Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENYULUHAN

MENGENAL COMPUTER VISION SYNDROME

Oleh :

Jane Josephine 112019134


Glorya Jesica Lopis 112019147
Clarita 112019137

Pembimbing:
Dr. dr. Aris Susanto, MS, Sp.OK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT


PERIODE 14 MARET 2022 - 21 MEI 2022
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
Latar Belakang

Pada zaman sekarang, penggunaan elektronik terutama computer dan smartphone lainnya
merupakan hal yang dilakukan sehari-hari dalam pekerjaan, sekolah maupun untuk mencari
hiburan. Saat ini, komputer memegang peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Dengan
adanya komputer dan smartphone ini kita dapat melakukan berbagai aktivitas sekaligus sehingga
dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam suatu pekerjaan. Diperkirakan bahwa sekitar
75% dari semua pekerjaan yang ada pada zaman sekarang hamper semuanya melibatkan
penggunaan komputer dan smartphone.1
Monitor komputer dan smartphone ternyata bukan hanya untuk alat bantu tetapi dapat
menyebabkan sebuah penyakit jika digunakan berlebihan. Monitor pada elektronik tersebut
mengeluarkan radiasi gelombang yang tidak dapat dideteksi oleh mata seperti sinar UV dan sinar
X yang dimana dapat mengganggu kerja mata, kepala ataupun badan manusia. Dengan adanya
penggunaan elektronik tersebut dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan gangguan
terutama pada mata. Gangguan tersebut biasanya disebut dengan Computer Vision Syndrome
(CVS). Menurut American Optometric Association (AOA), CVS merupakan sekumpulan gejala
pada mata dan penglihatan yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan dengan cara
melihat layar komputer, tablet, smartphone dalam jarak dekat dan berlangsung lama. Selain itu,
menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), CVS merupakan sekumpulan
keluhan mata dan penglihatan yang kompleks yang dialami ketika menggunakan komputer
dalam jangka waktu lama. Saat ini, sekitar 90% pengguna elektronik tersebut dapat mengalami
gejala visual termasuk kelelahan mata, sakit kepala, ketidaknyamanan mata, mata kering,
diplopia dan kerabunan.2,3
Pada umumnya, CVS belum memiliki penyebab pasti dikarenakan banyak faktor yang
berperan dalam terjadinya CVS ini, terutama adanya faktor individual, faktor lingkungan dan
faktor komputer. Seiring dengan meningkatnya penggunaan komputer ini maka jumlah penderita
juga meningkat dengan keluhan penglihatan terganggu. Selain itu, gejala yang ditimbulkan dapat
berupa ketegangan dan kelelahan pada mata, sensasi terbakar, iritasi, kemerahan, pandangan
kabur, mata kering dan sebagainya. Gejala CVS ini diketahui memiliki 4 gejala mayor yaitu
Astenopia (mata tegang, Lelah dan perih), berhubungan dengan permukaan bola mata (mata
kering, berair, iritasi, masalah penggunaan kontak lens), penglihatan (penglihatan kabur, lambat
dalam perubahan focus, penglihatan ganda, presbyopia), ekstraokular (nyeri leher, nyeri

2
punggung dan nyeri bahu). Menurut Cole & Collins gejala diatas merupakan kombinasi dari
masalah penglihatan, buruknya kondisi kerja, dan kebiasaan yang salah.3
Beberapa penelitian berkata bahwa 90% dari 70 juta pekerja di Amerika menggunakan
komputer lebih dari 3 jam perhari dengan rata-rata waktu bekerja di Amerika adalah 7 jam per
hari di kantor maupun di rumah dengan menggunakan komputer. Kasus pada CVS ini terus
meningkat setiap tahunnya. Pada Malaysia ditemukan keluhan CVS sebanyak 61,4% telah
mengalami nyeri punggung bagian bawah, nyeri bahu dan leher sedangkan ketegangan pada
mata sebanyak 70,6%. Sayangnya pada Indonesia sampai saat ini belum ada penelitian secara
garis besar tentang penyakit CVS ini. Hanya saja sekitar 66,8% ditemukan menderita CVS pada
Bank Jateng, RSI Sultan Agung dan RSUP dr. Kariadi yang diteliti oleh Azkadina. Pada
penelitian Anggraini, ditemukan 88,5% responden pada operator komputer PT. Bank Kalbar
menderita CVS dan dengan gejala terbanyak yaitu astenopia, nyeri pada leher/bahu, punggung
dan mata kering sebesar 23,2%.3 Prevalensi CVS mencapai 64-90% pada penggunaan Visual
Display Terminal (VDT) dengan jumlah sekitar 60 juta orang diseluruh dunia dan setiap
tahunnya akan terus muncul biasanya 1 juta kasus per tahunnya. Pada umumnya, komputer
didesain untuk digunakan oleh orang dewasa, jika digunakan pada anak-anak maka komputer
tidak ergnomik untuk mereka, sehingga biasanya pada anak-anak sering disertai dengan keluhan
musculoskeletal. Biasanya gejala CVS muncul ketika seseorang menggunakan komputer atau
VDT kurang lebih lebih dari 2 jam. Keluhan ini akan muncul 3 kali lebih sering pada pengguna
VDT yang memiliki kelainan refraksi. Pada wanita memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan
laki-laki. Penggunaan VDT yang tidak beristirahat setiap 20 menit memiliki kemungkinan 2 kali
lebih tinggi dibandingkan seseorang yang melakukan istirahat. 4 Faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan penyakit CVS adalah jarak mata terhadap layer komputer, tinggi dan inklinasi
layer, pengaturan intensitas cahaya layer komputer dan lingkungan sekitar, jenis komputer, serta
penggunaan kacamata, lensa kontak atau antiglare cover.5
Tatalaksana CVS yang paling utama dapat dilakukan adalah memberikan pengarahan
penderita untuk melakukan Tindakan preventif. Pencegahan atau Tindakan preventif yang dapat
dilakukan adalah menggunakan filter antiglare pada monitor VDT, filter anti-reflective (AR)
pada penggunaan lensa kacamata yang digunakan, jarak monitor 35-40 inc atau sekitar 40-50 cm
bertujuan untuk menjaga mata dalam keadaan istirahat atau tidak melakukan akomodasi, monitor
komputer memiliki posisi 15% lebih rendah dari bidang horizontal mata untuk mencegah

