Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

COMPUTER VISION SYNDROME

Dokter Pembimbing:

Dr. Rossada Adiarti, Sp.M

Disusun oleh:

Gebby Aresta 112016402

Agnestya C.Z. Raule 112016169

Angella Tiana 112016287

Andreas 112016105

KEPANITERAAN STASE ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT MATA DR.YAP YOGYAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

PERIODE 13 AGUSTUS 2018 – 15 SEPTEMBER 201

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi CVS ...................................................................................................4

`2.2 Epidemiologi CVS .........................................................................................5

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko CVS ......................................................................6

2.3.1 Faktor Individu ..................................................................................6

2.3.2 Faktor Komputer .............................................,...............................11

2.3.3 Faktor Lingkungan ..........................................................................12

2.4 Patofisiologi CVS ...........................................................................................14

2.5 Manifestasi Klinis CVS ..................................................................................15

2.6 Penegakan Diagnosis CVS .............................................................................17

2.7 Pencegahan dan Penatalaksanaan .................................................................22

BAB III PENUTUP ..............................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................26

2
BAB I

PENDAHULUAN

Komputer menjadi hal yang sangat dibutuhkan pada saat ini. Komputer
tidak hanya digunakan untuk mempermudah pekerjaan, tetapi juga sebagai
hiburan. Penggunaan komputer dalam berbagai hal ini yang akan menimbulkan
masalah kesehatan bagi pengguna komputer. Tidak bisa dipungkiri bahwa
komputer bisa menjadi predisposisi terjadinya masalah kesehatan. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa orang yang menggunakan komputer mempunyai
masalah yang berhubungan dengan ketidaknyamanan pada mata.1

Sekitar 70% pekerja komputer diseluruh dunia dilaporkan memiliki


masalah penglihatan dan terjadi peningkatan tingkat insiden. Hampir 90% anak-
anak di Amerika Serikat menggunakan komputer di rumah atau di sekolah setiap
hari. Durasi pemakaian komputer yang terlalu lama ini akan menimbulkan
berbagai masalah salah satunya adalah Computer Vision Syndrome ( CVS) .
Menurut American Opthometric Association (AOA), CVS adalah masalah mata
yang berhubungan dengan penglihatan yang diakibatkan dari penggunaan
komputer dalam jangka panjang.2

Blehm dkk mengklasifikasikan gejala CVS menjadi 4 kategori utama


yakni asthenophia, gejala pada permukaan mata, visual, dan gejala ekstraokular.
Kebanyakan dari gejala-gejala tersebut hanya sementara dan akan hilang setelah
penggunaan komputer dihentikan, namun pada beberapa individu gejala tersebut
tetap ada. Walapun keadaan ini tidak mengancam nyawa dan tidak ada penelitian
yang membuktikan atau mengkonfirmasi bahwa CVS dapat menyebabkan
kerusakan mata yang permanen , namun adanya keadaan ini dapat mengganggu
produktivitas pekerjaan. Pengetahuan mengenai CVS khususnya tentang
pencegahan yang dapat dilakukan adalah penting supaya individu lebih
mengetahui tentang waktu yang tepat untuk menggunakan komputer dan paling
penting mengenai ergonomi visual sehingga dapat meminimalkan atau mencegah
timbulnya CVS.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Computer Vision Syndrome (CVS)

Menurut The American Optometric Association (AOA) Computer


Vision Syndrome (CVS) didefinisikan sebagai gambaran sekelompok masalah
okuler (mata dan penglihatan) yang dikeluhkan oleh seseorang yang bekerja
menggunakan komputer dalam waktu yang cukup lama. Seseorang yang
menggunakan komputer > 2 jam setiap harinya mempunyai risiko besar untuk
menderita CVS. Ketidaknyamanan akan semakin meningkat seiring dengan
lamanya waktu penggunaan komputer. Mata lelah, mata tegang, mata terasa
berat, pegal, mata kering dan teriritasi, mata pedih, mata perih, mata
merasakan sensasi terbakar atau panas, mata merasakan sensasi berpasir, mata
kabur atau blur dan nyeri kepala merupakan gejala CVS.3

CVS dapat terjadi ketika kebutuhan mata yang ditugaskan untuk


melihat ternyata melebihi kemampuan penglihatan pengguna komputer.
Computer Vision Syndrome merupakan kondisi sementara yang diakibatkan
oleh mata yang bekerja terlalu fokus untuk menatap pada layar monitor
komputer pada jarak dekat dan dalam waktu > 2 jam. Pada beberapa individu
memiliki kemungkinan untuk mengalami penurunan kemampuan visual
bahkan masih terjadi setelah berhenti bekerja dengan komputer. Mata yang
bekerja terlalu fokus untuk menatap pada layar monitor komputer dapat
membuat otot-otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih
dipaksakan untuk memperoleh ketajaman penglihatan saat melihat suatu
obyek. Gejala-gejala CVS dapat diperburuk dengan pencahayaan yang tidak
sesuai, silau, stasiun kerja yang tidak diatur dengan benar, dan kesalahan bias
yang tidak terkoreksi dengan baik.3,4

2.2 Epidemiologi Computer Vision Syndrome (CVS)

4
Terdapat studi yang menunjukkan prevalensi CVS adalah sebesar 64-90
% pada kalangan pengguna komputer.5 Kira-kira 60 juta orang menderita CVS
di seluruh dunia dan diperkirakan 1 juta dalam 1 tahun. Sebanyak 70%
karyawan yang menggunakan komputer secara global yang dilaporkan
menderita masalah penglihatan dan dikatakan semakin meningkat. Dari
Rahman dan Sanip, prevalensi CVS di Malaysia adalah 68.1% di kalangan
karyawan universitas. Di Jepang, prevalensi CVS di kalangan karyawan kantor
yang menggunakan computer adalah 72.1%. Dari Reddy dkk dari 795
mahasiswa, sebanyak 89.9% mengalami CVS dengan gejala sakit kepala
paling sering.6

Terdapat penelitian dari kalangan mahasiswa, yang menunjukkan kadar


CVS pada mahasiswa teknik adalah 81.9 % berbanding dengan mahasiswa
kedokteran sebesar 78.6 %. Studi ini juga menunjukkan penggunaan computer
selama 4 hingga 6 jam lebih tinggi pada mahasiswa teknik (40%) berbanding
mahasiswa kedokteran (10 %).6

Studi dari Logaraj, menunjukkan CVS lebih tinggi pada laki-laki


daripada wanita ; laki-laki lebih banyak menderita gejala-gejala mata merah,
rasa terbakar, penglihatan kabur dan mata kering. Sebaliknya Toama dan Palm
mengatakan CVS lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki.7 Pada
penelitian Devadoss dan Anand pada tahun 2013 menyatakan bahwa dari 120
wanita yang bekerja pada call center mengeluhkan adanya gangguan gejala
CVS sebesar 70 orang setelah bekerja di depan computer.6

Beberapa studi tentang prevalensi CVS pada anak-anak, mengatakan


anak-anak juga mengalami gejala penggunaan komputer dalam jangka waktu
yang lama seperti pada orang dewasa. Pada penelitian oleh Azkadina terhadap
responden pekerja komputer di Semarang didapatkan bahwa usia tidak
berhubungan secara signifikan dengan kejadian CVS.8 Namun penelitian lain
menyebutkan bahwa usia lebih dari 40 tahun berpotensi lebih tinggi untuk
mengalami keluhan CVS disebabkan oleh terjadinya perubahan anatomi dan
penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. 9,10

5
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko Computer Vision Syndrome (CVS)

2.3.1 Faktor Individu

a.Usia

Pertambahan usia akan menyebabkan kepadatan sel kornea menurun dan


perubahan morfologi dari sel endotel kornea, yang berakibat kornea menjadi
lebih rentan terhadap stres atau jejas. Diameter pupil mengecil menyebabkan
jumlah sinar yang masuk untuk diteruskan ke retina berkurang. Hal tersebut
mengakibatkan orang dengan usia lanjut mengalami kesulitan melihat di tempat
redup dan suatu proses ketika mata mengubah atau mengatur fokus untuk melihat
sesuatu dari jarak tertentu sehingga benda yang dilihat akan terfokus.
Bertambahnya usia akan mengakibatkan lensa mata berkurang kekenyalannya
dan akan kehilangan elastisitasnya sehingga akomodasi mata akan menurun.
Kondisi ini menyebabkan kesukaran pada mata untuk melihat pada jarak dekat
dan mengakibatkan mata lebih cepat mengalami lelah dikarenakan adanya upaya
ketegangan otot yang lebih besar untuk mendapatkan akomodasi yang baik. Hal
ini akan terjadi pada seseorang yang berusia 40 tahun atau lebih. Bekerja dengan
komputer adalah jenis pekerjaan jarak dekat yang membutuhkan
kemampuan akomodasi yang baik.4,11,12

b. Jenis Kelamin

Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang
lainnya dan sangat tergantung kepada keterampilan, keserasian atau
kemampuan, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh.
Semakin tinggi keterampilan kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan
jiwa yang bekerja, sehingga beban kerja menjadi relatif sedikit. Laki-laki dan
wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Siklus
biologi pada wanita tidak mempengaruhi kemampuan fisik, melainkan lebih
banyak bersifat sosial dan kultural, kecuali pada mereka yang mengalami
kelainan haid atau dysmenorrhea. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa
kejadian CVS pada perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Secara

6
fisiologis, lapisan tear film pada perempuan cenderung lebih cepat menipis
seiring dengan meningkatnya usia. Penipisan tear film menyebabkan mata
terasa kering, yang juga merupakan salah satu gejala CVS. Pada penelitian
Devadoss dan Anand pada tahun 2013 menyatakan bahwa dari 120 wanita
yang bekerja pada call center mengeluhkan adanya gangguan gejala CVS
sebesar 70 orang setelah bekerja di depan computer.13,14

c.Masa Kerja

Penelitian oleh Bhanderi dkk melaporkan bahwa angka kejadian Computer


Vision Syndrome (CVS) lebih tinggi pada pengguna VDT yang bekerja dengan
komputer selama kurang dari lima tahun. Encyclopedia of Occupational Health
and Safety menunjukkan adanya keluhan gangguan mata rata-rata muncul setelah
pekerja bekerja dengan masa kerja berkisar 3-4 tahun. Dengan demikian pekerja
yang bekerja lebih dari tiga tahun akan mempunyai risiko lebih cepat mengalami
mata lelah dibandingkan dengan pekerja dengan lama kerja kurang dari atau
sama dengan tiga tahun. Begitu juga pada pekerja yang sudah lama bekerja
dengan komputer mempunyai risiko lebih besar karena lebih lama terpapar oleh
faktor risiko. Prevalensi mata kering meningkat pada pekerja dengan masa kerja
3-4 tahun.4,13

d. Penggunaan Kacamata
Kacamata digunakan untuk mengoreksi kelainan refraksi. Koreksi yang
buruk merupakan salah satu risiko terjadinya mata lelah yang merupakan salah
satu gejala computer vision syndrome pada pengguna VDT atau komputer. Yee
dkk menyatakan bahwa 62,5% pengguna Video Display Terminal (VDT)
dengan kacamata mengeluhkan nyeri kepala. Nyeri kepala yang dialami
diakibatkan oleh sakit kepala jenis otot tegang yang dipicu oleh stres, kelainan
refraksi, silau, cahaya kurang, pengaturan VDT yang tidak baik.1 Sebuah
penelitian pernah dilakukan oleh Yee dkk tentang kejadian astenopia pada
pengguna VDT yang menggunakan kacamata. Hasil yang diperoleh ialah
terdapat perbedaan yang signifikan antara pengguna VDT yang memakai
kacamata dengan kejadian astenopia dibandingkan dengan pengguna VDT
yang tidak memakai kacamata.14

7
e. Penggunaan Lensa Kontak
Lensa kontak menyebabkan ketidakstabilan lapisan permukaan mata
karena lensa kontak membagi lapisan tersebut menjadi dua bagian, yaitu
bagian pre-lens yang kehilangan lapisan musin dan bagian post-lens yang
kehilangan lapisan lemak. Hal ini berakibat pada peningkatan penguapan
lapisan air mata yang diikuti dengan suatu kompensasi berupa peningkatan
osmolaritas dari lapisan air mata yang pada akhirnya menimbulkan jejas atau
cedera sel pada permukaan mata.9

Beberapa studi terdahulu mendapatkan bahwa kejadian CVS lebih


tinggi dan lebih berat pada pekerja pengguna komputer yang menggunakan
lensa kontak dibandingkan dengan pekerja pengguna komputer yang tidak
menggunakan lensa kontak. Hal tersebut bisa terjadi karena pengguna lensa
kontak berkaitan dengan peningkatan risiko terkena infeksi bakteri, kerusakan
epitel konjungtiva, reaksi inflamasi, penurunan break-up time, selain itu juga
menyebabkan mata kering dan teriritasi. Hasil penelitian juga menyatakan
bahwa nilai tinggi tear meniscus lebih buruk dan volume tear meniscus juga
lebih rendah pada pekerja pengguna komputer dengan lensa kontak dan
bekerja di depan komputer selama lebih dari sama dengan empat jam sehari
daripada pekerja pengguna komputer

yang tidak menggunakan lensa kontak dan bekerja di depan komputer selama
kurang dari empat jam sehari.15

f. Frekuensi Berkedip

Mengedip merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan


kontinuitas film prekorneal dengan cara menyebabkan sekresi air mata. Ketika
berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan
mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban
permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering,
terluka dan tidak tembus cahaya. Frekuensi mengedip berhubungan dengan
status mental dan juga regulasi oleh proses kognitif. Berbicara, menghapal dan

8
perhitungan mental (mental arithmatic) dihubungkan dengan peningkatan
frekuensi mengedip. Sedangkan melamun, mengarahkan perhatian dan
mencari sumber stimulus diasosiasikan dengan penurunan frekuensi mengedip
mata.11

Struktur mata yang berfungsi sebagai proteksi pertama adalah


palpebra. Fungsinya adalah mencegah benda asing masuk dan juga membantu
proses lubrikasi permukaan kornea. Pembukaan dan penutupan palpebra
diperantarai oleh muskulus orbikularis dan muskulus levator palpebra.
Muskulus orbikularis okuli pada kelopak mata atas dan bawah mampu
mempertemukan kedua kelopak mata (atas dan bawah) secara tepat pada saat
menutup mata. Pusat kedip yang diregulasi globus palidus berhubungan
dengan sirkuit dopamin di hipotalamus. Encyclopedia Britannica (2007),
menyatakan bahwa refleks kedip mata dapat disebabkan oleh hampir semua
stimulus perifer, namun dua refleks fungsional yang signifikan adalah pertama
stimulus terhadap nervus trigeminus di kornea, palpebra dan konjungtiva yang
disebut refleks kedip sensoris atau refleks kornea. Refleks ini berlangsung
cepat yaitu 0,1 detik. Kedua adalah stimulus yang berupa cahaya yang
menyilaukan yang disebut refleks kedip optikus. Refleks ini lebih lambat
dibandingkan refleks kornea.11

Rata-rata mata manusia berkedip adalah 10-20 per menit. Frekuensi


berkedip pada pekerja komputer turun secara bermakna pada saat bekerja di
depan komputer dibandingkan dengan sebelum atau sesudah bekerja. Pada
beberapa penelitian menunjukkan frekuensi mata berkedip menurun hingga 6-
8 kali per menit pada pekerja yang menggunakan komputer.2 Keharusan untuk
berkonsentrasi pada tugas atau kisaran gerak mata yang relatif terbatas. Faktor
lingkungan juga berperan yaitu akibat kondisi penerangan lingkungan kerja
dengan tingkat iluminasi tinggi. Faktor komputer seperti tingkat kontras yang
lebih rendah juga berpengaruh terhadap penurunan frekuensi berkedip. 11

g. Waktu Istirahat Mata

9
Istirahat mata bagi seseorang yang bekerja menggunakan komputer
sangat diperlukan karena aktivitas penggunaan mata untuk melihat dalam jarak
dekat sehingga mata akan selalu berakomodasi dan terfokus pada layar
monitor. Pemberian istirahat pada dasarnya diperlukan untuk memulihkan
kesegaran fisik ataupun mental bagi diri manusia atau pekerja, sehingga
pengaturan waktu kerja dan istirahat yang baik sangatlah penting. Pemberian
beberapa kali istirahat pendek selama waktu kerja adalah lebih efisien daripada
istirahat panjang yang dilakukan sekali saja. Mengistirahatkan mata sejenak
dapat membantu relaksasi otot mata. Penglihatan yang diarahkan ke layar
komputer secara terus menerus menyebabkan kelelahan dan ketegangan mata
yang merupakan salah satu gejala CVS. Hal ini akan menyebabkan mata perih
dan berair, oleh karena itu, setiap kali bekerja dengan komputer, perlu untuk
mengistirahat pandangan mata dari layar komputer. Aturan istirahat pendek
yang paling banyak digunakan saat ini adalah aturan 20/20/20 yaitu setelah
bekerja selama 20 menit, sebaiknya mengalihkan pandangan dari monitor
dengan melihat obyek yang jauh sekitar jarak 20 feet (6 meter) selama 20
detik.14

h. Durasi Paparan Layar Komputer

Semakin lama durasi paparan komputer setiap hari berbanding lurus dengan
banyaknya gejala yang dialami responden pengguna computer. Penelitian oleh
Reddy, Low, Lim dkk menyimpulkan bahwa responden dengan penggunaan
komputer selama >2 jam mengeluhkan gejala lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang bekerja di depan komputer selama ≤2 jam. Hasil
penelitian lainnya menunjukkan durasi paparan 6 jam di depan layar komputer
mengakibatkan lebih banyak keluhan terkait CVS.14

i. Sudut Penglihatan

Penggunaan komputer sebaiknya berada di bawah garis horizontal mata


terhadap layar komputer. Secara optimal, layar komputer sebaiknya berada
pada sudut 15-20° terhadap level mata. Menurut Logaraj dalam penelitiannya,

10
pengguna komputer yang melihat komputer pada sudut <15° memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengalami keluhan berupa sakit kepala dan iritasi mata.7

j. Jarak Pandang Mata terhadap Komputer

Penelitian oleh Logaraj menunjukkan bahwa responden yang bekerja di


depan komputer dengan jarak kurang dari 50 cm berisiko lebih tinggi terkena
CVS dan secara signifikan tinggi untuk menderita buram pada penglihatan.
Menurut Kanithkar dalam penelitiannya melaporkan bahwa semakin jauh jarak
pandang mata terhadap layar komputer (90-100 cm) gejala yang dikeluhkan
responden terkait CVS akan semakin sedikit. Idealnya, jarak penglihatan mata
terhadap layar komputer adalah sebesar 20-40 inchi (50-100cm). 7

k. Riwayat Penyakit

Beberapa penyakit dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi air mata, seperti


diabetes melitus, hipertensi, Sjogren’s syndrome, obstruksi pada kelenjar mata,
arthritis, dan cedera nervus trigeminus atau fasialis yang menyebabkan
hiposekresi air mata. Kelainan lain dapat pula meningkatkan evaporasi air
mata, seperti pada disfungsi kelenjar Meibom, konjungtivitis alergi, defisiensi
vitamin A, dan penyakit tiroid. Kedua hal tersebut memperberat keluhan mata
kering pada pekerja komputer .16

