang
terdiri dari berbagai pulau, harus di dasari pandangan dan idiologi yang sama yakni Pancasila. Ini
berarti Pancasila sebagai pijakan sekaligus pedoman dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila
sebagai pembeda dalam percaturan global. Pancasila sebagai sumber hukum berarti segala
perundang-undangan negara harus sesuai dengan Pancasila dan tidak bersikap sewenang-wenang
atau diskriminasi.3

Pancasila sebagai collective consiouness bangsa dan juga sebagai model aparatur negara
dan penegak hukum, politisi dan rakyat Indonesia dan juga sebagai perekat (ashabiyah) warga
bangsa dan idiologi negara.4 Pancasila sebagai sumber tertib hukum di Indonesia adalah
pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaat serta watak dari
bangsa Indoneisa, yaitu cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa,
perikemanusiaan, keadialan social, perdamaian nasional, cita-cita politik mengenai sifat bentuk
1
Dendi Sugono dll, Kamus bahasa Indonesia, (Jakarta, Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional,
2008),980
2
Febri Kurnia Manoppo dan Yuan Okthtavianus kalampung, agama, politik Identitas dan keperpihakan Negara,
(Jakarta, Indonesia Conference on religion and Peace (ICRP), 2020), 382
3
T.Heru Nurgiansah, Pendidikan Pancasila,(Sumatra barat, Mitra cendikia,2021),31
4
Kunawi dkk, Pancasila dan kewarganegaraan, (Surabaya, Sunan ASmpel Press (SAP), 2013, cet 1),vi
dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan masyarakat dan keagamaan sebagai
pengejawantahan dari Nurani manusia5

Falsafah hidup yang secara holistik harus diterapkan sebagai dasar berbangsa dan
bernegara tercermin dalam lambang negara yang bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang
mengandung makna “beraneka ragam (suku bangsa, agama, bahasa) namun tetap satu
(Indonesia).

Para pendiri bangsa Indonesia yang membangun negeri menyadari keragaman suku, ras dan
agama yang bisa memicu perselisihan berbangsa dan bernegara maka mereka telah menaruh
dasar negara Pancasila yaitu :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarakatan/
perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Aritonang dalam jurnalnya tentang pandangan agama-agama tentang sila pertama


mengatakan bahwa :

1. Agama tidaklah salah melainkan cara memahami dan menginterpretasi teks suci yang

ditafsirkan sesuai dengan kepentingan kelompok agamanya;


2. iman Kristen meyakini bahwa sila pertama Pancasila mengandung nilai-nilai firman

Allah.6

Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar negara harus ditaati dan dihormati karena
memiliki kekuatan imperative yang sangat mengikat dalam berbangsa dan bernegara. Bukan
sebaliknya mendistoris dengan kepentingan politik, dan kekuasaan. Orang harus mengerti bahwa
Penempatan Pancasila yang berada di atas Pembukaan UUD 1945 tersebut jelas menjadikan

5
Darji Darmodihardjo, Sidharta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995, hal.210
6
Aritonang, Pandangan agama-agama terhadap sila pertama Pancasila, Jurnal Teologi Kristen, 3(1), 56-
72. https://doi.org/https://doi.org/10.36270/pengarah.v3i1.44
Pancasila semakin tinggi hirarkinya, walaupun secara faktual terdapat dalam Pembukaan UUD
1945.7

Dalam hukum dasar undang-undang 1945 kepercayaan di Indonesia dijamin dengan pasal
29 yang mengatakan :

1. Negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing- masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaan itu.

Dari dasar negara sudah begitu jelas bahwa Indonesia bukan negara agama. Ini tampak
dalam undang-undang dasar negara tidak terdapat agama tertentu. Namun masih ada kelompok-
kelompok yang ingin memaksakan kehendak dengan mengubah dasar negara menjadi negara
agama tertentu yang orang sering sebut sebagai negara Khilafah. Sebaliknya Indonesia bukan
juga negara sekuler. Ini berarti pemerintah tidak melibatkan soal agama dalam urusan bernegara
terlalu dalam. Namun Negara juga tidak boleh masa bodoh terhadap segala sesuatu yang
menyangkut perselisihan dan segala sesuatu akibat dari keragaman agama. Sebaliknya negara
tidak boleh juga berpihak kepada satu agama tertentu dan membiarkan kepercayaan lain
mengalami ketidakadilan. Pada prinsipnya negara tidak boleh intervensi dalam doktrin dan
pengajaran dalam agama apapun kecuali doktrin tersebut merusak sendi-sendi berbangsa dan
bernegara.

Hukum penistaan agama dalam Penetapan Presiden No.1 1965 pada Pasal 4 mengatakan:
pada Kitab Undangundang Hukum Pidana diadakan Pasal baru sebagai berikut: Pasal 156a.
Dipidanakan dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di
muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:

a. Yang pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap

suatu agama yang dianut di Indonesia.

b. Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yang

bersendikan ketuhanan yang maha esa.8

7
Mei Susanto, kedudukan dan fungsi pembukaan undang-undang dasar 1945, Jurnal legelasi Indonesia,
vol 8 no2 Juni 2021, hal 184
8
Marsudi Utoyo, Tindak Pidana Penistaan agama oleh kelompok aliran di Indonesia, Jurnal pranata hukum
volume 7 Nomor 1 Januari 2012
Seringkali Hukum penistaan agama lebih banyak membuat gaduh untuk itu perlu
direpresentasikan ulang . Agama tertentu memanfaatkan penistaan agama sebagai sarana
mencapai ambisi dan nafsu untuk membunuh karakter dan karya agama lain. Oleh karena itu
kehadiran Negara adalah untuk melindungi segenap warga negaranya terhadap tindakan yang
dapat mencederai tatanan hukum. Negara wajib memperlakukan dan melindungi siapapun
terhadap kejaliman dan ketidakadilan yang menerpa warga negaranya. dalam UUD 1945 Pasal
27 bahwa Setiap warga Negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.9

Realitas kemajukan yang merupakan kekayaan bangsa sudah disalahartikan oleh


kelompok agamis yang memecah belah bangsa. Ranah agama yang merupakan issu yang paling
sensitif untuk menciptakan disintegrasi10 bangsa dengan intoleransi dan radikalisme yang
merusak sendi-sendi kesatuan bangsa dan negara. Kekerasan yang sengaja dilakukan mengatas
namakan agama dikemas dalam balutan hak asasi manusia dan demokrasi digaungkan semakin
keras. Saat ini masyarakat yang agamis mudah tersulut jika agamanya disentuh atau dianggap
diperlakukan tidak adil. Mereka sering kali tidak peduli berita yang didengarnya adalah hoax
oleh rekayasa orang-orang yang tidak bertanggung jawab, emosinya terpacu mudah beringas dan
secara bergerombol terpanggil membela agamanya.

Kemarahan massa sering terjadi oleh karena indoktrinasi dari tokoh agama terhadap
umatnya akan memunculkan sikap intoleransi bagi para penganutnya. Mereka menafsikan ayat-
ayat suci secara atomistik11 dengan tidak mengikuti kaidah-kaidah hermeneutik sehingga mereka
tidak mencapai makna kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran telah berubah menjadi
kemauan para penafsir yang penuh ambisi duniawi yang merusak kebenaran itu sendiri karena
tidak sesuai dengan essensi dari kebenaran itu sendiri.

9
Andri brawijaya, PENEGAKAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN NEGARA (Analisys Kritis Terhadap
Kasus Penistaan Agama Oleh Patahana Gubernur DKI Jakarta ), http://repository.unida.ac.id/id/eprint/1151
10
disintegrasi disebut juga disorganisasi adalah suatu proses pudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam
masyarakat yang disebabkan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Tergesernya norma dan nilai ini membawa subjektivitas kelompok—yang dilandasi atas perasaan senasib dan
perjuangan yang sama—untuk menetapkan kelompok lain sebagai musuhnya.
Baca selengkapnya di artikel "Faktor Penyebab Disintegrasi Nasional atau Bangsa dan
Contohnya", https://tirto.id/ga3T
11
bersifat menganalisis sampai pd bagian yg sekecil-kecilnya sehingga melupakan bahwa bagian-bagian itu
ada hubungannya; Dendi sugondo, Kamus Bahasa Indonesia, op.cit, 103
Para tokoh agama yang tidak memiliki visi yang jelas dalam memandang kebenaran akan
menciptakan umat yang mudah di “remote control” oleh para pemimpinnya. Jika sang pemimpin
kehilangan visi yang sesuai dengan esensi kebenaran maka yang ada jemaat yang rapuh yang
mudah diombang-ambingkan oleh ambisi para pemimpin spiritualnya. Penulis amsal mengatakan
bahwa : “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang
pada hukum (Ams 29:18).

Kata wahyu diambil dari bahasa ibrani ‫( ֭ ָחזֹון‬ḥā·zō·wn) yang bila diterjemahkan memiliki
arti visi, atau penglihatan dan komunikasi Ilahi. 12 Para pemimpin agama yang tidak memiliki visi
sesuai kebenaran akan terindoktrinasi oleh kebenaran yang dangkal. Kedangkalan inilah yang
seringkali tidak membawa dirinya kepada Tuhan tetapi kepada dirinya sendiri. Dampak dari
ketidakpengertian akan visi maka akan kehilangan hubungan dengan Tuhan. Salah satu
pemimpin berkelas dunia adalah Ir. Soekarno sekaligus proklamator kemerdekaan Indonesia,
Dalam Pidatonya Ia mengatakan :

“Kalau jadi hindu jangan jadi orang India,

Kalau jadi orang islam jangan jadi orang Arab,

Kalau kristen jangan jadi orang yahudi,

Tetaplah jadi orang nusantara dengan adat-budaya nusantara yang kaya raya ini”.13

Mengacu ke dalam Alkitab tokoh-tokoh agama tersebut dapat dikategorikan orang yang
memandang kebenaran secara legalistik, pandangan kaku sehingga tidak memahami essensi dari
kebenaran itu sendiri. Sepadan dengan hal tersebut, Yesus Kristus mengkritik orang-orang Farisi
yang melakukan kebenaran secara membabi buta. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis
dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan
dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan
(Matius 23:23).

Orang Farisi melakukan kebenaran hanya secara legalistik atau harafiah saja. Tidak lagi
menjadi rahasia umum bahwa orang orang farisi dan ahli Taurat begitu viral sebagai ahli agama

12
Bible elektronik, sumber : bible hub : https://biblehub.com/strongs/proverbs/29-18.htm

13
Albertus M. Patty, moderasi beragama suatu kebajikan moral -etis, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2021, cet 2),31
yang selalu mengkritik Yesus Kristus baik dalam pengajaran, ucapan dan perbuatan bahkan
apapun yang dilakukannya. Puncak perseteruan tersebut orang farisi dan ahli Taurat, merekaya
pengadilan yang curang dan menggerakkan massa untuk membunuh Yesus Kristus. Realitas ini
terjadi bahwa orang Farisi dan ahli Taurat menjadi provokator untuk menyalibkan Yesus Kristus
dan memilih penjahat barabas supaya dibebaskan.

Yesus dalam kritik pedasnya terhadap ahli-ahli Taurat itu Ia mengatakan : Maka
berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah
segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan
mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-
beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau
menyentuhnya. (Matius 23:1-4).

Selanjutnya Yesus menunjukkan bahwa Tindakan ahli-ahli Taurat tersebut hanyalah


pencitraan semata, semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat  orang;
mereka memakai tali sembah yang yang  yang lebar dan jumbai  yang panjang; mereka suka
duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat;   mereka
suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi (Matius 23:5-7). Yesus ingin
menunjukkan bahwa kehidupan kerohanian tidak dapat digambarkan seperti etalase kaca yang
ritualnya dipertontonkan di depan masyarakat Luas.

Memang orang Farisi dan ahli Taurat haus akan pengakuan diri sehingga mereka sering
menampilkan diri sebagai orang-orang yang agamis dengan ritual-ritual ibadah di tengah
khalayak ramai. Yesus mengkritik tindakan tersebut : dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa
seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah
ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya (Matius 6:5)

Fakta sejarah membuktikan bahwa kebenaran yang hanya berada dalam ranah
pengethuan tidak dapat membentuk karakter yang menurut standarnya Allah yakni kehendak
Allah. Kebenaran umum hanya mampu membentuk karakter yang dari luar saja dengan etika
perbuatan baik saja. Pencitraan kerohanian bukanlah seperti apa yang sesuai dengan essensi
kebenaran itu sendiri melainkan justru mendatangkan murka Allah. Yesus mengatakan dengan
tegas : Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang
bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis
kotoran (Matius 23:27)

Kebenaran yang perlu dipahami bahwa betapa bahayanya para pemimpin rohani yang
salah dalam memandang dan menafsirkan kebenaran. Terlebih lagi bila sang pemimpin
terdistorsi oleh ambisi politik, kelompok dan golongan maka dapat dipastikan agamanya akan
menjadi kendaraan dalam mencapai segala sesuatu yang tida sesuai dengan essensi kebenaran itu
sendiri. Bila hal ini terjadi akan sebagai dampaknya dari ambisinya yang salah akan menciptakan
pengajaran yang menciptakan motivasi yang salah bagi jemaat yang mendengarnya. Dengan kata
lain bahwa para pemimpin rohani yang salah dalam menafsirkan kebenaran akan menciptakan
umat menjadi liar dan tidak terkendali dengan nafsu membunuh sesamanya. Kebenaran yang
salah diterapkan akan menjadikan umat yang “haus darah” sehingga memiliki nafsu membunuh
dan realitasnya Yesus Kristus terbunuh oleh inisiatif para ahli-ahli Taurat orang farisi.

Para pemimpin yang tidak memahami kebenaran akan menciptakan kaum radikalisme
tanpa logika dengan benar. Dalam memandang kebenaran mereka tidak akan bergeser sedikitpun
dari logika yang dianggapnya benar. Harus diakui, bahwa ideologi agama sedikit banyak
berpengaruh terhadap munculnya aksi radikalisme.

Teks-teks agama yang ditafsirkan secara parsial-monolitik (monolithic-partial) akan


menimbulkan pandangan yang sempit dalam beragama. Kebenaran agama menjadi barang
komoditi yang dapat dimonopoli. Ayat-ayat suci dijadikan justifikasi untuk melakukan tindakan
radikal dan kekerasan dengan alasan untuk menegakkan kalimat Tuhan di muka bumi ini. Aksi
radikalisme inilah yang sering mengarah ke arah aksi teror. Oleh karena itu perlu ada dialog
dalam masalah pemahaman agama.14 Melalui dialog yang benar maka pihak-pihak tertentu tidak
dapat mengklaim bahwa kebenaran yang dimilikinya mutlak paling benar sendiri.

Dalam Dialog yang dilakukan oleh orang-orang beragama yang cerdas spiritualnya maka
tidak akan dapat tidak memberikan kebenaran mana yang salah dan mana yang benar. Namun
kedua pembicara dalam dialog agama harus mengesankan bahwa setiap penganut harus dapat

14
Jurnal terorisme antara aksi dan reaksii (gerekan isalm radikan sebagai respon terhadadp imperealisme modern
sumber : https://doi.org/10.28918/religia.v15i1.123
membahami kebenaran yang dipaparkan oleh pembicara lainnya. Jadi tidak mencari perbedaan
yang signifikan melainkan mencari sebuah titik temu sekalipun jarang ditemukan. Bila memang
terpaksa tidak dapat bertemu maka biarlah berjalan menurut jalannya masing-masing namun
yang penting tidak saling bersinggungan apalagi terjadi kecelakaan.

Setiap agama mengajarkan budaya ketulusan, membenci perilaku artificial (palsu dan
dusta), serta membenci semua bentuk formalisme agama yang mengeksploitasikan symbol-
simbol agama atau ritual agama. Semua agama bertujuan untuk mewujudkan moraltia hakiki
dalam diri manusia. Namun realtias yang ada dalam kehidupan segahari-hari kita menemukan
begitu banyak orang yang mengaku beragama tatapi tidak bermoralsehingga muncul anekdot “
“beragama tetapi tidak bermoral”.15

Yongki Karman mengatakan : “Devaluasi agama di tanah air bukan oleh sekularisasi
tetapi oleh politisasi agama, yang dalam bentuk radikalnya berbentuk main hakim sendiri dan
merusak tatanan hidup bermasyarakat. Efek devaluasi agama ini jauh lebih mengerikan
ketimbang devaluasi yang sama di negara sekuler.16 Yongki Karman ingin menegaskan bahwa
terdegradasinya agama bukan terjadi oleh karena tindakan atau perbuatan mereka yang
dikategorikan oleh orang-orang yang tidak tahu kebenaran. atau para pemimpin spiritual
melainkan justru dilakukan oleh orang-orang yang memahami kebenaran. Hal ini terbukti dengan
adanya pengerahan massa oleh para tokoh agama yang menolak para pemimpin agama yang
dianggapnya kafir yang tidak sesuai dengan kepercayaan agamanya untuk naik ke tampuk
pemerintahan. Demo yang berjilid-jilid, dari berbagai penjuru kota dilakukan untuk menolak
sekaligus mengalahkannya sehingga sangat mengganggu ketertiban umum.

Komoditas agama sengaja digunakan “black campaign” sebagai cara untuk menjatuhkan
lawan yang beragama lain. Dengan tidak disadari bahwa tindakan ini telah mencoreng dan
sekaligus menodai demokrasi di Indonesia, dan ini terekam dalam jejak di media cetak,
elektronik dan digital yang tidak bisa dihapus. Komoditi agama dengan istilah ayat dan mayat ini
dilestarikan untuk memenangkan pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2017 di masa silam.
Sekalipun para tokoh calon gubernur dan wakilnya tidak mengatakan hal tersebut, namun para

15
Jimmy M.I Sormin, dkk, Agama politik identitas dan keberpihakan negara, op.cit 15

16
Yongki Karman, runtuhnya kepedulian kita, (Jakarta PT kompas Media Nusantara, cet 1, 2010), 22
team suksesi Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menggaungkan itu sebagai kendaraan untuk
meloloskan ambisinya mencapai puncak orang nomor satu di DKI Jakarta dan realitas yang ada
mereka mendapat kemenangan.

