Dokter Pembimbing:
Disusun oleh:
Andreas 112016105
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
2
BAB I
PENDAHULUAN
Komputer menjadi hal yang sangat dibutuhkan pada saat ini. Komputer
tidak hanya digunakan untuk mempermudah pekerjaan, tetapi juga sebagai
hiburan. Penggunaan komputer dalam berbagai hal ini yang akan menimbulkan
masalah kesehatan bagi pengguna komputer. Tidak bisa dipungkiri bahwa
komputer bisa menjadi predisposisi terjadinya masalah kesehatan. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa orang yang menggunakan komputer mempunyai
masalah yang berhubungan dengan ketidaknyamanan pada mata.1
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Terdapat studi yang menunjukkan prevalensi CVS adalah sebesar 64-90
% pada kalangan pengguna komputer.5 Kira-kira 60 juta orang menderita CVS
di seluruh dunia dan diperkirakan 1 juta dalam 1 tahun. Sebanyak 70%
karyawan yang menggunakan komputer secara global yang dilaporkan
menderita masalah penglihatan dan dikatakan semakin meningkat. Dari
Rahman dan Sanip, prevalensi CVS di Malaysia adalah 68.1% di kalangan
karyawan universitas. Di Jepang, prevalensi CVS di kalangan karyawan kantor
yang menggunakan computer adalah 72.1%. Dari Reddy dkk dari 795
mahasiswa, sebanyak 89.9% mengalami CVS dengan gejala sakit kepala
paling sering.6
5
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko Computer Vision Syndrome (CVS)
a.Usia
b. Jenis Kelamin
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang
lainnya dan sangat tergantung kepada keterampilan, keserasian atau
kemampuan, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh.
Semakin tinggi keterampilan kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan
jiwa yang bekerja, sehingga beban kerja menjadi relatif sedikit. Laki-laki dan
wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Siklus
biologi pada wanita tidak mempengaruhi kemampuan fisik, melainkan lebih
banyak bersifat sosial dan kultural, kecuali pada mereka yang mengalami
kelainan haid atau dysmenorrhea. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa
kejadian CVS pada perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Secara
6
fisiologis, lapisan tear film pada perempuan cenderung lebih cepat menipis
seiring dengan meningkatnya usia. Penipisan tear film menyebabkan mata
terasa kering, yang juga merupakan salah satu gejala CVS. Pada penelitian
Devadoss dan Anand pada tahun 2013 menyatakan bahwa dari 120 wanita
yang bekerja pada call center mengeluhkan adanya gangguan gejala CVS
sebesar 70 orang setelah bekerja di depan computer.13,14
c.Masa Kerja
d. Penggunaan Kacamata
Kacamata digunakan untuk mengoreksi kelainan refraksi. Koreksi yang
buruk merupakan salah satu risiko terjadinya mata lelah yang merupakan salah
satu gejala computer vision syndrome pada pengguna VDT atau komputer. Yee
dkk menyatakan bahwa 62,5% pengguna Video Display Terminal (VDT)
dengan kacamata mengeluhkan nyeri kepala. Nyeri kepala yang dialami
diakibatkan oleh sakit kepala jenis otot tegang yang dipicu oleh stres, kelainan
refraksi, silau, cahaya kurang, pengaturan VDT yang tidak baik.1 Sebuah
penelitian pernah dilakukan oleh Yee dkk tentang kejadian astenopia pada
pengguna VDT yang menggunakan kacamata. Hasil yang diperoleh ialah
terdapat perbedaan yang signifikan antara pengguna VDT yang memakai
kacamata dengan kejadian astenopia dibandingkan dengan pengguna VDT
yang tidak memakai kacamata.14
7
e. Penggunaan Lensa Kontak
Lensa kontak menyebabkan ketidakstabilan lapisan permukaan mata
karena lensa kontak membagi lapisan tersebut menjadi dua bagian, yaitu
bagian pre-lens yang kehilangan lapisan musin dan bagian post-lens yang
kehilangan lapisan lemak. Hal ini berakibat pada peningkatan penguapan
lapisan air mata yang diikuti dengan suatu kompensasi berupa peningkatan
