ABSTRACT
but if we weren't awareness can cause health problem, such as complaints of eye fatigue. The purpose of this research
complaints of eye fatigue on workers at PT. Indonesia Power UP Semarang. This research was a quantitative research
with cross sectional design. Population in this research was all of workers at PT Indonesia Power UP Semarang as many
The instruments used in this research were questionnaires, meter, and lux meter. Univariate analysis performed using
the proportion to clarify the prevalence of subjective complaints of eye fatigue and factors related to complaints of eye
fatigue, while the bivariate analysis performed by chi-square test (X
ABSTRAK
Penggunaan komputer sangatlah menunjang berbagai macam aktivitas pekerjaan manusia. Walaupun banyak manfaat
yang diperoleh dari komputer namun masih belum banyak yang menyadari bahwa penggunaan komputer juga dapat
menyebabkan masalah kesehatan, salah satunya keluhan kelelahan mata. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
hubungan jarak monitor, durasi penggunaan komputer, tampilan layar komputer dan pencahayaan dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja PT. Indonesia Power UP Semarang. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancang
bangun cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pekerja PT. Indonesia Power UP Semarang sebanyak 280 pekerja. Sampel dalam penelitian ini adalah 77
pekerja yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner, meteran, dan
luxmeter. Analisis univariat dilakukan menggunakan nilai proporsi untuk menjelaskan gambaran keluhan kelelahan mata
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata, sedangkan analisis bivariat dilakukan dengan uji
chi-square (X2) dengan tingkat kemaknaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan variabel jarak monitor memiliki p-value
, variabel tampilan monitor memiliki p-value
memiliki p-value p-value =
adalah bahwa hanya variabel tampilan monitor dan durasi penggunaan komputer yang berhubungan dengan keluhan
kelelahan mata pada pengguna komputer.
Kata kunci: durasi penggunaan komputer, keluhan kelelahan mata, pengguna komputer,
IJOSH CC BY NC-SA
2 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health,
Hasil survey yang dilakukan oleh AOA apabila kesadaran terhadap kesehatan sejak dini
tahun 2004 dipaparkan bahwa beberapa faktor yang tidak segera dibangun.
mendukung terjadinya kejadian keluhan kelelahan
mata yaitu karakteristik atau jenis komputer dan
METODE
adanya pembiasan pada mata atau sering disebut
juga kelainan refraksi pada mata pengguna Melihat dari sifatnya, penelitian ini merupakan
komputer. Menurut Pheasant (2005) beberapa hal penelitian deskriptif karena penelitian ini bertujuan
yang mempengaruhi seseorang untuk dapat melihat untuk menemukan fakta dan menggambarkan
suatu objek di lingkungan kerjanya yaitu jarak keseluruhan mulai dari kegiatan penelitian hingga
melihat objek kerja, lama penggunaan komputer, hasil penelitian dan menganalisis data yang telah
tingkat pencahayaan, ukuran objek kerja, bentuk diperoleh secara objektif. Berdasarkan tempatnya,
objek kerja dan kekontrasan layar monitor. Menurut penelitian ini termasuk kedalam penelitian lapangan
Santoso (2009), beberapa faktor yang berpengaruh karena pengamatan variabelnya dilakukan secara
terhadap keluhan kelelahan mata diantaranya langsung di tempat kerja (lapangan). Rancang
intensitas pencahayaan ruangan, suhu ringan, bangun yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross sectional. Populasi penelitian ini sebesar
dan Hall (2014) memaparkan bahwa usia pekerja 280 pekerja, mereka adalah seluruh karyawan
juga berpengaruh terhadap kecepatan timbulnya PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP)
kelelahan mata. Menurut Suma’mur (2013), usia Semarang. Besar Sampel pada penelitian ini
memiliki pengaruh terhadap keluhan kelelahan sebanyak 77 pekerja PT. Indonesia Power UP
mata karena bertambahnya usia biasanya diimbangi Semarang.