Bukan menjadi rahasia umum bahwa kemenangan yang diraih oleh Anies Baswedan dan
Sandiaga Uno dalam Pilkada tersebut oleh karena propaganda ayat dan mayat yang terus
digaungkan di tengah-tengah masyarakat Ibu Kota Negara Indonesia. Intinya, penggunaan isu
ayat dan mayat sudah terekam baik secara tertulis maupun secara digital.  Siapapun dia, ayat dan
mayat merupakan fakta sejarah dimana semua orang bisa mengakses berita-berita yang rada
memalukan jalannya demokrasi di Indonesia itu.17   Rusaknya toleransi di Indonesia ini dipicu
oleh para tokoh agama yang memiliki rasa eklusivisme yang berlebihan terhadap agamanya
sehingga menganggap kepercayaan lain lebih rendah dibanding dengan imannya. Bahkan lebih
jauh daripada itu kepercayaan lain dianggapnya tidak berkontribusi terhadap kemerdekaan di
Indonesia.

Pergerakan agamis yang dirasa berhasil mengangkat gubernur di tahun 2017 itu dianggap
efektif untuk mengoncang kenyamanan di Indonesia maka kelompok ini terus dimanfaatkan
orang-orang tertentu untuk selalu berdemo menolak setiap keputusan pemerintah seperti
kenaikan BBM. Mereka turun ke jalan untuk menuntut penurunan harga BBM dan harga-harga
lainnya. Dengan mengatasnamakan rakyat Indonesia kaum agamis dan para tokohnya terus
bergerak meloloskan ambisinya agar eksistensinya dapat diakui.Demo ini juga melibatkan
ormas-ormas yang lain seperti buruh dan mahasiswa.18

Kegaduhan negeri ini dimulai oleh tokoh agama yang terdistorsi oleh syahwat politik
sehingga mereka menggerakkan massa untuk menekan pemerintah supaya mengabulkan apa
yang mereka kehendaki. Dengan terus terang Cawapres Ma'ruf Amin menyatakan, gerakan
Persaudaraan Alumni (PA) 212 sudah tak lagi relevan implementasinya pasca aksi 212. Saat ini
gerakan tersebut cenderung berbau politik. Gerakan 212 saya yang bikin, itu tujuannya supaya
Ahok dihukum. Akhirnya Ahok dihukum, ya sudah selesai. 212 selesai, (gerakan) saya
bubarkan. Tapi oleh kelompok tertentu dihidupkan lagi, (namanya) PA 212, tidak jelas

.https://www.kompasiana.com/aldimario/58fc79ffca23bd3d49bd1c06/ketika-politisasi-ayat-
17

dan-mayat-terlanjur-identik-dengan pak-anies
18
Aliansi itu terdiri dari Persatuan Alumni 212 (PA 212), Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF Ulama),
dan Front Persaudaraan Islam (FPI). baca: https://www.kompas.com/tren/read/2022/09/12/120000565/demo-tolak-
kenaikan-harga-bbm-di-jakarta-hari-ini--lokasi-dan-tuntutan?page=all. Diambil tanggal 14 September 2022
tujuannya, malah jadi kegiatan politik," kata Ma'ruf Yayasan Al-Jihad Assalahuddin Al Ayyubi,
Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu 24 November 2018, malam.19

Realitas tokoh pertama MUI (Majelis Ulama Indonesia), inilah yang membuat massa
beringas saat mengadakan demo penolakan penista agama. Layaknya orang-orang Farisi dan
ahli Taurat yang didukung massa pada masa silam berkata salibkan Yesus maka mereka juga
berteriak penjarakan Ahok. Gerakan yang dianggapnya berhasil memenjarakan Ahok dan
mengangkat Anis Baswedan di tahun 2017 terus bergulir dengan reuni yang berulangkali untuk
mengkritisi pemerintah dalam mengambil kebijaksanaan termasuk kenaikan BBM tahun 2022
ini.

Pergerakan yang massif ini akan terus bergulir dengan target 2014 pemilihan Presiden.
Dengan mengatasnamakan demokrasi mereka merasa berhak bersuara sebagai masyarakat
mayoritas maka mereka menggunakan kendaraan agama untuk mencapai kekuasaan dengan
menghalalkan segala cara. Namun kekuasaan hanyalah sebagai alat untuk mencapai tujuan yang
lebih besar yakni radikalisme dan menjadikan negara agamis. Hal ini perlu diantisipasi sebab jika
itu terjadi maka usaha membangun Indonesia yang selama ini sudah tertata rapi akan menjadi
seperti afganistan.

Harus dipahami bahwa hal -hal spiritual seharusnya ditempatkan pada nuansa ritual-
ritual yang mendatangkan hubungan dengan Tuhan Sang Khalik langit dan bumi. Dampak dari
ritual yang benar akan membentuk hati yang damai sejahtera. Namun yang terjadi sebaliknya
agama menjadi komoditas yang dapat dipakai untuk mengejar pangkat dan jabatan serta
menggerakkan massa untuk kepentingan politik.

Hamzah mengatakan : betapa bahagianya pencari-pencari Tuhan yang merindukan


penciptanya itu, ketika mereka disambut mesra oleh Tuhan sendiri dalam bentuk petunjuk yang
di wahyukannya melalui rasul-rasulnya. Disanalah terdapat perpaduan antara naluri, akal dan
wahyu yang membuahkan ma”rifat pengenalan terhadap Allah dengan sebenar-benarnya.20

Seharusnya sebagai warga negara yang baik harus menerapkan agamanya sebagai
kontribusi yang baik dalam melestarikan keharmonisan penduduknya. Fakta yang sekarang
19
https://www.liputan6.com/pilpres/read/3731664/maruf-amin-ahok-sudah-dihukum-gerakan-212-selesai-
saya-bubarkan
20
DR.H. Hamzah Yakub, filsafat ketuhanan (bandung: PT alma arif, cet,iv) 112.
terjadi di dunia modern bahwa agama yang menjadi mayoritas sudah terdistorsi dengan berbagai
kepentingan politik, kekuasaan, ekonomi dan kelompok-kelompok LSM (Lembaga Sosial
Masyarakat. Ini terbukti dengan berkumpulnya ratusan atau ribuan orang dengan atribut agama
tertentu yang turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi yang provokatif. Hal tersebut tidak
mendatangkan keharmonisan namun disintegrasi bahkan menjadi terror yang menakutkan.