osmolaritas dari lapisan air mata yang pada akhirnya menimbulkan jejas atau
cedera sel pada permukaan mata.9
yang tidak menggunakan lensa kontak dan bekerja di depan komputer selama
kurang dari empat jam sehari.15
f. Frekuensi Berkedip
8
perhitungan mental (mental arithmatic) dihubungkan dengan peningkatan
frekuensi mengedip. Sedangkan melamun, mengarahkan perhatian dan
mencari sumber stimulus diasosiasikan dengan penurunan frekuensi mengedip
mata.11
9
Istirahat mata bagi seseorang yang bekerja menggunakan komputer
sangat diperlukan karena aktivitas penggunaan mata untuk melihat dalam jarak
dekat sehingga mata akan selalu berakomodasi dan terfokus pada layar
monitor. Pemberian istirahat pada dasarnya diperlukan untuk memulihkan
kesegaran fisik ataupun mental bagi diri manusia atau pekerja, sehingga
pengaturan waktu kerja dan istirahat yang baik sangatlah penting. Pemberian
beberapa kali istirahat pendek selama waktu kerja adalah lebih efisien daripada
istirahat panjang yang dilakukan sekali saja. Mengistirahatkan mata sejenak
dapat membantu relaksasi otot mata. Penglihatan yang diarahkan ke layar
komputer secara terus menerus menyebabkan kelelahan dan ketegangan mata
yang merupakan salah satu gejala CVS. Hal ini akan menyebabkan mata perih
dan berair, oleh karena itu, setiap kali bekerja dengan komputer, perlu untuk
mengistirahat pandangan mata dari layar komputer. Aturan istirahat pendek
yang paling banyak digunakan saat ini adalah aturan 20/20/20 yaitu setelah
bekerja selama 20 menit, sebaiknya mengalihkan pandangan dari monitor
dengan melihat obyek yang jauh sekitar jarak 20 feet (6 meter) selama 20
detik.14
Semakin lama durasi paparan komputer setiap hari berbanding lurus dengan
banyaknya gejala yang dialami responden pengguna computer. Penelitian oleh
Reddy, Low, Lim dkk menyimpulkan bahwa responden dengan penggunaan
komputer selama >2 jam mengeluhkan gejala lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang bekerja di depan komputer selama ≤2 jam. Hasil
penelitian lainnya menunjukkan durasi paparan 6 jam di depan layar komputer
mengakibatkan lebih banyak keluhan terkait CVS.14
i. Sudut Penglihatan
10
pengguna komputer yang melihat komputer pada sudut <15° memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengalami keluhan berupa sakit kepala dan iritasi mata.7
k. Riwayat Penyakit
Cahaya silau dan pantulan cahaya dapat menjadi penyebab keluhan mata
tegang dan sakit kepala. Secara signifikan, prevalensi gejala CVS lebih rendah
terjadi pada subjek yang menggunakan antiglare cover pada layar
komputernya. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Logaraj, Priya,
Seetharaman dkk dalam upaya untuk menghindari cahaya silau dan pantulan
cahaya selama bekerja di depan komputer responden menggunakan antiglare
cover.17
11
gambar pada layar monitor menjadi kabur. Layar komputer menghasilkan sinar
alfa, sinar x dan radiasi ion yang telah diketahui dapat merusak ikatan kimia
sehingga dapat mempengaruhi stabilitas sel-sel saraf mata. Tingkat
pencahayaan pada stasiun kerja yang direkomendasikan adalah 200-500 lux
Tingkat pencahayaan yang dibutuhkan untuk jenis pekerjaan kantor dan
mengetik menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 adalah
sebesar 300-500 lux.17
a. Pencahayaan
12
Pengaturan tingkat pencahayaan yang baik dan benar dapat membantu
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi pekerjanya. Untuk dapat
melihat dengan baik dan teliti diperlukan intensitas cahaya yang cukup.
Dengan pencahayaan yang cukup, objek penglihatan akan terlihat jelas
sehingga dengan demikian akan membantu pekerja untuk melaksanakan
pekerjaannya dengan lebih mudah. Selain itu, keuntungan pencahayaan yang
baik adalah meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi
kesalahan, meningkatkan housekeeping dan mengurangi kecelakaan kerja.