dengan berkurangnya ketajaman penglihatan mata, Teknik yang digunakan untuk menentukan
terutama pada seseorang yang berusia 40 tahun atau jumlah sampel yang diadopsi dalam penelitian ini
lebih. yaitu teknik purposive sampling. Teknik purposive
Penelitian tentang kelelahan maya di sampling adalah teknik dalam pengambilan
PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP) sampel penelitian dengan pertimbangan tertentu
Semarang sebelumnya telah dilakukan oleh Supriati dari peneliti. Pertimbangan tersebut didasarkan
(2012), namun subjek sampel dari penelitian pada dua kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
beliau hanya dibatasi pada karyawan bagian ditetapkan oleh peneliti. Kriteria inklusi penelitian
administrasi, berbeda dengan penelitian kami ini adalah karyawan tetap PT. Indonesia Power UP
yang subjek penelitiannya diperoleh dari berbagai Semarang yang bekerja menggunakan komputer
lintas bidang pekerjaan di PT. Indonesia Power UP dan bersedia menjadi responden penelitian. Kriteria
Semarang. Penelitian Supriati (2012) menunjukkan eksklusi dalam penelitian ini yaitu karyawan yang
diperoleh informasi bahwa sebanyak 86,4% pekerja sedang tidak hadir saat penelitian dilakukan dan
administrasi yang merasakan kelelahan mata, pekerja yang menolak berpartisipasi untuk menjadi
sedangkan sisanya tidak merasakan kelelahan responden penelitian ini.
mata. Dalam penelitian tersebut menampakkan Penelitian ini dilakukan pada September
bahwa terdapat hubungan negatif antara intensitas 2016. Lokasi penelitian ini yaitu PT. Indonesia
pencahayaan dengan kelelahan mata. Semakin tinggi Power UP Semarang yang beralamatkan Jalan
intensitas pencahayaan maka waktu reaksi mata Ronggowarsito, Kompleks Pelabuhan Tanjung
terhadap rangsangan cahaya akan semakin rendah. Mas, Semarang, Jawa Tengah. Data primer dalam
Banyak dilakukan penelitian terdahulu terkait penelitian ini dikumpulkan dengan menyebarkan
dengan kelelahan mata, namun masalah kesehatan kuesioner kepada responden dan melakukan
dalam penggunaan komputer belum menjadi pusat pengukuran jarak mata responden dengan komputer
perhatian yang intensif pada masyarakat. Sehingga menggunakan mistar serta dilakukan pengukuran
banyak orang yang enggan menghiraukannya pencahayaan menggunakan luxmeter. Data sekunder
dampak kesehatan ini karena menurutnya imbas dalam penelitian ini adalah profil perusahaan
dari dampak terhadap kesehatan jarang dirasakan PT. Indonesia Power UP Semarang.
oleh secara langsung dalam kurun waktu singkat. Variabel dalam penelitian ini ada empat yaitu
Akan tetapi dalam kurun waktu tertentu masalah jarak monitor, tampilan layar monitor, durasi
kesehatan ini akan menjadi masalah yang serius penggunaan komputer, dan pencahayaan. Ada dua
4 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health,
macam analisis yang diterapkan dalam penelitian Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
ini, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Durasi Penggunaan Komputer
Analisis univariat dilakukan dengan menampilkan PT. Indonesia Power Up Semarang
distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Tahun 2016
Sedangkan analisis bivariat digunakan guna untuk
Durasi
mengetahui hubungan antara variabel jarak monitor, Persentase
Penggunaan Frekuensi (n)
tampilan layar monitor, durasi penggunaan komputer (%)
Komputer
dan pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata
32 42,6
menggunakan uji chi-square (X2) dengan tingkat
kemaknaan 5%. > 4 jam 45 58,4
Jumlah 77 100
HASIL
Distribusi Responden Berdasarkan Durasi
Gambaran Umum Responden Penggunaan Komputer
Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi Durasi penggunaan komputer memiliki dua
diperoleh responden sebesar 77 orang. Beragam kriteria yaitu kurang dari sama dengan 4 jam
usia responden, mulai dari responden dengan usia dan lebih dari 4 jam. Tabel 2 menggambarkan
di bawah 40 tahun yang sebesar 26 orang (33,8%), distribusi responden berdasarkan durasi penggunaan
hingga berusia 40 tahun keatas sebesar 51 orang komputer yang sering dilakukan karyawan
(66,2%). Jenis kelamin responden terbagi menjadi PT. Indonesia Power UP Semarang. Hasil penelitian
laki-laki sebesar 49 orang (63,6%) dan perempuan yang dipaparkan pada Tabel 2 diketahui bahwa
sebesar 28 orang (36,4%). Masa kerja responden responden yang bekerja lebih dari 4 jam lebih
yang kurang dari 5 tahun sebesar 25 orang (32,5%), banyak dibandingkan dengan responden yang
sedangkan responden yang memiliki masa kerja 5 bekerja kurang dari 4 jam.
tahun keatas sebesar 52 orang (67,5%).