Agama tidak boleh dipakai untuk mengeksploitasi kebobrokan moral dari massa yang
beringas dan bar-bar seperti pada masa pra sejarah. Agama yang benar seharusnya dapat menjadi
pedoman hidup dan menjadi tolok ukur yang mengatur tingkah laku penganutnya dalam
kehidupan sehari-hari. Kebenaran harus dihormati sehingga baik atau tidaknya tindakan
seseorang tergantung pada seberapa taat dalam penghayatan terhadap agama yang diyakini. 21
Hancurnya negara-negara Timur Tengah bukan karena ekonomi atau politik melainkan fanatisme
agama yang terlalu massif, sehingga sekalipun satu iman mereka saling serang dan
menghancurkan.

Seharusnya para pemimpin gereja melihat fakta sejarah tentang politik identitas dengan
mengusung ayat dan mayat yang sangat menciderai demokrasi dan pelecehan terhadap agama
lain termasuk agama Kristus. Para Pemimpin gereja tidak seharusnya bergabung dengan para
elite politik yang memiliki track record yang busuk. Gereja tidak boleh menyanjung dan
bergabung dengan politikus kotor demi uang dan pencitraan. Hal ini bukan saja menciderai
kekristenan melainkan mempermalukan nama Tuhan. Demi uang beberapa pendeta menyanjung
tokoh-tokoh intoleran dengan diksi-diksi yang tidak dapat dibenarkan.

Ketika mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Anies meresmikan Gereja Bethel
Indonesia Jelambar Timur yang terletak di Penjaringan, Jakarta Utara.Kemudian, ia juga
menghadiri acara peresmian gedung Gereja Pentakosta di Indonesia Jemaat Yordan Gading
Griya Lestari, Cilincing, Jakarta Utara. Dalam pidatonya, Pendeta Alma Shephard Supit
mengatakan : Kami apresiasi dan anugerah dengan langkah bapak Anies Rasyid Baswedan
sebagai bapak kesetaraan Indonesia, karena selalu menempatkan keadilan dan kesetaraan. Tuhan
memberkati," kata Alma.22

21
Timotius bakti Sarono, Gideon sutrisno, kekristenan yang supranatural (Jakarta, bentara, 2021, cet 1),12
22
Artikel ini telah tayang di Tribuntangerang.com dengan judul Resmikan Gereja Pentakosta, Anies
Baswedan Dinobatkan Bapak Kesetaraan Indonesia , https://tangerang.tribunnews.com/2022/09/03/resmikan-gereja-
pentakosta-anies-baswedan-dinobatkan-bapak-kesetaraan-indonesia?page=all. Penulis: Indri Fahra Febrina | Editor:
Ign Agung Nugroho
Populis dalam laporannya mengatakan : Ketua GPdI DKI Jakarta Jason Balompapueng,
dengan lantang membantah jika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merupakan sosok yang
intoleran. Berita-berita yang Anda dengar dan lihat, itu semua keliru. Beliau orang nasionalis.
Orang tuanya sangat nasionalis dan memegang komitmennya,” ungkapnya, dalam video di akun
youtube Dapur Ngeh dikutip Selasa, (22/3/2022).23Pdt. Gilbert Lumondong berdoa, Anies
merupakan berkat besar bagi Indonesia. Pendeta Gilbert Lumoindong menyampaikan selamat
hari jadi untuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Gilbert menyampaikan pesan dengan
menyebut bahwa Anies kini telah menjadi berkat bagi Kota Jakarta dan Indonesia. "Pak Anies
telah menjadi berkat besar buat Kota Jakarta dan selanjutnya saya juga percaya akan menjadi
berkat besar bagi Indonesia," tutur Gilbert.24

Harus diakui sejak cairnya BOTI25 banyak Pendeta yang merapat di kubu Anis
Baswedan. Memuji kepemimpinannya dan menunjukkan kepada Jemaat bahwa dia adalah
pimpinan terbaik karena memperhatikan gereja dan memberikan bantuannya. Namun realitas
yang ada bahwa dibalik beliau masih terdapat dukungan para radikalisme yang siap
mendukungnya untuk menjadi Presiden. Terbukti dimulainya kampanye gelap di masjid-mesjid
dengan target bukan saja Jakarta tetapi Indonesia.26 Kekerasan atas nama agama seringkali terjadi
di negara ini. Ini bukan rahasia umum melainkan fakta yang telah terjadi dan terus akan terjadi
bila tidak ada tindakan konkrit dari aparatur negara yang ada. Para pemimpin gereja tidak boleh
berada di zona nyaman dengan berdiam diri dan mengharapkan Tuhan bekerja. Dengan dalih
pembalasan di tangan Tuhan maka umat Allah berdiam diri menunggu pembalasan dari Tuhan.
Namun dalam berbangsa dan bertanah air orang percaya harus terlibat langsung dalam mengisi
kemerdekaan.

23
Populis “ Pendeta pasang badan untuk Anies, Beliau pantas jadi pemimin, sumber :
https://populis.id/read15078/pendeta-pasang-badan-untuk-mas-anies-beliau-pantas-jadi-pemimpin
24
Berita : Gilbert doakan anies menjadi pemimpin Indonesia, sumber :
https://wartaekonomi.co.id/read412613/pendeta-gilbert-doakan-anies-baswedan-pimpin-indonesia-kader-golkar-
masih-jernih-pikirannya
25
Program bantuan operasional tempat Ibadah (BOTI), lanjut Aceng, pihaknya menyalurkan kepada ribuan
masjid, gereja dan tempat ibadah lainnya hingga Vihara pada 2022. “Untuk BOTI, itu nilainya sebesar Rp2 juta
untuk masjid (12 bulan) ada 3.300 masjid. Sedangkan, untuk gereja ada 1.379, guru sekolah Minggu dan kosternya
juga dibantu, koster itu seperti marbot di masjid,” tutur Aceng.
26
TIMESINDONESIA, MALANG – Tabloid Anies Baswedan tersebar di Kota Malang. Hal itu dibagikan sesuai
salat Jumat pada 16 September 2022 lalu di Masjid Al Amin Jalan Pelabuhan Tanjung Perak, Kelurahan
Bakalankrajan, Sukun, Kota Malang.https://www.timesindonesia.co.id/read/news/429039/tabloid-anies-
baswedan-beredar-di-kota-malang-warga-bikin-ramai
Jika para pemimpin gereja berdiam diri dan tidak menggerakkan umatNya untuk mengisi
kepejabatan di negara ini maka mereka yang bermental agamis dan memaksakan kehendaknya
mempratekkan negara agama akan mengambil alih. Lebih celaka lagi para pemimpin araz gereja
mengejar hal-hal materi dengan berbagai manuver-manuver mendekatkan diri dengan para
pejabat radikalisme yang sedang mengambil hati umat Allah demi mencapai suara di tahun 2024.

Tidak ada yang salah menerima bantuan operasional tersebut. Jika diamati dengan
seksama bahwa bantuan tersebut bukan keluar dari kantong gubernur melainkan dana dari
Pemda. Namun sikap menyanjung dan mengkultuskan dan memberi gelar yang tidak sepadan
dengan apa yang pernah dilakukannya merupakan kesalahan yang fatal. Para hamba Tuhan tidak
harus bergabung dengan orang-orang yang dengan jelas menistakan kepercayaan lain. Orang
tahu pasti naiknya Anies ke tampuk pemerintaha menjadi gubernur DKI Jakarta dengan
menggunakan politik identitas Sara dan Agama.

Dengan memfitnah menggunakan ayat dan menggerakkan massa bukan saja menolak
Ahok tetapi menjebloskannya dalam penjara. Dengan merendahkan iman rifalnya, berarti ia
merendahkan kepercayaan lain. Orang percaya terutama hamba Tuhan harus membuka mata dan
melihat fakta sejarah. Kepercayaan lain saja merasa bahwa kekristenan didegradasi tidak layak
memimpin sehingga difitnah dan masuk penjara. Kebahagiaan di atas penderitaan orang lain
bukanlah karakter yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Pemazmur dengan jelas mengatakan :
Berbahagialah orang  yang tidak berjalan  menurut nasihat orang fasik ,  yang tidak berdiri di
jalan orang berdosa,  dan yang tidak duduk  dalam kumpulan pencemooh, (Maz 1:1)

Salah satu cara untuk mengembangkan kebhinekaan Tunggal Ika dan sekaligus
menghambat laju intoleransi tersebut maka pemerintah menggaungkan akan moderasi beragama
di Indonesia. Kata moderasi sendiri dalam kamus bahasa Indonesia diterjemahkan 1 pengurangan
kekerasan; 2 penghindaran keekstreman.27 Moderasi beragama dicetuskan pertama kali oleh
Mentri Agama Republik Indonesia (Menag RI) periode 2014-2019 yaitu, Lukman Hakim
Saifuddin pada tahun 2019. Buah pemikiran dari timbulnya moderasi beragama ialah adanya
keberagaman agama yang ada pada masyarakat Indonesia. Dengan adanya keberagaman ini

27
Dendi Sugono dll, Kamus bahasa Indonesia, 964
maka tentunya masyarakat harus saling menghormati, menghargai dan bersikap sebagaimana
mestinya untuk tetap dapat hidup tenang berdampingan.28

Moderasi agama juga disinyalir sebagai benteng untuk menahan lajunya intoleransi dan
kaum radikalisme dari kadal gurun (kadrun) buat orang-orang fanatik agama yang ke arab-
araban.29 Kaum intoleran yang dibiarkan tumbuh subur oleh pemerintahan masa lalu sudah
mengakar disetiap lini berbangsa dan bernegara baik melalui politik, Pendidikan, kedokteran dan
masih banyak lagi. Realitas penyebaran kaum radikalisme yang mengakar terlalu dalam
merupakan musuh utama bangsa Indonesia yang mengancam kehancuran NKRI.

Berbagai cara telah dilakukan oleh Pemerintah saat in, salah satunya dengan
membubarkan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) tanggal 19 Juli 2017 melalui Kementerian Hukum
dan HAM secara resmi mencabut status badan hukum ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor AHU-30.AH.01.08 tahun 2017
tentang pencabutan Keputusan Menteri Hukum dan HAM nomor AHU-0028.60.10.2014 tentang
pengesahan pendirian badan hukum perkumpulan HTI. Pencabutan tersebut dilakukan sebagai
tindaklanjut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017
yang mengubah UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.30

Ormas dengan faham radikalisme yang akan menggantikan dasar negara menjadi negara
Islam ini telah resmi dibubarkan namun tidak serta hilang begitu saja melainkan terus bergerak
dengan menjelma melalui ormas-ormas Islam radikal yang salah satunya adalah FPI (Front
Pembela Islam). Ormas yang sering kali membuat gaduh dengan berbagai aksi yang
mengatasnamakan ini dengan terang-terangan menggunakan nama agama untuk kepentingan
politik melalui demo 121 yang menumbangkan Ahok sebagai petahana dan sekaligus
menghukumnya dengan tuduhan penistiaan agama dengan surat almaida. ayat 51 saat melakukan
pidato di Pulau Pramuka pada 27 September 2016. Yang dengan jujur mengatakan tidak ada
satupun penduduk yang protes.31 Namun karena desakan massa yang turun ke jalan dan tekanan
politik yang kuat maka ketidakadilan terjadi.

28
https://fasya.iain-samarinda.ac.id/indahnya-kehidupan-bermasyarakat-dengan-moderasi-beragama/

29
https://id.quora.com/Apa-arti-sebutan-Kadrun
30
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembubaran_Hizbut_Tahrir_Indonesia
https://www.merdeka.com/peristiwa/lurah-di-kepulauan-seribu-ahok-singgung-al-maidah-
31

warga-tak-protes.html
Dengan terus terang Cawapres Ma'ruf Amin menyatakan, gerakan Persaudaraan Alumni
(PA) 212 sudah tak lagi relevan implementasinya pasca aksi 212. Saat ini gerakan tersebut
cenderung berbau politik. Gerakan 212 saya yang bikin, itu tujuannya supaya Ahok dihukum.
Akhirnya Ahok dihukum, ya sudah selesai. 212 selesai, (gerakan) saya bubarkan. Tapi oleh
kelompok tertentu dihidupkan lagi, (namanya) PA 212, tidak jelas tujuannya, malah jadi kegiatan
politik," kata Ma'ruf Yayasan Al-Jihad Assalahuddin Al Ayyubi, Tanjung Priok, Jakarta Utara,
Sabtu 24 November 2018, malam.32

Gaduhnya negeri ini bukan karena ekonomi dan politik tetapi kefanatikan agama yang
memaksakan kehendaknya dengan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma
kebangsaan. Pemerintah Jokowi cepat tanggap dan dengan berani melalui Surat Keputusan
Bersama yang ditandatangani enam menteri/kepala Lembaga mengeluarkan surat pembubaran.

Kapolri Jenderal Pol Idham Azis, Jaksa Agung ST Burhanuddin, dan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafly Amar. Dapatkan informasi, inspirasi
dan insight di email kamu. Daftarkan email Baca juga: Pembubaran dan Penghentian Aktivitas
FPI Diputus 6 Pejabat Tinggi Negara Keenamnya menuangkan Surat Keputusan Bersama Nomor
220/4780 Tahun 2020, Nomor M.HH/14.HH05.05 Tahun 2020, Nomor 690 Tahun 2020, Nomor
264 Tahun 2020, Nomor KB/3/XII Tahun 2020, dan Nomor 320 Tahun 2020 tentang Larangan
Kegiatan Penggunaan Simbol dan Atribut Serta Penghentian Kegiatan FPI. Isi SKB yang berlaku
mulai 30 Desember 2020 itu dibacakan oleh Wakil Menteri Hukum dan HAM Eddy Hiariej.33

Dalam penerapan teologi masa kini seharusnya pemimpin-pemimpin gereja dan


pemimpin sinode yang banyak di Indonesia tidak berpangku tangan. Ada banyak peristiwa yang
dipicu oleh radikalisme baik ketidakadilan, pembakaran gereja dan penganiayaan anak-anak
Tuhan, para pemimpin agama Kristen hanya berpangku tangan dan tidak ada yang berani suara
lantang. Kalaupun ada suaranya kecil dan tidak diperdengarkan secara keras. Dalam
mengantisipasi pergerakan radikalisme para teolog harus menyuarakan kebenaran yang
kontekstual.

32
https://www.liputan6.com/pilpres/read/3731664/maruf-amin-ahok-sudah-dihukum-gerakan-
212-selesai-saya-bubarkan
33
https://nasional.kompas.com/read/2020/12/30/13205551/isi-lengkap-skb-tentang-pembubaran-
dan-pelarangan-kegiatan-fpi.
Beberapa kali diadakan seminar, pertemuan-pertemuan dalam membahas moderasi
keagamaan ini yang salah satunya digagas oleh Kementrian agama yang dihadiri pejabat-pejabat
tinggi negara seperti Menteri agama, Kapolri dll. Salah satu pertemuan dengan pembicara Cinta
Laura sebagai generasi muda. Cinta Laura salah satu pidatonya yang membuat kagum hadirin.
Pidato berjudul “Moderasi Beragama Generasi Millenial” pada dasarnya adalah berupa sikap
anak muda mengenai Moderasi Beragama dalam bentuk pernyataan sikap, himbauan, dan
pengingat. Salah satu penggalan pidatonya : “ Polarisasi itu begitu menyegala, sehingga jalan
untuk idealitas tersebut terlihat masih merisaukan, terasa dingin dan berkabut. Keterbelahan itu
kerap berakar dari keyakinan untuk mendikte kemauan Tuhan dan "menjadikanNya" sebagai
manusia.

Dengan meminjam pandangan filosof Rene Descartes, Cinta Laura mengatakan bahwa
kehendak "memanusiakan" Tuhan itu adalah nalar untuk menjadikan yang infinite (tak terbatas)
menjadi finite (terbatas). Saat merasa sebagai penafsir dan pemilik tunggal kebenaran dari
Tuhan, jelas saja segala nilai kebenaran menjadi dominasi tunggal; liyan, the others adalah pihak
yang tidak patut diberi tempat, apalagi ruang toleransi. Padahal, keterbatasan manusia jelas tidak
sebanding dengan ketidakterbatasan Tuhan.34

Para teolog dituntut untuk menyampaikan kebenaran secara kontekstual di era moderasi
agama saat ini. Kebenaran harus tetap up to date mengikuti perkembangan zaman supaya
kebenaran tepat sasaran pada masanya. Moderasi agama tidaklah bertentangan dari kebenaran
firman Tuhan. Pada dasarnya kekristenan bukan sebuah agama, sehingga orang percaya Kristus
tidak perlu fanatik terhadap agamanya. Fanatik sendiri memiliki arti teramat sangat kuat
kepercayaan-nya (keyakinannya) terhadap ajaran (politik, agama, dsb).35 Perbedaan yang
signifikan akan terjadi bila fanatisme terhadap Lembaga buatan manusia sebagai ciptaan yang
melahirkan agama sementara fanatik terhadap Sang Pencipta itu sendiri.

Orang percaya harus berani mengeliminasi segala bentuk diskriminasi, ekspoitasi dalam
kekerasan termasuk KDRT (kekerasan dalam Rumah tangga). Namun kekerasan atas nama
agama tidak hanya dilakukan antara agama yang berbeda melainkan agama yang sejenis namun
berbeda aliran atau penafsiran, atau denominasi yang lain. Pentingnya menyampaikan moderasi
di tengah-tengah budaya digital untuk mengantipasi radikalisme dan intoleransi yang semakin
34
https://kemenag.go.id/read/cinta-laura-dan-moderasi-beragama-v5yjp
35
Op.cit; dendi sogono, 403
massif di Indonesia. Hal ini memang tidak mudah melainkan membutuhkan waktu, ketekunan
dan perjuangan yang kuat. Kegagalan moderasi beragama di Indonesia akan menciptakan
negara-negara seperti Afghanistan, dan beberapa negara Timur tengah yang rusak karena
fanatisme yang berlebihan terhadap agama.