Tujuan pencahayaan adalah untuk tersedianya lingkungan kerja yang aman dan
nyaman dalam melaksanakan pekerjaan. Untuk upaya tersebut maka
pencahayaan buatan perlu dikelola dengan baik dan dipadukan dengan faktor-
faktor penunjang pencahayaan diantaranya atap, kaca, jendela dan dinding agar
tingkat pencahayaan yang dibutuhkan tercapai.15,17
13
dengan komputer menuntut pergerakan mata yang sering (motilitas okular),
daya akomodasi (usaha untuk melihat fokus terus menerus) dan pergerakan
pupil mata selama proses melihat fokus. Ketiga hal tersebut melibatkan
aktivitas muskular yang terus menerus .10
Karakter atau huruf pada layar komputer terdiri atas kumpulan titik-titik
kecil atau biasa disebut dengan pixels. Pixels merupakan hasil dari pantulan
elektron terhadap layar komputer yang ditutupi fosfor. Masing-masing titik
kecil tersebut memiliki cahaya yang terang di bagian tengah dan cahaya
tersebut meredup pada sudut-sudut luarnya. Bila dibandingkan dengan huruf
yang dicetak di kertas, huruf yang ada di layar komputer memiliki sudut yang
lebih kabur. Hal ini membuat mata manusia sangat sulit untuk tetap melihat
fokus, namun melakukan relaksasi pada bidang di belakang layar atau yang
disebut sebagai resting point of accomodation (RPA) atau fokus gelap. Mata
yang terus melakukan relaksasi pada RPA dan melihat fokus pada layar
menyebabkan mata tegang dan lelah.10
a. Gejala astenopia
14
Gejala astenopia terdiri dari mata lelah, mata tegang, mata kering
dan nyeri kepala. Menurut Bhanderi dkk mata lelah menjadi salah
satu gejala dominan CVS terhadap operator komputer di NCR Delhi
yang menyatakan bahwa 46,3% responden mengalami mata lelah
dengan kejadian lebih banyak pada perempuan meskipun tidak
terdapat perbedaan yang bermakna. Kejadian mata lelah berasosiasi
signifikan dengan usia saat menggunakan komputer, adanya
refraksi, jarak penglihatan, posisi layar monitor terhadap mata,
penggunaan layar (screen filter) dan penyesuaian terhadap kontras
dan kecerahan layar monitor. Penelitian lain di Amerika Serikat
menyebutkan angka 70%-90% pengguna komputer menderita
asthenopia. Pada pekerja pengolah data di Inggris didapat berbagai
keluhan pada mata akibat penggunaan komputer sebesar 25%-
47%.3,12
c. Gejala visual
15
keadaan yang diakibatkan karena berkurangnya kemampuan
akomodasi lensa dan pada umumnya dialami oleh seseorang yang
telah berusia 40 tahun. Pekerjaan dengan menggunakan komputer
dapat menyebabkan presbiopia yang dapat muncul pada usia
lebih muda karena terjadi perubahan kemampuan akomodasi
yang berusaha menyesuaikan kebutuhan melihat monitor dalam
jarak yang dekat.3
d. Gejala ekstraokuler
Gejala ekstraokuler terdiri dari nyeri bahu, nyeri leher dan nyeri
punggung. Kelainan visual dan musculoskeletal pada pekerja
komputer didapatkan gejala musculoskeletal, seperti : nyeri leher,
yang merupakan keluhan terbanyak yakni sebesar 48,6%
responden, nyeri punggung bawah 35,6% responden dan nyeri
bahu sebesar 15,7%.3,18
16
mencakup mata lelah dan tegang, mata kering teriritasi, penglihatan kabur dan
nyeri kepala sebagai hasil dari melihat ke arah layar komputer yang kemudian
disebut dengan CVS. Hal itu adalah efek dari gangguan peregangan yang
berulang sehingga The American Optometric Association (AOA) menyebutnya
sebagai kombinasi mata dan masalah penglihatan yang terkait dengan
penggunaan komputer.17
2.6.1 Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis terdapat beberapa hal penting yang perlu
ditanyakan:21
1. Data pasien
Data pasien berupa nama, alamat, usia, agama. Suku bangsa, pendidikan
terakhir, dan pekerjaan (sudah berapa lama bekerja dan riwayat pekerjaan
sebelumnya)
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang membawa pasien berobat.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal-hal yang ditanyakan dalam riwayat penyakit sekarang adalah sebagai
berikut:
a. Lokasi keluhan?
