NIM 19.156.01.12.005
MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2020
DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………. i
BAB I Pendahuluan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi dewasa ini telah melaju dengan pesat, hal ini diimbangi dengan semakin
membawa kemuntungan bagi manusia yaitu pekerjaan manusia lebih dimudahkan. Salah satu teknologi
yang digunakan manusia yaitu komputer. Penggunaan komputer di tempat kerja semakin meningkat
seiring karena memberi keefektifan pada tenaga dan waktu. Keuntungan yang dapat kita peroleh dalam
penggunaan komputer yaitu pekerjaan akan cepat terselesaikan dan hasilnya akan lebih maksimal karena
komputer mempunyai kecepatan dan ketelitian yang tinggi dalam mengerjakan fungsinya. Komputer
mempunyai media penyimpanan data berkapasitas besar yang ringkas dan mampu mengolah data dalam
jumlah yang besar
Pengunaan komputer yang terlalu lama akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan pekerja.
Pekerja yang dipaksa beradaptasi dengan komputer sering mengalami gangguan penglihatan yang
disebabkan karena pengunaan komputer terlalu lama. Oleh The American Optotric Association
dinamakan Computer Vision Syndrome (CVS). CVS juga dikenal dengan nama kelelahan mata. Kelelahan
mata adalah kumpulan gejala mata maupun non mata yang timbul setelah bekerja di depan layar
komputer atau video display terminal (VDT)(Firdaus, 2013). Kelelahan mata timbul sebagai stress
intensif pada fungsi fungsi mata seperti terhadap otot otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu
pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras (Suma’mur, 2009). Computer
vision syndrome adalah kondisi sementara yang menggambarkan sekelompok masalah terkait mata yang
disebabkan penggunaan digital elektronik tertentu untuk jangka waktu yang lama.(Kelly, 2016)
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai keluhan mata pada pekerjaan menunjukkan masih
banyaknya pekerja yang menggunakan komputer mengeluh mengalami kelelahan mata. James Sheedy
pada Jurnal Wall Street yang tulis oleh Rochelle Sharpe pada tahun 1999 mengatakan lebih dari 10 juta
pekerja di Amerika Serikat memeriksakan matanya setiap tahun karena pemakaian komputer. Contoh lain
adalah penelitian yang dilakukan Bhanderi di India pada tahun 2008 menunjukan bahwa 46,3% dari 419
pekerja yang menggunakan komputerdari berbagai institusi mengalami kelelahan mata. Lain lagi halnya
dengan penelitian Talwar et al (2009) dari 200 pekerja yang menggunakan komputer di Delhi dan NCR ,
76% mengalami masalah penglihatan.
Menurut Santoso (2011) sekitar 60.000.000 manusia mengalami gangguan mata dan jumlahnya
meningkat 1.000.000 setiap tahunnya. Orang yang menderita gangguan mata ini sebagaian besar memiliki
pekerjaan yang membuat dia sering berinteraksi dengan komputer. Penyebab keluhan kelelahan mata
sering terjadi karena proyeksi gambar pada mata secara terus menerus dengan frekuensi cepat. Mata
manusia sebenarnya didesain untuk melihat benda yang berbentuk tiga dimensi akan tetapi ketika mata
dipergunakan untuk melihat gambar pada monitor komputer yang tergolong dua dimensi, maka mata akan
dipaksa untuk menerjemahkan objek dua dimensi ke objek tiga dimensi (Santoso, 2011)
Penggunaan komputer yang menyebabkan mata menjadi lelah adalah penggunaan komputer dalam
jangka waktu > 4 jam terus menerus tanpa adanya istirahat mata secara teratur, jarak pandang terhadap
layar komputer terlalu dekat dan ukuran objek yang terlalu kecil sehingga mata bekerja kerjas untuk
memfokuskan dalam melihat. Kelelahan mata dapat muncul segera setelah pemakaian komputer dalam
jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam (Septiansyah, 2014). Berdasarkan penelitian Irma (2019 )
menunjukan durasi penggunaan komputer dalam kategori lama yang mengalami kelelahan mata sebanyak
21 orang (77.8%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 6 orang (22.2%). Sedangkan durasi
penggunaan komputer dalam kategori tidak lama dan tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 7 orang
(87.5%) dan yang mengalami kelelahan mata sebanyak 1 orang (12.5%). Menurut NIOSH tahun 2014,
disebutkan bahwa kondisi kerja sangat berperan terhadap gangguan kesehatan pekerja dan dapat
mempengaruhi secara langsung terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja termasuk beban kerja, waktu
kerja yang lama dan kurangannya istirahat. NIOSH juga menjelaskan bahwa keluhaan mata berkurang
secara bermakna pada pekerja dalam melakukan istirahat mata mengambil 10 menit istirahat untuk 1 jam
atau 15 menit untuk 2 jam berkutat dengan komputer dan seterusnya yang bersifat akumulatif.
Timbulnya kelelahan mata dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari faktor pekerja maupun
faktor lingkungan. Faktor pekerja dapat berupa kelainan refraksi, usia , perilaku yang beresiko, faktor
keturunan, dan lama kerja. Gejala visual juga dapat diakibatkan dari pencahayaan yang tidak sesuai,
cahaya yang silau dari monitor, ukuran objek dari layar monitor yang sulit dibaca dan pola istirahat mata
(Mappangile,2018). Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah intensitas pencahayaan, kualitas
iluminasi, atau ukuran objek. Faktor pekerja dan faktor lingkungan memiliki pengaruh yang dramatis bagi
produktivitas kerja. Kenyamanan fisik dan fisiologi tenaga kerja yang baik akan meningkatkan efisiensi
pekerjaan dan peningkatan produk yang berdampak juga pada produktivitas kerja (Supriati, 2012).