Distribusi Responden Berdasarkan Tampilan
Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Layar Monitor
Monitor Tampilan layar monitor memiliki dua kriteria
Kategori dari jarak monitor ada dua, yaitu yaitu baik dan buruk. Dikategorikan buruk
sesuai dan tidak sesuai. Kategori sesuai apabila jarak apabila memenuhi syarat: tampilan gambar atau
monitor ke mata sekitar 46–61 cm (OSHA, 1997). tulisan kabur atau buram, monitor berkedip,
Apabila tidak dalam rentang jarak tersebut maka silau, serta font huruf, gambar, dan icon terlalu
dikategorikan tidak sesuai. Tabel 1 menggambarkan kecil. Apabila tidak memenuhi syarat seperti itu
distribusi responden berdasarkan jarak monitor maka dikategorikan tampilan monitornya baik.
karyawan PT. Indonesia Power UP Semarang. Hasil Tabel 3 menggambarkan distribusi responden
penelitian yang dipaparkan pada Tabel 3 diketahui berdasarkan tampilan layar monitor karyawan
bahwa lebih banyak karyawan dengan jarak mata PT. Indonesia Power UP Semarang. Hasil penelitian
ke monitor yang telah sesuai dibandingkan dengan yang dipaparkan pada Tabel 3 diketahui bahwa
karyawan dengan jarak yang tidak sesuai. responden yang memiliki tampilan baik lebih banyak
dibandingkan dengan responden dengan tampilan Berdasarkan tampilan gambar 1, dari ketujuh
yang kurang baik. jenis gejala tersebut terdapat tiga jenis gejala
yang memiliki persentase tertinggi dialami oleh
Distribusi Responden Berdasarkan karyawan PT. Indonesia Power UP Semarang yaitu
Pencahayaan mata tegang, penglihatan kabur, dan sakit kepala.
Variabel intensitas pencahayaan dibagi menjadi Sedangkan gejala yang jarang sekali dikeluhkan oleh
dua kategori yaitu baik dan buruk. Intensitas karyawan yaitu penglihatan ganda dan sulit fokus.
pencahayaan dikatakan baik apabila telah memenuhi
standar yaitu 300–500 lux, dan dikatakan buruk Analisis Hubungan Jarak Monitor dengan
Kelelahan Mata
apabila intensitas di luar dari jangkauan tersebut.
Tabel 4 menggambarkan distribusi responden Hasil analisis hubungan antara jarak monitor
berdasarkan pencahayaan di lokasi tempat kerja dengan keluhan kelelahan mata pada Tabel 6,
PT. Indonesia Power UP Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 78,3% karyawan
yang dipaparkan pada Tabel 4 diketahui bahwa dengan jarak yang sesuai merasakan kelelahan
sebagian besar pekerja memiliki pencahayaan yang mata, sedangkan sebanyak 88,2% karyawan dengan
buruk atau tidak sesuai dengan standar. jarak yang tidak sesuai merasakan kelelahan mata.
Hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai
Gambaran Keluhan Kelelahan Mata P-value = 0,499. Nilai P-value
Hasil penelitian yang digambarkan pada maka dapat disimpulkan bahwa antara jarak monitor
Tabel 5 dipaparkan bahwa sebagian besar responden dengan keluhan kelelahan mata tidak memiliki
mengeluhkan kelelahan mata ketika bekerja hubungan yang signifikan pada karyawan PT.
Indonesia Power UP Semarang.
kelelahan mata yang sering dirasakan oleh karyawan
PT. Indonesia Power UP Semarang dapat dilihat Analisis Hubungan Durasi Penggunaan
Komputer dengan Kelelahan Mata
Hasil analisis hubungan antara durasi
penggunaan komputer dengan keluhan kelelahan
mata pada Tabel 6, diperoleh informasi bahwa
sebanyak 93,8% pekerja dengan durasi penggunaan
komputer kurang dari sama dengan 4 jam
merasakan kelelahan mata. Sebanyak 71,1% pekerja
dengan durasi penggunaan komputer lebih dari
4 jam merasakan kelelahan mata. Hasil uji statistik
chi-square diperoleh nilai P-value = 0,018. Nilai
P-value
Tabel 6. Hubungan Jarak Monitor, Durasi Penggunaan Komputer, Tampilan Layar Monitor, dan Pencahayaan
dengan Kelelahan Mata di PT Indonesia Power Up Semarang Tahun 2016
Kelelahan mata
Total
Variabel Kategori Ya Tidak P-value
n % n % N %
Analisis Hubungan Tampilan Layar Monitor kelelahan mata yang dirasakan oleh karyawan PT.
dengan Kelelahan Mata Indonesia Power UP Semarang.