b. Kualitas, kuantitas, dan intensitas dari gejala sakit yang dialami.
c. Kapan mulai merasakan gejala sakit tersebut, durasi serta
frekuensinya
d. Saat dalam situasi apa saja muncul keluhan (lingkungan, emosional,
aktivitas).
e. Apakah ada factor yang memperberat seperti waktu kerja yang lama,
keadaan udara yang dingin dan kering?
f. Manifestasi lain yang menyertai seperti pegal, nyeri kepala,
penglihatan yang berkurang maupun keluhan di sistem organ yang
lain.
g. Apakah pasien sudah pernah berobat sebelumnya? Jika sudah, obat
apa yang dikonsumsi dan apakah ada perbaikan? Apakah pasien
memiliki alergi terhadap obat tertentu.
h. Bagaimana penglihatan pasien?
17
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit yang dialami saat anak-anak.
b. Penyakit pada usia dewasa baik yang akut maupun kronik
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Diagram mengenai usia dan kesehatan, atau usia dan penyebab
kematian saudara sekandung, orangtua, dan kakek atau nenek.
b. Apakah ada penyakit spesifik dalam keluarga seperti alergi, dll.
6. Riwayat Sosial
Yang perlu ditanyakan adalah:
a. Tingkat pendidikan
b. Asal keluarga
c. Anggota keluarga saat ini
d. Minat pribadi
e. Gaya hidup
1. Ketajaman visus
Untuk mengukur ketajaman penglihatan sentral maka dapat
digunakan kartu Snellen dengan catatan adanya pencahayaan yang baik.
Pasien ditempatkan pada jarak 20 feet (sekitar 6 meter) dari peta tersebut.
Pasien yang menggunakan kacamata selain jenis kacamata baca harus
mengenakan kacamatanya. Minta kepada pasien untuk menutup salah satu
kartu atau dengan telapak tangannya, dan mencoba sedapat mungkin
membaca huruf yang paling kecil dengan menggunakan mata yang lain.
Catat ketajaman visus seperti yang tercatum di samping baris ini beserta
ukuran lensa bila ada. Ketajaman visus dinyatakan dengan dua angka.
Angka pertama menunjukkan jarak antara pasien dengan kartu snellen,
dan angka kedua menunjukkan jarak mata yang normal dapat melihat
baris huruf-huruf tersebut dengan jelas.19-21
2. Lapang pandang
Pemeriksaan lapang pandang dilakukan dengan skrining. Skrining
dimulai dari lapang pandang temporal karena kebanyakan defek
melibatkan daerah ini. Minta pasien untuk melihat mata anda dengan
18
kedua matanya. Ketika anda bertatapan dengan dengan pasien, tempatkan
kedua tangan anda secara terpisah dengan jarak 2 feet (sekitar 0,6 meter)
di sebelah lateral tiap telingan pasien. Minta pasien untuk menunjuk jari
anda ketika dia melihatnya. Kemudian, gerakkan secara perlahan jari-jari
yang digoyang-goyangkan dari kedua tangan anda di sepanjang mangkuk
imajiner dan kearah garis pandangan sampai pasien melihatnya.
Normalnya, seseorang akan melihat jari-jari dari kedua tangan anda di
saat yang bersamaan.
Periksa juga posisi dan kesejajaran kedua mata. Berdirilah didepan
pasien dan lakukan inspeksi mata untuk melihat posisi dan kesejajaran
kedua mata antara satu dan lainnya. Alis mata dengan memperhatikan
kuantitas, distribusi dan setiap pembentukkan skuama pada kulit yang
melandasinya. Kelopak mata pun perlu diperiksa dengan memperhatikan
lebar fissure palpebral, edema kelopak mata, warna kelopak mata, ledi,
keadaan dan arah bulu mata, serta kemampuan kelopak mata untuk
mengatup sempurna terutama jika kedua mata mengalami penonjolan
abnormal atau terdapat paralisis fasialis atau jika pasien tidak sadar.19-21
Pemeriksaan apparatus lakrimalis dilakukan dengan inspeksi di
sekitar daerah kelenjar lakrimalis dan sakus lakrimalis untuk menemukan
pembengkakan. Lakukan juga pemeriksaan untuk menemukan
pengeluaran air mata yang berlebihan atau kekeringan pada mata.
3. Konjungtiva dan Sklera
Pasien diminta untuk melihat ke atas sementara dokter menekan
kedua kelopak mata ke bawah dengan menggunakan ibu jari tangan
sehingga membuat sclera dan konjungtiva terpajan. Inspekdi konjungtiva
palpebralis dan sklera adalah untuk menilai warnanya dan pola
vaskularisasi terhadap latarbelakang sclera yang berwarna putih. Cari juga
setiap nodulus dan pembengkakan.19-21
4. Kornea, Lensa, Pupil
Dengan cahaya yang dipancarkan dari samping, lakukan inspeksi setiap
mata untuk menemukan kekeruhan (opasitas) dan perhatikan setiap
kekeruhan pada lensa yang dapat terlihat melalui pupil. Pada saat yang
sama, lakukan inspeksi pada iris dengan melihat corak garis pada iris.
Dengan lampu senter yang diarahkan langsung dari sisi temporal, cari
19
bayangan berbentuk bulan sabit pada sisi medial iris. Karena pada
keadaan normal, permukaan iris cukup datar dan membentuk sudut yang
relative terbuka dengan kornea, penyinaran ini tidak akan menghasilkan
bayangan. Pada pemeriksaan pupil, dilakukan inspeksi ukuran, bentuk,
dan kesimetrisan pada kedua pupil. Jika kedua pupil berukuran besar (>5
mm), kecil (>3 mm), atau tidak sama (anisokoria), ukur pupil tersebut.
Perbedaan diameter pupil yang kurang dari 0,5 mm (anisokoria) dapat
terlihat pada 20% orang normal. Jika reaksi pupil tersebut normal maka
anisokoria tersebut dianggap tidak berbahaya. Setelah itu lakukan
pemeriksaan reaksi pupil terhadap rangsang cahaya. Minta pasien untuk
memandang suatu titik di tempat jauh, dan arahkan cahaya lampu senter
dari samping ke masing-masing pupil secara bergantian.19-21
5. Gerakan ekstraokular
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengarahkan cahaya lampu
senter ke depan pasien dengan jarak sekitar 2 feet (sekitar 0,6 meter).
Pasien diminta untuk menatap cahaya tersebut dengan kedua matanya.
Lakukan inspeksi pantulan cahaya pada tiap-tiap kornea. Pantulan ini
harus terlihat sedikit di sebelah nasal dari bagian tengah pupil. Setelah itu
lakukan pemeriksaan gerakan ekstraokular dengan tujuan untuk mencari
hal-hal berikut: gerakan konjugat normal mata pada setiap arah atau setiap
deviasi dari keadaan normal; nistagmus, yaitu gerakan osilasi halus bola
mata yang berirama; dan lig lad pada saat mata bergerak ke atas dan ke
bawah.
6. Pemeriksaan oftalmoskopik
Pada pemeriksaan oftalmoskopik yang dilihat adalah:
a. Lokasi diskus optikus. Diskus optikus merupakan struktur berwarna
bulat oranye kekuningan.
b. Inspeksi lokasi diskus optikus berupa ketajaman atau kejelasan garis
bentuk diskus optikus, warna, dan mengukur ekskavasio sentral
c. Keberadaan pulsais vena yang normalnya terlihat di bagian sentral
diskus optikus
d. Kesimetrisan komperatif mata
20
Diperiksa di bawah slit lam dengan red free light. Juga menggunakan
fluoresensi. Normalnya >10 detik.
b. Schirmer Test-1
Menggunakan kertas khusus. Hasil normal adalah >10mm dalam 5 menit.
c. Rose Bengal Staining
Untuk mendeteksi defek epitel di kornea dan konjungtiva pada mata
kering. Bila didapatkan hasil positif, ini merupakan hal yang signifikan
pada CVS.19-21
1. Pencahayaan
Seperti disebutkan sebelumnya , pencahayaan yang tepat dalam wilayah
tempat kerja yang menggunakan komputer akan memungkinkan pengguna
untuk meningkatkan kenyamanan visual dan kinerja sambil menghilangkan
rasa tidak senang dan kelelahan visual. Lingkungan yang ideal akan
memungkinkan kecerahan yang sama ke bidang visual pengguna komputer.