3
keluhan musculoskeletal, istirahatkan mata secara berkala dengan prinsip 20/20/20 yaitu 20
menit beristirahat setelah penggunaan komputer, lakukan pandangan dialihkan pada obyek yang
berada pada jarak 20 kaki (6 meter) selama 20 detik, mempertahankan posisis duduk yang baik
selama bekerja di depan VDT, menggunakan kacamata dengan ukuran yang sesuai pada
penderita yang memiliki kelainan refraksi, pengaturan kuat cahaya, kontras dan kecerahan
monitor agar optimal sebelum melakukan aktivitas di depan VDT, pencahayaan ruangan tidak
lebih dari 3 kali rata-rata pencahayaan monitor, berkedip lebih sering untuk mencegah mata
kering, setiap jam melakukan Latihan melihat obyek pada jarak yang jauh selama 10-15 detik
dan kemudian melihat dekat selama 10-15 detik dan dilakukan selama 10 kali, jika bekerja dalam
jangka waktu lama lebih baik berhenti sejenak untuk mengistirahatkan mata.4

Tujuan umum

Meningkatkan pengetahuan serta pemahaman masyarakat mengenai pentingnya menjaga


kesehatan mata saat menggunakan gadget

Tujuan khusus

Responden dapat mengenali batasan penggunaan gadget dan menjaga kesehatan mata
agar tidak terkena computer vision syndrome

Manfaat

1. Sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


2. Mendapatkan pengalaman dalam melakukan kegiatan penyuluhan pada masyarakat
3. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai computer vision
syndrome
4. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai cara melakukan pencegahan kerusakan
mata karena penggunaan gadget yang berlebihan

4
Waktu persiapan

Persiapan penyuluhan mengenai computer vision syndrome ini dipersiapkan kurang lebih
selama 2 minggu.

Cara penyebaran

Penyebaran undangan dan poster dilakukan secara online melalui media social.

Hasil

Telah dilaksanakan penyuluhan mengenai Computer Vision Syndrome secara daring pada
hari Sabtu, 2 April 2022 pukul 13.00 – 14.00 WIB. Sebelum diberikan materi, peserta
penyuluhan diberikan pre-test melalui link yang sudah disebar melalui media Google Form
secara individu pada kolom komentar zoom. Materi penyuluhan berupa presentasi pengenalan
dan pencegahan computer vision syndrome dan video, diberikan pada pukul 13.05 hingga 13.30
WIB. Peserta yang mengikuti penyuluhan sebanyak 70 orang. Setelah materi penyuluhan selesai,
dilakukan sesi tanya-jawab antara peserta dan presentan. Pada akhir sesi penyuluhan, peserta
diminta untuk mengisi post-test melalui link yang diberikan melalui kolom komentar.
Jumlah responden yang setuju mengisi pre-test dan post-test secara lengkap yaitu
sebanyak 60 orang. Jumlah ini mencakup 85% dari jumlah total peserta penyuluhan. Jumlah
peserta penyuluhan online ini sebanyak 60 orang, ditambah dengan 3 orang pembicara (Clarita,
Jane Josephine dan Glorya Jesica Lopis sekaligus sebagai moderator) dan 1 orang pembimbing
(Dr. dr. Aris Susanto, MS, Sp.OK) sehingga keseluruhan ada 64 orang yang hadir pada
penyuluhan online ini.
Rata-rata poin yang didapatkan sebelum penyuluhan dari 60 peserta adalah 443,33/800
poin dan setelah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan poin menjadi 583,33/700 poin.
Berdasarkan pertanyaan 1, sebelum penyuluhan dilakukan didapatkan 31 orang (51.7%)
menjawab belum pernah mendengar mengenai “Apakah Anda pernah mendengar tentang
computer vision syndrome (CVS)?”. Sedangkan ada 29 orang (48,3%) menjawab pernah
mendengar tentang computer vision syndrome.