Hasil analisis hubungan antara tampilan layar
monitor dengan keluhan kelelahan mata pada tabel PEMBAHASAN
6, didapatkan bahwa sebanyak 100% responden
dengan tampilan komputer buruk merasakan
Hubungan Jarak Monitor dengan Kelelahan
kelelahan mata, sedangkan responden dengan
Mata
tampilan monitor yang sudah baik sebanyak
74,1% karyawan merasakan kelelahan mata. Salah satu faktor yang menentukan kenyamanan
Hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai bekerja menggunakan komputer terutama saat
P-value = 0,016. Nilai P-value memandang objek dalam jangka waktu yang cukup
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang lama sesuai dengan kriteria pekerja kantoran adalah
jarak mata dengan layar monitor komputer. Menurut
kelelahan mata pada karyawan PT. Indonesia Power Occupational Safety and Health Association
UP Semarang. (OSHA) (1997) jarak antara mata dengan layar
monitor komputer yang baik yaitu 18–24 inch atau
Analisis Hubungan Pencahayaan dengan 46–61 cm, sedangkan jarak ideal yaitu 20 inch atau
Kelelahan Mata sekitar 50,80 cm.
Hasil analisis hubungan antara pencahayaan Analisis hubungan jarak monitor dengan
dengan keluhan kelelahan mata yang dirasakan keluhan kelelahan mata menunjukkan bahwa tidak
oleh karyawan seperti pada tabel 6 menunjukkan ada hubungan antara jarak monitor dengan kelelahan
bahwa karyawan dengan pencahayaan yang baik mata. Hasil analisis ini sejalan dengan penelitian
sebesar 80,8% mengalami kelelahan mata. Sebesar yang dilakukan oleh Sya’ban dan Riski (2014) serta
80,4% karyawan dengan pencahayaan yang buruk Fadhillah (2013), bahwa penelitian mereka juga
mengalami kelelahan mata. Berdasarkan hasil uji menyatakan tidak hanya hubungan antara jarak
statistik chi-square didapatkan P-value = 1,000. monitor dengan kelelahan mata. Penyebab tidak
Diperoleh nilai P-value adanya hubungan ini mungkin dikarenakan faktor
dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak hubungan lainnya seperti pencahayaan yang kurang optimal.
Kelelahan mata bisa terjadi jika mata
difokuskan pada objek dalam jangka waktu yang
Dessy Widhya Putri dan Mulyono, Hubungan Jarak Monitor, Durasi Penggunaan… 7
lama dengan jarak ke mata yang dekat sehingga otot lebih dari 4 jam, maka mata cenderung lebih
mata harus bekerja lebih keras untuk memandang cepat mengalami refraksi. Oleh karena itu, untuk
objek yang bergerak dalam jarak sangat dekat, mengurangi cepatnya terjadinya refraksi mata ketika
khususnya apabila disertai dengan pencahayaan seorang pekerja bekerja menggunakan komputer
yang menyilaukan mata. Kondisi seperti ini lebih dari 4 jam sehari maka alangkah baiknya
menyebabkan mata harus beradaptasi dengan cara apabila melakukan istirahat mata lebih sering
berakomodasi dalam jangka waktu yang lama (Ilyas, 2005).
sehingga terjadinya penurunan daya akomodasi mata Berdasarkan analisis hubungan antara durasi
(Roestijawati, 2007). penggunaan komputer dengan keluhan kelelahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan mata diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan
untuk mengurangi keluhan kelelahan mata yaitu yang bermakna antara keduanya. Hasil ini diperkuat
dengan memperhatikan jarak mata dengan layar dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
monitor. Menurut Long dkk (2014) saat mata oleh Sya’ban dan Rizki (2014), yang menyatakan
melihat benda dalam jarak dekat, maka mata akan bahwa durasi berinteraksi dengan komputer
dipaksakan untuk melakukan proses akomodasi berpengaruh terhadap keluhan kelelahan mata.
