Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fotokeratitis

Fotokeratitis adalah inflamasi akut pada kornea dan konjungtiva yang akan
timbul setelah mata terkena pajanan bunga api pengelasan yang menghasilkan
sinar UV atau sinar matahari langsung. Sinar UV yang ditangkap oleh mata di
serap oleh lapisan jaringan terluar, kornea, dan konjungtiva, dengan menjangkau
sedikit ke lensa atau bagian dalam mata. Karena tidak adanya sensasi akibat
keberadaan cahaya (perasaan sakit), pajanan uang berlebih sinar UV dari sinar
matahari atau sumber cahaya lainnya bisa tidak diketahui. Setelah periode laten
dari beberapa menit ke beberapa jam, berdasarkan lamanya pajanan, konjungtiva
akan terinflamasi, disertai dengan sakit seperti mata terasa berpasir.

Fefotokeratitis dikenal juga sebagai flash burn, welder’s flas, atau welder’s
eye lebih sering terjadi pada pekerja pengelasan. Jenis las yang sering dipakai di
dalam industry adalah las jenis listrik dan las jenis gas yang menggunakan gas
oksigen las dan acetylene. Acetylene menghasilkan salah satu lidah api yang
panas (60000F,-33150C), gas oksigen las mencapai temperature (4000 0F-22040C).
Keduannya menghasilkan radiasi sinar UV yang besar dan dapat memajan
pekerja pengelasan, terutama memajan mata pekrja. Fotokeratitis merupakan eye
injury yang sering mengakibatkan turunnya kemampuan melihat, setidaknya
setengah dari semua kejadian kecelakaan dan kesakitan yang pernah terjadi.
Sekitar ¼ dari injury pada mata merupakan injury yang berhubungan dengan
pekerjaan. Sekitar 40% dari semua injury mata yang berhubungan dengan
pekerjaan menyebabkan kerusakan penglihatan permanen (APHA). Pada
umumnya, sakit pada mata dan penurunan ketajaman penglihatan terjadi sekitar
6-12 jam setelah injury.
2.2 Penyebab Fotokeratitis

Fotokeratitis paling sering dialami oleh pekerja pengelasan atau pada


individu yang sering terpajan dengan radiasi sinar UV. Radiasi yang dihasilkan
pada pengelasan akan membahayakan mata pekerja. Cahaya ini dapat membakar
iris dan epitel pigmen retina. Energi sinar UV dengan panjang gelombang 280-
315 nm sebagian besar diserap kornea dan dapat pula mencapai lensa. Radiasi ini
dapat mengakibatkan fotokeratitis pada mata, seperti mata terasa berpasir, air
mata keluar secara berlebih, photopobia, kedutan abnormal, gangguan
penglihatan/kabur, rasa nyeri pada mata, dan iritasi pada mata.

2.3 Gejala Penyakit Fotokeratitis

Gejala fotokeratitis ditandai dengan bagian anterior mata, kelopak mata dan
kulit sekitarnya berubah menjadi merah. Mata akan terasa berpasir atau terasa
seperti terdapat benda asing, dan selanjutnya mata akan menjadi sangat sensitive
terhadap cahaya (photopobia. Hal ini kemudian diikuti dengan keluarnya air mata
secara berlebihan serta menutupnya kelopak mata untuk menghindari kesakitan
(blepharospasm). Biasanya gejala akut akan bertahan selama 6-24 jam tetapi
hampir semua ketidaknyamanan tersebut hilang dalam waktu 48 jam.