Lampu fluoresccent yang intens dapat dikurangi dengan mencabut beberapa
tabung pencahayaan. Pencahayaan jendela yang berlebihan harus ditutup
dengan tirai, penutup jendela, atau jendela Tinting . Jika titik terang di bidang
visual tidak dapat dihindari, perlu memindahkan tempat kerja ke posisi yang
lebih menguntungkan.3,16
Adapun jenis pencahayaan juga memiliki pengaruh penting. Satu studi
difokuskan pada kapasitas kerja visual dengan berbagai sumber penerangan.
Setelah membandingkan cahaya alami, lampu filamen, lampu bercahaya,
lampu natrium , dan lampu mercury-arch, ditemukan bahwa lampu natrium
yang paling memadai untuk kapasitas fungsional tinggi dari analisa visual.3,16
Lampu tugas (lampu yang dipakai saat berka) merupakan lampu pijar
yang " hangat " (komposisi warna merah lebih banyak) , tidak menyulitkan
mata, tidak menyilaukan dan tidak menyebabkan kelelahan. Namun
terkadang lampu tugas sering terlalu terang, sehingga penting untuk
memposisikan cahaya menyilaukan.3,16
2. Posisi VDT
21
Gambar 1 : Posisi ergonomic VDT16
Pengguna komputer sering mengambil posisi tidak nyaman untuk benar
melihat layar . Seperti disebutkan sebelumnya, ini distorsi postural sering
menyebabkan rasa sakit di punggung , leher , dan bahu . Dengan demikian
penting untuk benar menjaga jarak dengan monitor dan mengatur ketinggian
monitor. Meningkatkan ergonomi fisik dari tempat kerja telah terbukti
mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan kinerja.3,16
Sebelumnya, direkomendasikan bahwa mata harus berjarak 16 sampai 30
inci dari layar. Jarak di luar kisaran ini biasanya menunjukkan resolusi layar
rendah atau gambar yang terlalu kecil . Data terbaru menunjukkan bahwa
jarak jauh mungkin lebih menguntungkan. Pada tiga penelitian yang
membandingkan ketegangan visual dengan berbagai jarak layar pada panjang
66 cm ( 26,0 inci) dibandingkan 98 cm ( 38,6 inci) , 50 cm ( 19,6 inci)
dibandingkan 100 cm ( 39,4 inci) , dan 63 cm ( 24,8 masuk ) dibandingkan 92
cm ( 36,2 inci) . Dalam semua tiga kasus peserta melaporkan kejadian
kelelahan mata terjadi jika jarak subyek lebih dekat dengan monitor. Studi ini
juga menunjukkan bahwa pada jarak 35-40 inci complain akan adanya
ketegangan visual paling sedikit dilayangkan.
Hal ini juga dianjurkan bahwa layar harus ditempatkan 10 sampai 20
derajat di bawah ( atau tengah layar 5-6 inci berada dibawah bawah ) level
mata . Ketika layar lebih tinggi dari ini, pengguna VDT sering memiringkan
kembali kepala mereka , menyebabkan ketegangan otot trapezius di atas dan
otot leher.. Kietrys dkk juga melaporkan bahwa meninggikan posisi monitor
tidak mengurangi stres postural dari tulang servikal. Adapun dengan
menurunkan posisi monitor memungkinkan pengguna VDT untuk menatap ke
bawah, sehingga permukaan okular yang terekspos lebih kecil dan
mengurangi evaporasi air mata.3,16
22
3. Waktu Istirahat
Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika waktu istirahat dilaksanakan
secara teratur, efisiensi kerja akan meningkatkan dan dapat memberikan
kompensasi waktu yang hilang pada istirahat. The National Institute of
Occupational Safety and Health menemukan bahwa waktu istirahat yang
singkat dan sering menurunkan ketidaknyamanan pada pekerja dan
meningkatkan produktivitas istirahat 15 menit pada pagi dan istirahat sore.