Penggunaan komputer dalam waktu lama beresiko terkena mata lelah atau astenopia. Astenopia
merupakan gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebih dari sistem penglihatan yang berada dalam
kondisi yang kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Gangguan ini ditandai oleh
penglihatan terasa buram, kabur, ganda, kemampuan melihat warna menurun, mata merah, perih , gatal,
tegang, mengantuk, berkurangnya kemampuan akomodasi serta disertai gejala sakit kepala (Supriati,
2012)
Dampak dari keluhan kelelahan mata akan menurunkan ketelitian dan lebih lanjut dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan, memperpanjang waktu kerja , menurunkan produksi, disamping itu
juga dapat menurunkan kewaspaan dan cenderung terjadinya kecelakaan kerja atau menambah angka
kecelakaan, serta mempengaruhi moral kerja. Selain itu menurut Firdaus (2013) kelelahan mata dapat
menurunkan produktifitas kerja dikarenakan pekerja mengalami berbagai keluhan yang menyebabkan
hilangnya konsentrasi dan menurunkan semangat kerja. Pekerja yang tergangu kesehatannya dan
perawatan karena penyakit akibat kerja (PAK). Selain itu angka kehadiran akan menurun dan tidak
terselesaikan pekerjaan karena ketidakbugaran jasmaninya. Kelelahan mata yang berlangsung terus
menerus juga dapat berakibat pada menurunnya kemampuan akomodasi mata dan berkurangnya
penglihatan secara perlahan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abdelaziz et al (2009) pada
pengguna komputer dengan menurunya ketajaman penglihatan dan kecacatan pada mata. Menurut
penelitian tersebut penuruanan ketajaman penglihatan diawali dengan keluhan kelelahan mata.
Di Indonesia keluhan kelelahan mata pada pekerja yang mengunakan komputer sering ditemukan.
Hasil penelitian Setiawan (2012) yang dilakukan terhadap pekerja yang mengunakan komputer di PT
Surveyor Indonesia menunjukan bahwa sebanyak 83,7% mengalami keluhan kelelahan mata. Ibrahim
(2018) dalam penelitiannya juga diketahui sebanyak 66,7 % pekerja yang mengunakan komputer di PT
Semen Tonasa Pangkep mengalami keluhan CVS . Menurut penelitian yang dilakukan oleh Berliana
(2017)(Dewi, 2009)(Dewi, 2009) menunjukan bahwa dari 96,3% keluhan kelelahan pada mata setelah
mengunakan komputer dengan durasi penggunaan komputer > 4 jam. Dari hasil penelitian yang
dilakukan Luthfiana (2013) berdasarkan faktor usia yang mempengaruhi keluhan kelelahan mata ada 2
kategori yang diambil yaitu usia tidak beresiko (<40 tahun) dan usia beresiko (≥40 tahun) dengan
responden 100 orang pengguna komputer , dari hasil penelitiannya didapati bahwa ada sebanyak 27
pengguna komputer (81,8%) yang mengalami keluhan kelelahan mata sedangkan pengguna komputer
yang tidak beresiko sebanyak 45 orang (67.2%) yang mengalami keluhan kelelahan mata. Sedangkan
berdasarkan hubungan tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata didapatkan pengguna
komputer yang bekerja dengan tingkat pencahayaan beresiko sebanyak 83.6% yang mengalami keluhan
kelelahan mata dan yang bekerja dengan tingkat pencahayaan tidak beresiko sebanyak 53.8% yang
mengalami keluhan kelelahan mata.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Septiansyah (2014) menunjukan bahwa terdapat 85.2%
pekerja yang mengalami kelainan refraksi mata mengeluh kelelahan mata dan sebanyak 52.2 % yang
tidak memiliki kelainan refraksi mata mengalami keluhan kelelahan mata. Sedangkan berdasarkan
hubungan antara durasi penggunaan komputer dengan kelelahan mata dalam penelitian yang dilakukan
Septiansyah (2014) terdapat 77.3% pekerja yang mengunakan komputer > 4 jam mengalami kelulahan
kelelahan mata dan hanya 16.7 % yang mengunakan komputer < 4 jam mengalami keluhan kelelahan
mata.
Kantor BPJS Ketenagakerjaan Depok merupakan suatu Badan Hukum yang bergerak dibidang
pelayanan publik. BPJS Ketenagakerjaan menawarkan program Jaminan Kematian , Jaminan Hari Tua,
Jaminan Kecelakan Kerja Dan Jaminan Pensiun. Hampir semua pekerjaan dilakukan dengan mengunakan
komputer. Karena komputer merupakan alat bantu pekerja dalam melaksanakan tugas. Sehingga banyak
pekerja yang terpapar dengan komputer. Semakin lama terpapar komputer maka para pekerja akan
mungkin mengalami keluhan kelelahan mata. Menurut bagian SDM Kantor BPJS Ketenagakerjaan
Depok belum pernah ada penelitian mengenai kelelahan mata pada kantor tersebut.