2.4 Diagnosis dan Pengobatan Fotokeratitis

Diagnosis penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan kerja (PAK) adalah


berbeda dengan diagnose penyakit umum. Pemeriksaan klinis terhadappara
pekerja tidaklah cukup, dan harus pula diteliti tempat kerja dan cara kerja
pekerja, melakukan wawancara dan mengisi kuesioner untuk mengetahui
keadaan pekerja sebelum kerja, mempelajari bagaimana kebiasaan hidup para
pekerja sebelum kerja, mempelajari bagaimana kebiasaan hidup para pekerja .
Diagnosa yang bisa dilakukan dokter mata adalah menanyakan tentang akitivitas
baru-baru ini yang dilakukan pasien. Dokter dapat menentukan seberapa banyak
kerusakan yang terjadi saat melakukan pemeriksaaan. Dokter akan melihat
permukaan mata dengan menggunakan peralatan khusus seperti slit lamp yang
dibuat khusus untuk memeriksa permukaan mata. Selain itu dokter mungkin
meneteskan cairan pewarna yang disebut fluorescein ke dalam mata. Zat ini
dapat mengungkapkan kondisi kerusakan kornea. Beberapa langkah yang bisa
dilakukan untuk mengatasi fotokeratitis sebagai berikut:

a. Insulin kerja singkat dapat digunakan untuk melumpuhkan otot siliaris


mata serta menghasilkan pupil mata yang tetap dan melebar. Obat ini
akan digunakan untuk mengistirahatkan otot mata, serta mengurangi
rasa sakit akibat kejang otot mata.
b. Obat oral dapat digunakan untuk mengontrol rasa sakit. Obat Pereda
nyeri dapat berupa obat nyeri antiinflamasi seperti ibupropen atau
naproxen. Obat nyeri lainya seperti acetaminophen juga dapat
digunakan.

2.5 Faktor Resiko Penyebab Fotokeratitis

Faktor resiko yang mempengaruhi kejadian fotokeratitis antara lain umur


pekerja, lama paparan, masa kerja, pengetahuan pekerja, pemakaian alat
pelindung diri. Berikut penjelasannya :

a. Umur: Umur terkait dengan kemampuan seseorang untuk melakukan proses


recovery, dimana pada usia non-produktif (45 tahun ke atas) lebih lambat
dibandingkan dengan proses penyembuhan pada usia produktif. Pekerja
dengan umur di bawah 40 tahun menunjukkan fragilitas kornea masih sama,
namun diatas umur 40 tahun, efek sinar UV terhadap mata akan meningkat
sehingga dapat menurunkan fragilitas kornea. Semakin bertambahnya umur,
lensa menjadi lebih besar, lebih pipih, kekuningan, dan lebih keras, yang
menyebabkan lensa kehilangan kekenyalannya, sehingga kapasitas untuk
melengkung juga berkurang. Selain itu, titik terjauh yang terlihat jelas juga
mulai menurun atau lebih pendek. Paparan UV akut menyebabkan
fotokeratitis dan menginduksi apoptosis pada sel kornea. Rentan umur 32-44
tahun lebih rentan terhadap gejala fotokeratitis akut.
b. Lama Pajanan: Lama pajanan merupakan salah satu faktor yang bisa
meningkatkan intensitas radiasi sinar UV yang memajan tukang las. Semakin
lama paparan terhadap sinar UV, semakin besar kemungkinan terjadinya
fotokeratitis pada pekerja. Pekerja las dengan lama paparan > 4 jam memiliki
resiko terkena fotokeratitis 2,667 lebih besar dibandingkan pekerja dengan
lama paparan < 4 jam perhari. Efek radiasi sinar UV yang dirasakan oleh
pekerja dapat pulih apabila pekerja tidak terpapar sinar UV selama 36-48
jam.
c. Masa Kerja: Semakin bertambah masa kerja pada pekerja las maka risiko
untuk mengalami gejala fotokeratitis akut semakin tinggi. Lensa mata yang
terpapar radiasi sinar las dalam waktu yang cukup lama akan berakibat pada
fungsi transparansi lensa menjadi terganggu, dapat mengiritasi mata yang
ditandai dengan keluhan rasa pedih, gatal, dan pandangan menjadi gelap.
d. Pengetahuan: Tingkat pengetahuan seseorang berhubungan dengan status
pendidikannya yang berpengaruh terhadap perilaku dan cara berefikir
seseorang dalam menghadapi pekerjaanya. Sebagian besar pekerja
mengetahui risiko dan bahaya pengelasan jika tidak menggunakan APD,
tetapi pekerja tersebut kurang mengetahui fungsi dari APD tersebut, mereka
menganggap penggunaan APD sama saja, misalnya tameng muka dapat
diganti dengan kacamata las.
e. APD: Seperangkat alat yang digunakan oleh pekerja pngelasan untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari potemsi bahaya kecelakaan
kerja di tempat kerja.
2.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Penyakit akibat kerja(PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh


pekeerjaan atau lingkungan kerja, tidak saja merugikan pekerja yang tanpa sadar
telah mengidap penyakit akibat pekerjaan atau lingkungan kerja, melainkan juga
mengakibatkan kerugian social dan ekonomi serta menurunnya produktivitas.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (permenaker No.5 tahun
2018 tentang K3). Agar pekerja berada dalam keserasian yang sebaik-baiknya,
maka perlu adanya keseimbangan diantara:

a. Beban kerja (fisik, mental, social, ekonomi, budaya)


b. Beban tambahan akibat dari lingkungan kerja fisik, kimia, biologi, fisiologi,
mental psikologis
c. Kapasitas kerja (tergantung ketrampilan, keserasian fitness, keadaan gizi, jenis
kelamin, usia, dan ukuran tubuh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fotokeratitis adalah inflamasi akut pada kornea dan konjungtiva yang akan
timbul setelah mata terkena pajanan bunga api pengelasan yang menghasilkan
sinar UV atau sinar matahari langsung. Fotokeratitis paling sering dialami oleh
pekerja pengelasan atau pada individu yang sering terpajan dengan radiasi sinar
UV. Radiasi yang dihasilkan pada pengelasan akan membahayakan mata pekerja.
Gejala fotokeratitis ditandai dengan bagian anterior mata, kelopak mata dan kulit
sekitarnya berubah menjadi merah. Mata akan terasa berpasir atau terasa seperti
terdapat benda asing, dan selanjutnya mata akan menjadi sangat sensitive
terhadap cahaya (photopobia). Faktor risiko yang mempengaruhi fotokeratitis
antara lain umur, lama pajanan, masa kerja, pengetahuan, APD.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Ananda Fandi,dkk.2017.Gejala Fotokeratitis Akut Akibat Radiasi


Sinar Ultraviolet (UV) pada Pekerja Las di PT. PAL Indonesia
Surabaya.JurnalIKESMA.13(1):23&28.dari:https://jurnal.unej.ac.id/in
dex.php/IKESMA/article/download/7021/5078/
Rizal, Reda.2018.Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Industri dan
Manufaktur.ebook.Teknik.Universitas Pembangunan Nasional.Jakarta
S.Sri Wahyuni,A.2012.Keluhan subjektif Photokeratitis pada Tukang Las di
Jalan Bogor, Bandung Tahun 2012.Skripsi.Kesehatan
Masyarakat.Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Universitas
Indonesia.DepokJawaBarat.dari:http://lib.ui.ac.id/file=digital/2030825
5-Spdf-A.pdf
Wahyuni.2013.Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Konjungtivus pada Pekerja Pengelasan di Kecamatan Cilacap Tengah
Kabupaten Cilacap.Jurnal Kesehatan
Masyarakat.2(1):2.dari:https://media.neliti.com/media/publications/
18761-ID-faktor-risiko-yang-berhubungan-dengan-kejadian-
konjungtivis-pada-pekerja-peng.pdf
Yuda, Nova Ayu Purnama.2018.Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Keluhan Fotokeratitis pada Pekerja Pengelasan. Medula.8(1):117-
119.dari:.http://juke.kedokteran.unila.ac.id./index.php/medulla/
article/download/2136/pdf

https://doktersehat.com/fotokeratitis/

Anda mungkin juga menyukai