Melakukan aktivitas berjalan cepat di sekitar kantor akan membantu
peregangan otot yang tegang dan lelah, perubahan pemandangan, dan
relaksasi. komputer, perlu untuk mengistirahat pandangan mata dari layar
komputer. Aturan istirahat pendek yang paling banyak digunakan saat ini
adalah aturan 20/20/20 yaitu setelah bekerja selama 20 menit, sebaiknya
mengalihkan pandangan dari monitor dengan melihat obyek yang jauh sekitar
jarak 20 feet (6 meter) selama 20 detik.3,16
Jangka waktu kerja tanpa istirahat dianggap menyebabkan timbulnya
masalah okular . Bahkan , satu studi menunjukkan bahwa bekerja selama
lebih dari empat jam dengan menggunakan VDT berkaitan dengan
munculnya asthenopia. Istirahat Sering dianjurkan untuk memulihkan dan
menenangkan sistem akomodasi mata , sehingga mencegah kelelahan mata .
Hal ini umumnya percaya bahwa melihat jauh di sebuah objek yang jauh
setidaknya dua kali tiap jam selama penggunaan komputer sudah dapat
mencegahan kelelahan visual.3,16
4. Tetes Mata (Lubricating Drops)
Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan memakai tetes mata
untuk meringankan gejala mata kering karena menurunnya respon berkedip.
Sebuah penelitian terbaru di Jepang mengungkapkan bahwa mayoritas
pekerja yang mengobati diri dengan tetes mata tidak puas dengan efek terapi.
Studi lain menunjukkan bahwa tetes mata viskositas lebih tinggi lebih
menguntungkan daripada larutan garam isotonik. Adapun penggunaan tetes
mata viskositas tinggi akan menurunan ketajaman visual secara
keseluruhan.3,16
5. Kacamata computer
23
Kacamata khusus untuk memakai komputer diperlukan oleh pekerja
komputer yang berusia lebih dari 40 tahun, menggunakan lensa kontak, dan
menggunakan kacamata bifokal.16
BAB III
PENUTUP
24
DAFTAR PUSTAKA
25
10. Akinbinu TR, Mashalla YJ. 2013. Knowledge of computer vision
syndrome among computer users in the workplace in Abuja,
Nigeria. J Physiol Pathophysiol. 4(4):58–63.
11. Garg, A., & Rosen, E., 2008. Instan clinical diagnosis in
ophtalmology anterior segment. Jaypee brothers medical
publishers.
12. Bhanderi D J, Choudhary S, & Doshi V G, 2008. A Community-
Based Study Of Asthenopia In Computer Users. Indian Journal
Ophthalmology 56(1) : 51-55.
13. Haeny N, 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kelelahan Mata pada. Skripsi. Dari:
http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/125958-S-5700-
Analisis%20faktor-Literatur.pdf. Dikutip 14 juli 2018.
14. Ye Z, Abe Y, Kusano Y, Takamura N, Eida K, Takemoto T, Aoyagi
K, 2007. The influence of visual display terminal use on the
physical and mental conditions of administrative staff in Japan. J
Physiol Anthropol. 26 : 69-73.
15. Wolkoff P, Skov P, Franck C, Petersen LN, 2005. Eye irritation
and environmental factors in the office environment—
hypotheses, causes and a physiological model. Scand J Work
Environ Health 29(6):411–430.
16. Rosenfield M. 2011. Computer vision syndrome : a review of
ocular causes and potential treatments. Ophthalmic Physiol Opt.
31:502–15.
17. American Optometric Association, 2006. The Effects of Video
Display Terminal Use on Eye, Health, and
Vision.http://www.AOA.org/X5380.xml.
Dikutip 14 juli 2018 .
26
19. Casser L, 2005. Comprehensive Adult Eye and Vision Examination
Clinical Care Guideline (Update). St.Louis. American Optometric
Association.
20. Chiemeke SC, Akhahowa, AE, Ajayi, OB, 2007. Evaluation of
vision-related problems amongst computer users: a case study of
University of Benin, Nigeria. Proceedings of the world congress on
Engineering London, U.K. Vol. 1, WCE 2-4.
21. Bickley LS, Szilagyi PG.Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan
riwayat kesehatan.Edisi 8.Jakarta:EGC, 2008.h.3-6;147-57.
27