Berdasarkan studi pendahulu yang dilakukan dengan 15 pekerja yang ada di BPJS Ketenagakerjaan
Depok , 15 orang tersebut mengalami gejala keluhan kelelahan pada matanya akibat mengunakan
komputer. Studi pendahuluan dilakukan dengan metode wawancara kepada para responden sebanyak 15
orang. Mereka mengalami nyeri / terasa berdenyut sekitar 73.3%, penglihatan kabur sebanyak 73.3%,
penglihatan rangkap/ ganda sekitar 20%, sulit fokus sekitar 73.3%, mata perih sekitar 80%, sakit kepala
sekitar 80%, pusing disertai mual sebanyak 20%, mata merah sekitar 60 %, dan mata berair sekitar
86.6%. Dengan latar belakang inilah peneliti berniat melakukan penelitian mengenai “ Faktor – Faktor
yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Di BPJS Ketenagakerjaan Depok”
2. Perumusan Masalah
BPJS Ketenagakerjaan Depok merupakan instasi layanan publik, para pekerjanya mengunakan
komputer sebagai alat bantu dalam mengerjakan pekerjaannya. Semakin lama terpapar computer maka
pekerja akan semakin rentan mengalami kelelahan mata. Kemudian peneliti melakukan studi pendahuluan
terhadap 15 karyawan untuk mengetahui apakah benar karyawan BPJS Ketenagakerjaan Depok
mengalami kelelahan mata. Hasil studi pendahuluan dididapati bahwa 15 orang karyawan sebagai
responden semuanya mengalami gejala keluhan kelelahan mata,. Sebanyak 73,2% mengalami nyeri /
terasa berdenyut, sekitar 73,3% mengalami penglihatan kabur, sekitar 20% mengalami penglihatan ganda,
73,3 % mengalami sulit fokus, 80 % mengalami mata perih , sebanyak 20% mengalami pusing disertai
mual, sebanyak 60% mengalami mata merah, dan sebanyak 86,9% mengalami mata berair. Berdasarkan
latar belakang yang sudah dibahas tersebut maka rumusan masalah yang diambil oleh peneliti adalah
“faktor- faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja di BPJS Ketenagakerjaan
Depok pada tahun 2019 “
3. Pertanyaan Penelitian
3.1 Apa faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja Di BPJS
Ketenagakerjaan Depok ?
3.2 Bagaimana gambaran keluhan kelelahan mata pada pekerja di BPJS Ketenagakerjaan
Depok?
3.3 Bagaimana gambaran usia pekerja di BPJS Ketenagakerjaan Depok ?
3.4 Bagaimana gambaran kelainan refraksi mata pada pekerja di BPJS Ketenagakerjaan Depok ?
3.5 Bagaimana gambaran durasi penggunaa komputer pada pekerja di BPJS Ketenagakerjaan
Depok ?
3.6 Bagaimana gambaran tingkat pencahayaan di BPJS Ketenagakerjaan Depok ?
3.7 Apakah ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja di BPJS
Ketenagakerjaan Depok?
3.8 Apakah ada hubungan antara kelainan refraksi mata dengan keluhan kelelahan mata pada
pekerja di BPJS Ketenagakerjaan Depok ?
3.9 Apakah ada hubungan antara durasi penggunaan komputer dengan keluhan kelelahan mata
pada pekerja di BPJS Ketenagakerjaan Depok ?
3.10 Apakah ada hubungan antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada
pekerja di BPJS Ketenagakerjaan Depok ?
4. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada
pekerja di BPJS Ketenagakerjaan Depok.
2. Tujuan khusus
4.2.1. Mengetahui gambaran keluhan kelelahan mata pada pekerja di BPJS
Ketenagakerjaan Depok
4.2.2. Mengetahui gambaran usia pekerja di BPJS Ketenagakerjaan Depok
4.2.3. Mengetahui gambaran kelainan refraksi mata pekerja di BPJS
Ketenagakerjaan Depok
4.2.4. Mengetahui gambaran durasi penggunaan komputer pekerja di BPJS
Ketenagakerjaan Depok
4.2.5. Mengetahui gambaran tingkat pencahayaan di BPJS Ketenagakerjaan Depok
4.2.6. Mengetahui hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada
pekerja di BPJS Ketenagakerjaan Depok
4.2.7. Mengetahui hubungan antara kelainan refraksi mata dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja di BPJS Ketenagakerjaan Depok
4.2.8. Mengetahui hubungan antara durasi penggunaan komputer dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja di BPJS Ketenagakerjaan Depok
4.2.9. Mengetahui hubungan antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan
mata pada pekerja di BPJS Ketenagakerjaan Depok
5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi , data dan fakta sebagai
bahan pertimbangan dalam pengendalian bahaya dan resiko, tindakan perbaikan , dan
pencegahan kelelahan mata sehingga para pengawai dapat bekerja lebih nyaman dan
produktif.
TINJAUAN PUSTAKA
a. Gejala okular , merupakan gejala seperti mata merasa tidak nyaman, panas, sakit, cepat
lelah, merah dan berair.
b. Gejala visual terjadi karena mata mengalami gangguan untuk memfokuskan bayangan
pada retina. Mata menjadi sensitife terhadapa cahaya. Kelelahan ini akan menyebabkan
penglihatan ganda atau kabur. Penglihatan yang kabur biasanya berkaitan dengan
akomodasi karena otot siliaris gagal untuk memfokuskan untuk mengalami kejang dan
kelelahan.
c. Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah rasa sakit
kepala, sakit punggung, pinggang dan vertigo.
Menurut Kelly, CVS bukan hanya satu masalah mata tertentu tetapi mencakup sejumlah gejala
yang merepotkan. Masalah mata yang paling umum termasuk kelelahan mata dimana mata menjadi
merah dan teriritasi, sakit kepala, penglihatan kabur, penglihatan ganda, vertigo atau pusing dan mata
kering, suatu kondisi kronis dimana mata tidak menghasilkan jumlah kelembaban yang tepat. Selaun
mata, bagian dari sindrom ini bisa berupa kelelahan pada bahu dan leher. Kondisi lain dapat
memperburuk dan membangkitkan CVS. Jika seseorang memilihi masalah mata lain seperti rabun dekat
dan astigmatisme, yang tidak diperbaiki, kondisi ini dapat meningkat. Perubahan mata karena usia, suatu
kondisi yang dikenal sebagai presbyopia, dapat memengaruhi mereka yang berusia di atas 40 tahun.
(Kelly, 2016).
Menurut Suma’mur (2009) gejala atau keluhan kelelahan mata diantaranya adalah :
a. Sakit kepala
b. Penurunana kemampuan intektual, daya konsentrasi dan kecepatan berpikir
c. Penglihatan rangkao atau kabur
d. Perasaan sakit kepala didaerah atas mata
Sedangkan menurut Pheasant (2003),gejala atau keluhan kelelahan mata sebagai berikut:
Mata tegang
Pandangan kabur
Pandangan ganda
Sulit fokus
Keluhan Sumber
Mata perih
Mata merah
Mata berair
Sakit kepala
Mengantuk
3. Test uji waktu reaksi Banyak metode yang Harus memiliki alat ukur
daoat digunakan waktu reaksi seperti
seperti nyala lampi, nyala lampu dan denting
denting suara, sentuhan suara sebagai stimuli
kulit atau goyangan yang dikembangkan di
badan(Tarwaka, 2004) Indonesia (Tarwaka,
2004)
a. Usia
Pekerja komputer di tuntut untuk dapat melihat dan membaca dekat untuk waktu
yang lama. Untuk dapat bertahan lama dan nyaman sangat tergantung dari amplitude fusi
seseorang, baik fusi sensorik maupun fusi motorik. Fusi sensorik yaitu daya menyatukan dua
bayangan menjadi bayangan tunggal dan fusi motoric adalah kemampuan untuk
mengintegrasikan kerja otot otot mata sedemikian rupa sehingga pada waktu melihat jauh
atau dekat kedua mata terfiksasi pada objek yang menjadi pusat perhatian dengan bayangan
yang tetap tunggal. Untuk dapat mempertahankan fikasasi pada objek yang jadi perhatian dan
jarak dekat tergantung kemampuan daya konvergensi seseorang (Fauzia, 2004). Daya
konvergensi seseorang dipengaruhi oleh daya akomodasi yang sangat tergantung pada
kelenturan lensa seseorang. Daya konvergensi ini juga mempengaruhi kemampuan mata
sebagai suatu team untuk dapat bergerak mengikuti baris dan melompat ke baris berikutnya,
kemampuan ini disebut saccadic eye movement (Fauzia, 2004).
Kemampuan mengubah daya fokus mata disebut akomodasi. Sering dengan
pertambahan usia, lensa akan kehilangan sebagian kemampuan akomodasinya. Presbiopia
(mata tua) terjadi apabila lensa kehilangan hampir semua kemampuan akomodasinya.
Dimana titik kritis subjek mengalami presbyopia, yaitu pada usia 40 tahun, subjek akan
mengalami kesulitan dengan pengelihatan dekat (Arianti. 2016). Di usia 20 tahun, manusia
pada umumnya dapat melihat objek dengan jelas, sedangkan pada usia 45 tahun kebutuhan
terhadap cahaya empat kali lebih besar. Pada usia ini, seseorang akan mengalami kesulitan
dalam memfokuskan penglihatannya yang disebabkan oleh presbyopia. Hal ini merupakan
sesuatu yang normal karena disebabkan oleh lensa didalam mata. Menginjak usia 50 tahun,
presbyopia akan semakin terasa dampaknya. Seseorangan juga akan membutuhkan lebih dari
satu lensa, yaitu lensa yang digunakan untuk kegiatan normal dan lensa yang dapat digunakan
saat mengoperasikan komputer agar terasa lebih nyaman (Heiting, 2014). Pada usia 60 tahun
kebutuhan cahaya yang diperlukan untuk melihat jauh lebih besar dibandungkan usia 45
tahun karena pada usia 45-50 tahun daya akomodasi mata berkurang (Arianti,2016).
Usia lanjut menyebabkan kemampuan otot siliari untuk berakomodasi menjadi
berkurang. Lensa kehilangan elastisitasnya, daya lenting berkurang, sehingga tidak dapat
menfokuskan bayangan sebuah benda yang berada dekat dengan mata. Akibatnya, lensa mata
tidak dapat menebal dan menipis dengan sempurna, seperti mata normal. Oleh karena itu,
penderita mata tua tidak dapat melihat benda yang terlalu jauh atau terlalu dekat. Benda yang
terlalu dekat membentuk bayangan di belakang retina, sedangkan benda yang terlalu jauh
membentuk bayangan di depan retina. Namun pada beberapa orang penglihatan jauh tetap
baik pada mata tua. Berbeda dengan usia tua, usia muda memiliki kebutuhan cayah yang
lebih sedikit dibandungkan usia yang lebih tau dan kecenderungan mengalami kelelahan mata
lebih sedikit. (Arianti, 2016).