Spiritualitas yang kokoh membimbing manusia tegar melakukan hal-hal yang kreatif dan
inovatif dalam memajukan sains dan teknologi demi kemashlahatansemua manusia. 36
Spiritualitas yang benar harus menghindarkan diri dari berbagai macam yang destruktif.
Persoalan yang utama tidak terletak pada agama itu sendiri melainkan manusianya. Bila
manusianya menyadari bahwa dirinya merupakan ciptaan Tuhan maka Ia akan menghargai
ciptaan yang lainnya. Lukas menulis dengan jelas : Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya:
"Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang Setiap orang dari
bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya
(Kisah Rasul 10:34-35)

Bila dianalisa lebih mendalam radikalisme yang “kebablasan” sudah dapat dipastikan
bahwa itu bukan berasal dari agama yang benar,. Mereka mengaku bahwa memiliki agama tetapi
kenyataannya bertentangan dari berbagai kebenaran manapun. Tindakan yang berangkat bukan
berasal dari kasih maka itu bukan berasal dari Allah yang benar. 1 Yohanes 2:9 Mengatakan :
Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ,
tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak.
Yohanes ingin mengingatkan bahwa yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus tidak memiliki
Allah. Ini berarti ajaran Kristus merupakan tolok ukur kehidupan manusia, Ajaran Kristus yang
paling utama adalah kasih. Kasih merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar.
Menghilangkan kebutuhan dasar yang manusia butuhkan maka itu bukan berasal dari Allah.

Gereja tidak boleh berdiam diri, hanya sebagai penonton bagaimana kekristenan
dipandang sebelah mata. Saatnya gereja bangkit untuk menjadi garam dan terang dunia yakni
Indonesia dengan cara terlibat langsung untuk ikut meminimalis radikalisme dan intoleransi.
Gereja tidak boleh berada di zona nyaman atau hebat di kendang sendiri. Ada banyak saudara
seiman yang diperlakukan tidak adil. Jadi jika disimpulkan bahwa tesis ini memiliki latar
belakang masalah

36
Siti Musdah Mulia, agama politik identitas dan keperpihakan N
1. Keberagaman suku ras dan agama di Indonesia yang didasarkan atas Pancasila
merupakan kekayaan yang harus dipertahankan. Hal ini harus tetap disatukan
sebagai modal utama berbangsa dan bernegara dan tidak boleh diceraiberaikan
oleh doktrin agama tertentu
2. Intoleransi dan radikalisme atas nama agama apapun tidak dapat dibenarkan
karena pada dasarnya agama menyatukan keberagaman dalam damai
3. Para pemimpin spiritual agama apapun bila tidak memiliki visi yang jelas akan
menciptakan umat yang liar
4. Politik Identitas dengan menggunakan ayat-ayat suci, merupakan penodaan
terhadap demokrasi yang akan menciptakan pemimpin yang berpotensi intoleransi
5. Para Pemimpin gereja tidak boleh berada di zona nyaman dengan menutup mata
terhadap realitas radikalisme dan intoleransi yang massif. Para pemimpin gereja
harus bangkit dan ikut terlibat secara langsung membantu pemerintah dalam
mencegah intoleransi dan radikalisme
6. Para pemimpin gereja tidak boleh hanya pencitraan di depan Jemaat dan negara
sebagai seorang rohaniawan namun tidak berdampak bagi bangsa dan negara.
Karena pemimpin model orang Farisi dan ahli Taurat akan membawa gereja ke
dalam permusuhan satu dengan yang lainnya.
7. Pemimpin gereja tidak boleh mendukung atau memberikan support para
pemimpin politik yang jelas-jelas memiliki jejak digital yang intoleran dan
radikalisme. Para pemimpin yang tidak menyadari sedang diperalat untuk
kepentingan politik para kadrun akan menyusahkan pekabaran Injil dikemudian
hari.

Melihat berbagi latar belakang Tesis ini maka penulis memberikan judul tesis ini :

MODERASI BERAGAMA

(SUATU KAJIAN TEOLOGIS TERHADAP INTOLERANSI DAN RADIKALISME DI


INDONESIA DALAM PERSPEKTIF 2 YOHANES 1:9 DAN IMPLIKASINYA BAGI
JEMAAT TUHAN)

B. FOCUS MASALAH
Dari latar belakang belakang masalah yang telah dipaparkan di atas penulis ingin
memfocuskan Masalah pada moderasi beragama, suatu tinjauan tentang kemajemukan agama di
Indonesia dalam perspektif 2 Yohanes 1:9 dan implikasinya bagi Jemaat Tuhan)

C. SUB FOCUS MASALAH

Peneliti akan membahas sub focus pada peran gereja dalam membantu pemerintah menangani
maraknya intoleransi dan radikalisme yang semakin marak di Indonesia

D. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah moderasi beragama merupakan sarana yang dapat mengatasi intoleransi dan
radikalisme di Indonesia
2. Mengapakah intoleransi dan radikalisme di Indonesia semakin berkembang dan
memiliki laju yang signifikan?
3. Bagaimanakan peran gereja dalam membantu pemerintah dalam mengatasi
intoleransi dan radikalisme ?

E. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan tentang moderasi beragama sebagai sarana untuk mengatasi intoleransi
dan radikalisme
2. Memberikan jawaban tentang radikalisme dan intoleransi yang semakin berkembang
yang signifikan
3. Menerangkan peran para pemimpin gereja dalam membantu pemerintah dalam
mengatasi intoleransi dan radikalisme
F. Manfaat Penetian
1. Memperlengkapi jemaat tentang arti moderasi beragama agar jemaat ikut terlibat
dalam membantu pemerintah dalam menangani intoleransi dan radikalisme
2. Mengingatkan untuk para hamba Tuhan untuk tidak terkontaminasi dengan dunia
politik kotor dengan bergabung kepada para pemimpin yang memiliki jejak digital
yang jelas-jelas beraliran radikalisme dan intoleransi
3. Mengingatkan para pemimpin Gereja atau Hamba Tuhan untuk tidak berada di zona
nyaman “jago kendang” dan berpangku tangan melihat penindasan dan ketidak adilan
dari para tokoh agama yang intoleransi.
4. Sebagai syarat dalam memenuhi kelulusan Magister teologi di STT Moria.

Anda mungkin juga menyukai