2.4.2 Faktor Komputer


Penggunaan Antiglare Cover

Cahaya silau dan pantulan cahaya dapat menjadi penyebab keluhan mata
tegang dan sakit kepala. Secara signifikan, prevalensi gejala CVS lebih rendah
terjadi pada subjek yang menggunakan antiglare cover pada layar
komputernya. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Logaraj, Priya,
Seetharaman dkk dalam upaya untuk menghindari cahaya silau dan pantulan
cahaya selama bekerja di depan komputer responden menggunakan antiglare
cover.17

Menurut The American Optometric Association (AOA), pencahayaan


yang terlalu terang menimbulkan efek silau sehingga karakter huruf atau

11
gambar pada layar monitor menjadi kabur. Layar komputer menghasilkan sinar
alfa, sinar x dan radiasi ion yang telah diketahui dapat merusak ikatan kimia
sehingga dapat mempengaruhi stabilitas sel-sel saraf mata. Tingkat
pencahayaan pada stasiun kerja yang direkomendasikan adalah 200-500 lux
Tingkat pencahayaan yang dibutuhkan untuk jenis pekerjaan kantor dan
mengetik menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 adalah
sebesar 300-500 lux.17

2.4.3 Faktor Lingkungan

a. Pencahayaan

Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang


penting dalam fasilitas fisik kantor. Lebih-lebih dalam gedung yang luas dan
kurang jendelanya, cahaya alami tidak dapat menembus sepenuhnya, karena
itu sering dipergunakan cahaya lampu untuk mengatur penerangan dalam
kantor.15,17

Pencahayaan yang tidak memadai atau buruk akan menyebabkan


kelelahan pada otot dan saraf mata yang berlanjut pada kelelahan lokal mata
dan akhirnya kelelahan seluruh fisiologis pada seorang pekerja. Kelelahan
lshokal mata akan menyebabkan pekerja lebih mendekatkan matanya ke obyek
guna memperbesarkan ukuran benda. Hal ini akan membuat proses akomodasi
mata lebih dipaksa dan dapat menyebabkan penglihatan rangkap atau kabur.
Kelelahan yang timbul kemudian akan mengakibatkan turunnya konsentrasi
kerja, meningkatkan tingkat kesalahan dalam bekerja yang berujung pada
tingginya cacat produksi. Hal ini yang kemudian menyumbang peran untuk
menurunkan produktivitas pekerja secara individual maupun perusahaan
secara keseluruhan. Penerangan yang buruk akan menyebabkan kelelahan dan
rasa tidak nyaman pada mata yang dapat mengurangi efisiensi kerja, kelelahan
mental yang berpengaruh pada kelelahan fisik, keluhan pegal di daerah mata
dan sakit kepala, kerusakan penglihatan (mata) dan meningkatnya kecelakaan
kerja.15,17

12
Pengaturan tingkat pencahayaan yang baik dan benar dapat membantu
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi pekerjanya. Untuk dapat
melihat dengan baik dan teliti diperlukan intensitas cahaya yang cukup.
Dengan pencahayaan yang cukup, objek penglihatan akan terlihat jelas
sehingga dengan demikian akan membantu pekerja untuk melaksanakan
pekerjaannya dengan lebih mudah. Selain itu, keuntungan pencahayaan yang
baik adalah meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi
kesalahan, meningkatkan housekeeping dan mengurangi kecelakaan kerja.
Tujuan pencahayaan adalah untuk tersedianya lingkungan kerja yang aman dan
nyaman dalam melaksanakan pekerjaan. Untuk upaya tersebut maka
pencahayaan buatan perlu dikelola dengan baik dan dipadukan dengan faktor-
faktor penunjang pencahayaan diantaranya atap, kaca, jendela dan dinding agar
tingkat pencahayaan yang dibutuhkan tercapai.15,17

b. Suhu yang rendah

Ketidaknyamanan okular dapat meningkat seiring dengan penggunaan


komputer. Sebesar 90% pengguna komputer mengalami gejala visual seperti
penglihatan kabur, mata tegang, sakit kepala, mata kering dan penglihatan
ganda (diplopia). Penggunaan AC dapat berpengaruh terhadap terjadinya
Computer Vision Syndrome karena menyebabkan permukaan okuler mata
menjadi lebih cepat kering. Ketika mata dalam keadaan fokus pada layar
monitor, maka mata akan jarang berkedip, sehingga bola mata menjadi kering.
Ruang bependingin (AC) dapat mempercepat penguapan air mata sehingga
memperparah gesekan antara lensa dan kelopak mata karena udara pada
ruangan ber-AC bersifat kering.3,15

2.4 Patofisiologi Computer Vision Syndrome (CVS)

Mata manusia memiliki sebuah mekanisme yang baik untuk melihat


dengan fokus pada benda-benda yang memiliki sudut tegas dan nyata. Berbeda
dengan melihat objek pada layar komputer, mata normal akan dengan mudah
merespon pada objek nyata dengan latar dan kontras yang baik. Kerja visual

13
dengan komputer menuntut pergerakan mata yang sering (motilitas okular),
daya akomodasi (usaha untuk melihat fokus terus menerus) dan pergerakan
pupil mata selama proses melihat fokus. Ketiga hal tersebut melibatkan
aktivitas muskular yang terus menerus .10

Karakter atau huruf pada layar komputer terdiri atas kumpulan titik-titik
kecil atau biasa disebut dengan pixels. Pixels merupakan hasil dari pantulan
elektron terhadap layar komputer yang ditutupi fosfor. Masing-masing titik
kecil tersebut memiliki cahaya yang terang di bagian tengah dan cahaya
tersebut meredup pada sudut-sudut luarnya. Bila dibandingkan dengan huruf
yang dicetak di kertas, huruf yang ada di layar komputer memiliki sudut yang
lebih kabur. Hal ini membuat mata manusia sangat sulit untuk tetap melihat
fokus, namun melakukan relaksasi pada bidang di belakang layar atau yang
disebut sebagai resting point of accomodation (RPA) atau fokus gelap. Mata
yang terus melakukan relaksasi pada RPA dan melihat fokus pada layar
menyebabkan mata tegang dan lelah.10