Cacat mata tua dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa cembung dan
cekung sekaligus. Kacamata ini disebut kacamata bifocal. Sisi bawah kacamata bifocal
terbuat dari lensa cembung, sedangkan sisi atasnya terbuat dari lensa cekung. Lensa cembung
pada sisi bawah berguna untuk melihat benda –benda dekat. Sisi atas terbuat dari lensa
cekung yang berfungsi untuk melihat benda benda jauh (Pearce,2011).
Menurut Suma’mur (1996) keluhan kelelahan mata dapat dipengaruhi usia karena
ketajaman penglihatan berkurang. Pada tenaga kerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang
di temukan 6/6, melainkan berkurang. Hal ini juga dijelaskan oleh Ilyas (1991) dimana
dengan bertambahnya usia maka setiap lensa akan mengalami kemunduran kemampuan
untuk mencembung atau berkurangnya daya untuk akomodasi. Orang yang berusia 40 tahun
atau lebih, akan memberikan keluhan berupa mata lelah, berair dan sering terasa pedes.
Pheasant (1991) juga mengungkapkan bahwa lensa menjadi lebih kaku dengan berjalannya
usia. Sehingga ketegangan otot yang lebih besar diperlukan auntuk akomodasi dan bekerja
deket menjadi lebih melelahkan. Titik terdekat unutk melihat menjadi semakin sulit dan
kesulitan untuk fokus.
Pada keaadaan bertambahnya usia, maka akan berkurang pula daya akomodasi akibat
berkurangnya elastisitas lensa sehingga lensa sukar mencembung (Ilyas, 2008)
Tabel 2.3 : Korelasi antara usia dan daya akomodasi
Umur (tahun) Titik dekat (cm )
10 8
20 10
30 14
40 22
50 40
60 200
1. Penerangan Darurat 5
4. Pekerjaan yang membedakan barang barang kecil secara sepintas lalu 100
seperti:
a. Mengerjakan barang barang besi dan baja yang setengah selesai
b. Pemasangan yang kasar
c. Penggilingan pada
d. Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas
e. Pengerjakan bahan bahan pertanian lain yang kira kira setingkat
dengan d
f. Kamar mesin dan uap
g. Alat pengangkut orang dan barang
h. Ruang ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapan
i. Tempat menyimpan barang barang sedang dan kecil
j. Toilet dan tempat mandi
5. Pekerjaan membeda bedakan barang barang kecil yang agak teliti seperti : 200
a. Pemasangan alat yang sedang
b. Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar
c. Pemeriksaan / percobaan kasar terhadap barang barang
d. Menjahit tektil/ kulit yang berwarna muda
e. Pemasukan dan pengawetan bahan bahan makanan kering
f. Pembungkusan daging
No Keterangan Intensitas
(LUX
6. Pekerjaan pembedaan yang teliti daripada barang barang kecil dan halus 300
seperti :
a. Pekerjaan mesin yang teliti
b. Pemeriksaan yang teliti
c. Percobaan percobaan yang teliti dan halur
d. Pembuatan tepusng
e. Penyelesaian kulit dan penenunan bahan bahan katun atau wol
berwana muda
f. Pekerjaan kantor yang berganti ganti menulis dan membaca pekerjaan
arsip dan seleksi surat surat
7. Pekerjaan membeda bedakan barang barang halus dengan kontras yang 500-1.000
sedang dan dalam waktu yang lama seperti:
a. Pemasangan yang halus
b. Pekerjaan pekerjaan mesin yang halus
c. Pemeriksaan yang halus
d. Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca
e. Pekerjaan kayu yang halus
f. Menjahit bahan bahan wol yang berwarna tua
g. Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steni, mengetik atau pekerjaan
kantor yang lama.
8. Pekerjaan membedakan bedakan barang barang yang sangat halus dengan 1.000
kontras yang sangat kurang untuk waktu yang lama seperti :
a. Pemasangan yang extra halus (arloji, dll)
b. Pemeriksaan yang ekstra halus (Ampul, obat)
c. Percobaan alat alat yang ekstra halus
d. Tukang mas dan intan
e. Penilaian dan penyisihan hasil hasil tembakau
No Keterangan Intensitas
(LUX
Resepsionis 300
Faktor individu :
1. Usia
2. Kelainan refraksi mata
Faktor pekerjaan :
DAFTAR PUSTAKA
(NIOSH), N. I. for O. S. and H. (1991). NIOSH Publication on Video Display Terminal. Third Edition
U.S Department of Health and Human Service.
aryanti. (2006). Hubungan antara intensitas penerangan dan suhu udara dengan kelelahan mata
karyawan pada bagian administrasi PT HUTAMA KARYA WILAYAH IV semarang. Semarang.
Bridger, R. . (2003). introduction to ergonomics, 2nd edition. LONDON: TAYLOR AND FRANCIS.
Dewi, Y. K. dkk. (2009). Faktor faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada operator
komputer di kantor samsat palembang tahun 2009. palembang.
Fauzia, I. (2004). upaya untuk mengurangi kelelahan mata pada tenaga kerja yang mengunakan
komputer di rumah sakit x jakarta tahun 2003. universitas indonesia, jakarta.
Firdaus, F. (2013). Analisis Faktor Resiko Ergonomi Terhadap Munculnya Keluhan Computer Vision
Syndrom(CVS) pada Pekerja Pengguna Komputer yang Berkacama dan Pekerja yang tidak
Berkacamata di PT X tahun 2013. Depok.
Gempur, S. (2004). manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. jakarta: prestasi pustaka.
Ilyas, S. (1991a). penuntun ilmu penyakit mata. jakarta: balai penerbit FKUI.
Ilyas, S. (1991b). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: balai penerbit FKUI.
Ilyas, S. (2008). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Ivone, J. (2004). hubungan kelelahan mata dengan produktifitas tenaga kerja di bagian inspeksi
perusahaan tekstil PT X Bandung tahun 2004. universitas Indonesia, depok.
Luthfiana, S. F. (2013). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada
Pengguna Komputer di Accounting Group PT BANK X tahun 2013. jakarta.
Maryamah, S. (2011). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada
Pengguna Komputer di Bagian Outbound Call Gedung Graha Telkom BSD (Bumi Serpong Damai)
Tangerang tahun 2011. jakarta.
Nadaek, B. Y. (2015). Gambaran Keluhan Subjektif Kelelahan Mata pada Pegawai Pengguna Komputer
di Kantor Direktorat Jendral Pajak Medan tahun 2013. medan.
Nourmayanti, D. (2010). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada
Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk tahun 2009. Jakarta.
Nurfathia. (2018). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Mata pada Pekerja Pengguna
Komputer di PT X tahun 2018. Jakarta.
OSHA. (1997). Working Safety with Video Display Terminal. Retrieved October 16, 2019, from
http://www.osha.gov/publications/osha3092.pdf
Parwati, I. . (2004). Pengaruh Masa Kerja dengan Intensitas Pencahayaan Terhadap Efisiensi
Penglihatan Operator Telepone Bagian Pelayanan PT Telkom DIV RE IV Semarang. Semarang.
Retrieved from http://www.eprint.undip.ac.id
Pheasant, S. (2003). Body Space : Anthopometry, Ergonomics anda The Design of Work :Second Edition.
London: TAYLOR AND FRANCIS.
Septiansyah, R. (2014). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata pada Pekerja
Pengguna Komputer di PT Duta Astakona Girinda tahun 2014. Jakarta.
Setiawan, I. (2012). Analisis Hubungan Faktor Karakterik Pekerja , Durasi Kerja, Alat Kerja, dan
Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan SUbjektif Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di PT
Surveyor Indonesia tahun 2012. Depok.
Suma’mur, P. . (1996). higiene perusahaan dan kesehatan kerja. jakarta: PT TOKO GUNUNG AGUNG.
Suma’mur, P. . (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto.
Triyana. (2014). Hubungan Antara Durasi Penggunaan Komputer dan Waktu Istirahat mata Terhadap
Kelelahan Mata Customer Care PT BNI LIFE INSURACE tahun 2014. Jakarta.
Wasisto, S. . (2005). Komputer Secara Ergonomis dan Sehat. Jakarta: Wahana Press.
Afandi E.S. 2005. Computer Vision Syndrome (sindrom pengelihatan komputer). Dalam Majalah
Kedokteran Indonesia.
Aryanti. 2006. Hubungan antara Intensitas Penerangan dan Suhu Udata dengan Kelelahan Mata
Karyawan pada bagian Administrasidi PT. HUTAMA KARYA WILAYAH IV Semarang. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Semarang. Semarang.
Arianti, Farras Putri. 2017. Faktor Faktor yang berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja
pengguna komputer di CALL CENTER PT AM tahun 2016. Skrispi. Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah . Jakarta.
Badan Standardiasi Nasional (BSN). 2004. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 16-7062-2004 tentang
Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja.
Badan Standardiasi Nasional (BSN). 2004. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 7062-2019 tentang
Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja.
Bridger, R.S. 2003. Introduction to Ergonimics, 2nd edition. London : Taylor and Francis.
Dewi, Yulyana Kusuma dkk. 2009. Faktor Faktor yang berhubungan dengan Kelelahan Mata pada
Operator Komputer di Kantor Samsat Palembang Tahun 2009. Skripsi . Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya. Palembang.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator
Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta Departemen Kesehatan
Fauzia, Irawaty. 2004. Upaya tuk mengurangi kelelahan mata pada tenaga kerja
yang menggunakan komputer di rumah sakit “X” Jakarta 2003. Tesis.
Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Firdaus, Fikri. 2013. Analisis Faktor Risiko Ergonomi Terhadap Munculnya Keluhan Computer Vision
Syndrom (CVS) pada Pekerja Pengguna Komputer yang Berkacamata dan Pekerja yang Tidak
Berkacamata di PT X Tahun 2013.
Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok.
Hana, Liliana. 2008. Tinjauan Tingkat Pencahayaan dan Keadaan Visual Display Terkait Keluhan
Subyektif Kelelahan Mata pada Pekerja yang Menggunakan Komputer di Ruang Kantor PT
Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant Bulan Desember Tahun 2008. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia, Depok.
Heiting, Gary dan Lary Wan D. 2014, Computer Eye Srain : 10 Steps for Relief Computer Vision.
Diakses dari http://www.allaboutvision.com/cvs/irrited.htm pada tanggal 15 agustus 2019.