dan konvergensi. Akomodasi adalah fase saat mata Durasi penggunaan komputer berhubungan dengan
mengatur kefokusannya untuk melihat benda dari keluhan kelelahan mata karena saat karyawan
jarak tertentu sehingga benda tersebut terlihat berinteraksi dengan komputer, maka otot mata akan
jelas (focus), sedangkan konvergensi merupakan dipaksa untuk bekerja secara terus menerus agar
gerakan refleks mata guna menghindar dari tetap fokus sehingga mengalami ketegangan otot dan
munculnya penglihatan ganda (double vision). Oleh menyebabkan kelelahan mata.
karena itu, jarak pandang mata yang semakin jauh Menurut Anshel (2005), pencegahan yang dapat
berkemungkinan menyebabkan terjadinya iritasi dilakukan untuk mengurangi keluhan kelelahan mata
mata karena proses konvergensi dan akomodasi akibat durasi penggunaan komputer yang berlebihan
mata yang berlebihan. dengan melakukan “3B” yaitu berkedip (blink),
bernafas (breath), dan beristirahat (break). Saat
Hubungan Durasi Penggunaan Komputer dengan keadaan normal mata akan berkedip 12–15 kali
Kelelahan Mata dalam satu menit, namun apabila sedang membaca,
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan mengatur terkait jam kerja bagi maka frekuensi berkedip akan berkurang. Frekuensi
pekerja dengan standar 8 jam dalam sehari atau berkedip yang berkurang inilah yang menyebabkan
40 jam dalam satu minggu (lima hari kerja). Bila kita mengeluhkan kelelahan mata. Mengedipkan
dilihat sepintas jam kerja yang tinggi atau berlebihan mata sejenak maka akan membuat mata beristirahat
tentu akan menguntungkan bagi perusahaan, karena dalam sesaat dan akan terjadi proses pembersihan
akan menghasilkan produk atau jasa yang tinggi. mata serta proses pembasahan ulang pada mata
Berbeda dengan kenyataan yang ada, karena jam sehingga mata tidak kering dan penglihatan akan
kerja yang berlebihan akan membuat performa jernih kembali. Apabila dalam keadaan stress
kerja karyawan menjadi menurun dan pekerja akan dengan tuntutan tugas yang tinggi, maka pekerja
memiliki kecenderungan menimbulkan masalah lain cenderung menahan nafasnya saat bekerja. Dalam
seperti kelelahan, penyakit, dan kecelakaan kerja, keadaan inilah yang akan mengakibatkan otot-otot
dan berujung pada produktivitas yang menurun tubuh termasuk otot mata menjadi tegang sehingga
perlu menarik nafas dengan teratur dan benar
mengunakan komputer dalam jangka waktu yang (rileks). Tuntutan tugas yang berlebihan juga dapat
lama didukung dengan jarak yang terlalu dekat menimbulkan keluhan kelelahan mata karena saat
juga memiliki risiko terkena kelelahan mata. Hal bekerja perlu konsentrasi yang tinggi sehingga perlu
ini diperkuat dengan pernyataan Long dkk (2014) dilakukan istirahat singkat dengan teratur.
bahwa mata akan mencoba untuk memfokuskan Menurut OSHA (1997), istirahat yang baik saat
pandangannya agar tetap berkonsentrasi ketika ia penggunaan komputer yaitu dengan beristirahat
dihadapkan pada pekerjaan yang berulang-ulang selama 5 menit setelah berinteraksi dengan
atau terus-menerus guna mengurangi kesalahan. komputer selama 30 menit atau beristirahat selama
Durasi penggunaan komputer yang optimum 10 menit setelah bekerja 1 jam. Nourmayanti (2010)
adalah tidak lebih dari 4 jam dalam sehari. Bila menyatakan bahwa pengguna komputer seharusnya
8 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health,
sering-sering melakukan istirahat singkat namun kaca pelindung pada layar monitor ( )
teratur, sehingga karyawan tidak terus menerus juga diperlukan untuk mengurangi kesilauan maupun
berhadapan dengan komputer. radiasi komputer. Mengatur dominasi warna pada
Aturan istirahat mata yang sering dipakai background juga perlu dilakukan, seperti mengubah
untuk bekerja di depan komputer ialah aturan warna background menjadi hijau dengan warna
20-20-20, artinya setelah bekerja menggunakan huruf yang kontras sehingga tulisan masih bisa
komputer selama 20 menit, sebaiknya mengalihkan terbaca. Ukuran font yang ideal (standar) yang biasa
pandangan dari layar monitor dengan melihat benda digunakan dalam berkomputer adalah 12 pt. Hindari
yang berjarak 20 kaki atau sekitar 6 meter dari kita penggunaan font yang terlalu kecil dari standard ini.
selama 20 detik. Apabila terpaksa menggunakan font yang lebih kecil
maka dapat diatasi dengan memperbesar (zoom)
Hubungan Tampilan Layar Monitor dengan tampilan layar komputer sehingga mata tidak cepat
Kelelahan Mata lelah.