Computer Vision Syndrome disebabkan oleh penurunan refleks


berkedip saat bekerja dalam waktu yang lama dan fokus pada layar komputer.
Frekuensi berkedip normal adalah 10-20 kali per menit dan menunjukkan
frekuensi berkedip menurun hingga 6-8 kali per menit pada pekerja yang
menggunakan komputer. Memfokuskan mata atau penglihatan dalam jarak
dekat untuk durasi yang lama akan memaksa kerja otot siliaris pada mata
sehingga terjadi penurunan frekuensi berkedip dan produksi air mata menurun
dapat menyebabkan gejala-gejala astenopia (mata lelah, tegang, terasa sakit,
kering dan nyeri kepala) dan memberi rasa lelah pada mata. 1-3,11

2.5 Manifestasi Klinis Computer Vision Syndrome (CVS)

Gejala Computer Vision Syndrome (CVS) dikategorikan menjadi empat


kategori:

a. Gejala astenopia

14
Gejala astenopia terdiri dari mata lelah, mata tegang, mata kering
dan nyeri kepala. Menurut Bhanderi dkk mata lelah menjadi salah
satu gejala dominan CVS terhadap operator komputer di NCR Delhi
yang menyatakan bahwa 46,3% responden mengalami mata lelah
dengan kejadian lebih banyak pada perempuan meskipun tidak
terdapat perbedaan yang bermakna. Kejadian mata lelah berasosiasi
signifikan dengan usia saat menggunakan komputer, adanya
refraksi, jarak penglihatan, posisi layar monitor terhadap mata,
penggunaan layar (screen filter) dan penyesuaian terhadap kontras
dan kecerahan layar monitor. Penelitian lain di Amerika Serikat
menyebutkan angka 70%-90% pengguna komputer menderita
asthenopia. Pada pekerja pengolah data di Inggris didapat berbagai
keluhan pada mata akibat penggunaan komputer sebesar 25%-
47%.3,12

b. Gejala yang berkaitan dengan permukaan okuler

Gejalanya berupa mata teriritasi. Keluhan penglihatan di Delhi


didapatkan bahwa kejadian mata teriritasi yakni sebesar 18,6%.
Penyebab kejadian mata mata teriritasi dapat disebabkan karena
pantulan cahaya dan bayangan yang terbentuk pada monitor.3,18

c. Gejala visual

Gejala visual terdiri dari penglihatan kabur, penglihatan ganda,


presbiopia dan kesulitan dalam memfokuskan penglihatan.
Penglihatan kabur merupakan gejala yang banyak dikeluhkan
oleh pekerja komputer. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil
penelitian dari Chiemeke dkk yaitu sebesar 45,7% responden
mengeluhkan hal tersebut. Selain itu terjadinya kesulitan dalam
memfokuskan penglihatan mempunyai prevalensi yang cukup
tinggi yaitu sebesar 45,1% responden yang disebabkan karena
faktor durasi bekerja di depan komputer.20 Presbiopia merupakan

15
keadaan yang diakibatkan karena berkurangnya kemampuan
akomodasi lensa dan pada umumnya dialami oleh seseorang yang
telah berusia 40 tahun. Pekerjaan dengan menggunakan komputer
dapat menyebabkan presbiopia yang dapat muncul pada usia
lebih muda karena terjadi perubahan kemampuan akomodasi
yang berusaha menyesuaikan kebutuhan melihat monitor dalam
jarak yang dekat.3

d. Gejala ekstraokuler

Gejala ekstraokuler terdiri dari nyeri bahu, nyeri leher dan nyeri
punggung. Kelainan visual dan musculoskeletal pada pekerja
komputer didapatkan gejala musculoskeletal, seperti : nyeri leher,
yang merupakan keluhan terbanyak yakni sebesar 48,6%
responden, nyeri punggung bawah 35,6% responden dan nyeri
bahu sebesar 15,7%.3,18

Symptom dari Computer Vision Syndrome dikarakteristikkan dengan


sensasi panas, berair, perasaan berat pada kelopak mata, nyeri di mata, sakit
kepala dan lain-lain. Gejala yang mungkin pernah dirasakan oleh penderita
CVS adalah sebagai berikut :11

1. Mata lelah dan tegang (mata terasa berat dan pegal).

2. Mata terasa kering dan teriritasi (pedih, perih, sensasi terbakar


atau panas dan sensasi berpasir).

3. Mata kabur atau blur.

4. Merasakan nyeri kepala.

Berdasarkan yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa seseorang


dikatakan menderita Computer Vision Syndrome (CVS) apabila seseorang
mengeluhkan adanya satu atau lebih dari berbagai keluhan mata yang

16
mencakup mata lelah dan tegang, mata kering teriritasi, penglihatan kabur dan
nyeri kepala sebagai hasil dari melihat ke arah layar komputer yang kemudian
disebut dengan CVS. Hal itu adalah efek dari gangguan peregangan yang
berulang sehingga The American Optometric Association (AOA) menyebutnya
sebagai kombinasi mata dan masalah penglihatan yang terkait dengan
penggunaan komputer.17

2.6 Penegakan Diagnosis CVS

2.6.1 Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis terdapat beberapa hal penting yang perlu
ditanyakan:21

1. Data pasien
Data pasien berupa nama, alamat, usia, agama. Suku bangsa, pendidikan
terakhir, dan pekerjaan (sudah berapa lama bekerja dan riwayat pekerjaan
sebelumnya)
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang membawa pasien berobat.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal-hal yang ditanyakan dalam riwayat penyakit sekarang adalah sebagai
berikut:
a. Lokasi keluhan?
b. Kualitas, kuantitas, dan intensitas dari gejala sakit yang dialami.
c. Kapan mulai merasakan gejala sakit tersebut, durasi serta
frekuensinya
d. Saat dalam situasi apa saja muncul keluhan (lingkungan, emosional,
aktivitas).
e. Apakah ada factor yang memperberat seperti waktu kerja yang lama,
keadaan udara yang dingin dan kering?
f. Manifestasi lain yang menyertai seperti pegal, nyeri kepala,
penglihatan yang berkurang maupun keluhan di sistem organ yang
lain.
g. Apakah pasien sudah pernah berobat sebelumnya? Jika sudah, obat
apa yang dikonsumsi dan apakah ada perbaikan? Apakah pasien
memiliki alergi terhadap obat tertentu.
h. Bagaimana penglihatan pasien?

17
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit yang dialami saat anak-anak.
b. Penyakit pada usia dewasa baik yang akut maupun kronik
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Diagram mengenai usia dan kesehatan, atau usia dan penyebab
kematian saudara sekandung, orangtua, dan kakek atau nenek.
b. Apakah ada penyakit spesifik dalam keluarga seperti alergi, dll.
6. Riwayat Sosial
Yang perlu ditanyakan adalah:
a. Tingkat pendidikan
b. Asal keluarga
c. Anggota keluarga saat ini
d. Minat pribadi
e. Gaya hidup

2.6.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Adapunn pada pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan fisik secara
umum dan terlokalisir yang mencakup sistem organ yang mengalami gangguan.
Untuk mendiagnosis adanya kelainan pada mata maka dilakukan pemeriksaan
berikut:19-21

1. Ketajaman visus
Untuk mengukur ketajaman penglihatan sentral maka dapat
digunakan kartu Snellen dengan catatan adanya pencahayaan yang baik.
Pasien ditempatkan pada jarak 20 feet (sekitar 6 meter) dari peta tersebut.
Pasien yang menggunakan kacamata selain jenis kacamata baca harus
mengenakan kacamatanya. Minta kepada pasien untuk menutup salah satu
kartu atau dengan telapak tangannya, dan mencoba sedapat mungkin
membaca huruf yang paling kecil dengan menggunakan mata yang lain.
Catat ketajaman visus seperti yang tercatum di samping baris ini beserta
ukuran lensa bila ada. Ketajaman visus dinyatakan dengan dua angka.
Angka pertama menunjukkan jarak antara pasien dengan kartu snellen,
dan angka kedua menunjukkan jarak mata yang normal dapat melihat
baris huruf-huruf tersebut dengan jelas.19-21
2. Lapang pandang
Pemeriksaan lapang pandang dilakukan dengan skrining. Skrining
dimulai dari lapang pandang temporal karena kebanyakan defek
melibatkan daerah ini. Minta pasien untuk melihat mata anda dengan

18
kedua matanya. Ketika anda bertatapan dengan dengan pasien, tempatkan
kedua tangan anda secara terpisah dengan jarak 2 feet (sekitar 0,6 meter)
di sebelah lateral tiap telingan pasien. Minta pasien untuk menunjuk jari
anda ketika dia melihatnya. Kemudian, gerakkan secara perlahan jari-jari
yang digoyang-goyangkan dari kedua tangan anda di sepanjang mangkuk
imajiner dan kearah garis pandangan sampai pasien melihatnya.
Normalnya, seseorang akan melihat jari-jari dari kedua tangan anda di
saat yang bersamaan.
Periksa juga posisi dan kesejajaran kedua mata. Berdirilah didepan
pasien dan lakukan inspeksi mata untuk melihat posisi dan kesejajaran
kedua mata antara satu dan lainnya. Alis mata dengan memperhatikan
kuantitas, distribusi dan setiap pembentukkan skuama pada kulit yang
melandasinya. Kelopak mata pun perlu diperiksa dengan memperhatikan
lebar fissure palpebral, edema kelopak mata, warna kelopak mata, ledi,
keadaan dan arah bulu mata, serta kemampuan kelopak mata untuk
mengatup sempurna terutama jika kedua mata mengalami penonjolan
abnormal atau terdapat paralisis fasialis atau jika pasien tidak sadar.19-21
Pemeriksaan apparatus lakrimalis dilakukan dengan inspeksi di
sekitar daerah kelenjar lakrimalis dan sakus lakrimalis untuk menemukan
pembengkakan. Lakukan juga pemeriksaan untuk menemukan
pengeluaran air mata yang berlebihan atau kekeringan pada mata.
3. Konjungtiva dan Sklera
Pasien diminta untuk melihat ke atas sementara dokter menekan
kedua kelopak mata ke bawah dengan menggunakan ibu jari tangan
sehingga membuat sclera dan konjungtiva terpajan. Inspekdi konjungtiva
palpebralis dan sklera adalah untuk menilai warnanya dan pola
vaskularisasi terhadap latarbelakang sclera yang berwarna putih. Cari juga
setiap nodulus dan pembengkakan.19-21
4. Kornea, Lensa, Pupil
Dengan cahaya yang dipancarkan dari samping, lakukan inspeksi setiap
mata untuk menemukan kekeruhan (opasitas) dan perhatikan setiap
kekeruhan pada lensa yang dapat terlihat melalui pupil. Pada saat yang
sama, lakukan inspeksi pada iris dengan melihat corak garis pada iris.
Dengan lampu senter yang diarahkan langsung dari sisi temporal, cari

19
bayangan berbentuk bulan sabit pada sisi medial iris. Karena pada
keadaan normal, permukaan iris cukup datar dan membentuk sudut yang
relative terbuka dengan kornea, penyinaran ini tidak akan menghasilkan
bayangan. Pada pemeriksaan pupil, dilakukan inspeksi ukuran, bentuk,
dan kesimetrisan pada kedua pupil. Jika kedua pupil berukuran besar (>5
mm), kecil (>3 mm), atau tidak sama (anisokoria), ukur pupil tersebut.
Perbedaan diameter pupil yang kurang dari 0,5 mm (anisokoria) dapat
terlihat pada 20% orang normal. Jika reaksi pupil tersebut normal maka
anisokoria tersebut dianggap tidak berbahaya. Setelah itu lakukan
pemeriksaan reaksi pupil terhadap rangsang cahaya. Minta pasien untuk
memandang suatu titik di tempat jauh, dan arahkan cahaya lampu senter
dari samping ke masing-masing pupil secara bergantian.19-21
5. Gerakan ekstraokular
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengarahkan cahaya lampu
senter ke depan pasien dengan jarak sekitar 2 feet (sekitar 0,6 meter).
Pasien diminta untuk menatap cahaya tersebut dengan kedua matanya.
Lakukan inspeksi pantulan cahaya pada tiap-tiap kornea. Pantulan ini
harus terlihat sedikit di sebelah nasal dari bagian tengah pupil. Setelah itu
lakukan pemeriksaan gerakan ekstraokular dengan tujuan untuk mencari
hal-hal berikut: gerakan konjugat normal mata pada setiap arah atau setiap
deviasi dari keadaan normal; nistagmus, yaitu gerakan osilasi halus bola
mata yang berirama; dan lig lad pada saat mata bergerak ke atas dan ke
bawah.
6. Pemeriksaan oftalmoskopik
Pada pemeriksaan oftalmoskopik yang dilihat adalah:
a. Lokasi diskus optikus. Diskus optikus merupakan struktur berwarna
bulat oranye kekuningan.
b. Inspeksi lokasi diskus optikus berupa ketajaman atau kejelasan garis
bentuk diskus optikus, warna, dan mengukur ekskavasio sentral
c. Keberadaan pulsais vena yang normalnya terlihat di bagian sentral
diskus optikus
d. Kesimetrisan komperatif mata

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

a. Tear Film Break-Up Time (TF-BUT)

20
Diperiksa di bawah slit lam dengan red free light. Juga menggunakan
fluoresensi. Normalnya >10 detik.
b. Schirmer Test-1
Menggunakan kertas khusus. Hasil normal adalah >10mm dalam 5 menit.
c. Rose Bengal Staining
Untuk mendeteksi defek epitel di kornea dan konjungtiva pada mata
kering. Bila didapatkan hasil positif, ini merupakan hal yang signifikan
pada CVS.19-21

2.7 Penatalaksanaan dan Pencegahan

1. Pencahayaan
Seperti disebutkan sebelumnya , pencahayaan yang tepat dalam wilayah
tempat kerja yang menggunakan komputer akan memungkinkan pengguna
untuk meningkatkan kenyamanan visual dan kinerja sambil menghilangkan
rasa tidak senang dan kelelahan visual. Lingkungan yang ideal akan
memungkinkan kecerahan yang sama ke bidang visual pengguna komputer.
Lampu fluoresccent yang intens dapat dikurangi dengan mencabut beberapa
tabung pencahayaan. Pencahayaan jendela yang berlebihan harus ditutup
dengan tirai, penutup jendela, atau jendela Tinting . Jika titik terang di bidang
visual tidak dapat dihindari, perlu memindahkan tempat kerja ke posisi yang
lebih menguntungkan.3,16
Adapun jenis pencahayaan juga memiliki pengaruh penting. Satu studi
difokuskan pada kapasitas kerja visual dengan berbagai sumber penerangan.
Setelah membandingkan cahaya alami, lampu filamen, lampu bercahaya,
lampu natrium , dan lampu mercury-arch, ditemukan bahwa lampu natrium
yang paling memadai untuk kapasitas fungsional tinggi dari analisa visual.3,16
Lampu tugas (lampu yang dipakai saat berka) merupakan lampu pijar
yang " hangat " (komposisi warna merah lebih banyak) , tidak menyulitkan
mata, tidak menyilaukan dan tidak menyebabkan kelelahan. Namun
terkadang lampu tugas sering terlalu terang, sehingga penting untuk
memposisikan cahaya menyilaukan.3,16
2. Posisi VDT

21
Gambar 1 : Posisi ergonomic VDT16
Pengguna komputer sering mengambil posisi tidak nyaman untuk benar
melihat layar . Seperti disebutkan sebelumnya, ini distorsi postural sering
menyebabkan rasa sakit di punggung , leher , dan bahu . Dengan demikian
penting untuk benar menjaga jarak dengan monitor dan mengatur ketinggian
monitor. Meningkatkan ergonomi fisik dari tempat kerja telah terbukti
mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan kinerja.3,16
Sebelumnya, direkomendasikan bahwa mata harus berjarak 16 sampai 30
inci dari layar. Jarak di luar kisaran ini biasanya menunjukkan resolusi layar
rendah atau gambar yang terlalu kecil . Data terbaru menunjukkan bahwa
jarak jauh mungkin lebih menguntungkan. Pada tiga penelitian yang
membandingkan ketegangan visual dengan berbagai jarak layar pada panjang
66 cm ( 26,0 inci) dibandingkan 98 cm ( 38,6 inci) , 50 cm ( 19,6 inci)
dibandingkan 100 cm ( 39,4 inci) , dan 63 cm ( 24,8 masuk ) dibandingkan 92
cm ( 36,2 inci) . Dalam semua tiga kasus peserta melaporkan kejadian
kelelahan mata terjadi jika jarak subyek lebih dekat dengan monitor. Studi ini
juga menunjukkan bahwa pada jarak 35-40 inci complain akan adanya
ketegangan visual paling sedikit dilayangkan.
Hal ini juga dianjurkan bahwa layar harus ditempatkan 10 sampai 20
derajat di bawah ( atau tengah layar 5-6 inci berada dibawah bawah ) level
mata . Ketika layar lebih tinggi dari ini, pengguna VDT sering memiringkan
kembali kepala mereka , menyebabkan ketegangan otot trapezius di atas dan
otot leher.. Kietrys dkk juga melaporkan bahwa meninggikan posisi monitor
tidak mengurangi stres postural dari tulang servikal. Adapun dengan
menurunkan posisi monitor memungkinkan pengguna VDT untuk menatap ke
bawah, sehingga permukaan okular yang terekspos lebih kecil dan
mengurangi evaporasi air mata.3,16

22
3. Waktu Istirahat
Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika waktu istirahat dilaksanakan
secara teratur, efisiensi kerja akan meningkatkan dan dapat memberikan
kompensasi waktu yang hilang pada istirahat. The National Institute of
Occupational Safety and Health menemukan bahwa waktu istirahat yang
singkat dan sering menurunkan ketidaknyamanan pada pekerja dan
meningkatkan produktivitas istirahat 15 menit pada pagi dan istirahat sore.
Melakukan aktivitas berjalan cepat di sekitar kantor akan membantu
peregangan otot yang tegang dan lelah, perubahan pemandangan, dan
relaksasi. komputer, perlu untuk mengistirahat pandangan mata dari layar
komputer. Aturan istirahat pendek yang paling banyak digunakan saat ini
adalah aturan 20/20/20 yaitu setelah bekerja selama 20 menit, sebaiknya
mengalihkan pandangan dari monitor dengan melihat obyek yang jauh sekitar
jarak 20 feet (6 meter) selama 20 detik.3,16
Jangka waktu kerja tanpa istirahat dianggap menyebabkan timbulnya
masalah okular . Bahkan , satu studi menunjukkan bahwa bekerja selama
lebih dari empat jam dengan menggunakan VDT berkaitan dengan
munculnya asthenopia. Istirahat Sering dianjurkan untuk memulihkan dan
menenangkan sistem akomodasi mata , sehingga mencegah kelelahan mata .
Hal ini umumnya percaya bahwa melihat jauh di sebuah objek yang jauh
setidaknya dua kali tiap jam selama penggunaan komputer sudah dapat
mencegahan kelelahan visual.3,16
4. Tetes Mata (Lubricating Drops)
Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan memakai tetes mata
untuk meringankan gejala mata kering karena menurunnya respon berkedip.
Sebuah penelitian terbaru di Jepang mengungkapkan bahwa mayoritas
pekerja yang mengobati diri dengan tetes mata tidak puas dengan efek terapi.
Studi lain menunjukkan bahwa tetes mata viskositas lebih tinggi lebih
menguntungkan daripada larutan garam isotonik. Adapun penggunaan tetes
mata viskositas tinggi akan menurunan ketajaman visual secara
keseluruhan.3,16
5. Kacamata computer

23
Kacamata khusus untuk memakai komputer diperlukan oleh pekerja
komputer yang berusia lebih dari 40 tahun, menggunakan lensa kontak, dan
menggunakan kacamata bifokal.16

BAB III

PENUTUP

CVS adalah sekelompok masalah okuler (mata dan penglihatan) yang


disebabkan oleh aktivitas seseorang yang menggunakan
computer/tablet/telefon selluler atau Visual Display Terminal (VDT) dalam
waktu yang cukup lama. CVS disebabkan oleh multifaktor yaitu individu,
komputer, dan lingkungan. Walapun keadaan ini tidak mengancam nyawa dan
tidak ada penelitian yang membuktikan atau mengkonfirmasi bahwa CVS
dapat menyebabkan kerusakan mata yang permanen, namun adanya keadaan
ini dapat mengganggu produktivitas pekerjaan. Oleh sebab itu, dapat
diterapkan dalam sehari-hari penggunaan VDT yang sehat seperti durasi
penggunaan yang benar, jarak yang benar dan juga dalam lingkungan yang
sesuai.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Affandi, E.S, 2005. Sindrom Penglihatan Komputer. Majalah


Kedokteran Indonesia 55(3): 297-300.
2. Wimalasundera S, 2006. Computer vision syndrome. Senior
Lecturer in Community Medicine and Ophthalmologist,
Community Ophthalmology Centre,Faculty of Medicine,
University of Ruhuna, Galle. Journal. Vol 11: No. 1, September.
3. Blehm, C.,Vhisnu, S., Khattak, A., Mitra, S., Yee, R. W., 2005.
Computer Vision Syndrome :a review survey of ophtalmol.
50(3):253-262.
4. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Jakarta : Balai Penerbit FK
UI;2010.h.64,75-82.
5. Hayes JR, SHeedy JE, Stelmack JA, Heaney CA. 2007. Computer
use, symptoms, and quality of life. Optom Vis Sci. 84(8):738–44.
6. Rahman ZA, Sanip S. 2011. Computer user: demographic and
computer related factors that predispose user to get computer
vision syndrome. Int J Buss Hum Tech. 1(2):84-91.
7. Logaraj M, Madhupriya V, Hegde SK. 2014.. Computer vision
syndrome and associated factors among medical and engineering
students in Chennai. Ann Med Health Sci Res. 4(2):179–85.
8. Azkadina A. 2012. Hubungan antara faktor risiko individual dan
komputer terhadap kejadian computer vision syndrome [skripsi].
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
9. Das B, Ghosh T. 2010. Assessment of ergonomical and
occupational health related problems among vdt workers of West
Bengal, India. Asian J Med Sci. 1 :26 -31

25
10. Akinbinu TR, Mashalla YJ. 2013. Knowledge of computer vision
syndrome among computer users in the workplace in Abuja,
Nigeria. J Physiol Pathophysiol. 4(4):58–63.
11. Garg, A., & Rosen, E., 2008. Instan clinical diagnosis in
ophtalmology anterior segment. Jaypee brothers medical
publishers.
12. Bhanderi D J, Choudhary S, & Doshi V G, 2008. A Community-
Based Study Of Asthenopia In Computer Users. Indian Journal
Ophthalmology 56(1) : 51-55.
13. Haeny N, 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kelelahan Mata pada. Skripsi. Dari:
http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/125958-S-5700-
Analisis%20faktor-Literatur.pdf. Dikutip 14 juli 2018.
14. Ye Z, Abe Y, Kusano Y, Takamura N, Eida K, Takemoto T, Aoyagi
K, 2007. The influence of visual display terminal use on the
physical and mental conditions of administrative staff in Japan. J
Physiol Anthropol. 26 : 69-73.
15. Wolkoff P, Skov P, Franck C, Petersen LN, 2005. Eye irritation
and environmental factors in the office environment—
hypotheses, causes and a physiological model. Scand J Work
Environ Health 29(6):411–430.
16. Rosenfield M. 2011. Computer vision syndrome : a review of
ocular causes and potential treatments. Ophthalmic Physiol Opt.
31:502–15.
17. American Optometric Association, 2006. The Effects of Video
Display Terminal Use on Eye, Health, and
Vision.http://www.AOA.org/X5380.xml.
Dikutip 14 juli 2018 .

18. Talwar R, Kapoor R, Puri K , Bansal K, Singh S, 2009, A Study of


Visual and Musculoskeletal Health Disorders among Komputer
Professionals inNCR Delhi, Indian J Community Med,October
34(4): 326-328.

26
19. Casser L, 2005. Comprehensive Adult Eye and Vision Examination
Clinical Care Guideline (Update). St.Louis. American Optometric
Association.
20. Chiemeke SC, Akhahowa, AE, Ajayi, OB, 2007. Evaluation of
vision-related problems amongst computer users: a case study of
University of Benin, Nigeria. Proceedings of the world congress on
Engineering London, U.K. Vol. 1, WCE 2-4.
21. Bickley LS, Szilagyi PG.Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan
riwayat kesehatan.Edisi 8.Jakarta:EGC, 2008.h.3-6;147-57.

27

Anda mungkin juga menyukai