Ilyas, Sidarta. 1991. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Ilyas, Sidarta . 2004. Kelainan Refraksi dan Koreksi Penglihatan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Ilyas, Sidarta. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Irma, Iin Lestari , Ade Rendra Kurniawan. 2019. Faktor yang berhubungan dengan keluhan subjektif
kelelahan mata pada penggunaan komputer. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah Vol 8 no 1 bulan
juli tahun 2019. Eissn: 2656-8004. https://stikesmu-sidrap.e-journal.id di akses pada tanggal 05
Desember 2019
Ivone, July. 2004. Hubungan Kelelahan Mata dengan Produktifitas Tenaga Kerja di Bagian Insoeksi
Perusahaan Tekstil PT. X , Bandung. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Depok.
Keputusan Menteri Kesehatna Republik Indonesia (Kepmenkes RI ) Nomor 1405 / MENKES / SK/ XI/
2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
KELLY, EVELYN B . 2016. THE 101 MOST UNUSUAL DISEASES AND DISORDES,
CALIFORNIA. ABC-CLIO,LLC
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2017. Ergomoni dan K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) cetakan ketiga.
Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset.
Luthfiana, Selisca Fadhillah. 2013. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata
Pada Pengguna Komputer di Accounting Group PT BANK X tahun 2013. Skripsi . Pemintan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Mangoenprasodjo, Setiono. 2005. Mata Indah Mata Sehat, Yogyakarta : Think Fresh.
Murtopu, Ichwan dan Sarimurni. 2005. Pengaruh Radiasi Layar Komputer Terhadap Kemampuan Daya
Akomodasi Mata Mahasiswa Pengguna Komputer di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, Volume 6 No. 2;153-163
Mappangile, Andi Surrayya, 2018. Analisis Keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer
dikantor Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah ANDREAS GUNAWAN SH.M.KN tahun
2018. Jurnal . Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Diploma IV
Universitas Balikpapan. Balikpapan.
Miller, Neil R, dkk. 2005. Walsh and Hoyt’s Clinical Neuro- Ophthalmology, 6 th Edition. Philadelphia
dan Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins.
Nadeak, Betsy Yosia . 2015 . Gambaran Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pegawai Pengguna
Komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan Tahun 2015. Skripsi . Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). 1999. NIOSH Publications on Video
Display Terminals. Third edition. U.S. Department of Health and Human Service.
Nourmayanti, Dian. 2010. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelalahan Mata pada
Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Jakarta .
Nurfathia, 2018. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna
Komputer di PT X Tahun 2018. Skripsi . Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. Jakarta.
OSHA. 1997. Working Safety with Video Display Terminals. U.S. Departement og Labor Occupantional
Safety and Health Administration. Dari : http://www.osha.gov/Pub;ications/osha3092.pdf.
Diunggah pada tanggal 16 Oktober 2019.
Padmanaba, Cok Gd Rai, 2006. Pengaruh Penerangan dalam Ruang terhadap Aktifitas Kerja
Mahasiswa Desain Interior. Skripsi. Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan
Desain, Institute Seni Indonesia Denpasar.
Parwati.I.O. 2004. Pengaruh Masa Kerja dengan dan Intensitas Pencahayaan terhadap Efisiensi
Penglihatan Operator Telepon Bagian Pelayanan PT. TELKOM DIVRE IV Semarang. Diakses
dari http://www.eprints.undip.ac.id pada tanggal 20 agustus 2019.
Patel, Dhaval. 2014. I Notes (Ophthalmology PG Exam Notes) Ist Edition. India : AIIMS.
Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2016 tentang Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomic: Work and Health. Maryland: Aspen Publishs
Pheasant, Stephen.. 2003. Body space: Anthropometry, Ergonomics and the Design of
Work: Second edition. London: Taylor and Francis.
Putri, Dessy Widhya . 2018. Hubungan Jarak Monitor , Durasi Penggunaan Komputer, Tampilan Layar
Monitor, dan Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata. The Indonesian Journal of
Occupational Safety anda Health, Vol,7, No. 1 Jan- April 2018:1-10
Rustiati, Sri. 1999. Masalah Kelelahan Mata pada Tenaga Kerja yang Mengoperasikan Komputer di PT
N K Jakarta Tahun 1997 serta Upaya Mengatasinya. Tesis. Program Studi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Universitas Indonesia. Jakarta.
Santoso, FF. 2011. Hubungan Pencahayaan dan Karakteristik Pekerjaan dengan Keluhan Subjektif
Keluhan Kelelahan Mata pada Operator Komputer Tele Account Management di PT . Telkom
Regional 2 Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga . Surabaya.
Santoso. Insap. 2011. Interaksi Manusia dan Komputer. JAKARTA. CV ANDI OFFSET.
Septiansyah, Randy. 2014. (NIOSH), N. I. for O. S. and H. (1991). NIOSH Publication on Video Display
Terminal. Third Edition U.S Department of Health and Human Service.
aryanti. (2006). Hubungan antara intensitas penerangan dan suhu udara dengan kelelahan mata
karyawan pada bagian administrasi PT HUTAMA KARYA WILAYAH IV semarang. Semarang.
Bridger, R. . (2003). introduction to ergonomics, 2nd edition. LONDON: TAYLOR AND FRANCIS.
Dewi, Y. K. dkk. (2009). Faktor faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada operator
komputer di kantor samsat palembang tahun 2009. palembang.
Fauzia, I. (2004). upaya untuk mengurangi kelelahan mata pada tenaga kerja yang mengunakan
komputer di rumah sakit x jakarta tahun 2003. universitas indonesia, jakarta.
Firdaus, F. (2013). Analisis Faktor Resiko Ergonomi Terhadap Munculnya Keluhan Computer Vision
Syndrom(CVS) pada Pekerja Pengguna Komputer yang Berkacama dan Pekerja yang tidak
Berkacamata di PT X tahun 2013. Depok.
Gempur, S. (2004). manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. jakarta: prestasi pustaka.
Ilyas, S. (1991a). penuntun ilmu penyakit mata. jakarta: balai penerbit FKUI.
Ilyas, S. (1991b). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: balai penerbit FKUI.
Ilyas, S. (2008). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Ivone, J. (2004). hubungan kelelahan mata dengan produktifitas tenaga kerja di bagian inspeksi
perusahaan tekstil PT X Bandung tahun 2004. universitas Indonesia, depok.
Luthfiana, S. F. (2013). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada
Pengguna Komputer di Accounting Group PT BANK X tahun 2013. jakarta.
Maryamah, S. (2011). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada
Pengguna Komputer di Bagian Outbound Call Gedung Graha Telkom BSD (Bumi Serpong Damai)
Tangerang tahun 2011. jakarta.
Nadaek, B. Y. (2015). Gambaran Keluhan Subjektif Kelelahan Mata pada Pegawai Pengguna Komputer
di Kantor Direktorat Jendral Pajak Medan tahun 2013. medan.
Nourmayanti, D. (2010). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada
Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk tahun 2009. Jakarta.
Nurfathia. (2018). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Mata pada Pekerja Pengguna
Komputer di PT X tahun 2018. Jakarta.
OSHA. (1997). Working Safety with Video Display Terminal. Retrieved October 16, 2019, from
http://www.osha.gov/publications/osha3092.pdf
Parwati, I. . (2004). Pengaruh Masa Kerja dengan Intensitas Pencahayaan Terhadap Efisiensi
Penglihatan Operator Telepone Bagian Pelayanan PT Telkom DIV RE IV Semarang. Semarang.
Retrieved from http://www.eprint.undip.ac.id
Pheasant, S. (2003). Body Space : Anthopometry, Ergonomics anda The Design of Work :Second Edition.
London: TAYLOR AND FRANCIS.
Septiansyah, R. (2014). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata pada Pekerja
Pengguna Komputer di PT Duta Astakona Girinda tahun 2014. Jakarta.
Setiawan, I. (2012). Analisis Hubungan Faktor Karakterik Pekerja , Durasi Kerja, Alat Kerja, dan
Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan SUbjektif Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di PT
Surveyor Indonesia tahun 2012. Depok.
Suma’mur, P. . (1996). higiene perusahaan dan kesehatan kerja. jakarta: PT TOKO GUNUNG AGUNG.
Suma’mur, P. . (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto.
Triyana. (2014). Hubungan Antara Durasi Penggunaan Komputer dan Waktu Istirahat mata Terhadap
Kelelahan Mata Customer Care PT BNI LIFE INSURACE tahun 2014. Jakarta.
Wasisto, S. . (2005). Komputer Secara Ergonomis dan Sehat. Jakarta: Wahana Press.
tahun 2014. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta .
Setiawan, Iwan. 2012. Analisis Hubungan Faktor Karakteristik Pekerja, Durasi Kerja, Alat Kerja, dan
Tingkar Pencahayaan dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di
PT Surveyor Indonesia Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Depok.
Simbolon, Roy Vanbasten. 2016 . Hubungan intensitas pencahayaan dan lama paparan radiasi monitor
komputer dengan keluhan kelelahan mata pada pekrja pengguna komputer di kantor dinas
pendidikan provinsi Sumatera Utara tahun 2016. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatra Utara. Medan.
Suma’mur, P.K. 1989. Ergonomi untuk produktivitas kerja. Jakarta: CV Haji Masagung.
Suma’mur, P.K.. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Toko Gunung Agung.
Suma’mur, P.K. 2009 Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Sagung Seto.
Supriati, Febriana. 2012 . Faktor faktor yang berkaitan dengan kelelahan mata pada karyawan
bagian administrasi di PT Indonesia Power UBP Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Volume 1, nomor 2 tahun 2012 , halaman 720-730
Sheedy, James E, dan Shaw- McMinn, Oeter G. 2003. Chapter 1- Computer Vision Syndrome. In Shaw-
McMinn, J.E.S.G (Ed), Diagnosing and Treating Computer- Related Vision Problems (pp. 1-5).
Burlington : Butterworth- Heinemann.
Sherman, Richard C. 2013. Computer Access For People with Disabilities : A Human Factors Approach.
Boca Raton: CRC Press Taylor & Francis Group.
Talwar, Richa ,Kapoor , Rohit, Puri ,Karan,Bansal, Kapil ,Singh, Saudan. 2009. A Study of Visual and
Musculoskeletal Health Disordes Among Computer Profesionals in NCR Delhi. Indian Journal
Of Community Medicine. Vol. 34, Issue 4, pp. 326-328. Available from :Proquest.
Triyana, 2014. Hubungan Antara durasi pengunaan komputer dan waktu istrihat mata terhadap
kelelahan mata di Customer Care PT. BNI LIFE INSURACE tahun 2014. Skripsi. Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. Jakarta.
Titicombe, A.F. dan Willson, R. G. 1961. Flicker Fusion in Multiple Sclerosis. J. Neurol Neurosurg
Psychiatry, 24,260-265.
Wasisto, S.W. 2005. Komputer secara Ergononis dan Sehat.: Wahana Press .2005