Salah satu faktor yang menyebabkan keluhan
Hubungan Pencahayaan dengan Kelelahan
kelelahan mata pada pengguna komputer adalah
Mata
pengaturan kekontrasan pada tampilan layar
monitor. Secara sederhana kontras layar monitor Pencahayaan yang baik menurut Suma’mur
dapat diartikan sebagai perbedaan ketajaman warna (2013) adalah pencahayaan yang memungkinkan
karakter (huruf) dengan warna latar belakang pekerja dapat melihat dengan mudah objek-objek di
(background) pada layar monitor (Priliandita, 2015). sekitarnya secara jelas tanpa dibarengi upaya-upaya
Pengaturan kontras pada layar monitor yang tidak yang tidak perlu. Pencahayaan yang diatur secara
tepat akan memperbesar peluang risiko terjadinya baik dan cukup akan membantu membuat suasana
keluhan kelelahan mata pada penggunanya. lingkungan kerja menjadi menyenangkan dan
Tingkat kontras yang paling ideal yaitu apabila nyaman sehingga dapat memelihara semangat kerja
warna karakter (huruf) lebih gelap sedangkan warna para karyawan serta meningkatkan produktivitas.
latar belakang lebih terang (dark letters on a light Setiap pekerjaan memiliki tingkat intensitas
background). Misalnya huruf yang berwarna hitam pencahayaan yang berbeda-beda, bergantung pada
sedangkan background berwarna putih. Tampilan jenis dan sifat pekerjaannya. Apabila intensitas
seperti inilah yang dirasa paling nyaman bagi mata pencahayaan kurang maka dapat mengakibatkan
saat menggunakan komputer dalam jangka waktu gangguan visibilitas dan eyestrain, sedangkan
yang lama (Ilyas, 2005). apabila intensitas pencahayaan yang berlebih akan
Berdasarkan analisis hubungan, diperoleh menimbulkan gangguan visibility, glare, eyestrain,
informasi bahwa tampilan layar monitor memiliki dan excessive shadows (Tarwaka,
hubungan yang bermakna dengan kelelahan mata. 2011). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan
Lingkungan Kerja dan Industri, intensitas
menuturkan bahwa salah satu dari tiga hal utama pencahayaan minimal untuk bekerja adalah 100 lux.
yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata Akan tetapi berbeda dengan standard pencahayaan
adalah kualitas visual display terminal (VDT) seperti untuk ruangan perkantoran administrasi dan ruang
berkedip, resolusi, dan kekontrasan. kerja yang menggunakan komputer yaitu sebesar
Tampilan monitor harus diatur sedemikian rupa 300 lux.
sehingga nyaman untuk digunakan. Apabila ada Hasil penelitian diketahui bahwa pencahayaan
tampilan yang mengganggu seperti terlalu suram, tidak memiliki hubungan yang dengan kelelahan
tampilan atau gambar kabur, monitor berkedip-kedip, mata. PT. Indonesia Power UP Semarang memiliki
silau, dan terlalu kecil font huruf gambar dan icon, pencahayaan yang kurang baik. Meskipun begitu
serta sulit untuk dibaca, agar segera ditanggulangi dalam penelitian ini ditemukan bahwa antara
dan tidak dibiarkan berlarut-larut (Setiawan, 2012). karyawan yang memiliki pencahayaan yang baik
Upaya lain untuk mengurangi keluhan kelelahan maupun kurang, hampir semuanya mengeluhkan
mata yaitu dengan cara meletakkan layar monitor kelelahan mata. Hasil analisis hubungan ini berbeda
pada tempat yang tidak menimbulkan pantulan dengan teori yang ada. Perbedaan ini disebabkan
cahaya dari sumber lain seperti cahaya dari jendela, karena ada faktor lain di lingkungan kerja yang
lampu yang bisa membuat mata silau. Pemasangan juga menjadi pemicu munculnya keluhan kelelahan
Dessy Widhya Putri dan Mulyono, Hubungan Jarak Monitor, Durasi Penggunaan… 9
mata seperti tuntutan tugas yang berbeda tiap dan tampilan layar monitor, sedangkan yang tidak
individu sehingga berat beban kerja karyawan memiliki hubungan dengan keluhan kelelahan mata
berbeda satu dengan yang lain, artinya beban kerja yaitu jarak monitor dan pencahayaan.
tiap karyawan tidak bisa disamaratakan. Selain itu,
kondisi lingkungan seperti temperatur dan Indoor
DAFTAR PUSTAKA
Air Quality (IAQ) yang juga mencakup bahan kimia
di udara juga mempengaruhi kecepatan timbulnya Anshel, J., 2005. Visual Ergonomic Handbook.
keluhan kelelahan mata (Setiawan, 2012). [e-book] Boca Raton: CRC Press. Tersedia
Tidak ditemukan hubungan antara pencahayaan di: http://www.ssu.ac.ir/cms/fileadmin/user_
dengan keluhan kelelahan mata, tetapi penulis upload/Moavenatha/MBehdashti/TebKar/PDFs/
merasa perlu perbaikan intensitas pencahayaan VISUAL_ergonomic_handbook.pdf [7 April
karena pencahayaan di tempat kerja masih ada yang 2017].
tidak sesuai dengan standar, baik pencahayaan yang Ariyanti., 2006. Teknik Keselamatan dan Kesehatan
kurang maupun berlebihan. Untuk pencahayaan yang Kerja Industri
berlebihan akibat tambahan cahaya dari luar kantor, Budiono S., Jusuf., Pusparini, A. 2008. Bunga
hal itu dapat ditanggulangi dengan menutup tirai Rampai Hiperkes & KK. Cetakan III, Semarang:
jendela ruangan tersebut. Penggantian lampu yang Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
rusak ataupun telah mati harus segera dilakukan Fadhi llah, SL ., 2013. Fakt or-Faktor yang
sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan di PT. Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata
Indonesia Power UP Semarang yaitu pengecekan
sebulan sekali atau ketika mendapat laporan dari PT. Bank X, Jakarta. Skripsi. Jakarta: Fakultas
pekerja di ruangan yang bersangkutan bahwa Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
terdapat lampu di ruangan mereka yang rusak Hidayatullah.
ataupun mati. Untuk itu peranan pekerja juga Buku Ajar Fisiologi
diperlukan dalam memantau kondisi lampu di Kedokteran, Diterjemahkan oleh Adji Dharma,
ruangan. Pembersihan dan pemeliharaan lampu serta
luminaires perlu dilakukan minimal 6 bulan sekali. Ilyas, S., 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata.
Saran yang dianjurkan oleh Tarwaka (2011) Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
untuk mengendalikan keluhan kelelahan mata Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
di tempat kerja yaitu dengan memodifikasi No. 1405 Tahun 2002 Tentang Persyaratan
sistem pencahayaan yang sudah ada serta perlu Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
pencahayaan seperti halnya menaikkan atau
menurunkan letak lampu berdasarkan letak objek Visual Ergonomics Standards for Contemporary
kerja, mengganti jenis lampu yang lebih sesuai Office Environments, Ergonomics Australia,
(Neon, dll), merubah posisi lampu, mengurangi atau 10:1. Tersedia di: https://www.ergonomics.org.
menambah jumlah lampu, mengganti tudung lampu au/documents/item/203 [diakses tanggal 7 April
2017].
pekerjaan misalnya membawa pekerjaan lebih dekat Nourmayanti, D. 2010. Faktor-Faktor yang
ke mata sehingga benda dapat dilihat dengan jelas Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan
dan merubah posisi kerja untuk menghindari bayang- Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di
bayang sehingga tidak menimbulkan pantulan Corporate Customer Care Center (C4) PT
cahaya yang dapat menyilaukan mata. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009.
Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
SIMPULAN
Hidayatullah,
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah OSHA., 1997. Working Safety with Video Display
variabel yang memiliki hubungan dengan keluhan Terminal a Dozen Things You Should Know about
kelelahan mata pada pekerja PT. Indonesia Power Eyestrain. Tersedia dari: http://www.osha.gov.
UP Semarang yaitu durasi penggunaan monitor (diakses tanggal 20 Maret 2016).
10 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health,