5
Berdasarkan pertanyaan 2, sebelum penyuluhan dilakukan didapatkan 32 orang (53.3%)
yang menjawab a,b dan c benar mengenai “Apa yang anda ketahui tentang computer vision
syndrome (CVS)?”. Setelah penyuluhan dilakukan didapatkan peningkatan pengetahuan 39
orang (65%) yang menjawab benar.
Berdasarkan pertanyaan 3, sebelum penyuluhan dilakukan didapatkan 31 orang (51.7%)
yang menjawab semua benar mengenai “Menurut anda dibawah ini manakah perilaku yang
paling berpengaruh terjadinya computer vision syndrome (CVS)?”. Setelah penyuluhan
dilakukan didapatkan peningkatan pengetahuan yaitu 56 orang (93.3 %) yang menjawab semua
benar.
Berdasarkan pertanyaan 4, sebelum penyuluhan dilakukan didapatkan 35 orang (58.3 %)
yang menjawab benar mengenai masalah “Berapa lama waktu yang ideal dalam menggunakan
komputer/hp/gadget?” Setelah penyuluhan dilakukan terdapat peningkatan sebesar 57 orang (95
%) yang menjawab benar.
Berdasarkan pertanyaan 5, sebelum penyuluhan dilakukan didapatkan 29 orang (48.3%)
yang menjawab salah mengenai “Berapa jarak yang ideal mata dengan layar komputer/gadget?”.
Setelah penyuluhan dilakukan didapatkan peningkatan sebesar 46 orang (76.7 %) yang
menjawab benar.
Berdasarkan pertanyaan 6, sebelum penyuluhan dilakukan didapatkan 46 orang (76.7%)
yang menjawab benar mengenai “Jika Anda merasakan mata menjadi buram, terasa pegal,
memerah, berair, gatal, kadang-kadang sampai sakit kepala, apa yang akan Anda lakukan?”.
Setelah penyuluhan dilakukan didapatkan peningkatan sebesar 56 orang (93.3 %) yang
menjawab benar.
Berdasarkan pertanyaan 7, sebelum penyuluhan dilakukan didapatkan 22 orang (36.7%)
yang menjawab benar mengenai “Bagaimana mencegah agar mata tidak lelah saat meatap layar
komputer/hp dalam waktu lama?”. Setelah penyuluhan dilakukan didapatkan peningkatan
sebesar 36 orang (60 %) yang menjawab benar.
Berdasarkan pertanyaan 8 pada soal pre-test, sebelum penyuluhan dilakukan didapatkan
43 orang (71.7%) yang menjawab belum pernah mengenai “Apakah Anda pernah mendengar
metode 20-20-20 (rule of twenty)?”. Setelah penyuluhan dilakukan didapatkan peningkatan
sebesar 60 orang (100 %) yang menjawab benar mengenai soal post-test “Setelah mengikuti
webinar hari ini apakah anda sudah memahami apa itu metode 20-20-20 (rule of twenty)?” .

6
Kesimpulan

Terjadi peningkatan poin keseluruhan setelah penyuluhan dari 60 peserta adalah


443,33/800 poin dan setelah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan poin menjadi
583,33/700 poin dari jawaban 60 peserta penyuluhan. Selain itu didapatkan juga peningkatan
cukup baik pada 8 pertanyaan serta seluruh peserta mampu menjawab dengan benar. Secara
umum pengetahuan peserta penyuluhan tentang materi sebelum penyuluhan, sudah cukup baik.
Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan seluruh peserta tentang apa itu
computer vision syndrome dan pencegahan dengan metode 20-20-20.

7
Daftar Pustaka

1. Dotulong DJ, Rares LM, Najoan IHM. Computer Vision Syndrome. e-Clinic. 2021
Januari-Juni: 9(1): 21-24.
2. Pratiwi AD, Safitri A, Junaid, Lisnawaty. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Computer Vision Syndrome (CVS) pada Pegawai PT. Media Kita Sejahtera Kendari.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Juni 2020: 7(1): 41-45.
3. Nopriadi, Pratiwi Y, Leonita E, Trasnanengsih E. Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Computer Vision Syndrome pada Karyawan Bank. Jurnal MKMI. Juni 2019:
15(2): 112-115.
4. Amalia H. Computer Vision Syndrome. Jurnal Biomedika dan Kesehatan. September
2018: 1(2): 117-118.
5. Valentina DCD, Yusran M, Wahyudo R, Himayani R. Faktor Risiko Sindrom
Penglihatan Komputer pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. JIMKI. Mei-Oktober 2019: 7(2): 29-
32.

8
Lampiran Flyer Penyuluhan

9
Dokumentasi Sewaktu Penyuluhan

10
11
12
Daftar Pertanyaan Pre-Test dan Post-Test

13
14
15
Hasil Sebelum Penyuluhan

16
17
18
19
Hasil Sesudah Penyuluhan

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai